Oleh: Martin Simamora
Menuju
Destinasi yang Telah Ditetapkan Sang Gembala Agung
Kredit: GTD |
Kemanakah
destinasi perjalanan setiap orang percaya didalam Kristus? Apakah kita dapat bertahan di dalam kebenaran
dan hidup dalam kesetiaan kepada Kristus, sementara masih di dunia ini dan
dunia ini bukanlah dunia yang semakin bersahabat dengan keimanan kita di dalam
Kristus?
Destinasi
setiap pengikut Kristus tak lepas dari apakah yang menjadi tujuan dan yang
dilakukan Sang Kristus dalam kedatangannya ke dalam dunia:
Yohanes 9:39 Kata Yesus: "Aku datang ke dalam dunia untuk
menghakimi, supaya barangsiapa yang tidak melihat, dapat melihat, dan
supaya barangsiapa yang dapat melihat, menjadi buta."
Yohanes 3:16 Karena begitu
besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya
yang tunggal, supaya setiap orang
yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup
yang kekal.
Untuk sebuah alasan yang sangat jernih,
kedatangannya tidak membawa penghakiman kebinasaan seketika selain kehendak
untuk menyelamatkan dalam kasih-Nya yang begitu besar, sementara dosa tak
mungkin diabaikan dalam pembalasan-Nya:
Yohanes 3:17 Sebab Allah mengutus
Anak-Nya ke dalam dunia bukan untuk menghakimi dunia,
melainkan untuk menyelamatkannya oleh Dia.
Tidak menghakimi tetapi jelas dunia
membutuhkan penyelamatan-Nya, sehingga ini jauh lebih besar daripada dan bukan sama sekali
tidak dihakimi sehingga manusia terbebaskan dari segenap konsekuensi jika
tidak tunduk pada sabdanya ini. Dengan kata lain, sementara Ia sendiri tak
menghakimi, dunia ini tetap berada dalam status terhakimi-dan ini tepat
sebagaimana Yesus bersabda:
Yohanes 12:46-48 Aku telah datang ke dalam dunia
sebagai terang, supaya setiap orang yang percaya kepada-Ku, jangan tinggal di
dalam kegelapan. Dan jikalau seorang mendengar perkataan-Ku, tetapi
tidak melakukannya, Aku tidak
menjadi hakimnya, sebab Aku
datang bukan untuk menghakimi dunia, melainkan untuk menyelamatkannya. Barangsiapa
menolak Aku, dan tidak menerima
perkataan-Ku, ia sudah ada hakimnya, yaitu firman yang telah Kukatakan,
itulah yang akan menjadi hakimnya pada akhir zaman.
Di
sini, kita melihat begitu jernih bahwa momen kedatangan Yesus pertama di dunia
memang sama sekali bukan kedatangan sebagai hakim, itu terang benderang
dinyatakannya dalam sebuah pengkomunikasian yang verifikatif agar semua
mengerti jika ia sama sekali tidak untuk menghakimi. Tetapi pada saat yang sama
secara jernih ia menyingkapkan natur kedatangannya erat berkaitan dengan
problem terhakiki pada manusia yang hanya dapat diselamatkan-Nya. Apakah itu,
inilah sebagaimana diungkapkan Yesus Sang Mesias:
“Aku telah datang ke dalam dunia sebagai terang, supaya setiap orang yang percaya kepada-Ku, jangan tinggal di dalam kegelapan”
Ia
adalah Sang Terang, bukan hakim bagi manusia, tetapi ia adalah hakim yang
menyingkapkan bahwa kegelapan meliputi manusia dan manusia tidak dapat berbuat
apapun terkait pemerintahan kegelapan itu sendiri. Realitas ini disingkapkan
oleh Sang Mesias, dana kala menolak Yesus sebagai terang yang menyelamatkan maka keadaan manusia itu
tak terselamatkan lagi karena kini manusia itu tidak hanya tetap di dalam
kegelapan tetapi segera berada dibawah penghakiman firman-Nya yang berbunyi “Aku
