Pages

09 January 2017

Tinjauan:Pengajaran Pdt.Erastus Sabdono Tentang Corpus Delicti (38/40)

Oleh: Martin Simamora

Sepuluh Bagian Keempat
Hidup Baru Telah Memampukan Kita Menjadi Corpus Delicti atau Barang Bukti Yang Menunjukan Sang Mesias Telah Membinasakan Perhambaan Iblis Atas Diri Kita

(Lebih dulu di “Bible Alone”-Senin, 13 September 2016- telah diedit dan dikoreksi)


Bacalah lebih dulu: “bagian 37

Pembebasan oleh Sang Kristus dengan demikian adalah sebuah pembebasan yang menciptakan kehidupan  baru bagi manusia beriman itu, sekaligus ia menghasilkan pada dirinya kehidupan baru berdasarkan pembebasan dari maut dan dosa. Dalam hal ini, menjadi begitu jelas, pembentukan kehidupan baru setiap pengikut Kristus bukan sama sekali pembangunan karakter agar menjadi  atau mencapai sebuah standard moralitas  tertentu sehingga karakternya kemudian dapat ber-ilahi. Mengapa demikian? Sebab dasar seorang anak Tuhan membentuk kehidupan baru bagi kemanusiaanya adalah Yesus yang membebaskannya dari perbudakan maut, bukan pembangunan karakter ilahi yang diperjuangkan hingga mati untuk diharapkan menghasilkan pembebasan dari perhambaan maut atau dosa.


Mari kita memperhatikan sebuah nasihat hidup baru yang diajarkan kepada jemaat Efesus berikut ini untuk memahaminya:

“Sebab itu kukatakan dan kutegaskan ini kepadamu di dalam Tuhan: Jangan hidup lagi sama seperti orang-orang yang tidak mengenal Allah dengan pikirannya yang sia-sia dan pengertiannya yang gelap, jauh dari hidup persekutuan dengan Allah, karena kebodohan yang ada di dalam mereka dan karena kedegilan hati mereka. Perasaan mereka telah tumpul, sehingga mereka menyerahkan diri kepada hawa nafsu dan mengerjakan dengan serakah segala macam kecemaran. Tetapi kamu bukan demikian. Kamu telah belajar mengenal Kristus. Karena kamu telah mendengar tentang Dia dan menerima pengajaran di dalam Dia menurut kebenaran yang nyata dalam Yesus, yaitu bahwa kamu, berhubung dengan kehidupan kamu yang dahulu, harus menanggalkan manusia lama, yang menemui kebinasaannya oleh nafsunya yang menyesatkan, supaya kamu dibaharui di dalam roh dan pikiranmu, dan mengenakan manusia baru, yang telah diciptakan menurut kehendak Allah di dalam kebenaran dan kekudusan yang sesungguhnya. Karena itu buanglah dusta dan berkatalah benar seorang kepada yang lain, karena kita adalah sesama anggota. Apabila kamu menjadi marah, janganlah kamu berbuat dosa: janganlah matahari terbenam, sebelum padam amarahmu dan janganlah beri kesempatan kepada Iblis. Orang yang mencuri, janganlah ia mencuri lagi, tetapi baiklah ia bekerja keras dan melakukan pekerjaan yang baik dengan tangannya sendiri, supaya ia dapat membagikan sesuatu kepada orang yang berkekurangan. Janganlah ada perkataan kotor keluar dari mulutmu, tetapi pakailah perkataan yang baik untuk membangun, di mana perlu, supaya mereka yang mendengarnya, beroleh kasih karunia. Dan janganlah kamu mendukakan Roh Kudus Allah, yang telah memeteraikan kamu menjelang hari penyelamatan. Segala kepahitan, kegeraman, kemarahan, pertikaian dan fitnah hendaklah dibuang dari antara kamu, demikian pula segala kejahatan. Tetapi hendaklah kamu ramah seorang terhadap yang lain, penuh kasih mesra dan saling mengampuni, sebagaimana Allah di dalam Kristus telah mengampuni kamu.- Efesus 4:17-32


Perhatikan, apapun wujud kehidupan atau perbuatan baik dan apa yang kita sebut sebagai “berkarakter ilahi” akan senantiasa berpondasi pada apakah seseorang itu mengenal Allah yang hidup dan benar di dalam Yesus Kristus, ataukah ia tidak: "kamu telah belajar mengenal Allah."


Jadi bukan sebaliknya, bahwa jikalau seseorang itu memiliki karakter yang mulia dan berperilaku baik maka itu merupakan bukti bahwa orang tersebut hidup berkenan bagi Allah, tak peduli apakah pada orang itu sendiri merasa perlu untuk menilai penting untuk mengenali Allah demi sekedar bermoral baik sehingga ia menjadi manusia yang baik dan berkarakter yang disebut "ilahi??"



