Pages

19 December 2016

Tinjauan:Pengajaran Pdt.Erastus Sabdono Tentang Corpus Delicti (23/40)



Oleh: Martin Simamora

Sepuluh Bagian Ketiga
Yesus Datang Untuk Menggembalakanmu Sehingga Tidak Seturut Dunia Ini, Bukan Untuk Menuntun Anda Menggenapi Agenda Allah Atasmu Terkait Peradilan Allah Terhadap Iblis

(Lebih dulu di “Bible Alone”-Rabu, 17 Agustus 2016- telah diedit dan dikoreksi)



Bacalah lebih dulu: “bagian 22

Apa yang terjadi sebenarnya di dalam penggembalaan Yesus atas para dombanya selama di dunia ini adalah tak berfungsinya kuasa dan tantanan iblis, sama sekali, untuk menggenapkan tujuan megah penggembalaannya atas anak-anak Allah, yaitu: kebinasaan  didalam iblis:

Iblislah yang menjadi bapamu dan kamu ingin melakukan keinginan-keinginan bapamu. Ia adalah pembunuh manusia sejak semula dan tidak hidup dalam kebenaran, sebab di dalam dia tidak ada kebenaran. Apabila ia berkata dusta, ia berkata atas kehendaknya sendiri, sebab ia adalah pendusta dan bapa segala dusta- Yohanes 8:44

Sementara di dunia ini iblis memang benar-benar dapat menimpakan sebuah bahaya yang aktual sekaligus penuh muslihat atau dusta yang membuat kinerja iblis terhadap manusia, sekali lagi… terhadap manusia, tetap membahayakan, sebab ia adalah pendusta dan bapa segala dusta. Kombinasi ia adalah pembunuh manusia sejak semula dan ia bapa segala dusta akan selalu membuat iblis dikenali  sebagai begitu membahayakan sekaligus membuat manusia tak berkuasa atas  kinerja iblis yang berbasiskan bahwa ia adalah bapa segala dusta dalam cara bagaimanapun, pada posisi apapun untuk membuat setiap manusia tak akan mampu sama sekali untuk mengenali kinerja iblis yang perwujudannya bisa sangat mengagumkan manusia bahkan dalam tatar moral dan keluhuran budi manusia. Membuat manusia sebagai senantiasa mangsa terhadap iblis di dunia  ini, bukan sebaliknya.


Ini membuat penggembalaan Yesus atas setiap domba-dombanya adalah kemutlakan dan membuat Yesus atas setiap manusia menjadi satu-satunya Juruselamat, mengingat dan memperhatikan siapakah ia terhadap iblis:

Yohanes 7:7 Dunia tidak dapat membenci kamu, tetapi ia membenci Aku, sebab Aku bersaksi tentang dia, bahwa pekerjaan-pekerjaannya jahat.


Ini merupakan relasi Yesus terhadap iblis secara langsung yang membuat dia menjadi satu-satunya manusia yang memiliki kuasa atas iblis secara penuh kuasa, yaitu:”menyatakan atau menunjukan bahwa pekerjaan-pekerjaannya jahat.” Mengapa manusia sampai memerlukan pertolongan Yesus untuk sekedar  bersaksi bahwa  pekerjaan-pekerjaannya jahat? itu dikarenakan natur manusia terhadap kinerja iblis di dunia “biarlah gandum dan lalang tumbuh bersama” senantiasa akan menjadi obyek penipuan iblis  hingga tak mengenali bahwa dirinya sedang digembalakan menuju maut, demi tergenapi tujuannya. Sebagai pembanding, mari perhatikan episode berikut ini yang menunjukan wujud tipu muslihat terhadap manusia sehingga tidak mampu sekedar mengerti dan percaya bahwa ia adalah ia sebagaimana ia bersabda:

Lukas 6:22-23 Berbahagialah kamu, jika karena Anak Manusia orang membenci kamu, dan jika mereka mengucilkan kamu, dan mencela kamu serta menolak namamu. Bersukacitalah pada waktu itu dan bergembiralah, sebab sesungguhnya, upahmu besar di sorga; karena secara demikian juga nenek moyang mereka telah memperlakukan para nabi.

Kalau anda ingin mengetahui dimanakah letak ketakberdayaan manusia terhadap kinerja iblis maka pada Lukas 6:22-23 menjadi sebuah struktur permanen dari kesejarahan umat manusia itu sendiri yang berusia sepanjang waktu dunia ini:

jika karena Anak Manusia orang membenci kamu, dan jika mereka mengucilkan kamu, dan mencela kamu serta menolak namamu●───►secara demikian juga nenek moyang mereka telah memperlakukan para nabi.


Yohanes 8:24 Karena itu tadi Aku berkata kepadamu, bahwa kamu akan mati dalam dosamu; sebab jikalau kamu tidak percaya, bahwa Akulah Dia, kamu akan mati dalam dosamu."