telah datang ke dalam dunia sebagai terang, supaya setiap orang yang percaya
kepada-Ku, jangan tinggal dalam kegelapan.” Ini bahkan bukan
penghakiman yang menjadi ketetapan di dunia ini dan dapat terkubur oleh
perjalanan waktu, sebab ini adalah ketetapan pemerintahan Bapa di sorga,
sebagai Sang Mesias menyatakannya:
“Sebab Aku berkata-kata bukan dari
diri-Ku sendiri, tetapi Bapa, yang mengutus Aku, Dialah yang memerintahkan Aku
untuk mengatakan apa yang harus Aku katakan dan Aku sampaikan. Dan Aku tahu,
bahwa perintah-Nya itu adalah hidup yang kekal. Jadi apa yang Aku katakan, Aku
menyampaikannya sebagaimana yang difirmankan oleh Bapa kepada-Ku."-
Yohanes 12:49-50
Itu
sebabnya “ia sudah
ada hakimnya, yaitu firman yang telah Kukatakan, itulah yang akan
menjadi hakimnya pada akhir zaman” itu sendiri merupakan penghakiman yang
diselenggarakan oleh Bapa melalui Sang Mesias. Sebagaimana Sang Mesias telah
menyatakan siapakah dirinya itu:
“Bapa tidak menghakimi siapapun,
melainkan telah menyerahkan penghakiman itu seluruhnya kepada Anak”- Yohanes
5:22
“Dan Ia telah memberikan kuasa kepada-Nya
untuk menghakimi, karena Ia adalah Anak Manusia.”- Yohanes 5:27
Ia
adalah hakim pada akhir zaman, sabdanya adalah hakim agung atas segenap manusia
dari segala zaman atas semua ras, tak ada satupun manusia yang tak akan
terhakimi olehnya:
“Janganlah kamu heran akan hal itu, sebab
saatnya akan tiba, bahwa semua orang yang di
dalam kuburan akan mendengar suara-Nya”-
Yohanes 5:28
Perkataannya
bukan saja kekal, tetapi berkuasa atas dunia kubur atau maut untuk
membangkitkan semua manusia dari kuasa kematian dan berdiri di hadapan-Nya. Jadi Ia sendiri kala di dunia ini adalah yang berkuasa atas segenap kehidupan dan kesudahannya.
Gembala seperti inilah yang menggembalakan domba-domba-Nya
Perjalanan
Menuju Destinasi & Penggembalaanya
Orang-orang
beriman kepada Yesus Sang Kristus selama dalam perjalanan di dunia ini. akan
sepenuhnya didalam pemeliharaan-Nya dan
itu termasuk tindakan pendisiplinan dalam tujuan yang sama sekali
terpisah dalam Allah menghakimi dunia dengan segala keinginannya: “Tetapi
kalau kita menerima hukuman dari Tuhan, kita dididik, supaya kita
tidak akan dihukum bersama-sama dengan dunia (1 Korintus
11:32)”.
Sementara
kita masih dapat bersalah dan bukan mahkluk-makhluk kebal dari segala
siasat dan muslihat dunia ini, Allah tak membiarkan penyimpangan atau
penyerongan yang kita lakukan tanpa sebuah tindakan pencegahan, ini penting
sebab tanpa itu maka kesudahan tragis adalah keniscayaan bagi siapapun yang yang
hidup dalam kesalahan yang begitu multifasat hingga dapat membuat kita sama
sekali tak mengenali itu sebuah kesalahan atau kesesatan, karena kesalahan di
sini bukan soal itu kelir putih dan itu kelir hitam. Karena itulah, Ia mendisiplinkan
setiap anak-anak yang telah ditebus oleh Kristus, bukan sebagai tindakan
kebencian atau sebuah kemurkaan membinasakan tetapi sebuah tindakan yang
meluputkan saya dan anda dari berbagai tindakan yang kerap tak disadarinya
sebagai kebodohan yang sanggup
membahayakan diri sendiri kedalam persekutuan dengan dosa atau dunia dengan
segala keinginannya; Bapa memperlakukan kita sebagai anak-anak-Nya bukan
sebagai anak-anak dunia.
