Pages

28 October 2017

Yesus Kristus adalah Firman yang Menjadi Manusia (Yohanes 1:14)



 Meninjau  Ajaran "Yesus dapat Berdosa Namun Memilih Tidak Melakukannya" sebagaimana  Diajarkan Pdt. Erastus Sabdono

(serial menyambut Natal: Pengantar)


Sederhananya ketika kita membaca  Yohanes 1:14 “Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita,” ini dinyatakan sebagai inkarnasi. Harus diketahui bahwa kata inkarnasi tidak terdapat di dalam Alkitab. Kata inkarnasi berasal dari  kata latin in dan caro (daging), bermakna clothed in flesh atau berbalutkan tubuh daging, tindakan mengenakan tubuh daging. Satu-satunya penggunaannya dalam theologia hanya untuk merujukan pada kebelaskasihan ilahi Allah, tindakan penuh kerelaan Anak Allah dalam Ia mengenakan sebuah tubuh manusia. Dalam  doktrin Kristen, inkarnasi secara ringkas dinyatakan bahwa  Yesus Kristus, Anak Allah kekal, telah menjadi seorang manusia. Ini adalah salah satu peristiwa agung yang terjadi dalam sejarah semesta. Peristiwa tanpa tanding. (Prof. Lehman Strauss, LittD, Why God Became Man, Bible.org).

Yohanes 1:14 sendiri dalam bagian Perjanjian Baru telah diperingatkan dan dinyatakan sebagai sebuah peristiwa yang tak dapat begitu saja dipahami dan dijelaskan dari sudut pandang dan common sense atau akal sehat manusia. Jika kita merujuk pada rasul Paulus maka kita akan mendapatkan sebuah catatan yang begitu menunjukan bahwa apa yang disebut sebagai inkarnasi tidak memiliki patron yang bagaimanapun bagi manusia untuk memahaminya:

Dan sesungguhnya agunglah rahasia ibadah kita: "Dia, yang telah menyatakan diri-Nya dalam rupa manusia, dibenarkan dalam Roh; yang menampakkan diri-Nya kepada malaikat-malaikat, diberitakan di antara bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah; yang dipercayai di dalam dunia, diangkat dalam kemuliaan."- 1 Timotius 3:16

Ketika rasul Paulus menyatakan agunglah rahasia ibadah kita, maksud rahasia di sini bukan bermaksud sebuah kemisterian  yang esoteris atau terbatas pada kalangan tertentu/tertutup yang berbasiskan pada apapun juga yang mungkin untuk dilakukan manusia untuk membangun pengertian, pemahaman dan ajaran berdasarkan koginisi dan spiritualisme manusia yang berjuang memahami Yesus, tetapi terkait  dengan “Dia, yang telah menyatakan diri-Nya dalam rupa manusia.” Dan sebetulnya kosa kata inkarnasi itu sendiri bukan basis atau dasar untuk memahami Yohanes 1:14 itu sendiri sebab Ia sesungguhnya dalam menjadi manusia lebih besar dari sekedar menjadi manusia sebagaimana rasul Paulus menyatakannya: “diri-Nya dalam rupa manusia, dibenarkan dalam Roh; yang menampakkan diri-Nya kepada malaikat-malaikat.”

Kalau  ditanyakan soal inkarnasi dan kemanusiaan manusia Yesus dalam relasinya terhadap Ia sebelum mengambil rupa manusia- apakah ia tetap dalam keagungan yang sama secara divinitas, maka jawab rasul Paulus tidak ada perubahan kedivinitasan malah dinyatakan bahwa Ia begitu penting untuk menampakan dirinya dalam rupa manusia kepada malaikat-malaikat, walau Ia menjadi manusia bukan untuk menebus malaikat-malaikat. Ini sendiri memang dapat kita saksikan dalam injil-injil bahwa ia memiliki relasi yang begitu istimewa terhadap malaikat-malaikat:



  • Lukas 1:30-32 Kata malaikat itu kepadanya: "Jangan takut, hai Maria, sebab engkau beroleh kasih karunia di hadapan Allah. Sesungguhnya engkau akan mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki dan hendaklah engkau menamai Dia Yesus. Ia akan menjadi besar dan akan disebut Anak Allah Yang Mahatinggi.