Ini pada Yohanes 8:24 tak memerlukan manusia itu sampai menjadi benci dan lalu membahayakan Yesus dan para pengikutnya sebab  pada teks itu “kamu akan mati dalam dosamu” berpijak pada realitas manusia tak dapat  sekedar mengerti siapakah Yesus dan mengapa ia harus ditaati: “Maka Yesus berkata pula kepada orang banyak: "Aku akan pergi dan kamu akan mencari Aku tetapi kamu akan mati dalam dosamu. Ke tempat Aku pergi, tidak mungkin kamu datang." Maka kata orang-orang Yahudi itu: "Apakah Ia mau bunuh diri dan karena itu dikatakan-Nya: Ke tempat Aku pergi, tidak mungkin kamu datang?"- Yoh 8:21-22. Situasi  maut telah terjadi hanya karena tak memahami apakah maksud Yesus yang secara langsung telah ditunjukan Yesus sebagai yang disebabkan oleh muslihat iblis: “Apakah sebabnya kamu tidak mengerti bahasa-Ku? Sebab kamu tidak dapat menangkap firman-Ku. Iblislah yang menjadi bapamu dan kamu ingin melakukan keinginan-keinginan bapamu. Ia adalah pembunuh manusia sejak semula dan tidak hidup dalam kebenaran, sebab di dalam dia tidak ada kebenaran. Apabila ia berkata dusta, ia berkata atas kehendaknya sendiri, sebab ia adalah pendusta dan bapa segala dusta”- Yohanes 8:43-44.


Inilah realitas manusia di dunia ini tepat sebagaimana Yesus sendiri menunjukan ketakberdayaan  manusia untuk melepaskan diri dari  pelukan kuasa gelap:

Yohanes 3:19 Dan inilah hukuman itu: Terang telah datang ke dalam dunia, tetapi manusia lebih menyukai kegelapan dari pada terang, sebab perbuatan-perbuatan mereka jahat.


Bahwa penggembalaan Yesus itu, pasti pertama-tama mengatasi problem  dalam Yohanes 3:19 dan Lukas 6:22-23. Sehingga nampak jelas,  penggembalaan-Nya dan pengikutan para domba pada diri-Nya berintegerasi dengan  kuasa hidup yang melepaskan manusia dari kuasa kegelapan:


Maka Yesus berkata pula kepada orang banyak, kata-Nya: "Akulah terang dunia; barangsiapa mengikut Aku, ia tidak akan berjalan dalam kegelapan, melainkan ia akan mempunyai terang hidup."- Yohanes 8:12


Sehingga siapapun yang hidup didalam pengggembalaan-Nya memiliki kuasa untuk menggenapi berdasarkan mendengar dan mentaatinya, bukan berdasarkan mendengar dan mengabaikannya. Menjadi pengikut Yesus dalam penggembalaan semacam Yohanes 8:12 telah menjadikan setiap domba memiliki potensi yang kongkrit berdiam di dalam dirinya dan sedang menantikan penggenapannya berdasarkan pertumbuhan dalam penggemblaan-Nya, bukan di dalam penggembalaan iblis atau dunia. Perhatikanlah berikut ini:


Kamu adalah terang dunia. Kota yang terletak di atas gunung tidak mungkin tersembunyi. Lagipula orang tidak menyalakan pelita lalu meletakkannya di bawah gantang, melainkan di atas kaki dian sehingga menerangi semua orang di dalam rumah itu. Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga."- Matius 5:14-16


Ini realitas  yang datang dari dalam penggembalaan Yesus, menghancurkan ketakberdayaan semacam ini dalam sebuah perhambaan yang mematikan:

Dan inilah hukuman itu: Terang telah datang ke dalam dunia, tetapi manusia lebih menyukai kegelapan dari pada terang, sebab perbuatan-perbuatan mereka jahat.- Yohanes 3:19


Kala menyatakan penggembalaan Yesus adalah penggembalaan yang mengakibatkanmu keluar dari perhambaan iblis dan kemudian masuk ke dalam penggembalaan oleh dan dalam terang, itu bukan sebuah kredo pasca Yesus tetapi sebuah sabda Yesus yang bersabda bahwa dirinya adalah! Perhatikan hal ini secara amat penting:

Selama Aku di dalam dunia, Akulah terang dunia."- Yohanes 9:5 


Dan ini senantiasa berkonfrontasi dengan realitas bahwa dunia berada di dalam pemerintahan kegelapan dank arena itulah manusia sejatinya berada di dalam kegelapan, sebagaimana ia mengindikasikannya secara keras tanpa sebuah jarak keterpisahan tetapi sebagai sebuah realitas ia adalah terang yang sedang mengatasi ketakberdayaan manusia atas kuasa kegelapan:

Kata Yesus kepada mereka: "Hanya sedikit waktu lagi terang ada di antara kamu. Selama terang itu ada padamu, percayalah kepadanya, supaya kegelapan jangan menguasai kamu; barangsiapa berjalan dalam kegelapan, ia tidak tahu ke mana ia pergi- Yohanes 12:35

Yesus adalah gembala yang berkuasa untuk mengatasi kefatalitasan hidup manusia, yaitu: “barangsiapa berjalan dalam kegelapan, ia tidak tahu ke mana ia pergi.”


