Pages

01 December 2017

Yesus Kristus adalah Firman yang Menjadi Manusia (Yohanes 1:14)- Bagian 6

Oleh: Martin Simamora

Meninjau Ajaran "Yesus dapat Berdosa Namun Memilih Tidak Melakukannya" sebagaimana  Diajarkan Pdt. Erastus Sabdono



serial menyambut Natal:  Yesus dan relasi kematiannya di kayu salib: Bukan karena Ia telah menjadi manusia berdosa sehingga mengalami maut, dan karena melepaskan haknya sebagai Anak Allah

Bacalah lebih dulu “bagian sebelumnya

Karena itulah, sorotan terkuat dan paling penting terkait relasi Yesus terhadap kematiannya di kayu salib adalah “siapakah” ia menurut Bapa-Nya, bukan menurut pandangan  yang bersifat multipaham pada masyarakat umum di eranya. Hal ini jelas terlihat pada sejumlah momentum penting seperti:

Markus 8:27-30 Kemudian Yesus beserta murid-murid-Nya berangkat ke kampung-kampung di sekitar Kaisarea Filipi. Di tengah jalan Ia bertanya kepada murid-murid-Nya, kata-Nya: "Kata orang, siapakah Aku ini?" Jawab mereka: "Ada yang mengatakan: Yohanes Pembaptis, ada juga yang mengatakan: Elia, ada pula yang mengatakan: seorang dari para nabi." Ia bertanya kepada mereka: "Tetapi apa katamu, siapakah Aku ini?" Maka jawab Petrus: "Engkau adalah Mesias!" Lalu Yesus melarang mereka dengan keras supaya jangan memberitahukan kepada siapapun tentang Dia.

Tentang siapakah ia menurut banyak orang, akan sangat beragam dan akan sangat relatif, tidak ada kepastian dan tak mungkin menjadi kebenaran definitif. Tetapi Yesus menegaskan bahwa apapun dan bagaimanapun pandangan yang mencuat di kalangan masyarakat mengenai dirinya, ia adalah bukan “ada yang mengatakan”, tetapi ia adalah sebagaimana ia menyatakannya, dan itu adalah kebenaran tunggal. Pada injil Markus, kita melihat beragamnya pandangan orang yang sangat mungkin lahir dari pengalaman dan persepsi selama mendengar perkataan dan melihat berbagai perbuatan Yesus, tetapi hanya ada satu kebenaran yang berdiri di atas diri Yesus sendiri yaitu :”Engkau adalah Mesias! Sementara memang Petrus yang mengatakannya, tetapi validasinya bukan dari Petrus itu sendiri tetapi dari-Nya dengan  memberikan respon “melarang dengan keras supaya jangan memberitahukan kepada siapapun tentang Dia.” Di sini  substansinya bukan pada “melarang dengan keras” terkait siapakah dia sebenarnya sementara beragamnya pandangan tentang dirinya, tetapi betapa kebenaran tentang siapakah dirinya hanya bersumber dari dirinya Sang Kristus itu sendiri. Pada Yesus, terhadap murid-muridnya, Ia senantiasa menunjukan bahwa kebenaran sebuah kebenaran terletak atau ditegakan di atas dirinya sendiri sebagai Ia adalah kebenaran yang menyatakan sebuah kebenaran terkait apapun penjelasan terkait dirinya dan terkait ajarannya, sebagaimana terlihat pada interaksi berikut ini:

Markus 4:9-12 Dan kata-Nya: "Siapa mempunyai telinga untuk mendengar, hendaklah ia mendengar!" Ketika Ia sendirian, pengikut-pengikut-Nya dan kedua belas murid itu menanyakan Dia tentang perumpamaan itu. Jawab-Nya: "Kepadamu telah diberikan rahasia Kerajaan Allah, tetapi kepada orang-orang luar segala sesuatu disampaikan dalam perumpamaan, Jawab-Nya: "Kepadamu telah diberikan rahasia Kerajaan Allah, tetapi kepada orang-orang luar segala sesuatu disampaikan dalam perumpamaan,

Pada Markus 8:27-30 ada 2 hal mendasar yang berbeda:
1.Mereka yang berada di luar persekutuan dengan Yesus Kristus
2.Mereka yang berada di dalam persekutuan dengan Yesus Kristus

