Pages

01 April 2017

Kalau Tidak Mati Dahulu

Oleh: Martin Simamora

Memuliakan Kehidupan & Kematian Dalam Iman dan Kebenaran


Membicarakan kematian seharusnya sama pentingnya dengan membicarakan kehidupan itu sendiri, walau memang kesedihan mendalam pasti tak terelakan. Tetapi sebetulnya secara logika, membicarakan kematian haruslah disikapi jauh lebih waspada sebab berbeda dengan  membicarakan masa depan kehidupan, pada masa depan kematian, tidak ada satupun fasilitas semacam “wealth management” yang akan memberikan sebuah prospektif masa depan atas keuangan dan kesejahteraan anda, bahkan bagi anak anda, dan kalau anda cukup kuat kekayaannya bahkan mampu untuk melintasi 3 generasi lebih keturunan anda, jika  tiba saatnya bagi anda untuk meninggalkan dunia untuk masuk ke dalam kematian sendirian. Ayub sendiri secara jitu memberikan deskripsi singkat namun begitu bernas bagaimanakah kehidupan dan kematian bagi seorang  konglomerat yang sangat dekat dengan Tuhan:

"Dengan telanjang aku keluar dari kandungan ibuku, dengan telanjang juga aku akan kembali ke dalamnya. TUHAN yang memberi, TUHAN yang mengambil, terpujilah nama TUHAN!"- Ayub 1:21

Mempunyai tapi tidak memilikinya dan tidak memilikinya dalam mempunyai. Dalam hal itulah ia berkata “TUHAN yang memberi, TUHAN yang mengambil.” Sebuah pernyataan yang tegas dan jitu tentang bagaimanakah kehidupan eksistensi manusia itu bermakna. Ada manusia yang tak menyadari sama sekali bahwa Tuhan mengatasi segala eksistensi yang berindikator pada atribut-atribut yang dapat dimiliki manusia. Tak dapat disangkali bahwa eksistensi manusia tak lepas dari apa yang dimiliki dalam ia berkarya di dunia ini, sayangnya tak ada yang dapat melawan “penuaan” atau “bahaya” atau “ancaman-ancaman” selain manusia itu harus melihat kepada Tuhan sebagai sumber eksistensinya, jika ia mengakui-Nya. Itu sebabnya Ayub menunjukan bahwa Tuhanlah penentu eksistensinya: “Tuhan yang memberi, Tuhan yang mengambil” sambil berpuja-puji: “terpujilah nama TUHAN!”

Masih sanggupkah kita anak manusia berujar sama di hadapan Tuhan?

Masa depan kematian senantiasa akan memiliki 2 kamar pembicaraan. Sebagai orang Kristen kita biasanya mendapatkannya di dalam gereja di mimbar-mimbar pemberitaan firman, atau setidaknya pada perkumpulan-perkumpulan tengah minggu dan renungan-renungan rohani, di sini kita dapat bersikap dalam keseketikaan.  Tetapi kematian bukan hal yang dapat kita akuisisi berdasarkan keinginan dan berdasarkan karena usia sudah lanjut, sebaliknya “kematianlah yang mengakuisisi kehidupan seorang manusia” yang sayangnya tidak ditentukan berdasarkan kesepakatan kedua belah pihak. Itu sebabnya, kematian ketika dibicarakan dan direnungkan sebagai hal yang tak terelakan, manusia itu menjadi susah hatinya dan akan terbuka  dengan sumber-sumber yang datang dari pandangan-pandangan rohani keagamaan lainnya, bahkan ilmu pengetahuan untuk mencari berbagai jawaban tentang hidup dan mati. Inilah kamar kedua yang sangat privat dan tertutup yang sering berbeda dengan apa yang diungkapkannya kepada orang sekitarnya.


Hanya anda dan Tuhan yang tahu bagaimana diri ini memandang kematian. Manusia  hanya akan sanggup menyentuh pertanyaan-pertanyaan semacam apakah yang akan kuhadapi dan bagaimanakah kepastian dalam dunia setelah kematian yang akan kutempuh, dan kemanakah? Atau adakah itu??



