Pages

17 June 2017

Bukan Seperti yang Dikira Relung Jiwa

Oleh: Martin Simamora

Kehendakku Atas  Segala Sesuatu
Di Dunia ini, Tak Pernah Sama Sekali Bersimpuh  Pada Diriku

Tak ada yang begitu membahagiakan seorang manusia kala apapun kehendaknya terpenuhi dan menghampiri dirinya penuh pemuasan hasrat diri. Tetapi bagaimana Alkitab bertutur mengenai segala kehendak diri di dunia ini? Adakah alkitab membicarakannya? Jawabannya ada dan Sang Mesias memberikannya secara vulgar sekaligus menciutkan  gelora jiwa untuk memeluknya erat-erat. Perhatikanlah ini:

Segala sesuatu yang kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah demikian juga kepada mereka. Itulah isi seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi.- Matius 7:12

Pada umumnya secara cepat ayat ini dilabelkan sebagai sebuah hukum kasualitas atau hukum sebab akibat atau hukum tabur tuai sebab menerakan sebuah timbal balik semacam ini: “segala sesuatu yang kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah demikian juga.” Tetapi ini bukan sama sekali!


Bahkan bukan “adakadabra” atau “law of attraction.” Ya… jika saja Yesus tidak memenjarakannya kedalam apapun yang disebutnya hanya dia yang dapat menggenapinya maka  “yang kamu kehendaki…supaya orang perbuat kepadamu” memang benar-benar menjadi mantra yang luar biasa. Hal kedua, yang begitu penting di sini, Sang Mesias tidak sama sekali sedang memuaskan keinginan   manusia yang seperti apapun juga baiknya (tentu pasti baik karena diharapkan dilakukan orang lain padanya) sebab “segala sesuatu yang kamu kehendaki” haruslah secara absolut menyatakan, menghidupi dan menggenapi: “itulah isi seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi.” Bagaimana mungkin “segala sesuatu yang kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah demikian juga” harus dan mutlak perwujudan isi seluruh hukum Taurat? 


Jika begitu masihkah dapat dikatakan segala sesuatu yang kamu kehendaki adalah kehendakmu sendiri? 



Kita tak perlu heran jika Sang Mesias berkata demikian, sebab Ia sendiri berkata terkait segala kehendak dirinya sendiri adalah ini:

Makanan-Ku ialah melakukan kehendak Dia yang mengutus Aku dan menyelesaikan pekerjaan-Nya”- Yohanes 4:34

Tidak ada pewujudan kehendak “terliar (atau terbebas yang dapat begitu merdeka untuk diraih)” yang paling ekspresif dan dapat dipertontonkan di depan khalayak umum secara penuh sukacita selain apa yang menjadi selera makan. Bicara makan maka itu selera lidah dan selera perut dan kerap banyak orang gagal mengontrol selera makannya yang berdampak pada kesehatan fisiknya mulai berat badan yang tak lagi proporsional. Bisa jadi ini berbicara makanan nyaris menjadi pembicaraan yang begitu liberal itu dibicarakan dan diinterpertasikan oleh setiap individu atau kelompok masyarakat. Dan Sang Mesias menyatakan apakah  makanannya atau apakah yang merupakan kehendak “terliarnya” di dunia ini. Apakah katanya? Katanya: “makananku ialah melakukan kehendak Dia yang mengutus Aku dan menyelesaikan pekerjaan-Nya.” Kita sedang melihat Manusia Tuhan beserta selera tersubstansinya yang tak dapat dibohongi, sebab merupakan makanan sehari-harinya yang adalah sumber kehidupan dan eksistensinya (karena siapapun jika tidak makan akan mati pada akhirnya-ini “eksistensi hidup” bukan menunjukan manusia lebih rendah daripada makanan yang dimakannya). Sang Mesias begitu berbeda dengan semua manusia lain sebab makanannya adalah eksistensi Allah dalam kesegenapannya yang paling penuh demonstrasi kuasa-Nya: “melakukan kehendak-Nya dan menyelesaikan pekerjaan-Nya.” Siapakah manusia yang makanannya adalah kehendak Allah dan melakukan apapun yang merupakan pekerjaan Allah sementara Ia juga manusia?