  • Matius 1:20 Tetapi ketika ia mempertimbangkan maksud itu, malaikat Tuhan nampak kepadanya dalam mimpi dan berkata: "Yusuf, anak Daud, janganlah engkau takut mengambil Maria sebagai isterimu, sebab anak yang di dalam kandungannya adalah dari Roh Kudus.



  • Lukas 2:10 Lalu kata malaikat itu kepada mereka: "Jangan takut, sebab sesungguhnya aku memberitakan kepadamu kesukaan besar untuk seluruh bangsa: Hari ini telah lahir bagimu Juruselamat, yaitu Kristus, Tuhan, di kota Daud.



  • Matius 2:19-20 Setelah Herodes mati, nampaklah malaikat Tuhan kepada Yusuf dalam mimpi di Mesir, katanya: "Bangunlah, ambillah Anak itu serta ibu-Nya dan berangkatlah ke tanah Israel, karena mereka yang hendak membunuh Anak itu, sudah mati."



  • Matius 4:11 Lalu Iblis meninggalkan Dia, dan lihatlah, malaikat-malaikat datang melayani Yesus.



  • Lukas 22:43 Maka seorang malaikat dari langit menampakkan diri kepada-Nya untuk memberi kekuatan kepada-Nya.



  • Matius 26:53 Atau kausangka, bahwa Aku tidak dapat berseru kepada Bapa-Ku, supaya Ia segera mengirim lebih dari dua belas pasukan malaikat membantu Aku?



  • Matius 28:2-3 Maka terjadilah gempa bumi yang hebat sebab seorang malaikat Tuhan turun dari langit dan datang ke batu itu dan menggulingkannya lalu duduk di atasnya.



  • Matius 28:6 Ia tidak ada di sini, sebab Ia telah bangkit, sama seperti yang telah dikatakan-Nya. Mari, lihatlah tempat Ia berbaring.



  • Kisah Para Rasul 1:11 dan berkata kepada mereka: "Hai orang-orang Galilea, mengapakah kamu berdiri melihat ke langit? Yesus ini, yang terangkat ke sorga meninggalkan kamu, akan datang kembali dengan cara yang sama seperti kamu melihat Dia naik ke sorga."

  • Matius 25:31 Apabila Anak Manusia datang dalam kemuliaan-Nya dan semua malaikat bersama-sama dengan Dia, maka Ia akan bersemayam di atas takhta kemuliaan-Nya.



  • Matius 13:39-41 Musuh yang menaburkan benih lalang ialah Iblis. Waktu menuai ialah akhir zaman dan para penuai itu malaikat. Maka seperti lalang itu dikumpulkan dan dibakar dalam api, demikian juga pada akhir zaman. Anak Manusia akan menyuruh malaikat-malaikat-Nya dan mereka akan mengumpulkan segala sesuatu yang menyesatkan dan semua orang yang melakukan kejahatan dari dalam Kerajaan-Nya.

Menampakan dirinya kepada malaikat-malaikat, ini lebih agung dalam ungkapan itu sendiri karena menunjukan sementara ia dalam rupa manusia IA TAHU BAHWA IA BEROTORITAS ATAS MALAIKAT SAAT ITU DAN YANG AKAN DATANG. Ialah yang menentukan kapan malaikat boleh melayani dirinya dan berotoritas untuk menahan malaikat berdasarkan kehendaknya sendiri (Matius 26:53).

Ketika rasul Paulus menyatakan agunglah rahasia ibadah kita, maksud rahasia di sini bukan bermaksud sebuah kemisterian  yang esoteris atau terbatas pada kalangan tertentu yang berbasiskan pada apapun juga yang mungkin untuk dilakukan manusia untuk membangun pengertian, pemahaman dan ajaran berdasarkan koginisi dan spiritualisme manusia yang berjuang memahami Yesus, tetapi terkait  dengan realita  Yohanes 1:14 berada di luar jangkauan pengertian dan pemahaman natural manusia. Ini hanya mungkin terjadi oleh pewahyuan ilahi dalam Kitab Suci. Ini benar karena kitab suci tanpa pewahyuan ilahi hanya menghasilkan iman yang tak mendatangkan hidup tetapi melewatkan begitu saja kehidupan yang sudah datang  kepada manusia. Coba perhatikan ini:

Yohanes 6:36-37 Tetapi Aku telah berkata kepadamu: Sungguhpun kamu telah melihat Aku, kamu tidak percaya. Semua yang diberikan Bapa kepada-Ku akan datang kepada-Ku, dan barangsiapa datang kepada-Ku, ia tidak akan Kubuang.
Yohanes 5:39-40 Kamu menyelidiki Kitab-kitab Suci, sebab kamu menyangka bahwa oleh-Nya kamu mempunyai hidup yang kekal, tetapi walaupun Kitab-kitab Suci itu memberi kesaksian tentang Aku, namun kamu tidak mau datang kepada-Ku untuk memperoleh hidup itu.

Hanya mereka yang diiluminasi hatinya oleh Roh Kudus dapat datang kepada Yesus karena melalui pembacaan Kitab Suci, ia berjumpa dengan Yesus Kristus yang diberitakan dalam Kitab suci tersebut. Bandingkan dengan kisah ini:

Kisah Para Rasul 8:26-35 Kemudian berkatalah seorang malaikat Tuhan kepada Filipus, katanya: "Bangunlah dan berangkatlah ke sebelah selatan, menurut jalan yang turun dari Yerusalem ke Gaza." Jalan itu jalan yang sunyi. Lalu berangkatlah Filipus. Adalah seorang Etiopia, seorang sida-sida, pembesar dan kepala perbendaharaan Sri Kandake, ratu negeri Etiopia, yang pergi ke Yerusalem untuk beribadah. Sekarang orang itu sedang dalam perjalanan pulang dan duduk dalam keretanya sambil membaca kitab nabi Yesaya. Lalu kata Roh kepada Filipus: "Pergilah ke situ dan dekatilah kereta itu!" Filipus segera ke situ dan mendengar sida-sida itu sedang membaca kitab nabi Yesaya. Kata Filipus: "Mengertikah tuan apa yang tuan baca itu?" Jawabnya: "Bagaimanakah aku dapat mengerti, kalau tidak ada yang membimbing aku?" Lalu ia meminta Filipus naik dan duduk di sampingnya. Nas yang dibacanya itu berbunyi seperti berikut: Seperti seekor domba Ia dibawa ke pembantaian; dan seperti anak domba yang kelu di depan orang yang menggunting bulunya, demikianlah Ia tidak membuka mulut-Nya. Dalam kehinaan-Nya berlangsunglah hukuman-Nya; siapakah yang akan menceriterakan asal-usul-Nya? Sebab nyawa-Nya diambil dari bumi. Maka kata sida-sida itu kepada Filipus: "Aku bertanya kepadamu, tentang siapakah nabi berkata demikian? Tentang dirinya sendiri atau tentang orang lain?" Maka mulailah Filipus berbicara dan bertolak dari nas itu ia memberitakan Injil Yesus kepadanya. 

Inkarnasi di sini bukanlah  kebenaran itu sendiri tetapi dengan meminjam terminologi inkarnasi untuk memahami kemanusiaan Yesus pada Yohanes 1:14, kita  menjadi paham bahwa  Yesus adalah Yohanes 1:14 (inkarnasi)  adalah hal yang disabdakan dan  yang bersabda, dan yang berotoritas atas malaikat-malaikat dan memerintah dirinya sendiri untuk menggenapi apapun yang disabdakan dalam kitab suci. Tak heran jika para malaikat melayaninya sekaligus mentaatinya. Menarik memperhatikan bagaimana Surat Ibrani menyatakan hal ini:

Ibrani 1:6 Dan ketika Ia membawa pula Anak-Nya yang sulung ke dunia, Ia berkata: "Semua malaikat Allah harus menyembah Dia."