Paulus  membawa ”isu” ini menjadi sebuah keotentikan yang serba pasti dan serba definitif bagaikan ia sendiri sudah melalui kematian. Ia berkata begini dalam Alkitab LAI:

“Tetapi mungkin ada orang yang bertanya: "Bagaimanakah orang mati dibangkitkan? Dan dengan tubuh apakah mereka akan datang kembali?" Hai orang bodoh! Apa yang engkau sendiri taburkan, tidak akan tumbuh dan hidup, kalau ia tidak mati dahulu. Dan yang engkau taburkan bukanlah tubuh tanaman yang akan tumbuh, tetapi biji yang tidak berkulit, umpamanya biji gandum atau biji lain.”- 1Korintus 15:35-37


Bagaimanakah orang mati dibangkitkan?” Kematian,kini adalah masalah universal dan teknologi begitu peduli sekali untuk menjawab atau mengatasi kecemasan kematian. Jadi ini tidak perlu menjadi senantiasa teologis atau spiritualis,sebab bahkan teknologi begitu bergairah dan memandang tinggi isu ini, ini akan menjadi bisnis “hidup panjang” yang akan dibayar berapapun harganya, jika ada. Ilmu pengetahuan berjuang sebisa-bisanya agar manusia dapat menahan kematian, atau setidaknya-tidaknya menahan penuaan yang merentakan tubuh dan kemampuan kognitif atau mencegah penyakit degeneratif yang mengiringi proses penuaan setiap manusia. Ada banyak alasan bagi manusia untuk berjuang menahan penuaan yang menakutkan dan apalagi kematian, tetapi satu yang pasti adalah: ketidakpastian setelah kematian itu sendiri tidak pernah menjadi tujuan sains itu sendiri. Sains begitu  cemas akan ketidakpastian manusia kala sudah tua, kala apa yang disebut usia muda dan usia keemasan atau kejayaan manusia mulai meredup yang ditandai dengan semakin melemahnya daya topang jasmaniah agar  kualitas hidup dan kemandirian tetap berlangsung.


Seorang pengembang teknologi dan biologis Amerika Serikat bersama mitranya, yaitu Peter Diamandis seorang pendiri entrepreneur X-Price Foundation  membangun sebuah perusahaan bernama Human Longevity Inc, sebagaimana diberitakan theguardian.com, 11 Januari 2015. Bagaimanakah  caranya? Saya kutipan apa yang dikatakan oleh Craig Venter:

It isn’t aimed at developing anti-ageing drugs or competing with Calico, says Venter. But it plans to create a giant database of 1 million human genome sequences by 2020, including from supercentenarians. Venter says that data should shed important new light on what makes for a longer, healthier life, and expects others working on life extension to use his database. “Our approach can help Calico immensely and if their approach is successful it can help me live longer,” explains Venter. “We hope to be the reference centre at the middle of everything.”


”Ini tidak ditujukan  pada pengembangan obat-obatan anti penuaan atau berkompetisi dengan Calico, ujar Venter. Tetapi  X-Price Foundation merencanakan untuk menciptakan sebuah pangkalan data (data base) raksasa atas 1 juta tatanan nukleotida DNA menjelang 2020, termasuk dari orang-orang yang mencapai usia 110 tahun atau lebih yang dikenal sebagai supercentenarian. Venter menyatakan bahwa data akan memungkinkan cahaya baru  yang penting pada apakah yang membuat  sebuah hidup yang lebih lama, hidup yang lebih sehat, dan mengharapkan pihak-pihal lain   bekerja pada bagaimana memperpanjang hidup untuk menggunakan pangkalan datanya. “Pendekatan kami dapat membantu Calico (perusahaan biotek dengan teknologi untuk menangkal penuaan) secara luar biasa dan jika pendekatan mereka berhasil, itu dapat membantuku hidup lebih lama,” jelas Venter. “ Kita berharap menjadi  pusat rujukan bagi  apapun juga terkait ini.”


Ini bahkan lebih dari sekedar pembicaraan serius, sebab ini investasi yang luar biasa mahalnya baik pada peradaban manusia dan finansial bagi kemanusiaan yang lebih maju dan lebih berkuasa atas penuaan dan jika mungkin atas kematian. Bahkan ini bukan sebuah upaya untuk sekedar memiliki kehidupan yang lebih panjang lagi namun tetap lemah dan berpenyakitan sehingga tak produktif, tapi upaya secara teknologi yang diupayakan untuk menghasilkan kehidupan usia lanjut namun  lebih sehat sehingga produktif sebagaimana angkatan muda.


Pada umumnya, semua manusia ingin hidup lebih lama, kalau bukan untuk abadi. Sebagian ada yang beranggapan setelah mati maka eksistensinya lenyap. Jadi kerap tidak akan ada isu atau soal apakah nanti akan berhadapan dengan “Tuhan” atau tidak. Jadi, dalam pandangan semacam ini, hidup di dunia saat ini, begitu penting dan begitu pokok sebab eksistensi seorang manusia adanya di dunia ini. Berpikir melampaui ini baik secara filsafat atau  spiritual, bagi kebanyakan manusia, terlampau spekulatif untuk dianggap begitu penting.