Apakah yang ada dalam kebenaran manusia yang bersemayam di dalam benak dan jiwa manusia bahkan akan menentang pernyataan Yesus ini, sementara Yesus menyatakan kebenaran ini dalam sebuah kekokohan yang tak dapat digoyahkan oleh dunia ini sebab pada faktanya itulah yang menyebabkan siapapun pengikut Yesus dapat menjadi terang-terang bagi dunia “biarlah gandum dan lalang tumbuh bersama”:

Yohanes 12:36 Percayalah kepada terang itu, selama terang itu ada padamu, supaya kamu menjadi anak-anak terang." Sesudah berkata demikian, Yesus pergi bersembunyi dari antara mereka.


Yang merupakan pondasi bagi keniscayaan Matius 5:14-16 mewujud di dunia yang memang kegelapan tetap bekerja sebagai sebuah akibat pemerintahan Yesus yang bersabda “biarlah lalang  dan gandum tumbuh bersama.”


Itu sebabnya begitu mustahil untuk membangun sebuah jarak begitu jauh  dan begitu tak terhingga antara kedatangan Yesus ke dunia dan tujuan kedatangannya ke dunia ini yang secara frontal menghancurkan tujuan iblis atas setiap anak-anak Tuhan sementara tatatan iblis tetap berlangsung hingga tiba saatnya waktu penuaian yang telah Kristus tetapkan.


Menjadi begitu jelas bahwa penggembalaan yang dilakukan oleh Yesus berkuasa penuh bukan saja untuk menghakimi tetapi berkuasa menghancurkan tatanan pemerintahandan kinerja iblis di dunia ini, berupa: manusia-manusia tak berdaya untuk lepas dari maut, sehingga kesudahan manusia berada dalam maut selama-lamanya. Yesus memang secara gamblang menyatakan ini, dinyatakannya sebagai sekalipun ia adalah manusia namun berkata sebagai yang bukan saja berkuasa atas maut namun berkuasa untuk menyabdakan manusia yang berada di dalam maut untuk menjadi  bangkit dari maut untuk memiliki kehidupan! Perhatikanlah, sekali lagi, ini:


Yohanes 5:24 Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa mendengar perkataan-Ku dan percaya kepada Dia yang mengutus Aku, ia mempunyai hidup yang kekal dan tidak turut dihukum, sebab ia sudah pindah dari dalam maut ke dalam hidup.




Penggembalaan Yang Mengeluarkan Manusia Dari Kematian Menuju Kehidupan

Penggembalaan oleh Yesus, dengan demikian, berfokus pada domba-domba dengan tidak menunjukan bahwa kuasa kerajaan kegelapan begitu berbahaya dan begitu tak tersentuhkan bagi Allah. Itu sebabnya injil Yohanes dalam pembukaanya menuliskan: “Terang itu bercahaya di dalam kegelapan dan kegelapan itu tidak menguasainya- Yohanes 1:5” yang berpijak pada realitas bahwa Yesus sekalipun manusia namun berkuasa untuk bersabda pada manusia untuk bangkit dari kematian dan keluar dari kubur menuju hidup yang telah disediakan baginya. Bandingkan dengan sebuah mujizat oleh Yesus yang bersuara begitu nyaring akan hal ini:

Yohanes 11:39-44 Kata Yesus: "Angkat batu itu!" Marta, saudara orang yang meninggal itu, berkata kepada-Nya: "Tuhan, ia sudah berbau, sebab sudah empat hari ia mati." Jawab Yesus: "Bukankah sudah Kukatakan kepadamu: Jikalau engkau percaya engkau akan melihat kemuliaan Allah?" Maka mereka mengangkat batu itu. Lalu Yesus menengadah ke atas dan berkata: "Bapa, Aku mengucap syukur kepada-Mu, karena Engkau telah mendengarkan Aku. Aku tahu, bahwa Engkau selalu mendengarkan Aku, tetapi oleh karena orang banyak yang berdiri di sini mengelilingi Aku, Aku mengatakannya, supaya mereka percaya, bahwa Engkaulah yang telah mengutus Aku." Dan sesudah berkata demikian, berserulah Ia dengan suara keras: "Lazarus, marilah ke luar!" Orang yang telah mati itu datang ke luar, kaki dan tangannya masih terikat dengan kain kapan dan mukanya tertutup dengan kain peluh. Kata Yesus kepada mereka: "Bukalah kain-kain itu dan biarkan ia pergi."  


