Pages

10 December 2016

Tinjauan:Pengajaran Pdt.Erastus Sabdono Tentang Corpus Delicti (18/40)

Oleh: Martin Simamora

Sepuluh Bagian Kedua
Biarlah Gandum dan Lalang Tumbuh Bersama: Sebuah Kehidupan Dalam Kerajaan Allah di Dunia Ini Sementara Waktu Penuaian Menanti Saatnya

(Lebih dulu di “Bible Alone”-Sabtu, 6 Agustus 2016- telah diedit dan dikoreksi)




Bacalah lebih dulu: “bagian 17

Melakukan Kehendak Bapa Adalah Sebuah Kehidupan Baru Yang Datang Dari Kerajaan Allah Sementara Lalang Dibiarkan Tumbuh Menghimpitmu

Bahkan di dalam dunia yang dinyatakan Yesus dalam umpama: “biarkanlah gandum dan lalang tumbuh bersama.” Menimbang realitas yang begitu keras bagi kehidupan manusia maka memang kehidupan anak-anak Allah itu sendiri haruslah berdasarkan kehidupan yang dilahirkan oleh Allah sementara ia hidup di dalam dunia yang diperintah oleh kuasa kegelapan atau di dunia di mana lalang tetap dibiarkan tumbuh dan tidak boleh dicabut sampai pada saatnya Allah memerintahkan para penuainya untuk menuai gandum-gandum untuk disimpan di lumbung-Nya sementara lalang untuk dibinasakannya. Beginilah injil Yohanes menyatakannya:

Yohanes 1:12-13 Tetapi semua orang yang menerima-Nya diberi-Nya kuasa supaya menjadi anak-anak Allah, yaitu mereka yang percaya dalam nama-Nya; orang-orang yang diperanakkan bukan dari darah atau dari daging, bukan pula secara jasmani oleh keinginan seorang laki-laki, melainkan dari Allah.


Realitas ini hanya dapat terjadi sehubungan dengan kedatangan Anak Allah ke dalam dunia ini:

Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita- Yohanes 1:14

Jadi menjadi anak-anak Allah tidak mungkin berdasarkan perjuangan daging ini. Tetapi mengapa demikian akan dinyatakan oleh Yesus bahwa menjadi anak-anak Allah sebuah pemerdekaan oleh Anak Allah dari pembapakan oleh iblis.


Dengan kata lain sentralitas Yohanes 1:12-13 terletak pada “Firman itu telah menjadi manusia” yang menjadi satu-satunya dasar keselamatan manusia dapat berlangsung. Jika tanpa pemberian kuasa menjadi anak-anak Allah yaitu orang-orang yang diperanakan dari Allah maka mustahil dapat datang dan menerima Yesus Kristus sebagai kebenaran dan keselamatan dari Allah, atau jika tak ada pemberian kuasa supaya menjadi anak-anak Allah, inilah yang akan terjadi:

Ia telah ada di dalam dunia dan dunia dijadikan oleh-Nya, tetapi dunia tidak mengenal-Nya. Ia datang kepada milik kepunyaan-Nya, tetapi orang-orang kepunyaan-Nya itu tidak menerima-Nya.- Yohanes 1:10-11

Atau tepat sebagaimana Yesus katakan sendiri:


Dan inilah hukuman itu: Terang telah datang ke dalam dunia, tetapi manusia lebih menyukai kegelapan dari pada terang, sebab perbuatan-perbuatan mereka jahat.- Yohanes 3:19

Sehingga kepada Nikodemus, salah satu guru bangsa Yahudi, Yesus mewajibkan apa yang menjadi dasar bagi Yohanes untuk menuliskan Yohanes 1:12-13 agar manusia dapat datang menerima Yesus sebagai Ia yang  datang dari Allah untuk menjadi satu-satunya keselamatan bagi dunia yang berada di dalam perbudakan iblis. Beginilah Yesus bersabda kepada Nikodemus:


Yesus menjawab, kata-Nya: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika seorang tidak dilahirkan kembali, ia tidak dapat melihat Kerajaan Allah." Kata Nikodemus kepada-Nya: "Bagaimanakah mungkin seorang dilahirkan, kalau ia sudah tua? Dapatkah ia masuk kembali ke dalam rahim ibunya dan dilahirkan lagi?" Jawab Yesus: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika seorang tidak dilahirkan dari air dan Roh, ia tidak dapat masuk ke dalam Kerajaan Allah. Apa yang dilahirkan dari daging, adalah daging, dan apa yang dilahirkan dari Roh, adalah roh. Janganlah engkau heran, karena Aku berkata kepadamu: Kamu harus dilahirkan kembali. Angin bertiup ke mana ia mau, dan engkau mendengar bunyinya, tetapi engkau tidak tahu dari mana ia datang atau ke mana ia pergi. Demikianlah halnya dengan tiap-tiap orang yang lahir dari Roh."- Yohanes 3;3-8


Yang menjelaskan bagaimana  manusia dapat lepas dari hukum kemautan manusia sebagaimana yang telah dinyatakan Yesus dalam  Yohanes 3:19.


Inilah relasi orang-orang percaya dengan Yesus dengan Allah sejak permulaan. Begitu berbeda dengan konsep corpus delicti yang diusung dan dijunjung begitu tinggi melampaui kemuliaan Yesus [yang juga merupakan kemuliaan Bapa]; melampaui kebenaran ini: “supaya semua orang menghormati Anak sama seperti mereka menghormati Bapa.  Sebab pada corpus delicti sama sekali tak memberikan penghormatan pada Anak sebagaimana menghormati Bapa, selain pandangan bahwa Yesus Kristus perlu membutikan ketaatannya kepada Allah sehingga dengan demikian menunjukan bahwa seharusnya anak-anak Allah dapat melakukan hal yang sama. Bahkan memang benar-benar tak mungkin anak-anak Allah dapat menghasilkan penghormatan pada Anak sama seperti mereka menghormati Bapa sebab Anak Allah, oleh pendeta Erastus, telah diletakan sebagai yang harus membuktikan ketaatannya kepada Allah agar dapat menjadi corpus delicti bahwa seharusnya anak-anak Allah juga dapat menghormati Bapa sehingga dapat membungkam iblis. Dalam corpus delicti, justru anak-anak Allah atau para manusia yang mendapat kehormatan yang teramat besar, yaitu saat: sukses menjadi corpus delicti maka menjadi para pembungkam iblis demi Allah yang bercela di hadapan iblis.


Corpus delicti merendahkan Yesus serendah-rendahnya sehingga tak memiliki otoritas dan kuasa untuk menghakimi dan melucuti pemerintahan iblis, dan kemudian membebaskan manusia dari kuasa kegelapan yang menguasainya. Ini sangat bertentangan dengan Yesus Kristus yang memiliki tujuan agar setiap orang yang dibebaskannya dari pemerintahan kuasa kegelapan dapat masuk ke dalam kehidupan berelasi dengan Yesus dan Bapa, dalam sebuah keaktualan yang nyata dan dapat dilihat oleh dunia ini.


Pada Yesus, ketaatan mereka kepada sabda-Nya justru merupakan bukti kokoh bahwa iblis telah takluk terhadap kehendak Kerajaan Allah yang datang ke dalam dunia ini atau manusia datang kepadanya untuk memperoleh hidup.   Bandingkan dengan kehidupan yang tak dapat mendatangi Yesus untuk mendapatkan hidup: 

Yohanes 5:39-40 Kamu menyelidiki Kitab-kitab Suci, sebab kamu menyangka bahwa oleh-Nya kamu mempunyai hidup yang kekal, tetapi walaupun Kitab-kitab Suci itu memberi kesaksian tentang Aku, namun kamu tidak mau datang kepada-Ku untuk memperoleh hidup itu.


Bahkan penyelidikan kitab suci yang penuh ketekunan dan penuh dedikasi tak akan memberikan kuasa untuk mengakibatkan mereka dapat datang kepada Yesus sebagai Sang Pemberi Hidup.