Ibrani 1:6 ini memiliki pesan yang sama dengan 1 Tim 3:16 dalam hal relasi Yesus dengan para malaikat sementara ia di bumi ini. Malaikat-malaikat tidak pernah lepas dari Yesus Kristus selama di bumi ini baik dalam melayani dirinya dan mentaati sabda-sabdanya- sebuah relasi yang superior dan sekaligus penuh otoritas atas kitab suci yang menulis segala sesuatu tentang dirinya:

Matius 26:53-54 Atau kausangka, bahwa Aku tidak dapat berseru kepada Bapa-Ku, supaya Ia segera mengirim lebih dari dua belas pasukan malaikat membantu Aku? Jika begitu, bagaimanakah akan digenapi yang tertulis dalam Kitab Suci, yang mengatakan, bahwa harus terjadi demikian?"… Akan tetapi semua ini terjadi supaya genap yang ada tertulis dalam kitab nabi-nabi." Lalu semua murid itu meninggalkan Dia dan melarikan diri.

Lukas 24:25-26 Lalu Ia berkata kepada mereka: "Hai kamu orang bodoh, betapa lambannya hatimu, sehingga kamu tidak percaya segala sesuatu, yang telah dikatakan para nabi! Bukankah Mesias harus menderita semuanya itu untuk masuk ke dalam kemuliaan-Nya?"

Lukas 24:44 Ia berkata kepada mereka: "Inilah perkataan-Ku, yang telah Kukatakan kepadamu ketika Aku masih bersama-sama dengan kamu, yakni bahwa harus digenapi semua yang ada tertulis tentang Aku dalam kitab Taurat Musa dan kitab nabi-nabi dan kitab Mazmur."

Ketika Paulus berkata mengenai Yesus –Siapakah Dia dengan ungkapan:  agunglah rahasia ibadah kita, itu karena tak ada satupun kuasa dan kapabilitas manusia untuk dapat datang kepada Yesus sebagai hidup kekal, selain harus  terlebih dahulu mengalami hal ini “Sungguhpun kamu telah melihat Aku, kamu tidak percaya. Semua yang diberikan Bapa kepada-Ku akan datang kepada-Ku, dan barangsiapa datang kepada-Ku, ia tidak akan Kubuang,” sebagaimana dikemukakan Yesus.

Jadi inkarnasi  di sini adalah hal jauh lebih agung daripada hal Yesus dilahirkan dari perawan manusia secara normal sekaligus tidak dapat dilakukan oleh manusia. Keduanya saling berkaitan dan saling melengkapi tetapi bukan dua hal yang sama sehingga dikaburkan. Karena yang pertama berbicara Ia yang ada dalam kekalan dan yang kedua berbicara Ia yang baru dinyatakan dalam ruang dan waktu dalam rupa manusia. Dua hal yang berbeda, tetapi ada pada Yesus secara utuh secara bersamaan dan tidak saling menyusutkan satu sama lain, dalam artian kemanusiaan Yesus tidak menyusutkan dan bercampur aduk dengan keilahiannya, dan  kemanusiaannya menjadi lebih kebal sehingga tak dapat menyelami ketakberdayaan manusia dan tidak dapat memahami betapa manusia membutuhkan  keselamatan dan penebusan dari Allah di dalam karya dan kuasa yang hanya terdapat pada dirinya saja. Ini harus dicamkan baik-baik.

Jika Yesus  Kristus tidak dilahirkan dari seorang perawan, maka Ia bukan Allah di dalam daging dan ia memang hanya seorang manusia yang memiliki hakikat keberdosaan yang sama dengan setiap anak Adam yang jatuh kedalam taklukan dosa. Fakta Yohanes 1:14 atau  yang kemudian disebut inkarnasi, terletak pada Dia yang  ada dalam kekekalan  mengesampingkan kemuliaan kekalnya untuk menjadi seorang manusia. Tentang ini Yesus sendiri pernah menyinggungnya dan menyatakannya secara terbuka dan publik:

Yohanes 6:62 Dan bagaimanakah, jikalau kamu melihat Anak Manusia naik ke tempat di mana Ia sebelumnya berada?

Bandingkan dengan:
Yohanes 3:13 Tidak ada seorangpun yang telah naik ke sorga, selain dari pada Dia yang telah turun dari sorga, yaitu Anak Manusia.

Yohanes 6:42 Kata mereka: "Bukankah Ia ini Yesus, anak Yusuf, yang ibu bapanya kita kenal? Bagaimana Ia dapat berkata: Aku telah turun dari sorga?"

