Pages

29 October 2016

Tinjauan:Pengajaran Pdt.Erastus Sabdono Tentang Corpus Delicti (7/40)

Martin Simamora


Problem Dunia: Siapakah Yesus Sesungguhnya?

(Lebih dulu di “Bible Alone”-Senin,18 Juli 2016- telah diedit dan dikoreksi)



Bacalah lebih dulu:”bagian 6

Problem tersebut adalah sebuah poin yang tak mungkin diabaikan atau lebih tepatnya: itulah jawaban untuk pertanyaan apakah tujuan kedatangan Sang Firman ke dalam dunia yang adalah Allah dengan cara menjadi manusia di tengah-tengah manusia (bacalah: Yohanes 1:1,14,18; Ibrani 1:6; Ibrani 2:7,9,14; Ibrani 8:1-5; Ibrani 9:11-12; Ibrani 9:24-26; Ibrani 10:5-7)

Problem ini sudah ada sejak dahulu. Telah ada pada kekontemporeran Yesus, tetapi ini bukan sebuah problem yang problematik pada pihak Yesus, sebab senantiasa perkataan Yesus itu sendiri menghasilkan realitas yang menggenapi perkataan dan pengajarannya. Coba, misal, perhatikan episode-episode ini agar membantu memahami aspek apakah tujuan kedatangan Yesus ke dalam dunia ini:

Lukas 11:14-20 Pada suatu kali Yesus mengusir dari seorang suatu setan yang membisukan. Ketika setan itu keluar, orang bisu itu dapat berkata-kata. Maka heranlah orang banyak. Tetapi ada di antara mereka yang berkata: "Ia mengusir setan dengan kuasa Beelzebul, penghulu setan." Ada pula yang meminta suatu tanda dari sorga kepada-Nya, untuk mencobai Dia. Tetapi Yesus mengetahui pikiran mereka lalu berkata: "Setiap kerajaan yang terpecah-pecah pasti binasa, dan setiap rumah tangga yang terpecah-pecah, pasti runtuh. Jikalau Iblis itu juga terbagi-bagi dan melawan dirinya sendiri, bagaimanakah kerajaannya dapat bertahan? Sebab kamu berkata, bahwa Aku mengusir setan dengan kuasa Beelzebul. Jadi jika Aku mengusir setan dengan kuasa Beelzebul, dengan kuasa apakah pengikut-pengikutmu mengusirnya? Sebab itu merekalah yang akan menjadi hakimmu. Tetapi jika Aku mengusir setan dengan kuasa Allah, maka sesungguhnya Kerajaan Allah sudah datang kepadamu. 


Heranlah orang banyak,” bukan sebuah keheranan yang belaka menunjukan ketakjuban pada mujizatnya tetapi pada bagaimana bisa ada seorang manusia berkuasa atas setan?


Apakah tujuan kedatangan Mesias itu berkaitan dengan penaklukan pemerintahan setan di dunia ini atas manusia? 



Kita harus memahami bahwa apa yang ada dalam benak orang banyak kala itu terkait Mesias bersentral pada ia adalah pembebas Israel dalam makna politis dan pembebas Israel dari problem kesejahteraan hidup seperti diwakili oleh episode-episode berikut ini:

Yohanes 6:10-12,14 Kata Yesus: "Suruhlah orang-orang itu duduk." Adapun di tempat itu banyak rumput. Maka duduklah orang-orang itu, kira-kira lima ribu laki-laki banyaknya. Lalu Yesus mengambil roti itu, mengucap syukur dan membagi-bagikannya kepada mereka yang duduk di situ, demikian juga dibuat-Nya dengan ikan-ikan itu, sebanyak yang mereka kehendaki. Dan setelah mereka kenyang Ia berkata kepada murid-murid-Nya: "Kumpulkanlah potongan-potongan yang lebih supaya tidak ada yang terbuang." […]Ketika orang-orang itu melihat mujizat yang telah diadakan-Nya, mereka berkata: "Dia ini adalah benar-benar nabi yang akan datang ke dalam dunia." Karena Yesus tahu, bahwa mereka hendak datang dan hendak membawa Dia dengan paksa untuk menjadikan Dia raja, Ia menyingkir pula ke gunung, seorang diri.