Dia yang bersabda dan menggembalakan manusia untuk bangkit dari kematian menuju kehidupan-Nya adalah dia yang oleh rasul Yohanes dinyatakan sebagai yang berkuasa tak dapat dikuasai oleh kegelapan, sama sekali! Rasul Yohanes, tentang kuasa Yesus atas maut, berkata begini: Ia  bercahaya di dalam kegelapan dan kegelapan itu tidak menguasai (Yohanes 1:4). Pertama-tama, itu, hendak menunjukan bahwa Yesus Sang Mesias berkuasa penuh dan berdaulat penuh kala Ia masuk ke dalam dunia ini. Terhadap siapakah? Terhadap kuasa kegelapan yang memang menguasai semua manusia kecuali manusia Yesus. Sehingga penggembalaan Yesus menunjukan 2 relasi: pertama: dengan manusia, Ia berkuasa untuk menggembalakannya keluar dari maut dan memberikan keamanan dari apapun upaya iblis untuk merebutnya kembali sebagai kepunyaannya di dalam kematian untuk kembali mati (Yohanes 8:44), dan kedua: terhadap kuasa kegelapan atau pemerintahan iblis, Ia dapat meniadakan kuasa kegelapan itu atau “bercahaya di dalam kegelapan” dan Ia tak dapat ditaklukan iblis atau Kegelapan tidak menguasai-Nya yang menjadikan ia memang dapat memberikan jaminan keselamatan kokoh. Pada poin ini saja, berdasarkan kuasa Yesus Sang Kristus untuk melenyapkan kuasa kegelapan dan Ia tak dapat dikuasai iblis, sudah menunjukan betapa fatalnya dan betapa pendeta Dr. Erastus telah menyimpangkan realitas-Nya dengan menyampaikan sebuah dusta yang berbunyi: 


Manusia harus dihukum,tetapi Allah ingin mengampuni manusia. Oleh sebab itu harus ada yang memikul atau menanggung dosa manusia tersebut. Itulah sebabnya Bapa mengutus Putera-Nya yang tunggal, Tuhan Yesus untuk menggantikan tempat manusia yang harus dihukum tersebut. Ini dilakukan-Nya untuk memenuhi atau menjawab keadilan Allah. Sekaligus oleh ketaatan-Nya ia bisa menjadi CORPUS DELICTI yang mebuktikan bahwa seharusnya anak-anak Allah dapat taat dan menghormati-Nya dengan benar. Iblispun terbukti dan pantas dihukum[halaman 37- “Aturan Main”]    


Dan tujuan penciptaan manusia yang berbunyi:


“Allah yang mahaadil tidak segera membinasakan Lucifer begitu ia memberontak, sebab ia hendak membuktikan bahwa Lucifer memang bersalah dan tidak membuka celah sama sekali bagi Lucifer untuk berkelit. Pembuktian itu kita sebut “corpus delicti.”

Selama ini kita terlampau sederhana memahami tujuan Allah menciptakan manusia. Kita biasa menganggap Allah menginginkan ciptaan yang segambar dengan-Nya untuk dikasihi, atau Allah membutuhkan sarana mengekspresikan diri-Nya dengan manusia di Taman Eden. Tentu kalau Allah membuat manusia, ada rencana yang jauh lebih besar daripadaitu. Allah menciptakan manusia pasti untuk menggenapi rencana-Nya, dan ini ada hubungannya dengan pemberontakan Lucifer………..

Maka cara paling logis untuk membuktikan kesalahan ini adalah dengan menciptakan manusia yang segambar dengan Allah dan rela sepenuh hati melakukan seluruh kehendak-Nya. Untuk inilah Allah melahirkan anak-Nya yang lain, yaitu manusia yang bernama Adam.- Halaman 38-39 “Agenda Allah dalam Penciptaan Manusia.”





Pengajaran corpus delicti itu sendiri telah diakui sebagai pengajaran berdasarkan sebuah Logika manusia belaka. Itu sebabnya Logika di sini tak pernah selaras dengan Sang Logos atau Sang Firman yang telah menjadi manusia (Yohanes 1:14) sebab Sang Logos atau Sang Firman  bukanlah kreasi pikiran manusia tetapi Sabda Allah yang Bersabda sementara ia di dunia  dan  Sang Penyabda yang berkuasa atas pemerintahan maut berdasarkan sabda yang berpusat pada diri Sang Kritsus. Tentu saja logika pendeta Erastus Sabdono bukan sama sekali firman yang berkuasa menggusur logos atau ucapan atau logika atau pemikirannya yang pada dasarnya adalah  logos atau ucapan atau firman atau logika atau pemikiran Allah:


Yohanes 1;1 Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah.


Yohanes 12:49 Sebab Aku berkata-kata bukan dari diri-Ku sendiri, tetapi Bapa, yang mengutus Aku, Dialah yang memerintahkan Aku untuk mengatakan apa yang harus Aku katakan dan Aku sampaikan.


Logika yang memberontak terhadap apa yang menjadi sabda atau perkataan Allah sendiri sebagaimana yang diucapkan atau dikatakan atau disampaikan-Nya.