Yohanes 16:28 Aku datang dari Bapa dan Aku datang ke dalam dunia; Aku meninggalkan dunia pula dan pergi kepada Bapa."

Inkarnasi harus dan hanya tepat dijelaskan dengan pernyataan Yesus Kristus saja:

  • Tidak ada seorangpun yang telah naik ke sorga, selain dari pada Dia yang telah turun dari sorga
  • Bagaimana Ia dapat berkata: Aku telah turun dari sorga? 
  • Aku datang dari Bapa dan Aku datang ke dalam dunia

yang menunjukan Ia telah ada sebelum Ia ada di dalam dunia dalam rupa manusia, sehingga kelahiran Yesus melalui perawan Maria bukan menunjukan ia baru ada dan menjadi Anak Tunggal Bapa setelah dilahirkan dan atau kemudian setelah melalui serangkaian proses  barulah menuju untuk menjadi Anak Allah, dan pada akhirnya layak dilantik menjadi Tuhan. Inkarnasi di sini menjelaskan ketakberubahan hakikat ilahi Yesus dalam Ia  adalah manusia.

Yohanes 1:14 sendiri dituliskan berdasarkan kemuliaan ilahi Yesus yang dimilikinya sejak Ia berada dalam kekekalan. Memang tak terlihat tetapi disabdakan dan diperlihatkan dalam serangkaian peristiwa yang pada bagian-bagian selanjutnya akan saya ulaskan. Coba perhatikan bagaimana Kemanusiaan Yesus tak membuat Ia kehilangan kemuliaan yang dimilikinya sejak kekekalan walau ia berada dalam rupa manusia: “dan kita telah melihat kemuliaan-Nya, yaitu kemuliaan yang diberikan kepada-Nya sebagai Anak Tunggal Bapa, penuh kasih karunia dan kebenaran” (Yohanes 1:14). Kemuliaan di sini bukan kemuliaan kemanusiaan Yesus karena  hampir saja mustahil melihat kemuliaan manusia Yesus jika saja Ia tidak melakukan serangkaian mujizat-mujizat, dan itu semua terjadi karena memang  Ia memiliki kemuliaan Anak Tunggal Bapa. Anak Tunggal Bapa menunjukan sebuah kemuliaan dalam kekekalan  yang telah ada bahkan sebelum Ia turun ke dalam dunia. Itu sebabnya ketuhanan atau keilahian Yesus tidak pernah ada atau dimiliki ketika ia melakukan mujizat dan bersabda dan lalu saat ia sedang tidur, makan dan kelelahan adalah saat-saat ia tidak menjadi Anak Tunggal Bapa atau keilahiannya sedang tidak beserta dirinya.


Yohanes 1:14, karena itu, tidak bisa dipahami, dipelajari dan dijelaskan terlepas dari  Yohanes 1:1, karena faktanya sekalipun telah 1:14, ia tetap adalah Yohanes 1:1 dalam  natur ilahinya.

Rasul Paulus terkait ini menjaga kebenaran ini pada jemaat agar tak melenceng, ketika ia menuliskan surat ini:

Tetapi setelah genap waktunya, maka Allah mengutus Anak-Nya, yang lahir dari seorang perempuan dan takluk kepada hukum Taurat. (Galatia 4:4, baca juga ayat 5-6)

Paulus menjelaskan kebedaan inkarnasi dengan lahir dari perawan Maria. Yang pertama menjelaskan kekekalan Yesus yang mencakup siapakah Ia, lalu yang kedua menunjukan bagaimana ia sekalipun lahir dari perawan  Maria yang takluk kepada hukum Taurat, namun menjadi penggenap hukum Taurat:

Matius 5:17-18 Janganlah kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk meniadakan hukum Taurat atau kitab para nabi. Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya. Karena Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya selama belum lenyap langit dan bumi ini, satu iota atau satu titikpun tidak akan ditiadakan dari hukum Taurat, sebelum semuanya terjadi.

Inkarnasi dan lahir dari seorang perawan Maria  menjadi basis penting untuk menjelaskan apapun mengenai Yesus termasuk untuk menjelaskan aspek-aspek apapun terkait kemanusiaannya dan juga bagaimana relasi kemanusiaan Yesus terhadap dosa atau kuasa dosa yang bekerja atas segenap tubuh manusia. Apakah tubuh manusia Yesus berkuasa atas diri Yesus itu sendiri? Kita akan melihat hal ini pada bagian-bagian selanjutnya.