Sejak semula manusia memiliki problem untuk berelasi dengan Yesus secara benar sebagaimana yang dikehendaki Allah (Yohanes 3;19), sehingga memang relasi Yesus terhadap manusia, pasti terletak bagaimana manusia dapat bebas dari realitas kegelapan sebagaimana dinyatakan Yesus pada Yohanes 3:19.Dengan kata lain, manusia-manusia yang membutuhkan pertolongan Allah terhadap problem mautnya dengan iblis sebagaimana Yohanes 3:19.


Dapat datang kepada Yesus, dengan demikian,  berdasarkan Yohanes 3:19: adalah sebuah kebangkitan dari hidup di dalam kematian atau hidup dalam cengkraman kuasa pemerintahan iblis, yang digambarkan Yesus kepada Nikodemus sebagai sebuah keputusan hukum Allah atas realitas manusia dan pemerintahan iblis yang telah ditetapkan sebagai sumber kematian dan pemberontakan manusia:  


Teks Yohanes 3:19 adalah realitas manusia yang berada dalam kuasa pemerintahan iblis yang mencengkram manusia. Begitu hebatnya cengkraman itu sampai-sampai manusia itu tak memiliki kuasa untuk membuat pilihan-pilihan rasional atau lebih tepatnya tak sanggup sama sekali melihat Yesus sebagai pilihan rasional mengatasi kegelapan. Kegagalan semacam ini pada akhirnya bukan semata inkompetensi/ketakcakapan otak manusia untuk melakukan proses-proses berdasarkan persepsi segenap inderanya, tetapi memang manusia tak berkuasa untuk mematahkan kedahsyatan kuasa iblis untuk memperdaya manusia sehingga tak dapat memahami ajaran-ajaran Yesus yang berkuasa atas jiwa-jiwa manusia dan berkuasa untuk menaklukan pemerintahan iblis:  


Yohanes 8:42-44Dan inilah hukuman itu: Terang telah datang ke dalam dunia, tetapi manusia lebih menyukai kegelapan dari pada terang, sebab perbuatan-perbuatan mereka jahat. Apakah sebabnya kamu tidak mengerti bahasa-Ku? Sebab kamu tidak dapat menangkap firman-Ku. Iblislah yang menjadi bapamu dan kamu ingin melakukan keinginan-keinginan bapamu. Ia adalah pembunuh manusia sejak semula dan tidak hidup dalam kebenaran, sebab di dalam dia tidak ada kebenaran. Apabila ia berkata dusta, ia berkata atas kehendaknya sendiri, sebab ia adalah pendusta dan bapa segala dusta.  


terang telah datang ke dalam dunia, tetapi manusia lebih menyukai kegelapan” begitu jelas menunjukan bahwa memang sementara  penabur benih itu telah datang, si jahat tetap ada dan tetap bekerja:

Matius 13:24 Yesus membentangkan suatu perumpamaan lain lagi kepada mereka, kata-Nya: "Hal Kerajaan Sorga itu seumpama orang yang menaburkan benih yang baik di ladangnya.

Matius 13:27-28 Dari manakah lalang itu? Jawab tuan itu: Seorang musuh yang melakukannya. Lalu berkatalah hamba-hamba itu kepadanya: Jadi maukah tuan supaya kami pergi mencabut lalang itu?


Jika ditanyakan apakah sebabnya banyak orang tidak dapat mengerti bahasa Yesus atau apakah sebabnya banyak orang lebih menyukai kegelapan daripada terang? Itu semua bukan karena Allah dan Yesus tidak berkuasa sepenuhnya atas iblis oleh sebab hingga kini  Allah tak memiliki barang bukti kejahatan yang kokoh untuk mendakwa iblis tetapi disebabkan oleh problem antara manusia dan iblis! Apakah itu problem antara manusia dan iblis, adalah ini: Iblislah yang menjadi bapamu dan kamu ingin melakukan keinginan-keinginan bapamu. Berbapakan iblis dan  berkeinginan untuk melayani iblis! Apakah itu keinginan iblis yang memerintah manusia? Perhatikan jawaban Yesus berdasarkan penjelasan Yesus berikut ini: Apakah sebabnya kamu tidak mengerti bahasa-Ku? Sebab kamu tidak dapat menangkap firman-Ku, yang semata-mata menunjukan ketakberdayaan manusia untuk “sekedar” mengerti bahasa Yesus. Apakah memangnya bahasa Yesus di sini? Inilah bahasanya yang dimaksudkan oleh Yesus sendiri:


Yohanes 8:21-25 Maka Yesus berkata pula kepada orang banyak: "Aku akan pergi dan kamu akan mencari Aku tetapi kamu akan mati dalam dosamu. Ke tempat Aku pergi, tidak mungkin kamu datang." Maka kata orang-orang Yahudi itu: "Apakah Ia mau bunuh diri dan karena itu dikatakan-Nya: Ke tempat Aku pergi, tidak mungkin kamu datang?" Lalu Ia berkata kepada mereka: "Kamu berasal dari bawah, Aku dari atas; kamu dari dunia ini, Aku bukan dari dunia ini. Karena itu tadi Aku berkata kepadamu, bahwa kamu akan mati dalam dosamu; sebab jikalau kamu tidak percaya, bahwa Akulah Dia, kamu akan mati dalam dosamu." Maka kata mereka kepada-Nya: "Siapakah Engkau?" Jawab Yesus kepada mereka: "Apakah gunanya lagi Aku berbicara dengan kamu?


Jelas sekali apa yang dikehendaki oleh Yesus atas manusia-manusia terhadap dirinya adalah “percaya bahwa bahwa Akulah Dia.” Kehendak Yesus ini bukan kehendak main-main, sebab penolakan pada dirinya adalah: “kamu akan mati dalam dosamu.” Apakah maksudnya  “Akulah Dia,” coba perhatikan penjelasan Yesus berikut ini:


Yohanes 8:28 "Apabila kamu telah meninggikan Anak Manusia, barulah kamu tahu, bahwa Akulah Dia, dan bahwa Aku tidak berbuat apa-apa dari diri-Ku sendiri, tetapi Aku berbicara tentang hal-hal, sebagaimana diajarkan Bapa kepada-Ku.


Tetapi bagaimana manusia-manusia itu dapat meninggikan Anak Manusia, itu adalah sebagaimana Yesus menjawab mereka:

Yohanes 8:31-32 Maka kata-Nya kepada orang-orang Yahudi yang percaya kepada-Nya: "Jikalau kamu tetap dalam firman-Ku, kamu benar-benar adalah murid-Ku dan kamu akan mengetahui kebenaran, dan kebenaran itu akan memerdekakan kamu."


Perhatikan baik-baik. meninggikan Anak Manusia hanya dapat terjadi jika setiap orang yang mengaku pengikut Kritus dapat memiliki buah yaitu: memiliki relasi kemuridan dengan Yesus berdasarkan mentaati dan hidup di dalam firman atau sabda-Nya. Meninggikan Anak Manusia dalam cara semacam ini lebih dari sekedar ketaatan belaka oleh seorang murid kepada gurunya, sebab dalam hal ini terkait taat pada perkataan-Nya adalah sama dengan mempecayai taat pada Yesus adalah mentaati firman Bapa itu sendiri yang bersabda pada lidah Sang Kristus. Perhatikan ini: “bahwa Akulah Dia, dan bahwa Aku tidak berbuat apa-apa dari diri-Ku sendiri, tetapi Aku berbicara tentang hal-hal, sebagaimana diajarkan Bapa kepada-Ku”- Yohanes 8:28.