Perhatikan ini: “Jangan hidup lagi sama seperti orang-orang yang tidak mengenal Allah dengan pikirannya yang sia-sia dan pengertiannya yang gelap, jauh dari hidup persekutuan dengan Allah.” Instruksi rasul Paulus bagi mereka yang telah menjadi percaya kepada Kristus atau telah dibebaskan dari perhambaan maut, adalah: “jangan  hidup lagi sama seperti orang-orang yang tidak mengenal Allah” yang menunjukan bahwa sumber perubahan hidup atau perubahan yang benar-benar perubahan dimulai dari mengenal Allah. Tak mengenal Allah adalah pondasi bagi tumbuhnya sebuah kehidupan yang jauh lebih mematikan daripada semata problem  akar kejahatan dalam dunia manusia: tak berkarakter baik dan tak berperilaku mulia kepada sesama manusia, yaitu: pikiran sia-sia dan pengertian yang gelap. Apakah yang sedang dimaksudkan Paulus dengan “pikiran sia-sia dan pengertian yang gelap itu,” samakah sebagaimana yang dipahami pada umumnya? Ternyata  bukanlah semacam pikiran yang bersekutu dengan gagasan-gagasan kejahatan dengan segala rupa buruknya dan dengan segala siasatnya yang cerdik dan manis sehingga bisa menyeret manusia kedalam kejahatan bahkan dalam perwajahannya yang “suci” atau memperdaya. Apa yang dimaksudkan Paulus dengan “pikiran sia-sia dan pengertian yang gelap” adalah keadaan pikiran dan pengertian yang “jauh dari persekutuan dengan Allah.” Dengan kata lain, pembebasan dari perhambaan maut atau iblis adalah dasar atau pondasi untuk memasuki dan mewujudkan “Jangan hidup lagi sama seperti orang-orang yang tidak mengenal Allah.” Jadi, di sini, “pikiran sia-sia dan pengertian yang gelap” bukan problem-problem yang berakar di universalisme moral terhadap sesama manusia dan universalisme “mengenal Allah” berdasarkan pengenaan  hati yang baru yang membenci hingga menjadi jijik terhadap berbagai rupa gagasan dan praktik-praktik kejahatan. Bukan seperti itu sama sekali.


Kuncinya ada pada: apakah seseorang itu telah mengenal Kristus atau tidak. Ini adalah sebuah kemutlakan atau keabsolutan yang akan menentukan apakah seseorang itu hidup sebagai orang yang mengenal Allah atau tidak. Jadi, di sini, mengenal Allah bukanlah sebuah kehidupan yang bisa diciptakan berdasarkan perubahan dan pembangunan karakter yang membenci segala gagasan kejahatan atau hitam beserta segala siasat liciknya yang licin, cantik dan sangat memperdaya. Sekalipun seorang manusia dapat melakukannya, dan memang bisa diupayakan dan diwujudkan, tetapi itu sama sekali tak akan menjadikan orang tersebut menjadi mengenal Allah. Ini nampak dalam pernyataan lanjutan rasul Paulus kepada jemaat di Efesus:


Tetapi kamu bukan demikian. Kamu telah belajar mengenal Kristus. Karena kamu telah mendengar tentang Dia dan menerima pengajaran di dalam Dia menurut kebenaran yang nyata dalam Yesus


Tetapi kamu bukan demikian,” maksudnya adalah: “jemaat Efesus bukanlah orang-orang yang tidak mengenal Allah.” Itu sebabnya pengontrasannya bukan sekedar “kamu bukan demikian” tetapi dilanjutkan hingga kepada jati diri manusia yang telah dibebaskan Kristus dari perhambaan maut, dengan menyatakan: “kamu telah belajar mengenal Kristus. Karena kamu telah mendengar tentang Dia dan menerima pengajaran di dalam Dia menurut kebenaran yang nyata dalam Yesus.” Jemaat Efesus adalah jemaat kontemporer dibandingkan dengan para rasul Kristus tersebut. Jika para rasul Kristus belajar mengenal Kristus, mendengar Kristus, menerima pengajaran Kristus secara langsung dan dalam sebuah kehidupan yang mengikutnya senantiasa kemana saja Yesus pergi, maka jemaat Efesus, sebagaimana saya dan anda, mengenal Yesus Kristus berdasarkan “menerima pengajaran di dalam Dia menurut kebenaran yang nyata dalam Yesus” berdasarkan menerima pengajaran dan kesaksian yang untuk era sudah ada Alkitab sebagaimana telah kita miliki, dapat dijumpai dalam Alkitab. Jemaat Efesus, eranya belum memiliki bahkan apa yang kita kenal sebagai perjanjian baru, tetapi tetap menerima pengajaran Kristus berdasarkan disampaikan dan diajarkan oleh  Rasul Paulus, yang kemudian menunjuk juga Thikikus (yang disebut Paulus sebagai pelayan  yang setia di dalam Tuhan-Efesus 6:21 untuk membantunya).