Itu
sebabnya apapun yang dinilai sebagai penghukuman atau pendisiplinan Bapa, tidak
akan pernah sama kepada dunia dengan segala keinginannya, oleh sebab tujuan
yang hendak diwujudkan yang berbeda sama sekali: dididik/diganjar sebagai anak
agar hidup menuju kehancuran dikembalikan ke destinasi yang telah dirancangkan
Bapa. Sementara pada iblis dan antek-anteknya, dihukum dalam pembinasaan. Setiap
manusia yang telah menjadi atau diangkat anak-anak-Nya, akan senantiasa dalam
didikannya sebagai anak-anak Bapa, agar benar-benar merefleksikan dirinya
sebagai anak-anak Bapa agar dunia mengenal kasih dan kebenaran Bapa bagi dunia
ini. Dalam Ia mengganjar atau bahkan dihajar dengan rotan, tidak berlangsung sebagai
anak-anak yang sedang kehilangan hak ke-anak-annya, sebab sedang berdosa dan
dihukum. Ini adalah relasi setiap pengikut Kristus yang sungguh-sungguh,
sementara berdiri dan hidup di dalam dunia yang sedang berjalan menuju
penghakiman Sang Mesias yang telah bangkit dari kematian. Jika ayah dunia ini saja tetap mengasihi
anaknya sebagai anaknya sementara sedang begitu marahnya karena sebuah
kesalahan yang berat, maka terlebih lagi Bapa di sorga. Mari kita memperhatikan
relasi ini didalam Surat Ibrani:
Ibrani 12:5-10 Dan sudah lupakah kamu
akan nasihat yang berbicara kepada kamu seperti kepada anak-anak: "Hai
anakku, janganlah anggap enteng didikan Tuhan, dan janganlah putus asa apabila engkau diperingatkan-Nya; karena Tuhan menghajar orang yang
dikasihi-Nya, dan Ia menyesah
orang yang diakui-Nya sebagai anak." Jika kamu harus menanggung
ganjaran; Allah
memperlakukan kamu seperti anak. Di manakah terdapat anak yang
tidak dihajar oleh ayahnya? Tetapi, jikalau kamu bebas dari ganjaran, yang
harus diderita setiap orang, maka kamu bukanlah anak, tetapi anak-anak gampang.
Selanjutnya: dari
ayah kita yang sebenarnya kita beroleh ganjaran, dan mereka kita hormati; kalau demikian bukankah
kita harus lebih taat kepada Bapa segala roh, supaya kita boleh hidup? Sebab
mereka mendidik kita dalam waktu yang
pendek sesuai dengan apa yang mereka anggap baik, tetapi Dia menghajar kita untuk kebaikan
kita, supaya kita beroleh bagian dalam kekudusan-Nya.
Kita harus memandang ini
sebagai sebuah kasih agung Bapa,
sebab sementara dunia semakin hari semakin kehilangan kasih dan apresiasinya
terhadap manusia, kemanusiaan dan darah sesamanya, Allah memastikan
setiap kita agar sementara adalah para pengikut Kristus yang masih dalam tubuh
daging dan di dalam dunia ini, tidak semakin lama semakin serupa dengan dunia ini dan pada
akhirnya menjadi pelayan-pelayan dunia bagi kehendak pemerintahan kegelapan dunia ini, tetapi agar beroleh bagian dalam kekudusan-nya.
Ingatlah,
Dunia ini mendidik anak-anaknya agar semakin serupa dengan dunia ini, maka
lebih benar lagi Bapa di sorga akan mendidik setiap tebusan Kristus untuk
semakin serupa dengan Kristus dan bukan bagi dunia ini, sehingga kita beroleh
bagian dalam kekudusannya. Jika dunia mendidik anak-anaknya dengan militansi menentang dan memberangus
kasih sesama manusia dan kepada Allah yang kudus dan kasih, maka Bapa di sorga
akan mendidik setiap pengikut Kristus untuk sebaliknya! Agar kita tetap berada
di dalam persekutuan di dalam kasih-Nya yang sanggup mempertahankan kita (satu
per satu) terhadap berbagai upaya dunia untuk membawa kembali ke dalam
pemerintahan dunia dengan segala keinginannya.
Itu sebabnya, relasi kita dengan
Bapa tidak mungkin terputus sekali saja dalam kita memang masih bisa
jatuh ke dalam kelemahan dan kejahatan-kejahatan sementara kita terus membangun pengenalan dan kehidupan di dalam Tuhan
dari waktu ke waktu, oleh karena satu hal saja, yaitu: dunia memang tidak berkuasa lagi
atas eksistensi dirimu sekalipun manusia
yang masih memiliki kelemahan dan hidup di dalam tubuh daging sebab ia sungguh
adalah manusia tebusan Kristus, ini
tepat sebagaimana Yesus sendiri telah bersabda:
“Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya
barangsiapa mendengar perkataan-Ku dan percaya kepada Dia yang mengutus Aku, ia
mempunyai hidup yang kekal dan tidak turut dihukum, sebab ia sudah pindah dari dalam maut ke dalam hidup”-
Yohanes 5:24
”Domba-domba-Ku mendengarkan suara-Ku dan
Aku mengenal mereka dan mereka mengikut Aku, dan Aku memberikan hidup yang kekal kepada mereka dan mereka pasti tidak akan binasa sampai
selama-lamanya dan seorangpun tidak akan merebut mereka dari tangan-Ku. Bapa-Ku, yang memberikan mereka kepada-Ku,
lebih besar dari pada siapapun, dan seorangpun tidak dapat merebut mereka dari
tangan Bapa.”- Yohanes 10:27-29
“Domba-domba-Ku
mendengarkan suara-Ku” apakah tujuannya Ia bersuara atau berkata-kata? Satu
tujuannya: suara itu adalah penggembalaan seorang gembala yang memastikan domba-dombanyanya
tiba di tujuan yang telah ditetapkan oleh si gembala dalam keadaan selamat dan
lengkap.” Janji Sang Gembala
Agung bagi domba-dombanya adalah: “mereka
pasti tidak akan binasa sampai selama-lamanya.”