Sabda Yesus berkuasa memerintah maut dan melepaskan manusia dari cengkraman pemerintahan iblis. Jadi, tak pernah Yesus bersabda bahwa kedatangannya terkait agenda Allah pada manusia sehubungan dengan Lucifer, bahwa Allah perlu melakukan pembuktian yang disebut: corpus delicti sebagaimana yang diajarkan oleh pendeta Erastus Sabdono, yang telah saya jelaskan apakah itu pada sepuluh bagian pertama pada bagian kedua. Apalagi meletakan Adam sebagai “Anak-Nya yang lain” setelah “Lucifer”  sebagai “Anak-Nya” yang pertama! [untuk ini saya tidak membahasnya selain harus pada pembahasan tersendiri, yang hingga saat ini belum bisa saya pastikan publikasinya di blog ini].



Yesus Sang Gembala Agung berkuasa atas iblis dan iblis tak berkuasa atas dirinya, bahkan ia berkuasa untuk menggembalakan manusia keluar dari kerajaan maut: “Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa mendengar perkataan-Ku dan percaya kepada Dia yang mengutus Aku, ia mempunyai hidup yang kekal dan tidak turut dihukum, sebab ia sudah pindah dari dalam maut ke dalam hidup”- Yoh 5:24. Ini adalah sebuah kebenaran berdasarkan ucapan Yesus dan menjadi sebuah pondasi untuk membuktikan bahwa logika yang sedang dibangun dalam pengajaran corpus delicti adalah salah sama sekali dan secara mutlak berlawanan dengan apa yang dimaksudkan oleh Sang Logos yang telah menjadi manusia.



Bukan saja Yesus berkuasa untuk melepaskan manusia yang diselamatkan-Nya dari kepemilikan iblis, tetapi Ia datang sebagai hakim dengan penghakiman yang sudah pasti dan berkekuatan hukum pasti  terhadap iblis: 

Matius 8:28-29 Setibanya di seberang, yaitu di daerah orang Gadara, datanglah dari pekuburan dua orang yang kerasukan setan menemui Yesus. Mereka sangat berbahaya, sehingga tidak seorangpun yang berani melalui jalan itu. Dan mereka itupun berteriak, katanya: "Apa urusan-Mu dengan kami, hai Anak Allah? Adakah Engkau ke mari untuk menyiksa kami sebelum waktunya?


Apakah “sebelum waktunya” terkait dengan “corpus delicti?” 

Jika benar “sebelum waktunya” terkait dengan problem corpus delicti maka pasti akan senantiasa muncul apa yang dilogikan oleh pendeta Erastus Sabdono sendiri, yaitu: “sebab ia hendak membuktikan bahwa Lucifer memang bersalah dan tidak membuka celah sama sekali bagi Lucifer untuk berkelit. Pembuktian itu kita sebut “corpus delicti.”


Sekarang kita justru akan melihat bahkan di dunia ini dan oleh Yesus sendiri secara langsung bahwa Yesus dihadapan iblis sama sekali tidak mengalami problem untuk membuktikan iblis bersalah sehingga iblis, di dunia ini, dapat mempermalukan Yesus sebab mampu berkelit. Coba perhatikan kelanjutan episode tersebut:


“Maka setan-setan itu meminta kepada-Nya, katanya: "Jika Engkau mengusir kami, suruhlah kami pindah ke dalam kawanan babi itu- ayat 31"


Jika benar ada problem corpus delicti sebagaimana ajaran pendeta Erastus Sabdono maka logikanya bukan berbunyi: “jika Engkau mengusir kami, suruhlah kami pindah ke dalama kawanan babi itu” tetapi seharusnya “jika Engkau mengusir kami, buktikanlah terlebih dahulu kesalahan atau kejahatan kami atas manusia ini.”


Faktanya tidak demikian, sebaliknya sebuah penundukan diri pada penghakiman Yesus dan sebuah keberakhiran yang tragis dihadapan Yesus dan dihadapan manusia sebab bukan saja ia harus penuh ketaatan meninggalkan manusia yang sudah disanderanya di dalam maut tetapi menunjukan kenyataan dirinya sebagai yang akan membawa siapapun yang berada di dalam perhambaannya  menuju kebinasaan, tak kecuali para babi itu sendiri:


Yesus berkata kepada mereka: "Pergilah!" Lalu keluarlah mereka dan masuk ke dalam babi-babi itu. Maka terjunlah seluruh kawanan babi itu dari tepi jurang ke dalam danau dan mati di dalam air- Yohanes 8:32


Roh jahat itu keluar dari manusia masuk kedalam babi dan terjun ke dalam jurang bersama para  sedikitnya 2.000 babi [Markus 5:13] untuk mengalami kebinasaan bersamanya, sementara manusia yang dibebaskan itu mengalami kemerdekaan dari perbelengguan iblis. Dan manusia yang dirasukinya mengalami kemerdekaan yang luar biasa berdasarkan sabda Yesus dan penaklukan iblis atas penghakiman iblis berdasarkan dirinya yang berkuasa untuk menyiksanya pada sebuah waktu yang ditetapkan.