Tetapi,  mengenai ini, rasul Paulus berkata sebaliknya:

Hai orang bodoh! Apa yang engkau sendiri taburkan, tidak akan tumbuh dan hidup, kalau ia tidak mati dahulu.- 1Korintus 15:36

Di sini Paulus, juga berbicara hidup yang lebih panjang, lebih tepatnya yang menaklukan kuasa kematian atas eksistensi manusia. Bedanya dengan Craig Venter, Paulus menempatkan kematian sebagai semacam rantai proses teramat penting yang wajib dilalui oleh jemaatnya, orang-orang beriman kepada Yesus Kristus, sebagai penjelasan mengapa kematian dibicarakan sebagai kuasa yang telah ditaklukan oleh seorang pengikut Kristus dalam ia memasuki kematian itu sendiri sebab Kristus sendiri membuktikan kepada banyak orang bahwa kuasa kematian telah ditaklukannya dalam kematiannya sendiri. Perhatikan demonstrasi Sang Mesias yang dikisahulangkan oleh Paulus berikut ini:

“Dan sekarang, saudara-saudara, aku mau mengingatkan kamu kepada Injil yang aku beritakan kepadamu dan yang kamu terima, dan yang di dalamnya kamu teguh berdiri.  Oleh Injil itu kamu diselamatkan, asal kamu teguh berpegang padanya, seperti yang telah kuberitakan kepadamu--kecuali kalau kamu telah sia-sia saja menjadi percaya. Sebab yang sangat penting telah kusampaikan kepadamu, yaitu apa yang telah kuterima sendiri, ialah bahwa Kristus telah mati karena dosa-dosa kita, sesuai dengan Kitab Suci, bahwa Ia telah dikuburkan, dan bahwa Ia telah dibangkitkan, pada hari yang ketiga, sesuai dengan Kitab Suci; bahwa Ia telah menampakkan diri kepada Kefas dan kemudian kepada kedua belas murid-Nya. Sesudah itu Ia menampakkan diri kepada lebih dari lima ratus saudara sekaligus; kebanyakan dari mereka masih hidup sampai sekarang, tetapi beberapa di antaranya telah meninggal. Selanjutnya Ia menampakkan diri kepada Yakobus, kemudian kepada semua rasul. Dan yang paling akhir dari semuanya Ia menampakkan diri juga kepadaku, sama seperti kepada anak yang lahir sebelum waktunya.- 1Kor 15:1-8

Paulus mempresentasikan kehidupan dan kematian sama pentingnya dan sama menyukakannya oleh karena satu orang saja, yaitu Kristus telah mati dan Ia telah dibangkitkan, pada hari yang ketiga sebagai sebuah sepasang kebenaran yang harus terjadi sebab sudah disabdakan: sesuai dengan Kitab Suci. Dan itu memang sebagaimana diajarkan Yesus kepada murid-muridnya:


“Lalu Ia berkata kepada mereka: "Hai kamu orang bodoh, betapa lambannya hatimu, sehingga kamu tidak percaya segala sesuatu, yang telah dikatakan para nabi! Bukankah Mesias harus menderita semuanya itu untuk masuk ke dalam kemuliaan-Nya?" Lalu Ia menjelaskan kepada mereka apa yang tertulis tentang Dia dalam seluruh Kitab Suci, mulai dari kitab-kitab Musa dan segala kitab nabi-nabi.- Lukas 24:25-27

“Ia berkata kepada mereka: "Inilah perkataan-Ku, yang telah Kukatakan kepadamu ketika Aku masih bersama-sama dengan kamu, yakni bahwa harus digenapi semua yang ada tertulis tentang Aku dalam kitab Taurat Musa dan kitab nabi-nabi dan kitab Mazmur." Lalu Ia membuka pikiran mereka, sehingga mereka mengerti Kitab Suci.- Lukas 24:44-45


Kematian dan kebangkitan dari kematian dapat dipresentasikan sebagai peristiwa kudus dalam kehidupan bersama Tuhan yang kudus, boleh terjadi oleh sebab peristiwa itu telah dikuduskan kedalam haribaan Tuhan agar terjadi dan menjadi tontonan yang paling menggentarkan kemanusiaan setiap manusia di dunia ini-bahwa dalam Kristus ada kepastian terlepas dari perbudakan maut sementara masih hidup. Kematian dan kebangkitan dari kematian sebagai sepasang peristiwa yang dikuduskan Allah di dalam Kristus dapat  terlihat nyata dengan “ sesuai dengan Kitab Suci” oleh Paulus yang berpondasi pada sabda Kristus kepada para murid yang berbunyi: “Hai kamu orang bodoh, betapa lambannya hatimu, sehingga kamu tidak percaya segala sesuatu, yang telah dikatakan para nabi!