Tetapi, bukankah pada
realitasnya ada
saja domba-domba yang badung atau bengal
dan memilih jalannya sendiri?
Jelas ada,
sebab pada dasarnya domba adalah mahkluk lemah dan bisa keluar dari kawanannya.
Dalam hal itu pun resiko kebinasaan domba yang keluar dari penjagaan dan
pemeliharaan sang gembala, juga ditanggung oleh Sang Gembala sebagaimana Yesus
secara jernih menyatakannya:
Matius 18:12-13 “Bagaimana pendapatmu? Jika seorang mempunyai seratus ekor domba,
dan seekor di antaranya sesat,
tidakkah ia akan meninggalkan yang sembilan puluh sembilan ekor di pegunungan
dan pergi mencari yang sesat itu?”
Dan Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya jika ia berhasil menemukannya,
lebih besar kegembiraannya atas yang seekor itu dari pada atas yang kesembilan
puluh sembilan ekor yang tidak sesat.
Sang
Mesias mengambil dari kehidupan nyata
sehari-hari, pada kehidupan para gembala domba. Mereka memiliki
kehidupan luar biasa dalam membangun relasi dengan gembalaannya. Pada dirinya, gembala
tahu yang terbaik dan teraman: dimanakah ia harus meninggalkan 99 domba, agar
sementara ia mencari satu yang terhilang untuk ditemukan, yang 99 tidak juga
binasa sementara ia tak ada! Pada domba yang terhilang itu, si gembala
mencarinya, mencari dengan segenap
kekuatannya yang mungkin dikerahkannya demi keselamatan si domba. Itu dicarinya
dengan begitu kasih dan kala dapat ditemukannya, itu jauh lebih membahagiakan
daripada kepada 99 yang taat pada penggembalaannya: “lebih besar kegembiraannya atas
yang seekor itu dari pada atas yang kesembilan puluh sembilan ekor yang tidak
sesat.”
Nah…ini
adalah gembala domba di dunia ini. Pada
kenyataannya mereka bisa gagal menemukan kembali domba yang tersesat
itu (jika ia berhasil ditemukan), sebab bagaimanapun
sebagai gembala ia adalah manusia fana dan tak berkuasa atas kehendak binatang
ternaknya itu dan tak berkuasa atas segenap ancaman yang dapat menerkam dan
membinasakannya. Tetapi pada poin inilah, Yesus menyatakan bahwa ia adalah
Gembala dengan rasio gagal menemukan kembali sebesar 0% hingga selama-lamanya.
Mengapa
demikian? Inilah sebabnya:
“Demikian
juga Bapamu yang di sorga tidak menghendaki supaya seorangpun dari
anak-anak ini hilang- Matius 18:14"”
“Bapa-Ku,
yang memberikan mereka kepada-Ku, lebih
besar dari pada siapapun, dan seorangpun
tidak dapat merebut mereka dari
tangan Bapa. Aku dan Bapa adalah satu- Yohanes 10:29-30"
Perhatikan,
relasi keamanan semacam ini bukan untuk menghasilkan keberimanan yang
begitu dungunya dan begitu membuang tanggungjawab setiap orang
percaya untuk mendengar dan mengikuti. Bukankah Yesus menyatakan karakter utama
domba-dombanya adalah mendengar suaranya dan mengikutnya?