Relasi yang hendak dibangunkan oleh Yesus dengan setiap anak-anak  Allah, adalah: agar setiap yang memang benar-benar percaya dapat meninggikan Anak Allah dengan cara tetap dalam firman yang akan membuktikan bahwa setiap pengaku percaya pada Kristus adalah benar-benar murid atau memiliki hidup kemuridan dengan Yesus. Jadi, di sini tak ada sama sekali  hubungan antara Yesus dengan orang beriman untuk menjadi corpus delicti sehingga iblis dapat dibungkam demi menolong Allah yang tak berdaya di hadapan iblis.


Berdasarkan apakah manusia dapat meninggikan Anak Allah atau tidak, justru akan menjadi bukti abdi-abdi siapakah manusia itu,  apakah abdi Allah atau apakah abdi iblis. Jika dapat meninggikan Anak Allah yaitu tinggal di dalam firman maka merupakan bukti bahwa ia adalah hamba Kristus, sebaliknya tak dapat tinggal di dalam firman maka ia  jelas  berbapakan iblis.Inilah realitas kehidupan kerajaan Allah  di dalam dunia yang mana kegelapan tetap bekerja [Yohanes 1:5,9-10]. Jadi memang sejak semula sementara kerajaan Allah telah datang di dunia ini, pun kerajaan kegelapan tetap dibiarkan ada  namun  di dalam taklukan pemerintahan Yesus Kristus. Atau tepat sebagaimana di dalam umpama Yesus yang berbunyi: “biarlah gandum dan lalang tumbuh bersama.” Itu sebabnya akan alami hal semacam ini terjadi:  

Yohanes 1:10 Ia telah ada di dalam dunia dan dunia dijadikan oleh-Nya, tetapi dunia tidak mengenal-Nya.

Yohanes 1:11 Ia datang kepada milik kepunyaan-Nya, tetapi orang-orang kepunyaan-Nya itu tidak menerima-Nya.  


Itulah sebabnya ketika seorang manusia dapat datang kepada Yesus, manusia tersebut bukan saja telah dilepaskan dari kuasa pemerintahan iblis tetapi menjadi dapat mendatangi Yesus, atau telah melakukan pekerjaan yang dikehendaki Bapa:  

Yohanes 6:28-29 Lalu kata mereka kepada-Nya: "Apakah yang harus kami perbuat, supaya kami mengerjakan pekerjaan yang dikehendaki Allah?" Jawab Yesus kepada mereka: "Inilah pekerjaan yang dikehendaki Allah, yaitu hendaklah kamu percaya kepada Dia yang telah diutus Allah."


Di sini kita pun seharusnya mengerti bahwa menjadi percaya kepada Dia yang telah diutus Allah adalah memiliki kehidupan kemuridan dengan Yesus atau kehidupan yang meninggikan Anak Manusia: hidup didalam firman Kristus. Bukan kehidupan yang meninggikan diri sendiri apalagi meninggikan dunia ini dengan segala keinginannya. Apa yang nampaknya sederhana pada “inilah pekerjaan yang dikehendaki Allah, yaitu hendaklah kamu percaya kepada Dia yang telah diutus Allah,” pada faktanya sebuah kehidupan yang secara otentik berada didalam relasi kemuridan dengan Yesus yang menghasilkan taat pada firmannya. Sebuah kontras yang teramat menyilaukan dengan  kehidupan yang berbapakan iblis.  Atau sebagaimana sabda Yesus: “kamu benar-benar adalah murid-Ku dan kamu akan mengetahui kebenaran, dan kebenaran itu akan memerdekakan kamu”-Yohanes8:31-32. Kebenaran itu akan memerdekakan kamu, maksudnya, sebuah kehidupan yang benar-benar dimerdekakan dari realitas ini: Iblislah yang menjadi bapamu dan kamu ingin melakukan keinginan-keinginan bapamu- Yohanes 8:44. Manusia-manusia yang dibebaskan dari pembapakan iblis dengan demikian masuk ke dalam kehidupan meninggikan Anak Manusia, memiliki kehidupan baru yang sepenuhnya dipimpin Allah sementara masih di dunia ini dengan segala tantangan dan himpitannya.