Yesus Sang Mesias menunjukan bahwa kematian telah ditaklukan kuasanya atas kemanusiaan manusia, itu disebabkan oleh Allah bersabda untuk menaklukan perbudakan maut atas kematian. Sementara penuaan adalah tanda-tanda alami menuju kesudahan hidup tubuh ini di dunia, Yesus Sang Mesias telah berbicara kuasa dirinya atas kematian manusia berlandaskan pada sabda Allah yang telah direkam oleh para nabi untuk digenapinya.


Paulus, bahkan sebagaimana Yesus meneladankan, tegas dan keras berujar dalam kombinasi yang sangat impresif dan mencengangkan:

Hai orang bodoh!
Dan
tidak akan tumbuh dan hidup, kalau ia tidak mati dahulu.”


Tidak ada kemencekaman dalam menghadapi kematian dan tidak ada permusuhan dengan kematian selain hal yang harus didambakan sebagai bagian penting dalam perjalanan hidup bersama dan mengiringi  Tuhan sebagai gembala yang menggembalakan saya dan anda melintasi bayang-bayang maut (Maz 23). Membaca “tidak akan tumbuh dan hidup, kalau ia tidak mati dahulu,” jelas bukan optimisme yang dilahirkan oleh candu agama, sebab Yesus sendiri adalah akar atau pokok utama kebenaran ini sebagaimana ia telah bersabda tentang kematian yang akan menjadi taklukannya dalam perkataan sebelum kematian berjumpa dengannya: “jikalau biji gandum tidak jatuh ke dalam tanah dan mati, ia tetap satu biji saja; tetapi jika ia mati, ia akan menghasilkan banyak buah.”


Coba kita melihat bagaimana Yesus Sang Mesias membicarakan kematiannya sendiri [sementara ia sendiri belum lagi memasuki kematian itu]yang bertaut tak terpisahkan dengan kematian banyak orang yang akan menerima kehidupan berdasarkan  dirinya dan pemberian dirinya yang mata airnya adalah kematiannya yang menaklukan kematian itu sendiri:” jika ia mati, ia akan menghasilkan banyak buah.” Ia tak sekedar menaklukan kuasa kematian bagi dirinya sendiri, tetapi oleh kematiannya maka kuasa kematian atas banyak orang yang berada di dalamnya akan punah! Ia menjelaskan dalam sebuah relasi persekutuan antara pohon kehidupan dan buah-buah yang tumbuh berdasarkan pemberian Sang Hidup dalam sebuah ekspresi yang begitu tajam: “Jika ia mati, ia akan menghasilkan banyak buah.”


Itu sebabnya dalam bahasa renyah dan rileks, saya akan berkata begini: saya tak akan pernah mau sekali saja menitipkan kematianku di tangan dunia ini dan di tangan spekulasi dunia ini selain menitipkan kematian ini ke dalam genggaman tangan Sang Mesias. Baiklah, sekali lagi, saya akan tunjukan kepada anda mengapa tiada spekulasi dan mengapa seharusnya menyerahkan kematian sebagai sebuah persembahan hidup sejak kita semula di dunia ini, itu karena Yesus memang berkuasa secara demikian dan layak menerima pemuliaan termahal yang dapat saya dan anda lakukan, yaitu persembahkan hidup dan diri ini kepada Sang Mesias dalam anda sebagai apapun saat ini: ayah, ibu, suami, isteri, karyawan, pengusaha atau seorang taipan tersohor. Lihat apa yang diucapkan Yesus:


▬“Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya jikalau biji gandum tidak jatuh ke dalam tanah dan mati, ia tetap satu biji saja; tetapi jika ia mati, ia akan menghasilkan banyak buah. Barangsiapa mencintai nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya, tetapi barangsiapa tidak mencintai nyawanya di dunia ini, ia akan memeliharanya untuk hidup yang kekal.”- Yohanes 12:24-26


▬ “Sekarang jiwa-Ku terharu dan apakah yang akan Kukatakan? Bapa, selamatkanlah Aku dari saat ini? Tidak, sebab untuk itulah Aku datang ke dalam saat ini.”- Yohanes 12:27

▬ “Sekarang berlangsung penghakiman atas dunia ini: sekarang juga penguasa dunia ini akan dilemparkan ke luar” – Yohanes 12:31




▬ “dan Aku, apabila Aku ditinggikan dari bumi, Aku akan menarik semua orang datang kepada-Ku."- Yohanes 12:32


▬ “Ini dikatakan-Nya untuk menyatakan bagaimana caranya Ia akan mati.”- Yohanes 12:33


Sehingga, apa yang  dikatakan Paulus, bukanlah konsepsi tetapi kehidupan didalam Kristus atau kehidupan yang menghamba kepada Kristus sampai nyawa pun haruslah seorang hamba bagi kehendak Kristus, sementara memang benar selama saya  di dunia ini, saya dan anda memiliki kewajiban-kewajiban yang harus dipenuhi  dan mentaati setiap instruksi kerja atasan-atasan sejauh itu adalah lingkup kerja yang menjadi tanggung jawab, jika anda seorang karyawan.