Itu sebabnya, dasar membangun manusia baru di dalam Kristus, bukan pada bagaimana mengubah moral dalam sebuah usaha keras yang pantang  menyerah sebagai pondasi  dan sebagai sumber kehidupan untuk mewujudkan “tetapi kamu tidak demikian.” Apa yang menjadi pondasi bagi setiap orang untuk berbeda dengan semua orang dunia atau semua orang yang tak mengenal Kristus adalah memiliki pengenalan akan Kristus! Anda dan saya harus belajar mengenal Kristus, tepat sebagaimana jemaat Kristus era para rasul bertekun belajar mengenal Kristus bersama para rasul:


┴Mereka bertekun dalam pengajaran rasul-rasul dan dalam persekutuan.- Kisah Para Rasul 2:42


Tetapi sesudah hari raya Roti Tidak Beragi kami berlayar dari Filipi dan empat hari kemudian sampailah kami di Troas dan bertemu dengan mereka. Di situ kami tinggal tujuh hari lamanya. Pada hari pertama dalam minggu itu, ketika kami berkumpul untuk memecah-mecahkan roti, Paulus berbicara dengan saudara-saudara di situ, karena ia bermaksud untuk berangkat pada keesokan harinya. Pembicaraan itu berlangsung sampai tengah malam. Di ruang atas, di mana kami berkumpul, dinyalakan banyak lampu. Seorang muda bernama Eutikhus duduk di jendela. Karena Paulus amat lama berbicara, orang muda itu tidak dapat menahan kantuknya. Akhirnya ia tertidur lelap dan jatuh dari tingkat ketiga ke bawah. Ketika ia diangkat orang, ia sudah mati.- Kisah Para Rasul 20:6-9


Setelah kembali di ruang atas, Paulus memecah-mecahkan roti lalu makan; habis makan masih lama lagi ia berbicara, sampai fajar menyingsing. Kemudian ia berangkat.- Kisah Para Rasul 20:11


Aku mengucap syukur kepada Allahku karena persekutuanmu dalam Berita Injil mulai dari hari pertama sampai sekarang ini.- Filipi 1:5


Apa yang telah ada sejak semula, yang telah kami dengar, yang telah kami lihat dengan mata kami, yang telah kami saksikan dan yang telah kami raba dengan tangan kami tentang Firman hidup--itulah yang kami tuliskan kepada kamu.- 1Yohanes 1:1


Mengapa belajar mengenal Kristus begitu vital, dan apakah yang dapat dihasilkan dari belajar  berdasarkan menerima ajaran  yang melibatkan segenap pancaindera kita sebagaimana pada para rasul, walau memang indera melihat kita tak mungkin lagi melihat Yesus sebagaimana  para rasul   Kristus telah melihatnya (Lukas 10:23-24)? Inilah apa yang dihasilkan jika saya dan anda belajar mengenal Kristus berdasarkan apa yang telah diajarkan oleh para rasul Kristus: “Hidup itu telah dinyatakan, dan kami telah melihatnya dan sekarang kami bersaksi dan memberitakan kepada kamu tentang hidup kekal, yang ada bersama-sama dengan Bapa dan yang telah dinyatakan kepada kami. Apa yang telah kami lihat dan yang telah kami dengar itu, kami beritakan kepada kamu juga, supaya kamupun beroleh persekutuan dengan kami. Dan persekutuan kami adalah persekutuan dengan Bapa dan dengan Anak-Nya, Yesus Kristus.” (1 Yohanes 1:2-3).


Pada kulminasinya,belajar mengenal Kristus berdasarkan apa yang telah disaksikan dan diajarkan oleh para rasul akan membawa manusia-manusia kontemporer atau manusia-manusia yang tak lagi berjumpa dengan Yesus akan menghasilkan dan menerima persekutuan dengan Bapa dan dengan Anak-Nya, Yesus Kristus, sebagaimana para rasul. Ini bukan persekutuan yang berpondasi pada penerimaan dan persetujuan intelektual tetapi berdasarkan bisa menerima karena mengerti apa yang diajarkan oleh para rasul. Ingatlah selalu bahwa menerima karena mengerti firman, oleh Yesus Sang Mesias, bukanlah fenomena persetujuan dan penerimaan intelektual tetapi ini: “Apakah sebabnya kamu tidak mengerti bahasa-Ku? Sebab kamu tidak dapat menangkap firman-Ku. Iblislah yang menjadi bapamu dan kamu ingin melakukan keinginan-keinginan bapamu” (Yohanes 8:43-44). Karena Yesus adalah Sang Pembebas dari perhambaan iblis atau maut maka ketakmengertian firman yang diberitakan semata-mata menunjukan atau merupakan bukti atas realitas perhambaan manusia, memang benar dibawah iblis atau  tak pernah sama sekali memiliki independensi melawan iblis.


Kamu bukan demikian,” dengan demikian adalah sebuah realitas sebagaimana telah ditunjukan Kristus, yaitu: mereka  adalah orang-orang yang dapat menangkap firman Tuhan! Dan, sekali lagi, harus ditekankan secara kuat, bahwa  saat saya dan anda dapat menangkap firman Tuhan dengan mendengar dan memahami secara intelektual, sekalipun demikian, tidak bersentral atau bersumber dari kinerja intelektual tetapi bersentral atau bersumber apakah saya dan anda itu berbapakan iblis atau tidak. Itulah realitas jemaat Efesus, saat Paulus berkata “kamu bukan demikian.”