Dan  tahukah anda bahwa makanan-Nya itu adalah isi seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi, dan bagi Sang Mesias makanannya ini adalah tujuannya. Susah bagi manusia untuk dapat memahami bahwa makanan adalah sekaligus tujuannya di dunia ini, karena senantiasa makanan yang kita asupkan ke dalam eksistensi diri ini kerap tak selaras dengan apapun tujuan hidupmu, walau berangkali anda dan saya tahu. Bisa jadi seseorang tahu tujuan yang ingin dicapainya menjadi seorang ilmuwan antariksa, tetapi makanannya bukan belajar tekun tetapi bersenang-senang dan berpesta pora dalam waktu-waktu terproduktifnya. Kerap tidak perlu merupakan dosa-dosa keras seperti mencuri tetapi menyalahgunakan waktu telah menjadi makanan pokok menggantikan makanan belajar penuh ketekunan. Sebaliknya, pada Yesus memang makanannya adalah tujuannya  datang ke dalam dunia ini:

“Janganlah kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk meniadakan hukum Taurat atau kitab para nabi. Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya.” Karena Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya selama belum lenyap langit dan bumi ini, satu iota atau satu titikpun tidak akan ditiadakan dari hukum Taurat, sebelum semuanya terjadi.”- Matius 5:17-18

Siapa manusia yang makanannya adalah firman dan menjadikan dia memiliki sumber kehidupan pada dirinya sendiri? Rasul Yohanes dalam terang Roh Kudus begitu luar biasa ketika menuliskan “Dalam Dia ada hidup dan hidup itu adalah terang manusia” (Yohanes 1:4). Mengapa menakjubkan sebab sejak permulaan di kekalan sudah dikatakan bahwa Sang Mesias pada mulanya adalah Sang Firman yang adalah Allah:” Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah” (Yohanes 1:1) dan ketika telah menjadi manusia di dunia ini, Ia tetap bersama-sama dengan Allah untuk bersabda dan menyatakan Allah yang bersama-sama dengan-Nya sejak sebelum permulaan segala apapun yang dapat disebut permulaan: “Tidak seorangpun yang pernah melihat Allah; tetapi Anak Tunggal Allah, yang ada di pangkuan Bapa, Dialah yang menyatakan-Nya” (Yohanes 1:18).


Sekarang kita dapat memahami lebih baik ketika Sang Mesias berkata “Segala sesuatu yang kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah demikian juga kepada mereka. Itulah isi seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi” sedang menunjukan bahwa:

Ø tidak ada pemerintahan kehendak manusia yang tegak sementara ia hendak menuruti sabda Allah dalam sebuah penggenapan.

Ini lebih dari sekedar penundukan  penuh perjuangan berkeringat, karena sekalipun demikian akan tetap gagal. Yesus Sang Mesias pada dirinya sendiri mengindikasikannya sebagai “makananku.”
Karena eksistensinyalah maka itulah makanannya. Jangan bingung karena Yesus Sang Mesias menunjukan apakah dan darimanakah sumber keeksistensiannya sehingga makanannya begitu berbeda daripada semua manusia:

“Maka kata orang-orang Yahudi itu: "Apakah Ia mau bunuh diri dan karena itu dikatakan-Nya: Ke tempat Aku pergi, tidak mungkin kamu datang?" Lalu Ia berkata kepada mereka: "Kamu berasal dari bawah, Aku dari atas; kamu dari dunia ini, Aku bukan dari dunia ini.- Yohanes 8:22-23

Eksistensi diri Yesus adalah eksistensi aktual sebagai manusia bukan sebuah eksistensi yang holografik atau sebuah kesemuan dalam pandangan manusia. Karena ia memilik: diri, asal, dan tujuan terhadap manusia.


Ø Segala kehendak di sini haruslah menggenapi isi seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi.

Ini tak main-main karena ini dimulai dari yang tak terlihat sebab didalam jiwa. Tidak dikatakan segala perbuatan, tetapi segala kehendak! Dalam hal ini Sang Mesias melakukan penghakiman di kedalam batin setiap manusia pada “kehendak-kehendak” manusia. Dari kehendaklah datang penggenapan itu. Kesucian kehendak atau jiwa merupakan eksistensi perbuatan yang menggenapi isi seluruh… !