Dengan kata lain, bukan sekedar pengikut kehebatan atau pesona atau apa yang dapat Yesus lakukan namun tak mengalami kehidupan pemuridan dan kehidupan yang diberi kemampuan melihat dan mendengarkan diri-Nya sehingga dapat berkata siapakah Yesus dalam sebuah kebenaran yang berpondasikan di atas dan di dalam Yesus saja. Hal serupa terjadi pada Markus 4:9-12, bahkan kali ini dengan sebuah kalimat “siapa mempunyai telinga untuk mendengar, hendaklah ia mendengar”, yang jelas-jelas bukan dalam makna indrawi alamiah sekalipun dalam sebuah proses rasional dan koginitif, tetapi dalam makna hanya jika Allah menyatakannya maka manusia tersebut akan masuk ke dalam proses rasional dan kognitif yang sanggup “meraba” Yesus. Itu jelas kala Yesus berkata “kepada orang-orang luar segala sesuatu disampaikan dalam perumpamaan.” Bahwa memang untuk memahami Yesus dalam totalitasnya  secara utuh, dalam ia sepenuhnya manusia dan dalam ia sepenuhnya ilahi, setiap murid sangat bergantung dan berpijak pada diri Yesus: ucapannya dan tindakannya yang dibukakan bagi mereka. Coba kita memperhatikan kebenaran ini sebagaimana dijelaskan oleh rasul Yohanes dalam epistelnya:

Apa yang telah ada sejak semula, yang telah kami dengar, yang telah kami lihat dengan mata kami, yang telah kami saksikan dan yang telah kami raba dengan tangan kami tentang Firman hidup--itulah yang kami tuliskan kepada kamu. Hidup itu telah dinyatakan, dan kami telah melihatnya dan sekarang kami bersaksi dan memberitakan kepada kamu tentang hidup kekal, yang ada bersama-sama dengan Bapa dan yang telah dinyatakan kepada kami. Apa yang telah kami lihat dan yang telah kami dengar itu, kami beritakan kepada kamu juga, supaya kamupun beroleh persekutuan dengan kami. Dan persekutuan kami adalah persekutuan dengan Bapa dan dengan Anak-Nya, Yesus Kristus. Dan semuanya ini kami tuliskan kepada kamu, supaya sukacita kami menjadi sempurna.- 1 Yohanes1:1-4

Proses rasional dan kognitif:
-kami mendengar
-kami lihat
-kami saksikan
-kami raba dengan tangan kami

Semua aktivitas-aktivitas tersebut adalah alami, tidak ada yang supernatural  sebab semua orang di era Yesus yang mengikuti Yesus kemanapun juga ia pergi, secara umum harus dikatakan, pasti:

1
Mendengarnya berkata-kata
2
Melihatnya berjalan, duduk, mengajar, makan, berinteraksi mulai dari kalangan elit hingga rakyat jelata paling hina, ditangkap, didera, diadili, ditukar dengan penjahat agar tersalibkan, mati dan dikuburkan
3
Merabanya dengan tangan, sebab kala ia dalam beberapa kesempatan dikerumuni begitu banyak massa, pasti ada banyak tangan yang menjamahnya

Tetapi Alkitab menyaksikan, pada puncaknya hanya beberapa saja yang dapat berkata bahwa Ia adalah: Firman Hidup. Hanya beberapa saja yang dapat  mendengar perkataannya sehingga sanggup berkata: Ia adalah Mesias, sekalipun tetap berkembang kontroversi kemesiasannya yang semacam ini sebelum kematian dan setelah kematiannya:


Sejak sebelum kematiannya:
Lalu jawab orang banyak itu: "Kami telah mendengar dari hukum Taurat, bahwa Mesias tetap hidup selama-lamanya; bagaimana mungkin Engkau mengatakan, bahwa Anak Manusia harus ditinggikan? Siapakah Anak Manusia itu?"- Yohanes 12:34