Jika bukan semata  atau berpondasi pada persetujuan intelektual dalam proses menerima pengajaran dan belajar mengenal Kristus, lantas apakah yang menjadi pemicu dan pemberi kehidupan perubahan secara otentik pada jiwa dan raga setiap orang percaya? Perhatikan penjelasan selanjutnya: “yaitu bahwa kamu, berhubung dengan kehidupan kamu yang dahulu, harus menanggalkan manusia lama, yang menemui kebinasaannya oleh nafsunya yang menyesatkan, supaya kamu dibaharui di dalam roh dan pikiranmu, dan mengenakan manusia baru, yang telah diciptakan menurut kehendak Allah di dalam kebenaran dan kekudusan yang sesungguhnya.” Ketika saya dan anda diharuskan menanggalkan manusia lama, yang menemui kebinasaannya oleh nafsunya yang menyesatkan, maka penanggalan manusia lama itu memang sungguh-sungguh sebuah keaktifan yang dilakukan oleh anda dan saya. Tetapi bagaimana mungkin? Ini memang hanya dimungkinkan jika anda belajar mengenal Kristus sehingga anda dapat memahaminya (yang mana itu membuat diri seorang pengikut Kristus adalah corpus delicti atau bukti yang menunjukan bahwa Yesus Sang Mesias telah membinasakan pemerintahan maut dan iblis atas diri saya dan anda).


Mengenal Kristus adalah sumber keaktifan saya dan anda untuk menanggalkan manusia lama. Di sini patut diingat dan direnungkan secara seksama, bahwa memiliki persekutuan dengan Anak dan Bapa sebagai yang dihasilkan dari belajar mengenal Kristus, ini bukan sebuah konsepsi, tetapi realitas kehidupan setiap orang yang memang benar-benar berada didalam penggembalaan Kristus. Coba kembali perhatikan sabda Yesus berikut ini:


Akulah pintu; barangsiapa masuk melalui Aku, ia akan selamat dan ia akan masuk dan keluar dan menemukan padang rumput. Pencuri datang hanya untuk mencuri dan membunuh dan membinasakan; Aku datang, supaya mereka mempunyai hidup, dan mempunyainya dalam segala kelimpahan.- Yohanes 10:9-10


Di sini Yesus menunjukan 2 realitas di dunia yang hidup secara berdampingan: pertama: yang berada di dalam persekutuan dengannya yaitu mereka yang masuk melalui dirinya-di sini Ia menyebut dirinya adalah PINTU yang membawa masuk menuju selamat dan jiwa yang sejahtera atau “masuk dan keluar dan menemukan padang rumput.” Kedua:  yang tak berada di dalam persekutuan dengan Yesus, sehingga niscaya berada didalam penggembalaan iblis yang akan menuntun mereka masuk ke kedalam kebinasaan: pencuri datang hanya untuk mencuri dan membunuh dan membinasakan.

Pada ultimatnya Yesus menyatakan tujuan kedatangannya ke dalam dunia ini adalah: Aku datang, supaya mereka mempunyai hidup, dan mempunyainya dalam segala kelimpahan.


Sekarang, siapapun yang hidup didalam persekutuan dengan Anak pasti mempunyai hidup dan kepemilikannya pada tatar: dalam segala kelimpahan. Ini adalah sebuah pengontrasan yang begitu menyilaukan dengan: pencuri atau iblis datang hanya untuk mencuri dan membunuh dan membinasakan.


Inilah dasar bagi setiap orang Kristen untuk mentaati nasihat Paulus: “tetapi kamu tidak demikian.” Mengapa ada penekanan ini? Karena sementara  saya dan anda telah dibebaskan dari maut, tetapi kita masih hidup di dunia yang jahat dan berdampingan dengan mereka yang berada di dalam penggembalaan iblis. Itu sebabnya Sang Firman yang telah menjadi manusia secara langsung menghadirkan realitas ini berdampingan:  “Aku datang  supaya mereka mempunyai hidup” dan “pencuri datang hanya untuk membinasakan.” Dan kita telah mengetahui bahwa pasca Yesus disalibkan, mati dan bangkit dari antara orang mati, iblis tak lagi berkuasa untuk membawa manusia atau menggembalakan jiwa manusia untuk menuju domainnya atau rumahnya: rumah kebinasaan.


Sebab telah kita ketahui pada bagian sebelumnya bahwa Anak Manusialah kini yang menentukan kebinasaan semua mahkluk, termasuk iblis. Iblis kini tak lagi memiliki kerajaan kebinasaanya sebab malah kini menantikan kebinasaannya, sebagaimana yang diteriakan oleh antek-anteknya sendiri:

“Ketika ia melihat Yesus dari jauh, berlarilah ia mendapatkan-Nya lalu menyembah-Nya, dan dengan keras ia berteriak: "Apa urusan-Mu dengan aku, hai Yesus, Anak Allah Yang Mahatinggi? Demi Allah, jangan siksa aku!" Karena sebelumnya Yesus mengatakan kepadanya: "Hai engkau roh jahat! Keluar dari orang ini!"- Markus 5:6-8


Betapa ini sebuah kegemparan yang menggentarkan seantero kerajaan iblis di dunia kala itu, melihat Anak Manusia memerintahkan legion (ayat 9)  itu keluar, sebab tahu bahwa Anak Manusia berkuasa untuk menyiksa  mereka semua tanpa kecuali dan tanpa celah yang dapat dimanipulasi pada Allah (sebagaimana ajaran pembuktian corpus delicti oleh pendeta Dr. Erastus Sabdono)