Penundukan iblis dan kesudahan iblis yang begitu memalukan telah menunjukan tak ada problem corpus delicti sebagaimana ajaran pendeta Erastus Sabdono.


Kedatangan Yesus Sang Mesias itu sendiri, pada tatar ini, telah membuktikan Allah tak mengalami masalah dengan barang bukti atau corpus delicti terhadap penghakiman iblis. Bahkan masih terjadi tepat pada saat saya menuliskan ini, dan pada saat anda sedang membacanya, Allah masih agak “dag-dig-dug” menghitung-hitung akankah dari semua yang berjuang menjadi corpus delicti itu bisa benar-benar, nanti, dalam persidangan-Ku akan sungguh-sungguh membungkam iblis. Juga, apakah Yesus benar-benar sukses menjadi teladan bagi “anak-anak Allah” yang mau menjadi corpus delicti, sudah sempurnahkah Yesus itu sebagai corpus delicti. Allah saat ini memang sedang “dag-dig-dug.” Ke-dag-dig-dug-an Allah ini memang telah dipresentasikan secara mulia demi kemuliaan setinggi-tingginya pada peran manusia untuk melenyapkan kecemasan Allah saat ini dan sefenomenal mungkin bagi iblis, sebab, betapa tidak, bahkan Allah begitu sempit akal dan begitu dangkal kemahatahuannya sehingga memerlukan ekstensi ketahuan manusia untuk menjadi barang bukti bagi Allah. Perhatikan, kembali, presentasi  yang demikian itu, oleh  pendeta Dr. Erastus Sabdono:


CORPUS DELICTI:
ALLAH TIDAK MEMBINASAKAN Lucifer seketika ia memberontak, sebab tindakan itu perlu dibuktikan kesalahannya SECARA PASTI sehingga Lucifer tidak dapat berkelit. Allah yang tertib tidak bisa melanggar hukum-Nya sendiri mengharuskan adanya verifikasi. Untuk membuktikan bahwa tidak semua angsa berwarna putih, harus dibuktikan bahwa ada angsa yang berwarna lain, misalnya hitam. Lucifer DAPAT BERDALIH dalam tindakan-tindakannya bukan kesalahan, karena menurutnya semua mahkluk yang segambar dengan Allah pasti ingin menyamai Allah. AGAR TIDAK ADA CELAH INI, harus ada verifikasi atas kesalahan itu. MEMINJAM ISTILAH HUKUM, kita sebut ini “Corpus Delicti,” yaitu fakta yang membutktikan bahwa suatu kesalahan atau kejahatan telah dilakukan. Ini diteguhkan oleh pernyataan Alkitab sendiri dalam Roma 4:15 dikatakan, “….dimana tidak ada hukum Taurat, di situ tidak ada juga pelanggaran.” Lalu Roma 5:13 mengatakan,”Sebelum hukum Taurat ada,telah ada dosa di dunia. Tetapi dosa itu tidak diperhitungkan kalau tidak ada hukum Taurat.” Hukum Taurat diberikan Allah untuk menunjukan bahwa manusia terbukti bersalah, atau menjadi “Corpus Delicti” untuk menuntun manusia kepada anugerah:bahwa dengan kemampuannya sendiri manusia tidak akan bisa memiliki keselamatan. Manusia tidak dapat selamat tanpa inisiatif Tuhan untuk menganugerahkan keselamatan itu. Sejajar dengan ini, Lucifer yang jatuh juga TIDAK BISA DIBINASAKAN SEBELUM ADA CORPUS DELICTI. Cara Allah membuat pembuktian adalah melalui anak-anak-Nya yang lain, yang memiliki ketaatan dan penghormatan yang benar kepada Allah dan memiliki persekutuan dengan-Nya yang benar. Ini akan membungkam iblis sehingga tidak bisa mengelak lagi. Ia memang bersalah [halaman 36]




Mengapa saya menggunakan istilah “dag-dig-dug?” Berlebihankah? Tidak sama sekali sebab “dag-dig-dug” merupakan bahasa yang begitu sederhana untuk menyimpulkan sejumlah indikator berbahasa “tinggi” (Allah membutuhkan corpus delicti dan berdasarkan logika maka ia membutuhkan manusia yang secara sukarela mau taat menjadi corpus delicti), yang menunjukan Allah memang sedang cemasdag-dig-dug” hingga kini baik sekarang, minggu depan, bulan depan, atau jika saya berandai:100 tahun setelah ini dan hingga ke saat yang tak dapat dipastikan sebab bergantung sepenuhnya pada ketakpastian dalam dunia manusia ini, Allah  akan senantiasa dag-dig-dug dibuat manusia. Perhatikan sejumlah indikator “dag-dig-dug” berbahasa tinggi oleh pendeta Dr. Erastus Sabdono: 