Lalu Ia berkata kepada mereka: "Kamu berasal dari bawah, Aku dari atas; kamu dari dunia ini, Aku bukan dari dunia ini. Karena itu tadi Aku berkata kepadamu, bahwa kamu akan mati dalam dosamu; sebab jikalau kamu tidak percaya, bahwa Akulah Dia, kamu akan mati dalam dosamu." Karena itu tadi Aku berkata kepadamu, bahwa kamu akan mati dalam dosamu; sebab jikalau kamu tidak percaya, bahwa Akulah Dia, kamu akan mati dalam dosamu." Banyak yang harus Kukatakan dan Kuhakimi tentang kamu; akan tetapi Dia, yang mengutus Aku, adalah benar, dan apa yang Kudengar dari pada-Nya, itu yang Kukatakan kepada dunia." Mereka tidak mengerti, bahwa Ia berbicara kepada mereka tentang Bapa. Maka kata Yesus: "Apabila kamu telah meninggikan Anak Manusia, barulah kamu tahu, bahwa Akulah Dia, dan bahwa Aku tidak berbuat apa-apa dari diri-Ku sendiri, tetapi Aku berbicara tentang hal-hal, sebagaimana diajarkan Bapa kepada-Ku. Dan Ia, yang telah mengutus Aku, Ia menyertai Aku. Ia tidak membiarkan Aku sendiri, sebab Aku senantiasa berbuat apa yang berkenan kepada-Nya."- Yohanes 8:21-29


Setelah kematiannya dan kebangkitannya:
Padahal kami dahulu mengharapkan, bahwa Dialah yang datang untuk membebaskan bangsa Israel. Tetapi sementara itu telah lewat tiga hari, sejak semuanya itu terjadi... Lalu Ia berkata kepada mereka: "Hai kamu orang bodoh, betapa lambannya hatimu, sehingga kamu tidak percaya segala sesuatu, yang telah dikatakan para nabi! Bukankah Mesias harus menderita semuanya itu untuk masuk ke dalam kemuliaan-Nya?" Lalu Ia menjelaskan kepada mereka apa yang tertulis tentang Dia dalam seluruh Kitab Suci, mulai dari kitab-kitab Musa dan segala kitab nabi-nabi.- Lukas 24:21,24-27

Ia berkata kepada mereka: "Inilah perkataan-Ku, yang telah Kukatakan kepadamu ketika Aku masih bersama-sama dengan kamu, yakni bahwa harus digenapi semua yang ada tertulis tentang Aku dalam kitab Taurat Musa dan kitab nabi-nabi dan kitab Mazmur." Lalu Ia membuka pikiran mereka, sehingga mereka mengerti Kitab Suci. Kata-Nya kepada mereka: "Ada tertulis demikian: Mesias harus menderita dan bangkit dari antara orang mati pada hari yang ketiga, dan lagi: dalam nama-Nya berita tentang pertobatan dan pengampunan dosa harus disampaikan kepada segala bangsa, mulai dari Yerusalem.- Lukas 24:44-47

Keesokan harinya, yaitu sesudah hari persiapan, datanglah imam-imam kepala dan orang-orang Farisi bersama-sama menghadap Pilatus, dan mereka berkata: "Tuan, kami ingat, bahwa si penyesat itu sewaktu hidup-Nya berkata: Sesudah tiga hari Aku akan bangkit. Karena itu perintahkanlah untuk menjaga kubur itu sampai hari yang ketiga; jikalau tidak, murid-murid-Nya mungkin datang untuk mencuri Dia, lalu mengatakan kepada rakyat: Ia telah bangkit dari antara orang mati, sehingga penyesatan yang terakhir akan lebih buruk akibatnya dari pada yang pertama." Kata Pilatus kepada mereka: "Ini penjaga-penjaga bagimu, pergi dan jagalah kubur itu sebaik-baiknya." Maka pergilah mereka dan dengan bantuan penjaga-penjaga itu mereka memeterai kubur itu dan menjaganya.- Matius 27:62-66

Ketika mereka di tengah jalan, datanglah beberapa orang dari penjaga itu ke kota dan memberitahukan segala yang terjadi itu kepada imam-imam kepala. Dan sesudah berunding dengan tua-tua, mereka mengambil keputusan lalu memberikan sejumlah besar uang kepada serdadu-serdadu itu  dan berkata: "Kamu harus mengatakan, bahwa murid-murid-Nya datang malam-malam dan mencuri-Nya ketika kamu sedang tidur. Dan apabila hal ini kedengaran oleh wali negeri, kami akan berbicara dengan dia, sehingga kamu tidak beroleh kesulitan apa-apa." Mereka menerima uang itu dan berbuat seperti yang dipesankan kepada mereka. Dan ceritera ini tersiar di antara orang Yahudi sampai sekarang ini.- Matius 28:11-15