Itu sebabnya berdasarkan pengajaran Yesus ini, percaya kepada Yesus bukan merupakan perbuatan tak bernilai dan bahkan tak bias sama sekali diperbandingkan dengan kemuliaan berderma pada orang miskin atau berbelas kasih pada orang-orang yang membutuhkan atau mendistribusikan kekayaan berlimpahmu pada semua manusia yang hidup dalam sebuah kesengsaraan yang dapat membunuh tarikan nafasnya. Mengapa? Sebab Yesus secara langsung memperbandingkan percaya padanya sebagaimana ia bersabda adalah tindakan meninggikan Anak Manusia sebagai akibat dilepaskannya diri manusia itu dari perbudakan iblis yang selama ini membapakinya. Secara langsung, dengan demikian, beriman kepada Yesus adalah sebuah penaklukan pemerintahan iblis oleh Yesus Kristus sendiri. Sungguh berbeda dengan gagasan pendeta Dr. Erastus Sabdono yang menekankan bahwa anak-anak Allah harus berjuang menjadi corpus delicti agar dapat membungkam iblis. Kalaupun kita ingin mengadopsi formulasi “berjuang” pada sabda Yesus maka yang terjadi sebetulnya adalah: setiap anak-anak Allah yang hidup di dunia ini haruslah bertekun dan berjuang DALAM KESETIAAN kepada Yesus agar ia hingga kesudahannya  dijumpai oleh Bapa sedang MENINGGIKAN ANAK MANUSIA atau dijumpai oleh Bapa tetap setia hidup di dalam hubungan kemuridan dengan Yesus Sang Pembebasnya dari pembapakan oleh iblis. Yesus bersabda: Jikalau kamu tetap dalam firman-Ku, kamu benar-benar adalah murid-Ku, sehingga inilah relasi Yesus dengan orang-orang percaya, yaitu menjadi murid berdasarkan meninggikan Anak Manusia bukan menjadi corpus delicti berdasarkan meneladani Yesus yang mau mentaati Bapa hingga mati, sehingga Allah yang bercela di hadapan iblis dapat diatasi oleh manusia.


Kedudukan Yesus dihadapan iblis dan pemerintahannya jelas sebagaimana firman ini: “Terang itu bercahaya di dalam kegelapan dan kegelapan itu tidak menguasainya”- Yohanes 1:5, dan karena  Yesus berkuasa atas iblis maka memang Yesus berkuasa menarik siapapun lepas dari kematian di dalam tangan pemerintah iblis atau memberikan kemerdekaan dari pemerintahan iblis dengan cara: “diberi-Nya kuasa supaya menjadi anak-anak Allah, yaitu mereka yang percaya dalam nama-Nya- Yohanes 1:12.  Jadi kedatangan Yesus ke dunia ini bukan untuk menjadi corpus delicti bahwa manusia seharusnya taat kepada Bapa sebagaimana Yesus sehingga dapat membungkam iblis.


Didalam  orang percaya MENINGGIKAN YESUS maka itu adalah sebuah kehidupan yang bertaat pada Bapa berdasarkan pembebasan dari pembapakan oleh iblis. Kemuridan seorang pengikut Yesus, dengan demikian, merupakan kehidupan yang mentaati dan menghormati Bapa sebagaimana kehendak Bapa dalam Kristus, dalam cara yang memuliakan Bapa sebab dalam saya dan anda meninggikan Yesus atau hidup di dalam firman, tidak sama sekali dalam ajaran bahwa Bapa bercela dihadapan iblis sehingga kita perlu menjadi corpus delicti atau berjuang mentaati Bapa hingga mati sehingga iblis bisa dibungkam. Tidak demikian, saya dan anda taat hingga mati dalam situasi apapun sebab saya sudah hidup dalam pemerdekaan oleh Anak atas kehidupan pembapakan atau perbudakan  iblis untuk melayani dan memuliakan Bapa hingga kesudahan hidupku. Itulah dasar ketaatan dan penghormatan saya dan anda kepada Bapa hingga kesudahannya dalam keadaan yang seberat apapun, jika itu yang harus terjadi.