Penting dicamkan, Yesus adalah Anak Tunggal Bapa bukan karena Ia dilahirkan dari perawan Maria! Karena itulah Paulus menuliskan relasi antara inkarnasi dan lahir dari perawan Maria secara lugas dan tajam: “setelah genap waktunya, maka Allah mengutus Anak-Nya, yang lahir dari seorang perempuan.” Paulus bahkan memberikan penekanan pada Maria sebagai takluk kepada hukum Taurat atau manusia berdosa dalam penghakiman Allah via Hukum Taurat, sementara karena Yesus adalah “Allah mengutus Anak-Nya” yang menekankan relasi kesehakikatan dan ketakberpisahan yang mencakup kekudusan, keadilan dan kemuliaan, Yesus dengan demikian tidak pernah menjadi seorang manusia yang  tubuhnya dalam pemerintahan maut dan  dosa bahkan pada jiwanya. Nabi Yesaya sudah menyuarakan ini dalam nubuat purbanya:

Yesaya 9:6 Sebab seorang anak telah lahir untuk kita, seorang putera telah diberikan untuk kita; lambang pemerintahan ada di atas bahunya, dan namanya disebutkan orang: Penasihat Ajaib, Allah yang Perkasa, Bapa yang Kekal, Raja Damai.

Lahir dari perawan Maria dengan demikian dapat dikatakan hanyalah metoda Allah bagaimana Anak datang kepada manusia dan bagaimana penebusan manusia harus berlangsung oleh dan dalam Anak Tunggal Bapa yang datang ke dalam dunia dalam rupa manusia. Bandingkan dengan:

Ibrani 10:5 Karena itu ketika Ia masuk ke dunia, Ia berkata: "Korban dan persembahan tidak Engkau kehendaki--tetapi Engkau telah menyediakan tubuh bagiku--. Kepada korban bakaran dan korban penghapus dosa Engkau tidak berkenan. Lalu Aku berkata: Sungguh, Aku datang; dalam gulungan kitab ada tertulis tentang Aku untuk melakukan kehendak-Mu, ya Allah-Ku." Di atas Ia berkata: "Korban dan persembahan, korban bakaran dan korban penghapus dosa tidak Engkau kehendaki dan Engkau tidak berkenan kepadanya" --meskipun dipersembahkan menurut hukum Taurat--. Dan kemudian kata-Nya: "Sungguh, Aku datang untuk melakukan kehendak-Mu." Yang pertama Ia hapuskan, supaya menegakkan yang kedua.

Kembali di sini  aspek inkarnasi yang terkait Ia dalam kekekalan menjadi penjelas yang membedakan terhadap lahir dari perawan Maria, namun sekaligus menjadi dua hal yang saling menjelaskan secara prinsip mengapa manusia Yesus berkuasa atas dosa dan menebus manusia dari pemerintahan maut. Bandingkan dengan ini:

Ibrani 2:9-15 Tetapi Dia, yang untuk waktu yang singkat dibuat sedikit lebih rendah dari pada malaikat-malaikat, yaitu Yesus, kita lihat, yang oleh karena penderitaan maut, dimahkotai dengan kemuliaan dan hormat, supaya oleh kasih karunia Allah Ia mengalami maut bagi semua manusia. Sebab memang sesuai dengan keadaan Allah--yang bagi-Nya dan oleh-Nya segala sesuatu dijadikan--,yaitu Allah yang membawa banyak orang kepada kemuliaan, juga menyempurnakan Yesus, yang memimpin mereka kepada keselamatan, dengan penderitaan. Sebab Ia yang menguduskan dan mereka yang dikuduskan, mereka semua berasal dari Satu; itulah sebabnya Ia tidak malu menyebut mereka saudara, kata-Nya: "Aku akan memberitakan nama-Mu kepada saudara-saudara-Ku, dan memuji-muji Engkau di tengah-tengah jemaat," dan lagi: "Aku akan menaruh kepercayaan kepada-Nya," dan lagi: "Sesungguhnya, inilah Aku dan anak-anak yang telah diberikan Allah kepada-Ku." Karena anak-anak itu adalah anak-anak dari darah dan daging, maka Ia juga menjadi sama dengan mereka dan mendapat bagian dalam keadaan mereka, supaya oleh kematian-Nya Ia memusnahkan dia, yaitu Iblis, yang berkuasa atas maut; dan supaya dengan jalan demikian Ia membebaskan mereka yang seumur hidupnya berada dalam perhambaan oleh karena takutnya kepada maut.