Siapakah Yesus menurut anda? Bagaimanakah kematian Yesus, menurut anda, menjelaskan mengenai diri Yesus itu sendiri?Apakah hendak menunjukan bahwa Ia telah melepaskan haknya sebagai Anak Allah, sebagaimana diajarkan oleh pendeta Erastus Sabdono? Ia  yang sebelumnya ada bersama-sama dengan Allah saat telah menjadi manusia maka itu menunjukan ia telah sama dengan semua manusia: berdosa dan membutuhkan pertobatan, sebagaimana diajarkan pendeta Erastus Sabdono? Apakah kematian Yesus menunjukan bahwa ia memang berdosa, jika ia memang tidak berdosa, mengapa ia harus mengalami kematian?


Pernyataan Yesus bahwa Ia sama sekali tidak berdosa dan sepenuhnya mahakudus dalam kemanusiaannya  yang dapat mengalami berbagai bentuk penderitaan yang terperih dan terkeji untuk dialami oleh sebuah tubuh manusia, itu nyata diucapkannya sehubungan dengan bahwa ia akan mengalami kematian yang telah disabdakan/ atau diajarkannya dalam berbagai kesempatan baik secara publik maupun kepada para muridnya saja:

Apabila kamu telah meninggikan Anak Manusia, barulah kamu tahu, bahwa Akulah Dia, dan bahwa Aku tidak berbuat apa-apa dari diri-Ku sendiri, tetapi Aku berbicara tentang hal-hal, sebagaimana diajarkan Bapa kepada-Ku. Dan Ia, yang telah mengutus Aku, Ia menyertai Aku. Ia tidak membiarkan Aku sendiri, sebab Aku senantiasa berbuat apa yang berkenan kepada-Nya."

Yesus berkata mengenai hal yang sangat tinggi bagi seorang manusia, bahwa ia tidak memiliki kebercelaan yang bagaimanapun juga sehingga bernoda dan menyuram sedikit apapun juga dengan berkata AKU SENANTIASA berbuat apa yang BERKENAN. Ketika Yesus berkata: Tetapi Aku BERBICARA tentang hal-hala, SEBAGAIMANA DIAJARKAN BAPA KEPADAKU, maka ini adalah sebuah kebercelaan dalam sebuah nilai bahwa Yesus bersabda sebagaimana Bapa bersabda termasuk dalam hal-hal tersuram dalam hidupnya, semacam ini:

Kemudian mulailah Yesus mengajarkan kepada mereka, bahwa Anak Manusia harus menanggung banyak penderitaan dan ditolak oleh tua-tua, imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, lalu dibunuh dan bangkit sesudah tiga hari.- Markus 8:31
Yesus dan murid-murid-Nya berangkat dari situ dan melewati Galilea, dan Yesus tidak mau hal itu diketahui orang; sebab Ia sedang mengajar murid-murid-Nya. Ia berkata kepada mereka: "Anak Manusia akan diserahkan ke dalam tangan manusia, dan mereka akan membunuh Dia, dan tiga hari sesudah Ia dibunuh Ia akan bangkit."- Markus 9:30-31
kata-Nya: "Sekarang kita pergi ke Yerusalem dan Anak Manusia akan diserahkan kepada imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, dan mereka akan menjatuhi Dia hukuman mati. Dan mereka akan menyerahkan Dia kepada bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah, dan Ia akan diolok-olokkan, diludahi, disesah dan dibunuh, dan sesudah tiga hari Ia akan bangkit."- Markus 10:33-34

Tidak ada sama sekali elemen keberdosaan dalam pra ruang-waktu-materi terhadap pengajaran ini. Kita harus paham, ketimbang sebagai sebuah peristiwa prediksi dan apalagi sebuah predestinasi, semua itu adalah sebuah pengajaran dan kebenaran yang merupakan sabda Bapa sendiri bagi dunia yang diucapkan oleh Yesus sendiri. Ini hal terpenting yang Yesus ajarkan, sehingga tak mengherankan dalam sebuah episode pasca kebangkitannya dari kematian,ia berujar begitu keras:

Lalu Ia berkata kepada mereka: "Hai kamu orang bodoh, betapa lambannya hatimu, sehingga kamu tidak percaya segala sesuatu, yang telah dikatakan para nabi! Bukankah Mesias harus menderita semuanya itu untuk masuk ke dalam kemuliaan-Nya?"- Lukas 24:25-26

Bahkan pengajaran suram  bagi telinga dan pengertian manusia itu, menjadi dasar fundamental perintah agung Yesus terhadap para muridnya:

Lukas 24:46-48 Kata-Nya kepada mereka: "Ada tertulis demikian: Mesias harus menderita dan bangkit dari antara orang mati pada hari yang ketiga, dan lagi: dalam nama-Nya berita tentang pertobatan dan pengampunan dosa harus disampaikan kepada segala bangsa, mulai dari Yerusalem. Kamu adalah saksi dari semuanya ini.

“kamu adalah saksi dari semuanya ini” bukan sebuah kebenaran yang dibangun dari sebuah rekonstruksi multipaham dari setiap para murid dan dari setiap para saksi, tetapi saksi mengenai sebuah peristiwa yang mustahil dimengerti berdasarkan manusia sehingga selaras dengan  sabda Bapa, kecuali Yesus harus terlebih dahulu memberikan sebuah kebenaran tunggal yang berbunyi: “Ada tertulis demikian: Mesias harus menderita dan bangkit dari antara orang mati pada hari yang ketiga.” Sejak saat itu segenap kitab nabi, kitab taurat dan Mazmur, oleh karena Yesus telah dinyatakannya  sendiri telah tergenapkan pada dirinya terkait apakah yang harus terjadi pada diri Mesias kala Ia datang ke dunia ini. Mari, sekali lagi, kita membaca ini:

Ia berkata kepada mereka: "Inilah perkataan-Ku, yang telah Kukatakan kepadamu ketika Aku masih bersama-sama dengan kamu, yakni bahwa harus digenapi semua yang ada tertulis tentang Aku dalam kitab Taurat Musa dan kitab nabi-nabi dan kitab Mazmur."- Lukas 24:44

Tiga bagian penting Kitab Suci telah dikatakan Yesus adalah kitab-kitab yang menuliskan tentang Yesus dan yang hanya bisa digenapi oleh Yesus.

Kematiannya adalah kebenaran sabda yang bukan saja sebuah ketaatan lahiriah dan batiniah tetapi sebuah ketaatan divinitas. Sehingga memang saat kita mengatakan ketaatan pada diri Yesus, ini tak terelakan akan memisahkan dirinya dari semua manusia berdosa dan dosa itu sendiri, karena tidak akan ada dosa dalam sebuah ketaatan tak bercela dan sekaligus ketaatan yang melahirkan penggenapan demi penggenapan firman yang ada dalam:

-kitab taurat Musa
-kitab nabi-nabi
-kitab Mazmur

Ini memang  mustahil untuk dipahami bahkan bagi mereka yang begitu bertekun dan metaati kitab suci sebagai dasar untuk memahami-Nya secara terlepas dari penerimaan terhadap diri-Nya:

Kamu menyelidiki Kitab-kitab Suci, sebab kamu menyangka bahwa oleh-Nya kamu mempunyai hidup yang kekal, tetapi walaupun Kitab-kitab Suci itu memberi kesaksian tentang Aku, namun kamu tidak mau datang kepada-Ku untuk memperoleh hidup itu.- Yohanes 5:39-40