Perhatikan
ini:
Jika semua dombanya telah dibawanya ke
luar, ia berjalan di depan mereka dan domba-domba
itu mengikuti dia, karena mereka
mengenal suaranya.- Yohanes 10:4
Ini,
dengan demikian, bukan sekali selamat tetap selamat dengan mengabaikan
kehidupan yang harus dilakukan oleh para domba-Nya. Ini adalah Penggembalaan
atau Penuntunan atau Pendidikan Kristus yang tak pernah gagal dan digagalkan
oleh kelemahan dan pemberontakan para domba-Nya, sebab Ia tahu bagaimana dalam didikan-Nya setiap dombanya
menjadi dewasa dan bertanggungjawab untuk hidup dalam ketaatan pada kehendak-Nya
hingga selamat di destinasinya dalam penuh kemuliaan dan penghargaan terhadap
kekudusan Allah yang dikenakannya selama berjalan di muka bumi ini.
Relasi
ayah dan anak di dunia, sebagaimana pada Ibrani 12 tadi, juga harus
memperhatikan bahwa Bapa di sorga lebih besar dari siapapun dalam mendidik
anak-anak tebusan Kristus agar tak
satupun juga yang lepas dari tangan Bapa-jatuh kembali ke tangan dunia atau
iblis. Apakah Bapa lebih kecil
daripada iblis? Apakah Bapa
lebih kecil dari kehebatan-kehebatan pemberontakan anak-anak tebusan Kristus
itu, sehingga Allah kehilangan akal menanganinya?
Kita
harus memahami realitas dunia ini penuh dengan resiko dan bahaya, yang bukan
dalam kapasitas para domba untuk menangkalnya, dengan kemanusiaan fana ini.
Bahkan anda saja tak bisa memastikan diri anda akan lepas dari resiko yang
dihasilkan oleh kelengahan dan ketakwaspadaan anda sendiri dalam hidup ini,
apalagi bahaya yang lebih besar dari
luar diri anda sendiri.
Kehidupan
kita bukan untuk dan melayani dunia ini dengan segala keinginannya tetapi bagi
Allah, itulah yang harus berlangsung dalam diri setiap domba Kristus sementara
ia masih melakukan perjalanan di dunia ini menuju destinasi yang telah
ditetapkan-Nya. Perhatikanlah dan kenakanlah dalam kehidupan kita sehari-hari, apa
yang diteladankan rasul Paulus dalam kehidupannya sendiri. Ini sungguh bernilai
untuk kita teladani sebagai teladan yang hidup:
2 Korintus 6:4-10 Sebaliknya, dalam segala hal kami menunjukkan,
bahwa kami adalah pelayan Allah,
yaitu: dalam menahan dengan penuh kesabaran dalam penderitaan, kesesakan dan
kesukaran, dalam menanggung dera, dalam penjara dan kerusuhan, dalam berjerih
payah, dalam berjaga-jaga dan berpuasa; dalam kemurnian hati, pengetahuan,
kesabaran, dan kemurahan hati; dalam Roh Kudus dan kasih yang tidak munafik; dalam
pemberitaan kebenaran dan kekuasaan Allah; dengan menggunakan senjata-senjata
keadilan untuk menyerang ataupun untuk membela ketika dihormati dan ketika
dihina; ketika diumpat atau ketika dipuji; ketika dianggap sebagai penipu,
namun dipercayai, sebagai orang yang tidak dikenal, namun terkenal; sebagai
orang yang nyaris mati, dan sungguh kami hidup; sebagai orang yang dihajar,
namun tidak mati; sebagai orang berdukacita, namun senantiasa bersukacita;
sebagai orang miskin, namun memperkaya banyak orang; sebagai orang tak
bermilik, sekalipun kami memiliki segala sesuatu.
Rasul
Paulus bahkan meminta setiap orang percaya untuk memeriksa atau menguji
dirinya, dan inilah yang harus kita uji pada diri sendiri:
2Korintus 13:5 Ujilah dirimu sendiri, apakah
kamu tetap tegak di dalam iman. Selidikilah
dirimu! Apakah kamu tidak yakin akan dirimu, bahwa Kristus Yesus ada di
dalam diri kamu? Sebab jika tidak demikian, kamu tidak tahan uji.
Kehidupan
domba sejati adalah kehidupan yang mampu menguji dirinya sendiri seberapa jauh
ia telah bertumbuh menjadi dewasa dalam iman dan ketaatan di dalam Kristus,
bukan kehidupan yang serampangan dan tak mampu menjadi terang dan tangguh di dunia yang
diliputi kegelapan ini.
Soli
Deo Gloria
No comments:
Post a Comment