Di sini inkarnasi pada Manusia Yesus menjadi tak ada tanding atau pembanding pada apapun juga inkarnasi yang ada dalam pemahaman-pemahaman di dunia ini. Oleh karena hal tunggal: inkarnasi Yesus adalah satu-satunya kuasa yang bekerja  dan menaklukan kuasa maut di tangan iblis baik saat ia masih hidup dan saat ia dalam kematiaannya sebagaimana   semua manusia. Saya akan menjelaskan hal ini lebih lanjut pada bagian-bagian verikutnya.


Yesus Kristus adalah firman Allah yang menjadi manusia (Yohanes 1:14) tidak boleh dilepaskan dari Yohanes 1:1, pun menjadi hal yang prinsip harus dipahami oleh jemaat kala beriman kepada Yesus Kristus. Yesus Kristus yang bagaimanakah diimani dan diajarkan, menjadi sentral dan pondasi ajaran para rasul. Perhatikan ini:

Filipi 2:5-10 Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus, yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia. Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib. Itulah sebabnya Allah sangat meninggikan Dia dan mengaruniakan kepada-Nya nama di atas segala nama, supaya dalam nama Yesus bertekuk lutut segala yang ada di langit dan yang ada di atas bumi dan yang ada di bawah bumi,

Mengapa pengosongan diri Yesus menghasilkan kemuliaan yang seharusnya hanya Allah saja yang menerimanya, semacam ini “Itulah sebabnya Allah sangat meninggikan Dia dan mengaruniakan kepada-Nya nama di atas segala nama, supaya dalam nama Yesus bertekuk lutut segala yang ada di langit dan yang ada di atas bumi dan yang ada di bawah bumi?” Karena pengosoang diri di sini sekalipun menjadi sama dengan manusia secara utuh dan total, tidak menjadikan pengosongan itu membawa Yesus kedalam persekutuan ketakberdayaan manusia di dalam dosa. Anda harus memahami bahwa pengosongan diri oleh Yesus yang dinyatakan sebagai “walau dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan” tidak sedang berkata bahwa Yesus dengan demikian rela bersekutu dengan  ketakberdayaan  manusia terhadap dosa sehingga Yesus dapat berdosa termasuk terhadap gairah-gairah seksualitas. Kemanusiaan Yesus bukanlah kemanusiaan  yang takluk pada ketakberdayaan tuntutan hukum taurat, karena jika tidak demikian maka mustahil ia sanggup berjalan menuju kematian sebagai sebuah ketaatan. Ketaatan yang sedang dibicarakan di sini adalah sebuah hal yang harus dilakukan oleh manusia penuh kuasa. Mengapa? Karena: “dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib” tidak selesai pada ketaatan itu sendiri bahwa ia sekalipun bisa berdosa atau melawan tetapi ia memilih taat. Bukan dan tidak pernah demikian gagasannya! Ketaatannya menghasilkan upah yang “menghujat Allah” jika ia hanyalah manusia berdosa yang memilih untuk tidak berdosa. Kalau anda membaca ini: “Dia dan mengaruniakan kepada-Nya nama di atas segala nama, supaya dalam nama Yesus bertekuk lutut segala yang ada di langit dan yang ada di atas bumi dan yang ada di bawah bumi.” Bukankah dengan demikian kemuliaan tidak hanya bagi Allah tetapi bagi manusia yang bisa berdosa tetapi memilih untuk taat? Pemikiran bahwa Yesus adalah manusia bisa berdosa tetapi memilih berjuang untuk taat sehingga mati, meninggalkan problem yang begitu serius: apakah manusia berdosa yang memilih tak berdosa atau memberontak akan mendapatkan upah: ia diangkat menjadi Allah atau setidak-tidaknya menjadi lebih ilahi di atas semua manusia?