Inilah pondasi untuk mengalami pembaruan roh dan pikiran, dan mengenakan manusia baru, sebagaimana yang dituliskan Paulus pada Surat Efesusnya itu! Jadi di sini  semakin jernih bahwa  hidup mengenal Allah dan mengalami pembaruan roh dan pikiran bukan sebuah proses insani belaka atau sebuah keilhaian yang insani. Keinsanian atau  aspek manusia biologis kita atau darah dan daging saya, tak dapat memancarkan terang yang melenyapkan kegelapan sebagaimana manusia Yesus, sebaliknya kita hanya dapat memilikinya jika kita memiliki atau mengikut Yesus: “Maka Yesus berkata pula kepada orang banyak, kata-Nya: "Akulah terang dunia; barangsiapa mengikut Aku, ia tidak akan berjalan dalam kegelapan, melainkan ia akan mempunyai terang hidup." (Yohanes 8:12).


Tentu saja menjadi gembalaan Kristus atau memiliki persekutuan di dalam Kristus bukanlah konsepsi. Sebagaimana Yesus Kristus telah menunjukan corpus delicti atau barang bukti bahwa ia telah membinasakan pemerintahan maut hingga iblis kelak telah ditentukan kebinasaannya dalam domain penghakiman Allah, maka bagi setiap gembalaan  Yesus, didalam hidup baru atau didalam mengenakan manusia baru, telah memiliki kemampuan untuk hidup di dunia ini dalam sebuah penghadiran kebaikan-kebaikan yang benar-benar dilakukan oleh manusia-manusia merdeka, bukan sebagai manusia-manusia budak iblis dalam ia berbuat baik. Itu sebabnya perintah berbuat baik dalam ajaran rasul-rasul akan senantiasa dalam nada-nada yang menunjukan “tetapi kamu bukan demikian” yang dilanjutkan dengan hidup yang membuktikan “tetapi kamu bukan demikian” yang dalam Surat Efesus tersebut adalah:


“Karena itu buanglah dusta dan berkatalah benar seorang kepada yang lain, karena kita adalah sesama anggota. Apabila kamu menjadi marah, janganlah kamu berbuat dosa: janganlah matahari terbenam, sebelum padam amarahmu dan janganlah beri kesempatan kepada Iblis. Orang yang mencuri, janganlah ia mencuri lagi, tetapi baiklah ia bekerja keras dan melakukan pekerjaan yang baik dengan tangannya sendiri, supaya ia dapat membagikan sesuatu kepada orang yang berkekurangan. Janganlah ada perkataan kotor keluar dari mulutmu, tetapi pakailah perkataan yang baik untuk membangun, di mana perlu, supaya mereka yang mendengarnya, beroleh kasih karunia. Dan janganlah kamu mendukakan Roh Kudus Allah, yang telah memeteraikan kamu menjelang hari penyelamatan. Segala kepahitan, kegeraman, kemarahan, pertikaian dan fitnah hendaklah dibuang dari antara kamu, demikian pula segala kejahatan. Tetapi hendaklah kamu ramah seorang terhadap yang lain, penuh kasih mesra dan saling mengampuni, sebagaimana Allah di dalam Kristus telah mengampuni kamu.”



Sekilas pandang nampak seperti sederet daftar nilai-nilai moral yang tak ada bedanya dengan nilai-nilai moral yang ada di dalam dunia ini. Tetapi tidak  sama sekali! Mengapa? Sebab moralitas dunia atau membangun karakter  manusia yang berkualitas di dunia ini dan di luar Kristus tak akan mengenal 3 komponen fundamental sebagaimana dinyatakan oleh rasul Paulus, yaitu:

-jangan beri kesempatan kepada iblis
-janganlah kamu mendukakan Roh Kudus Allah
-sebagaimana Allah di dalam Kristus  telah mengampuni kamu



Dengan demikian, semua “jangan” dalam semacam daftar itu bukanlah:

-moralitas umum
-cara agar bermoral
-cara agar menjadi atau termasuk orang yang mengenal Allah
-cara atau jalan agar memiliki keselamatan dan persekutuan dengan Kristus


Sebab: sementara nasihat instruksi itu diberikan, jemaat Efesus telah diminta juga agar:
-jangan mendukakan Roh Kudus Allah, yang menujukan mereka memiliki relasi dengan Roh Kudus yang diutus Bapa masuk ke dalam dunia ini berdasarkan  janji yang disampaikan Kristus kepada para rasulnya.


-sebagaimana Allah  di dalam Kristus telah mengampuni kamu, yang menunjukan mereka semua adalah orang-orang yang telah dibebaskan dari perhambaan maut dan iblis serta telah terlebih dahulu menerima pengampunan dan hidup didalam pengampunan yang telah diberikan-Nya.