►►Pertama: ALLAH TIDAK MEMBINASAKAN Lucifer seketika ia memberontak, sebab tindakan itu perlu dibuktikan kesalahannya SECARA PASTI. Dalam hal ini, dengan demikian, Allah tak memiliki kepastian atau lebih tepatnya serba tak pasti karena solusi untuk mengatasi “problem kepastian yang masih diupayakan atau perlu diperjuangkan Allah,” untuk mewujudkan kepastian bagi diri-Nya sendiri,Ia menggunakan manusia-manusia di dunia  yang diharapkannya secara suka rela dan sepenuh hati mau menjadi corpus delicti.  


►►Kedua: Lucifer DAPAT BERDALIH. Selama “problem kepastian” yang mendera Allah itu eksis maka Lucifer dapat berdalih. Mengapa Lucifer atau iblis dapat berdalih terhadap Allah, itu karena Lucifer memiliki kepastian absolut hingga kini yaitu hingga kini Allah secara absolut memiliki “problem kepastian” yang penanggulangannya begitu bergantung pada bumi  yang senantiasa tak pasti!  


►►Ketiga: AGAR TIDAK ADA CELAH. Ini merupakah poin menjulang tinggi bagi saya untuk menyatakan bahwa kesesatan pandangan pada “Allah di hadapan Iblis” yang dihasilkan oleh pendeta Dr. Erastus bersifat terencana dan sistematis sebab dibangun berdasarkan logika dan ia sebagai pendeta menyatakan bahwa Allah memiliki celah di hadapan iblis sehingga memerlukan sehingga Allah membutuhkan pembuktian corpus delicti! Bagi saya pribadi, inilah pertama kali saya membaca pengajaran seorang pendeta yang begitu penuh percaya diri berkata: ALLAH BERCELAH DIHADAPAN LUCIFER! Ini bukan dalam makna figuratif  tetapi memang yakin sekali akan hal itu dengan cara menunjukan keotentikan kebercelaan Allah dihadapan si iblis, dengan menyatakan: “harus ada verifikasi atas kesalahan.” Inilah cara yang harus dilakukan Allah agar celah berupa: “pertama” dan “kedua” di atas sebelumya dapat secara bertahap dan berproses diatasi sehingga Allah dapat menutupi dan memperbaiki kelemahan substansial-Nya dihadapan si iblis. Ini sendiri adalah dag-dig-dug atau kecemasan Allah yang begitu agung lagi mahamulia!  


►►Keempat: TIDAK BISA DIBINASAKAN SEBELUM ADA CORPUS DELICTI. Allah sudah kehilangan hikmat keadilan-Nya; Allah telah kehilangan kebijaksanaan penghakiman-Nya dan telah kehilangan kekudusan penghakiman-Nya sampai-sampai perlu dipinjamkan via pengajaran pendeta Erastus Sabdono dengan mekanisme hukum ciptaan dunia bernama “corpus delicti.” Inilah untuk pertama kalinya, saya melihat dalam sebuah pengajaran, Allah sampai perlu dicangkokkan dengan sistem hukum dunia yang tak sempurna dan pada tujuannya: bukan sama sekali untuk menegakan keadilan Allah, sebab corpus delicti, pertama-tama, diciptakan untuk memastikan terdakwa dihukum secara adil berdasarkan bukti dan hakim dapat menghasilkan peradilan seadil-adilnya yang dapat diraih berdasarkan sistem yang ada. “Corpus delicti” menunjukan keterbatasan sistem peradilan dunia dan para hakim di dunia ini untuk memberikan vonis yang tak salah dengan sejumlah barang-barang bukti yang memang menunjuk pada kejahatan yang telah dilakukan terdakwa. Jika pendeta Erastus mencangkokan corpus delicti pada Allah, maka memang ia sebagai pendeta sangat yakin bahwa Allah sungguh tak sempurna pada diri-Nya sendiri. Allah tak setinggi dan semulia yang dikisahkan kitab suci, dengan demikian!  




Sabda Yesus Sang Mesias yang berbunyi: “Akulah pintu; barangsiapa masuk melalui Aku, ia akan selamat- Yohanes 10:9  sangat bertaut erat dengan: “Pencuri datang hanya untuk mencuri dan membunuh dan membinasakan; Aku datang, supaya mereka mempunyai hidup- ayat 10. “Pencuri datang” dan “Aku datang,” ini: bukan kontes, bukan “balance of power” atau keseimbangan kekuasaan, sebaliknya: satu begitu berkuasa untuk  menundukan yang lainnya dan memulihkan secara substansial apa yang telah dihancurkan oleh Pencuri itu: apa yang telah dicuri, dibunuh dan dibinasakan iblis ketika Ia mendatangi manusia maka Ia melakukan hal yang menundukan dan menghancurkan tatanan dan kuasa kerajaan iblis itu dengan memberikan hidup kepada siapa yang diberikannya kehidupan sehingga: “ia sudah pindah dari dalam maut ke dalam hidup- Yoh 5:24   atau hiduplah dirinya dari kematian kerajaan maut.