Diberinya kuasa menjadi anak-anak Allah menunjukan bagaimana seorang manusia dapat lepas dari kerajaan iblis atau dapat lepas dari peng-anak-an oleh iblis. Menjadi anak-anak Allah,juga, merupakan penaklukan dahsyat Allah atas pemerintahan iblis di dunia ini yang menunjukan bahwa sementara iblis sukses menjadikan manusia-manusia sebagai anak-anaknya, Allah melalui dan dalam Yesus telah menghancurkan tatanan kerajaan iblis yang telah bekerja selama ini. Perhatikanlah bagaimana rasul Yohanes menjelaskannya: “orang-orang yang diperanakkan bukan dari darah atau dari daging, bukan pula secara jasmani oleh keinginan seorang laki-laki, melainkan dari Allah”- Yohanes 1:13. Sepenuhnya oleh Allah, karena pada realitasnya, manusia itu tak berdaya sama sekali untuk melakukan pertempuran melawan iblis demi keselamatannya sendiri atau: bukan diperanakan dari darah atau dari daging, bukan pula secara jasmani oleh keinginan seorang laki-laki!  


Percakapan antara seorang pemimpin agama Yahudi dengan Yesus Sang Kristus, telah menunjukan bagaimana Allah membebaskan manusia yang berada di dalam dunia yang dikuasai kegelapan [Yoh 1:5,9-10]  atau sebagimana dalam umpama Yesus: “biarlah gandum dan lalang tumbuh bersama hingga tiba saat Allah untuk menuai,” manusia-manusia kepunyaan Kristus tetap kedapatan kepunyaan Kristus di dalam dunia yang memusuhi dan menentang dalam cara apapun kebenaran Allah di dalam Kristus, bandingkanlah dengan sabda Yesus berikut ini:

Yohanes 15:18- 21 Jikalau dunia membenci kamu, ingatlah bahwa ia telah lebih dahulu membenci Aku dari pada kamu. Sekiranya kamu dari dunia, tentulah dunia mengasihi kamu sebagai miliknya. Tetapi karena kamu bukan dari dunia, melainkan Aku telah memilih kamu dari dunia, sebab itulah dunia membenci kamu. Ingatlah apa yang telah Kukatakan kepadamu: Seorang hamba tidaklah lebih tinggi dari pada tuannya. Jikalau mereka telah menganiaya Aku, mereka juga akan menganiaya kamu; jikalau mereka telah menuruti firman-Ku, mereka juga akan menuruti perkataanmu. Tetapi semuanya itu akan mereka lakukan terhadap kamu karena nama-Ku, sebab mereka tidak mengenal Dia, yang telah mengutus Aku.


Begitulah manusia itu dapat lepas dari cengkraman iblis sehingga dapat masuk ke dalam pemerintahan kerajaan Allah atau melihat kerajaan Allah hingga kesudahannya sekalipun iblis tetap bekerja (dunia membenci kamu sebab kamu bukan dari dunia ini) hingga tiba saat bagi Allah untuk menuai dan membinasakan iblis berdasarkan ketetapan-Nya.


Hidup di dalam kerajaan Allah adalah sebuah kehidupan yang sudah berlangsung di dunia ini sejak Yesus membebaskan siapapun yang dikehendakinya untuk menjadi murid-murid-Nya dari segala bangsa, sementara memang benar, sebagaimana telah diindikasikan oleh Yesus, iblis masih dapat menghimpit atau menekan kehidupan orang-orang percaya itu, yang terjadi semata karena Allah memiliki masa penuaian yang ia nantikan menanti setiap hal yang ditetapkannya digenapi terlebih dahulu sebelum penuaian ia lakukan. Dan tak ada satupun yang dinantikan oleh Yesus berkaitan dengan Allah menantikan barang bukti dari manusia SAMPAI ADA yang dapat memberikan barang bukti yang dapat membungkam iblis dalam pengadilannya. Tidak pernah ada!


Bersambung ke  bagian 19

Segala Kemuliaan Hanya Bagi Allah







No comments:

Post a Comment