-jangan beri kesempatan kepada iblis, ini adalah perintah kokoh terpancang yang menunjukan bahwa jemaat Efesus atau setiap pengikut Kristus memiliki kuasa dan otoritas untuk membangun kehidupan seturut Sang Pembebasnya dan bukannya  seturut pada  iblis yang memang masih menantikan saat pembinasaannya sebagaimana yang telah difirmankan Allah sebelumnya. Ini juga  menunjukan sebuah realitas bahwa dunia ini adalah dunia sebagaimana sabda Yesus: “biarlah gandum dan lalang tumbuh bersama” (bagian 16)


Sehingga setiap orang yang mengaku dengan mulutnya sebagai pengikut Kristus pasti memiliki dinamika yang diinstruksikan oleh rasul Paulus, sebab setiap orang Kristen pasti memiliki dua relasi mendasar dengan Allah, yaitu: berelasi  dalam persekutuan dengan Roh Kudus berdasarkan telah menerima pembebasan dari perbudakan maut oleh Sang Mesias, dan berelasi dengan Allah dalam pendamaian berdasarkan pengampunan yang diterima di dalam  Yesus Kristus. Ini adalah 2 pondasi dasar bagi setiap orang Kristen untuk mentaati perintah-perintah bercorak moralitas berdasarkan pembebasan dari perbudakan iblis; moralitas yang  sebelumnya disandera kehendak melayani dosa  dan kehendak mengenal dosa semakin dalam dan semakin sempurna dalam dosa, tetapi kini dapat melayani kehendak Allah dan mengenal Allah semakin dalam dan semakin serupa seperti Kristus sebab kini diberi kuasa atas iblis.


Setiap pengikut Kristus harus hidup berdasarkan kekuatan yang diberikan Allah  berdasarkan Yesus Kristus yang telah menaklukan perhambaan dosa atas setiap orang percaya. Rasul Paulus pada kesempatan lain mengeluarkan pernyataan tegas terhadap siapakah saya dan anda di dalam Kristus berdasarkan kasus yang menimpa Israel purba:

Kamu tidak dapat minum dari cawan Tuhan dan juga dari cawan roh-roh jahat. Kamu tidak dapat mendapat bagian dalam perjamuan Tuhan dan juga dalam perjamuan roh-roh jahat.- 1 Korintus 10:21

Apakah katamu tentang dirimu sendiri? Saya ini anak Tuhan? Saya ini  pengikut Kristus? Perhatikan baik-baik bahwa kala berkata saya anak Tuhan atau saya ini pengikut Kristus, maka awasilah dirimu sendiri agar  tidak menista-Nya dihadapan dunia dan di hadapan iblis dengan berperilaku sebagai anak setan dan pengikut setan  dalam praktik hidup sementara mulut masih berteriak aku ini anak Tuhan. “Kamu tidak dapat minum dari cawan Tuhan dan juga dari cawan-cawan roh-roh jahat” menunjukan bahwa persekutuan dengan Allah itu adalah: kudus adanya dan sebuah persekutuan yang jijik pada setiap gagasan yang bersabda dosa adalah tak masalah sebab kita sudah menjadi anak Tuhan. Kehendak Tuhan adalah: hendaklah terus berada di dalam perjamuan Tuhan! Jangan ke meja perjamuan setan!



Dan ini memang peringatan keras agar setiap orang yang berkata aku anak Tuhan harus memperhatikan dirinya harus senantiasa berada di meja perjamuan Tuhan! Bukankah saya dan anda memang telah diberikan anugerah untuk boleh duduk di meja perjamuan Tuhan berdasarkan pembebasan Kristus dari perhambaan maut yang telah dilakukannya bagi saya dan anda pada kayu salib dengan tubuh dan darahnya?


Itu sebabnya rasul Paulus membawa  masuk bagian kelam kehidupan Israel purba yang menista persekutuannya dengan Allah dihadapan dunia, sebagai peringatan bagi setiap pengikut Kristus yang telah menerima keselamatan agar diperhatikan dan agar tidak memandang kehidupan keselamatan dari Allah adalah kehidupan tanpa persekutuan di meja perjamuan Tuhan yang kudus dan mahal. Karena anda bukan lagi anjing-anjing (bangsa non Yahudi) yang tak lagi berhak  atas jamuan Allah (saya mengingat kembali jawaban Yesus Sang Mesias kepada Perempuan Kanaan yang begitu memohon belas kasihan Allah dari meja perjamuannya yang hanya untuk anak-anaknya saja).


Coba perhatikan ini:

“Aku mau, supaya kamu mengetahui, saudara-saudara, bahwa nenek moyang kita semua berada di bawah perlindungan awan dan bahwa mereka semua telah melintasi laut. Untuk menjadi pengikut Musa mereka semua telah dibaptis dalam awan dan dalam laut. Mereka semua makan makanan rohani yang sama dan mereka semua minum minuman rohani yang sama, sebab mereka minum dari batu karang rohani yang mengikuti mereka, dan batu karang itu ialah Kristus. Tetapi sungguhpun demikian Allah tidak berkenan kepada bagian yang terbesar dari mereka, karena mereka ditewaskan di padang gurun. Semuanya ini telah terjadi sebagai contoh bagi kita untuk memperingatkan kita, supaya jangan kita menginginkan hal-hal yang jahat seperti yang telah mereka perbuat, dan supaya jangan kita menjadi penyembah-penyembah berhala, sama seperti beberapa orang dari mereka, seperti ada tertulis: "Maka duduklah bangsa itu untuk makan dan minum; kemudian bangunlah mereka dan bersukaria." Janganlah kita melakukan percabulan, seperti yang dilakukan oleh beberapa orang dari mereka, sehingga pada satu hari telah tewas dua puluh tiga ribu orang. Dan janganlah kita mencobai Tuhan, seperti yang dilakukan oleh beberapa orang dari mereka, sehingga mereka mati dipagut ular. Dan janganlah bersungut-sungut, seperti yang dilakukan oleh beberapa orang dari mereka, sehingga mereka dibinasakan oleh malaikat maut. Semuanya ini telah menimpa mereka sebagai contoh dan dituliskan untuk menjadi peringatan bagi kita yang hidup pada waktu, di mana zaman akhir telah tiba. Sebab itu siapa yang menyangka, bahwa ia teguh berdiri, hati-hatilah supaya ia jangan jatuh!- 1Korintus 10:1-12