Sang Gembala Agung. Karena itu, ketika menggembalakan setiap orang-orang percaya  tidak sama sekali agar anda untuk menjadi corpus delicti, yang menunjukan ketakberkuasaan Yesus dan Allah untuk menghakimi iblis sebagaimana penghakiman yang pada faktanya telah dilakukan: “pencuri datang untuk membunuh dan membinasakan” sementara Yesus dikatakannya sendiri: “Aku datang supaya mereka mempunyai hidup.” Sebuah penghakiman yang begitu mematikan dan begitu menghempaskan kebenaran yang diagungkan dalam ajaran corpus delicti!


Anda dan saya memang diperintahan/diinstruksikan atau disabdakan harus menyangkal diri dan memikul salib setiap hari, tetapi  tujuannya bukan agar menjadi corpus delicti tetapi agar atau untuk tujuan atau maksud: “mengikut  Aku”- Luk 9:23.”  Dan pada totalitas kesudahan atau mahkota perintah itu berisikan sebuah penggembalaan agar tak mengikut dunia dan segala  keinginannya yang membawa pada kebinasaan tetapi mengikuti penggembalaan Kristus sekalipun itu dapat membuatmu kehilangan nyawamu karena bertahan  pada apa kehendak penggembalaan Yesus di dunia “biarlah gandum dan lalang tumbuh bersama” :

Matius 9:24-26 Karena barangsiapa mau menyelamatkan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya; tetapi barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan menyelamatkannya. Apa gunanya seorang memperoleh seluruh dunia, tetapi ia membinasakan atau merugikan dirinya sendiri? Sebab barangsiapa malu karena Aku dan karena perkataan-Ku, Anak Manusia juga akan malu karena orang itu, apabila Ia datang kelak dalam kemuliaan-Nya dan dalam kemuliaan Bapa dan malaikat-malaikat kudus.


Apakah yang Yesus nantikan dari setiap anak-anak Allah? Apakah menantikan kesuksesan mereka menjadi corpus delicti sebab Allah bercela? Tidak sama sekali sebab apa yang  Yesus nantikan untuk dijumpai pada setiap saya dan anda adalah tidak malu atau hidup secara terbuka berdasarkan dan di dalam perkataan Yesus sendiri atau “tidak malu karena  Yesus dan karena perkataan-Nya.” Jadi perkataannya dan dirinya adalah kehidupan bagimu jika saya dan anda setia di dalam iman pada perkataan dan dirinya sendiri. Bandingkan juga dengan:


Matius 13:36-43 Maka Yesuspun meninggalkan orang banyak itu, lalu pulang. Murid-murid-Nya datang dan berkata kepada-Nya: "Jelaskanlah kepada kami perumpamaan tentang lalang di ladang itu." Ia menjawab, kata-Nya: "Orang yang menaburkan benih baik ialah Anak Manusia; ladang ialah dunia. Benih yang baik itu anak-anak Kerajaan dan lalang anak-anak si jahat. Musuh yang menaburkan benih lalang ialah Iblis. Waktu menuai ialah akhir zaman dan para penuai itu malaikat. Maka seperti lalang itu dikumpulkan dan dibakar dalam api, demikian juga pada akhir zaman. Anak Manusia akan menyuruh malaikat-malaikat-Nya dan mereka akan mengumpulkan segala sesuatu yang menyesatkan dan semua orang yang melakukan kejahatan dari dalam Kerajaan-Nya. Semuanya akan dicampakkan ke dalam dapur api; di sanalah akan terdapat ratapan dan kertakan gigi. Pada waktu itulah orang-orang benar akan bercahaya seperti matahari dalam Kerajaan Bapa mereka. Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengar!


Relasi Yesus terhadap setiap orang beriman adalah bagaimana agar setiap orang percaya hidup sebagai yang mendengarkan dan mentaatinya hingga pada akhir zaman, artinya ini adalah kebenaran bagi segala generasi mendatang sebagai sebuah kepastian! Tetapi  menjadi taat itu, untuk menjadi  apakah atau untuk tujuan apakah, pada akhirnya? Apakah untuk menjadi corpus delicti sebagaimana merupakan tujuan atau agenda penciptaan manusia dalam ajaran pendeta Erastus Sabdono? Jawaban Yesus jelas bukan, tetapi ini: “pada waktu itulah orang-orang benar akan bercahaya seperti matahari dalam kerajaan Bapa mereka.” Sama sekali tak ada sebuah sabda bahwa  akan ada anak-anak manusia yang menjadi corpus delicti secara gemilang.



Bersambung ke bagian 24  

Segala Kemuliaan Hanya Bagi Allah

No comments:

Post a Comment