Tetapi Ia tidak hanya sekedar berkata: Ia datang untuk menggenapinya seolah kematiannya adalah peristiwa yang begitu membahagiakan bagi kemanusiaannya dan tubuh dagingnya secara dingin sehingga sebuah kegilaan sebagaimana para muridnya bersangka. Tidak demikian. Ini memang sebuah kematian yang mendatangkan duka dan sebuah keberpisahan yang walau ia sudah bersabda akan bangkit kembali, bagi Yesus sendiri itu merupakan kedukaan untuk berpisah dengan para muridnya. Ia sungguh peduli dan hatinya tidak dingin seperti robot tanpa perasaan, tetapi pada saat yang sama ia juga bukan manusia yang begitu emosional dan begitu sentimentil sehingga kemanusiaannya menjadi tesuramkan oleh ketidaktaan yang mulai membenih begitu hals tersamar untuk dideteksi kemanusiaan,atau pengendalian dirinya untuk taat pada Bapa menjadi kehilangan ketaatan divinitasnya berganti dengan berjuang keras dengan kekuatan dagingnya, karena kedivinitasannya atau keilahiannya untuk sementara waktu harus meninggalkannya sendirian agar ia benar-benar manusia- tidak seperti itu. Tidak pernah demikian! Ini nampak dalam bagaimana ia meletakan dirinya dalam sebuah ketaatan divinitas yang memeritah segenap emosi dan rasa kesendiriannya yang begitu dahsyat:

Yohanes 17:1-5 Demikianlah kata Yesus. Lalu Ia menengadah ke langit dan berkata: "Bapa, telah tiba saatnya; permuliakanlah Anak-Mu, supaya Anak-Mu mempermuliakan Engkau. Sama seperti Engkau telah memberikan kepada-Nya kuasa atas segala yang hidup, demikian pula Ia akan memberikan hidup yang kekal kepada semua yang telah Engkau berikan kepada-Nya. Inilah hidup yang kekal itu, yaitu bahwa mereka mengenal Engkau, satu-satunya Allah yang benar, dan mengenal Yesus Kristus yang telah Engkau utus. Aku telah mempermuliakan Engkau di bumi dengan jalan menyelesaikan pekerjaan yang Engkau berikan kepada-Ku untuk melakukannya. Aku telah mempermuliakan Engkau di bumi dengan jalan menyelesaikan pekerjaan yang Engkau berikan kepada-Ku untuk melakukannya.


Yohanes 17:7-12 Sekarang mereka tahu, bahwa semua yang Engkau berikan kepada-Ku itu berasal dari pada-Mu. Sebab segala firman yang Engkau sampaikan kepada-Ku telah Kusampaikan kepada mereka dan mereka telah menerimanya. Mereka tahu benar-benar, bahwa Aku datang dari pada-Mu, dan mereka percaya, bahwa Engkaulah yang telah mengutus Aku. Aku berdoa untuk mereka. Bukan untuk dunia Aku berdoa, tetapi untuk mereka, yang telah Engkau berikan kepada-Ku, sebab mereka adalah milik-Mu dan segala milik-Ku adalah milik-Mu dan milik-Mu adalah milik-Ku, dan Aku telah dipermuliakan di dalam mereka. Dan Aku tidak ada lagi di dalam dunia, tetapi mereka masih ada di dalam dunia, dan Aku datang kepada-Mu. Ya Bapa yang kudus, peliharalah mereka dalam nama-Mu, yaitu nama-Mu yang telah Engkau berikan kepada-Ku, supaya mereka menjadi satu sama seperti Kita. Selama Aku bersama mereka, Aku memelihara mereka dalam nama-Mu, yaitu nama-Mu yang telah Engkau berikan kepada-Ku; Aku telah menjaga mereka dan tidak ada seorangpun dari mereka yang binasa selain dari pada dia yang telah ditentukan untuk binasa, supaya genaplah yang tertulis dalam Kitab Suci.