Menyangka teguh tetapi pada realitasnya anak-anak setan! Berpikir ia teguh di dalam Tuhan tetapi hidupnya tidak menghormati firman Yesus dan tidak menghormati tubuh dan darah Yesus yang telah membebaskannya dari perbudakan iblis dan dosa. Menyangka teguh didalam kebenaran dan kekudusan Tuhan, karena bermoralitas baik dan unggul dalam karekter, tetapi tak memiliki persekutuan dengan Allah di dalam Yesus Kristus! Itu sungguh mengerikan! Orang Israel menyangka mereka teguh didalam Tuhan tetapi faktanya mereka menista Tuhan dalam cara yang tak mereka kira, jika Israel bisa terjebak secara demikian maka pun demikian dengan kita para pengikut Kristus. Itu sebabnya harus belajar agar tidak mengulangi kesalahan Israel yang begitu tragis:


Pencobaan-pencobaan yang kamu alami ialah pencobaan-pencobaan biasa, yang tidak melebihi kekuatan manusia. Sebab Allah setia dan karena itu Ia tidak akan membiarkan kamu dicobai melampaui kekuatanmu. Pada waktu kamu dicobai Ia akan memberikan kepadamu jalan ke luar, sehingga kamu dapat menanggungnya. Karena itu, saudara-saudaraku yang kekasih, jauhilah penyembahan berhala! Aku berbicara kepadamu sebagai orang-orang yang bijaksana. Pertimbangkanlah sendiri apa yang aku katakan! Bukankah cawan pengucapan syukur, yang atasnya kita ucapkan syukur, adalah persekutuan dengan darah Kristus? Bukankah roti yang kita pecah-pecahkan adalah persekutuan dengan tubuh Kristus? Karena roti adalah satu, maka kita, sekalipun banyak, adalah satu tubuh, karena kita semua mendapat bagian dalam roti yang satu itu. Perhatikanlah bangsa Israel menurut daging: bukankah mereka yang makan apa yang dipersembahkan mendapat bagian dalam pelayanan mezbah? Apakah yang kumaksudkan dengan perkataan itu? Bahwa persembahan berhala adalah sesuatu? Atau bahwa berhala adalah sesuatu? Bukan! Apa yang kumaksudkan ialah, bahwa persembahan mereka adalah persembahan kepada roh-roh jahat, bukan kepada Allah. Dan aku tidak mau, bahwa kamu bersekutu dengan roh-roh jahat. Kamu tidak dapat minum dari cawan Tuhan dan juga dari cawan roh-roh jahat. Kamu tidak dapat mendapat bagian dalam perjamuan Tuhan dan juga dalam perjamuan roh-roh jahat. Atau maukah kita membangkitkan cemburu Tuhan? Apakah kita lebih kuat dari pada Dia? –ayat 13-20



Bukankah kita pun akan senantiasa menghadapi realitas-realitas yang tidak gampang sampai bisa membuat frustrasi? Bukankah kita, kala melihat dunia ini, pun membuat kita berpikir: benarkah Allah sudah menaklukan iblis dan benarkah Yesus Sang Mesias telah menang dari iblis? Jika ya, kok fakta telah bersabda sebaliknya kepada jiwaku ini? Kalau aku berdoa, kok semakin sukar hidup ini? Itulah Israel dahulu dan juga kita semua saat ini! Israel sampai terjatuh dalam pemikiran Allah tidak benar-benar berkuasa, bahkan terhadap iblis atau ilah-ilah  atau berhala-berhala lain di dunia ini sementara nabi mereka sedang bersekutu dengan Allah.



Lalu mereka menciptakan kebenaran sendiri sebagai sabda ganti firman Tuhan dan menciptakan Allah lain  yang memiliki tindakan penyelamatan menurutnya sendiri:


Ketika bangsa itu melihat, bahwa Musa mengundur-undurkan turun dari gunung itu, maka berkumpullah mereka mengerumuni Harun dan berkata kepadanya: "Mari, buatlah untuk kami allah, yang akan berjalan di depan kami sebab Musa ini, orang yang telah memimpin kami keluar dari tanah Mesir--kami tidak tahu apa yang telah terjadi dengan dia." Lalu berkatalah Harun kepada mereka: "Tanggalkanlah anting-anting emas yang ada pada telinga isterimu, anakmu laki-laki dan perempuan, dan bawalah semuanya kepadaku." Lalu seluruh bangsa itu menanggalkan anting-anting emas yang ada pada telinga mereka dan membawanya kepada Harun. Diterimanyalah itu dari tangan mereka, dibentuknya dengan pahat, dan dibuatnyalah dari padanya anak lembu tuangan. Kemudian berkatalah mereka: "Hai Israel, inilah Allahmu, yang telah menuntun engkau keluar dari tanah Mesir!" Ketika Harun melihat itu, didirikannyalah mezbah di depan anak lembu itu. Berserulah Harun, katanya: "Besok hari raya bagi TUHAN!" Dan keesokan harinya pagi-pagi maka mereka mempersembahkan korban bakaran dan korban keselamatan, sesudah itu duduklah bangsa itu untuk makan dan minum; kemudian bangunlah mereka dan bersukaria.- Keluaran 32:1-6