Dan Matius 7:12 itu merupakan kebenaran teragung bagi manusia. Hanya jika manusia kudus adanya maka ia sanggup menggenapi seluruhnya! Tak ada relativitas dan tidak ada gradasi dan penyesuaian atau adjustment yang menghasilkan humanisasi pada kehendak Sang Mesias. Itu jelas terlihat pada pendefinisian kebenaran itu sebagai absolut:

Matius 7:13 Masuklah melalui pintu yang sesak itu, karena lebarlah pintu dan luaslah jalan yang menuju kepada kebinasaan, dan banyak orang yang masuk melaluinya


Sang Mesias menyatakan, ini:

Segala sesuatu yang kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah demikian juga kepada mereka. Itulah isi seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi

Adalah pintu yang membawa hidup sebab memakan firman sebagai kebutuhan hidup sehari-harinya sungguh membuatnya hidup. Tetapi Yesus Sang Mesias menyatakan bahwa manusia tak suka dengan kehendak yang terpasung oleh keabsolutan moralitas Allah dalam definisi hukum Taurat dan kitab para nabi. Manusia senantiasa senang pada “Segala sesuatu yang kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah demikian juga” sebagai sebuah keluhuran moral dan hidup pada sesama. Tetapi mengangkatnya lebih tinggi hingga menjadi itulah isi seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi, apa perlunya? Apa perlunya berkehendak baik harus melibatkan Tuhan dan firman??


Sekalipun jelas konsekuensinya, lucunya manusia terlihat menjadi bodoh, sebab:

“karena sesaklah pintu dan sempitlah jalan yang menuju kepada kehidupan, dan sedikit orang yang mendapatinya." Matius 7:14

Kita harus mengingat secara cermat bahwa  terkait “sedikit orang yang mendapatinya”  terkait dengan  2 hal penting yang sedang berlangsung pada  saat itu dan dinyatakan-Nya terkait dirinya dalam berelasi dengan (1) “jalan menuju kehidupan” dan  (2)“itulah isi hukum Taurat dan kitab para nabi”:


1.     Akulah hidup:
“Jawab Yesus: "Akulah kebangkitan dan hidup; barangsiapa percaya kepada-Ku, ia akan hidup walaupun ia sudah mati” (Yohanes 11:25)


Kamu menyelidiki Kitab-kitab Suci, sebab kamu menyangka bahwa oleh-Nya kamu mempunyai hidup yang kekal, tetapi walaupun Kitab-kitab Suci itu memberi kesaksian tentang Aku, namun kamu tidak mau datang kepada-Ku untuk memperoleh hidup itu.” (Yohanes 5:39-40)

Ketika Yesus berkata sebagaimana Matius 7:13-14, ia sedang menunjuk pada dirinya dan memang pada saat ia di dunia tidak banyak yang dapat mendapati dirinya adalah JALAN SEMPIT MENUJU KEHIDUPAN. Sebagaimana Ia sendiri menyingkapkannya sebagai sebuah penggenapan yang begitu singkat rentangnya:

Sama seperti Bapa yang hidup mengutus Aku dan Aku hidup oleh Bapa, demikian juga barangsiapa yang memakan Aku, akan hidup oleh Aku. Inilah roti yang telah turun dari sorga, bukan roti seperti yang dimakan nenek moyangmu dan mereka telah mati. Barangsiapa makan roti ini, ia akan hidup selama-lamanya." Sesudah mendengar semuanya itu banyak dari murid-murid Yesus yang berkata: "Perkataan ini keras, siapakah yang sanggup mendengarkannya?"- Yohanes 6:57-58,60


Mulai dari waktu itu banyak murid-murid-Nya mengundurkan diri dan tidak lagi mengikut Dia.”- Yohanes 6:66


2.    Itulah isi hukum Taurat dan Kitab para nabi
Terkait manusia, Sang Mesias sudah memvonis semua tanpa kecuali bahwa pada eksistensi diri semua manusia itu sendiri, mustahil untuk menggenapinya, oleh sebab hakikat manusia itu ketika berhadapan dengan:

Sang Penggenap hukum Taurat dan kitab para nabi, maka:
Yohanes 3:19 Dan inilah hukuman itu: Terang telah datang ke dalam dunia, tetapi manusia lebih menyukai kegelapan dari pada terang, sebab perbuatan-perbuatan mereka jahat.