Sementara Paulus menunjukan kemuliaan Yesus adalah kemuliaan Bapa:
“dan segala lidah mengaku: "Yesus Kristus adalah Tuhan," bagi kemuliaan Allah, Bapa!”- Filipi 2:11

Sedari awal Yesus Kristus sudah mencegah pemikiran bahwa Yesus adalah manusia yang bisa berdosa sebagai konsekuensi alami ia menjadi sama dengan manusia. Padahal Yesus menegaskan dalam ia menjadi sama dengan manusia sekaligus ia tidak dalam ketakberdayaan manusia atas dosa dan pemerintahan maut. Sejak semula ia menyatakan menghormati dirinya adalah menghormati Bapa-Nya, dengan kata lain Ia menjadi dasar bagi setiap manusia untuk menghormati Bapa :

“supaya semua orang menghormati Anak sama seperti mereka menghormati Bapa. Barangsiapa tidak menghormati Anak, ia juga tidak menghormati Bapa, yang mengutus Dia.”- Yohanes 5:23

Ketika Yesus dipahami sebagai menjadi manusia sama seperti kita berbasiskan leksikal Yunani, bukan pada penjelasan Yesus dan kitab suci, maka manusia pengajar itu dan yang diajarkan akan tersesat sehingga mengimani Yesus Kristus yang begitu tak berdaya atas pemerintahan maut. Jika demikian, apakah dalam kematian ia bisa menaklukan maut sebagaimana pada Ibrani 2:9-15? Jika pendeta Erastus Sabdono percaya bahwa Yesus adalah manusia yang dapat berdosa karena ia menjadi manusia sama dengan manusia lainnya secara total mencakup berada dibawah pemerintahan dosa, maka sangat jelas problem ajaran ini adalah: dalam kematiannya ia mustahil bisa melakukan “Karena anak-anak itu adalah anak-anak dari darah dan daging, maka Ia juga menjadi sama dengan mereka dan mendapat bagian dalam keadaan mereka, supaya oleh kematian-Nya Ia memusnahkan dia, yaitu Iblis, yang berkuasa atas maut” (Ibrani 2:14-15). Apakah Yesus Kristus dan penulis-penulis PB yang berdusta-para rasul Kristus?


Saya akhiri pengantar ini di sini. Tulisan berseri ini akan saya upayakan tidak terlalu panjang, tetapi saya juga ingin menyampaikan saya tidak bisa menjanjikan serial ini akan tersaji secara teratur sehubungan dengan tanggung jawab saya terhadap pekerjaan yang Tuhan anugerahkan. Tetapi saya akan berjuang untuk menghadirkannya, mencoba menjawab pertanyaan-pertanyaan terkait ajaran bahwa Yesus bisa berdosa namun memilih untuk tidak berdosa. Walaupun dikatakan oleh pendeta Erastus, dari sinilah ia semakin kagum pada Yesus Kristus. Tetapi bukan soal bagaimana menjadi kagum pada Yesus yang dapat berdosa namun memilih tidak melakukannya, tetapi soal  Yesus yang manakah yang sedang diajarkannya dan anda imani- Natal  Sang Mesias yang bagaimanakah yang akan anda hidupi.

Saya juga pada  pengantar ini menyisipkan satu sumber tertulis pengajaran ini sebagai pdf. Ada satu sumber CD Audio, tetapi saya masih kesukaran bagaimana  memasukannya ke dalam blog.

Sebagai penutup bagian pengantar ini, saya ingin berkata: ujilah apapun juga yang anda dengar, baca dan pelajari. Tetapi ini hanya akan efektif jika anda menghargai alkitab sebagai sumber tertulis yang harus menjadi acuan utama untuk menguji apapun juga. Kiranya Roh Kudus mengiluminasi pengertian pada diri anda dan kita semua.

Semoga kita tidak Merayakan Natal Kelabu Karena saat ini tidak juga memiliki seorang Mesias yang tak bercela di hadapan iblis. Apakah anda saat ini Menghidupi iman yang tak membebaskan anda dari  iblis yang memerintah maut?

Soli Deo Gloria

No comments:

Post a Comment