Berfirmanlah TUHAN kepada Musa: "Pergilah, turunlah, sebab bangsamu yang kaupimpin keluar dari tanah Mesir telah rusak lakunya. Segera juga mereka menyimpang dari jalan yang Kuperintahkan kepada mereka; mereka telah membuat anak lembu tuangan, dan kepadanya mereka sujud menyembah dan mempersembahkan korban, sambil berkata: Hai Israel, inilah Allahmu yang telah menuntun engkau keluar dari tanah Mesir." Lagi firman TUHAN kepada Musa: "Telah Kulihat bangsa ini dan sesungguhnya mereka adalah suatu bangsa yang tegar tengkuk. Oleh sebab itu biarkanlah Aku, supaya murka-Ku bangkit terhadap mereka dan Aku akan membinasakan mereka, tetapi engkau akan Kubuat menjadi bangsa yang besar."- ayat 7-10


Sementara Allah hadir dihadapan mereka, tepat dihadapan Allah yang kudus, mereka membangun berhalanya!


Lalu berkatalah Harun kepada mereka: "Tanggalkanlah anting-anting emas yang ada pada telinga isterimu, anakmu laki-laki dan perempuan, dan bawalah semuanya kepadaku." Lalu seluruh bangsa itu menanggalkan anting-anting emas yang ada pada telinga mereka dan membawanya kepada Harun. Diterimanyalah itu dari tangan mereka, dibentuknya dengan pahat, dan dibuatnyalah dari padanya anak lembu tuangan. Kemudian berkatalah mereka: "Hai Israel, inilah Allahmu, yang telah menuntun engkau keluar dari tanah Mesir!"


Mereka telah menerima pembebasan dari Allah melalui Musa, tetapi kini mereka bersabda: “inilah Allahmu, yang telah menuntun engkau keluar dari tanah Mesir.”


Mereka telah bersabda bagaikan allah yang mengatasi dan sedang menghakimi Allah, sehingga membuang sabda Tuhan yang telah membebaskan mereka. Mereka menista Allah yang telah bersabda kepada Musa untuk membebaskan mereka dengan menciptakan ilah dan kebenaran versinya sendiri. 


Bukankah pembuktian corpus delicti itu sendiri telah menjadi berhala baru di hadapan Allah yang menista Yesus Sang Mesias adalah pembebas manusia dari perbudakan iblis, dengan berkata bahwa Allah tidak bisa begitu saja menaklukan iblis  sebab Allah  bercelah di hadapan iblis dalam pembuktian judisial?



Ketaatan terhadap firman Kristus, bukan untuk membuat kita menjadi ilahi sehingga dapat menjadi atau pantas disebut anak-anak Allah atau agar saya dan anda  dapat menjadi bukti atau corpus delicti yang membungkam iblis. Satu-satunya fundamental mengapa saya dan anda harus taat terhadap firman Kristus dan hidup didalam kekudusan adalah karena hanya itulah kehidupan yang membuktikan bahwa saya dan anda memang sedang duduk di meja makan perjamuan Tuhan dan hanya memakan  tubuh dan meminum darah Kristus secara penuh hormat, kekudusan dan kesetiaan sebagai anak-anak-Nya. Jika saya dan anda menghadirkan kehidupan bertaat dan setia kepada sabda Anak, itu semata membuktikan atau merupakan corpus delicti bahwa saya dan anda sungguh telah menerima pembebasan  perbudakan dari Yesus Sang Mesias.  Bukan agar menjadi corpus delicti yang membungkam iblis yang tak bercelah dihadapan Allah dan agar menolong Allah yang bercelah di hadapan iblis dan manusia (setidaknya dihadapan pendeta Dr. Erastus sehingga ia menyatakan Allah memerlukan pembuktian corpus delicti) dalam pembuktian corpus sebagaimana ajaran yang diusung pendeta Dr. Erastus Sabdono.



Sekaligus ini membuktikan bahwa kehidupan  seorang yang berkata aku anak Tuhan harus lahir dari memiliki persekutuan dengan Anak di meja makan-Nya, bukan di meja makan setan!


Itulah kehendak Kristus dan itulah  yang harus kita kerjakan selama di dunia ini. Jadi saat ini periksalah diri  kita sendiri, apakah anda sedang berada di meja makan setan, sementara berkata aku anak Tuhan; apakah anda berpikir atau menyangka sedang di meja makan Tuhan, sementara berkhotbah hidup kudus demi menjadi corpus delicti demi membantu Bapa yang bercelah di hadapan iblis!


Bersambung ke bagian 29

Segala Kemuliaan Hanya Bagi Allah






No comments:

Post a Comment