Merupakan keadaan manusia batin atau manusia rohani manusia yang memang akan tak mampu memenuhi tuntutan kekudusan Allah dengan menggenapinya sebagaimana Yesus Sang Mesias oleh sebab jiwa manusia memang sama sekali tak kudus:

Matius 5:18-19 Tetapi apa yang keluar dari mulut berasal dari hati dan itulah yang menajiskan orang. Karena dari hati timbul segala pikiran jahat, pembunuhan, perzinahan, percabulan, pencurian, sumpah palsu dan hujat. Itulah yang menajiskan orang

Sang Mesias sudah menyatakan bahwa dasar penggenapan hukum Taurat dimulai pada kehendak/hati bukan pada perbuatannya sebagai mata air penggenapan. Perbuatan eksternal tidak melahirkan penggenapan tetapi kehendak internal jiwa yang melahirkan perbuatan itu, itulah menjadi dasar lahirnya perbuatan kudus sebagaimana kudusnya Sang Penyabda “jangan membunuh” dan seterusnya.

Manusia tidak pernah berhasil menjadi para penggenap tak bercela sedikit saja sebagaimana Yesus, sehingga menjadi pintu menuju kehidupan berdasarkan perbuatannya.


Ini bukan anti perbuatan baik, ketika Yesus berkata seperti ini. Sebaliknya ia mendudukan perbuatan baik dalam bingkai kudus Tuhan: “Segala sesuatu yang kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah demikian juga kepada mereka. Itulah isi seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi.”


Hanya ketika seseorang berada di dalam Kristus saja maka segala perbuatan yang dapat dikatakan sebagai baik berasal dari jiwa yang dikuduskan dan dihidupkan dalam persekutuan hidup berdasarkan firman yang digenapkan secara sempurna oleh Yesus Sang Mesias:

“Akulah pokok anggur dan kamulah ranting-rantingnya. Barangsiapa tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia, ia berbuah banyak, sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa”-Yohanes 15:5


Sekarang  kita harus menjadi cerdas bahwa Yohanes 15:5 bukan hendak menyatakan bahwa manusia-manusia di luar Yesus tidak bermoral, tidak dapat berbuat baik dan tidak dapat melakukan kemuliaan-kemuliaan dalam dunia manusiawi ini. Bukan itu! Tetapi mustahil bagi siapapun untuk berbuah yang membuahkan dari pohon kehidupan Allah jika tak menerima hidup dari Allah: Akulah pokok anggur dan kamulah ranting-rantingnya.


Semua orang memiliki potensi optimal untuk berbuat baik dan membangun karakter, bahkan tanpa perlu mengenal eksistensi Allah dan mengenal, apalagi, Sang Mesias. Tetapi jelas perbuatan baik tak perlu, dalam dunia manusia ini, bertaut dengan kekudusan Allah dan kemurkaan Allah terhadap ketakudusan yang bagaimanapun. Dalam dunia manusia, pada pokok batangnya, memang manusia bisa membangun nilai-nilai etika dan moralitas tanpa sama sekali menyebut Tuhan, atau bilapun tersebutkan, maka itu Tuhan dalam bingkai-bingkai moralitas dan etika peradaban manusia, dimana Allah tidak boleh berdaulat dalam menentukan kebenaran yang bertakhta di atas kekudusannya. Sementara Yesus berkata, terkait perbuatan manusia yang baik di hadapan manusia:


Kamu adalah garam dunia. Jika garam itu menjadi tawar, dengan apakah ia diasinkan? Tidak ada lagi gunanya selain dibuang dan diinjak orang. Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga."- Matius 5:13,16


Kamu adalah ranting-ranting pokok anggur dan kamu adalah garam dunia merupakan eksistensi setiap  pengikut Kristus di dunia ini yang berelasi dengan Allah pada setiap aspek diri sehingga  melahirkan pemuliaan Bapa. Semua harus memiliki relasi pengenalan akan Bapa agar perbuatan baik masuk ke dalam kekudusan Bapa sebagai  yang mengharumkan Bapa, di dunia ini!


Apakah kehendakku, apakah kehendakmu? Inilah kehidupan rohani dalam kedewasaan berelasi dengan Tuhan yang membasahi bumi yang menerangi bumi yang membuat bumi bukan tujuan semesta diri selain menjadikan diri ini alat semesta bagi Allah demi kepentingannya sendiri sementara aku anak-Nya dan Ia Bapaku-mengenal jati diri anak Allah dalam sebuah kesejatian mengapa Allah memilihku sebelum dunia ini diciptakan. Dalam hal inilah kita turut serta di dalam Kristus melakukan kehendak Bapa dan melakukan pekerjaan Bapa. Di dalam Kristus.


Soli Deo Gloria


No comments:

Post a Comment