Ada perbedaan begitu tajam yang dihadirkan Kristus terkait eksistensi kehidupan di dunia ini. Seperti ini dikatakan oleh Yesus: barangsiapa tidak mencintai nyawanya di dunia ini, ia akan memeliharanya untuk hidup yang kekal.


Tidak mencintai nyawanya di dunia ini?ini bukan bermakna fatalisme atau bahkan biarkan saja diri ini dibunuh oleh apapun dan siapapun juga, sebab yang sedang dibicarakan adalah kehidupan kekal atau kehidupan yang menaklukan kematian yang menghasilkan kehidupan bersama Allah  yang kudus dan penuh kasih karunia.


Sains sekalipun produk intelektual dan  produk yang menunjukan manusia adalah makhluk  mulia  yang dapat menghasilkan moralitasnya sendiri, namun ia sendiri adalah budak maut sehingga mana mungkin mengatasi problem ini sementara ia kala kian menua dan memasuki kematian akan melakukan sebuah perjalan sendiri penuh misterius.


Paulus tidak demikian adanya, ia bahkan lantang berujar begini:

Karena yang dapat binasa ini harus mengenakan yang tidak dapat binasa, dan yang dapat mati ini harus mengenakan yang tidak dapat mati. Dan sesudah yang dapat binasa ini mengenakan yang tidak dapat binasa dan yang dapat mati ini mengenakan yang tidak dapat mati, maka akan genaplah firman Tuhan yang tertulis: "Maut telah ditelan dalam kemenangan. Hai maut di manakah kemenanganmu? Hai maut, di manakah sengatmu?"- 1 Korintus 15:53-55

Jika Paulus saat hidupnya dapat menuliskan “Hai maut di manakah kemenanganmu?” Darimanakah itu datangnya? Jelas dari Sang Kristus, sebab ia berkata tadi: “Dan yang paling akhir dari semuanya Ia menampakkan diri juga kepadaku.” Tentu saya dan anda tidak dapat mengalami pengalaman seperti Paulus dan baru setelah itu baru dapat berkata “Hai maut di manakah kemenanganmu?” Tetapi jelas saya dan anda dapat berseru secara demikian dalam menghadapi kuasa maut, sebab Kristus telah bersabda sebelum ia sendiri masuk ke dalam kematian:” “jikalau biji gandum tidak jatuh ke dalam tanah dan mati, ia tetap satu biji saja; tetapi jika ia mati, ia akan menghasilkan banyak buah.”



Penuaan itu sebuah kepastian sebagaimana kematian itu datang; sakit penyakit itu sendiri sebuah keniscayaan bagi tubuh entah seringan apapun juga itu walau sekedar flu ringan, sebagaimana kematian itu datang. Begitulah dunia kita, dan karena itulah jangan menjadi terlampau keras dengan dirimu kala kesembuhan dan mujizat tak kunjung datang dalam ketekunanmu beriman dan mengenal Kristus adalah tabib atas segala penyakit! Bukankah anda seharusnya dapat berkata: Hai maut di manakah kemenanganmu?  [ 1 Korintus 15:54; Yesaya25:8 ‘Ia akan meniadakan maut untuk seterusnya”]



Atau, tidakkah anda?




Selamat merenungkan dan selamat hidup sebagai hamba-hamba Kristus yang setia, bahkan nyawa ini sendiri harus bersujud kepadanya sementara tubuh ini bekerja keras di kantor perusahaan anda atau apapun juga yang anda lakukan.



Sebab yang sangat kurindukan dan kuharapkan ialah bahwa aku dalam segala hal tidak akan beroleh malu, melainkan seperti sediakala, demikianpun sekarang, Kristus dengan nyata dimuliakan di dalam tubuhku, baik oleh hidupku, maupun oleh matiku. Karena bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan. Tetapi jika aku harus hidup di dunia ini, itu berarti bagiku bekerja memberi buah. Jadi mana yang harus kupilih, aku tidak tahu.
Filipi 1:20-22

Soli Deo Gloria


No comments:

Post a Comment