Kematiannya, murid-muridnya yang  sendirian, berbagai peristiwa kelabu lainnya yang bermunculan  mengelilingi peristiwa kematian keji termasuk peristiwa penghianatan yang pada akhirnya keluar dari penjagaan Yesus sehingga tidak termasuk ke dalam cakupan doa yang berbunyi “peliharalah mereka dalam nama-Mu, yaitu nama-Mu yang telah Engkau berikan kepada-Ku, supaya mereka menjadi satu sama seperti Kita. Selama Aku bersama mereka, Aku memelihara mereka dalam nama-Mu” tidak sama sekali hendak membuktikan bahwa Yesus tak sekudus dan tak seilahi sebagaimana yang disangkakan oleh orang Kristen selama ini. Satu-satunya penjelasan terkait  berbagai peristiwa kelam pada Yesus tidak bisa didasarkan pada: apakah pandangan-pandangan yang muncul pada saat itu, atau apakah pernyataan resmi penguasa Roma saat itu. Tidak mungkin, karena peristiwa kematian Yesus telah dijelaskan jauh-jauh hari oleh Yesus sebagai sebuah kebenaran yang terletak dan berlandaskan hanya pada dirinya sendiri, sebab dalam semua hal  kelam itu hanya satu tujuan Yesus: “supaya genaplah yang tertulis dalam Kitab Suci.” Kita melihat penggenapan semacam ini, bukan menunjukan hati Kristus yang dingin dan manusianya fiktif, sebab tak  menggentarkan kemanusiaannya dan kemanusiaannya  membuta rasa pada apa yang akan menimpa para muridnya. Ia manusiawi sekali dalam peristiwa-peristiwa kelamnya tetapi di saat yang sama kemanusiawiannya dalam pemerintahan kedivinitasannya. Ini tak perlu dikontradiksikan dan dipolemikan jika saja dalam membaca sabdanya, kita dapat berkata bahwa Ia adalah “Firman Hidup” yang berjalan di muka bumi ini dan  bahwa Ia adalah sebagaimana Ia pernah bersabda: sebab Aku senantiasa berbuat apa yang berkenan kepada-Nya.

Tetapi, sekali lagi, dalam ia Kristus yang dapat merasakan gejolak emosi menjelang masa-masa berat yang harus ditanggungnya, ia begitu peduli dan begitu memperhatikan nasib murid-murid terkasihnya. Dalam Ia berkata “sebab Aku senantiasa berbuat apa yang berkenan kepada-Nya” ia tak menjadi dingin dan mati rasa terhadap realitas yang segera menyergap para muridnya, sebagaimana terunjukan dalam doa yang berbunyi:

Dan Aku tidak ada lagi di dalam dunia, tetapi mereka masih ada di dalam dunia, dan Aku datang kepada-Mu. Ya Bapa yang kudus, peliharalah mereka dalam nama-Mu, yaitu nama-Mu yang telah Engkau berikan kepada-Ku, supaya mereka menjadi satu sama seperti Kita. Selama Aku bersama mereka, Aku memelihara mereka dalam nama-Mu

Ia sebentar lagi akan membiarkan para murid sendirian untuk masuk ke dalam kematian yang akan benar-benar meninggalkan mereka. Ia tak mungkin membawa mereka berjalan bersamanya masuk ke dalam kematian itu, sebab hanya ia saja yang dapat menggenapkan maksud Bapa terkait apa yang harus terjadi dalam ia mati secara demikian. Hanya ia saja yang dapat menggenapi apa yang hanya telah dituliskan Kitab Suci memang hanya dia yang mampu menggenapi sebab Dialah Sang Penggenap dalam rupa manusia-hanya Firman Hidup yang dapat menggenapi setiap firman yang telah disabdakan Allah kepada para nabi kudusnya:

Lukas 24:44-45 Ia berkata kepada mereka: "Inilah perkataan-Ku, yang telah Kukatakan kepadamu ketika Aku masih bersama-sama dengan kamu, yakni bahwa harus digenapi semua yang ada tertulis tentang Aku dalam kitab Taurat Musa dan kitab nabi-nabi dan kitab Mazmur." Lalu Ia membuka pikiran mereka, sehingga mereka mengerti Kitab Suci.

Pikiranmu bukan pikiran Kristus dan dengan demikian bukan pikiran Kitab Suci terkait  kemanusiaan Yesus, kematian Yesus, relasi kemanusiaan Yesus terhadap dosa dan relasi kemanusiaan Yesus terhadap kematiannya dan bahkan mati di kayu salib.




Filipi 2:6 atau Natalnya Yesus, dengan demikian memang tidak memiliki gagasan ia berdosa dan tidak mungkin kudus tanpa kehendak dosa sebagaimana diusung oleh pendeta Erastus Sabdono, kecuali ia sendiri harus menyatakan bahwa Yesus berdusta mengenai hal ini: sebab Aku senantiasa berbuat apa yang berkenan kepada-Nya.






Soli Deo Gloria

Lampiran:


No comments:

Post a Comment