Bagi sedikitnya 5.000 orang, Yesus adalah nabi yang akan mengatasi problem kesejahteraan mereka. Sebuah jaminan hidup untuk senantiasa dikenyangkang oleh Yesus sesuai keinginan mereka. Bagi  mereka itulah divinitas Yesus, sebuah divinitas atau ketuhanan yang begitu nyaman bagi jiwa mereka. Tetapi divinitas Yesus bukan di situ dan bukan itu tujuan kedatangan-Nya, sehingga Yesus menyingkir ke gunung.


Yohanes 12:32-34 Ini dikatakan-Nya untuk menyatakan bagaimana caranya Ia akan mati. Lalu jawab orang banyak itu: "Kami telah mendengar dari hukum Taurat, bahwa Mesias tetap hidup selama-lamanya; bagaimana mungkin Engkau mengatakan, bahwa Anak Manusia harus ditinggikan? Siapakah Anak Manusia itu?"

Ini adalah dialog paling krusial dan sangat menentukan penerimaan terhadap Yesus akankah berhasil atau gagal. Berbicara  Mesias, orang-orang Yahudi paham  sekali bahwa Mesias tidak akan mengalami kematian atau setidak-tidaknya “kematian” bukanlah sebuah urusan yang akan sedikit saja terbayangkan oleh mereka sebagai sebuah urusan yang akan dimasuki oleh seorang Mesias. Tujuan versi orang banyak dan versi Yesus sudah sangat berbeda. Mereka tak tahu bahwa tujuan kedatangan Yesus bukan soal versi siapakah tetapi soal itulah tujuan ilahi yang dibawanya masuk ke dalam dunia ini. Perhatikanlah penjelasan Yesus sebelumnya:

Yohanes 12:18-19 Sebab itu orang banyak itu pergi menyongsong Dia, karena mereka mendengar, bahwa Ia yang membuat mujizat itu. Maka kata orang-orang Farisi seorang kepada yang lain: "Kamu lihat sendiri, bahwa kamu sama sekali tidak berhasil, lihatlah, seluruh dunia datang mengikuti Dia."

Ini luar biasa sebab pada poin ini Yesus di mata orang banyak sukses bahkan dikalangan orang Farisi sampai tercetus ujaran ini: “Kamu lihat sendiri, bahwa kamu sama sekali tidak berhasil, lihatlah, seluruh dunia datang mengikut Dia.”

Sejauh momentum ini Yesus tak mengalami rejeksi yang berarti di kalangan rakyat dan bahkan kalangan pemimpin agama harus mengakuinya. Ujaran “lihatlah, seluruh dunia datang mengikut Dia” merupakan ujaran yang lahir dari ekspektasi Mesias yang memenuhi hasrat mereka di dunia ini untuk mereka sendiri atau berakar dari ekspektasi yang datang dari dunia respons semacam ini: “orang banyak itu pergi menyongsong dia, karena mereka mendengar, bahwa Ia yang membuat mujizat itu (ini termasuk membangkitkan orang mati yang bernama Lazarus, pada Yohanes 12:1 yang bersamanya Yesus bersantap makanan bersama)” merupakan pemikiran bahwa untuk itulah Yesus datang.


Maka memang ketika mereka tahu bahwa Yesus memiliki kuasa untuk melakukan berbagai-bagi mujizat termasuk membangkitkan Lazarus yang  bahkan makan bersamanya, kegilaan apakah sampai perlu ia berkata seperti ini:

Yohanes 12:23-24 Tetapi Yesus menjawab mereka, kata-Nya: "Telah tiba saatnya Anak Manusia dimuliakan. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya jikalau biji gandum tidak jatuh ke dalam tanah dan mati, ia tetap satu biji saja; tetapi jika ia mati, ia akan menghasilkan banyak buah.


Membicarakan kematian? Bukankah itu berlawanan dengan Taurat?




Orang-orang Yahudi tentu sangat familiar dengan:

Yesaya 9:7 Besar kekuasaannya, dan damai sejahtera tidak akan berkesudahan di atas takhta Daud dan di dalam kerajaannya, karena ia mendasarkan dan mengokohkannya dengan keadilan dan kebenaran dari sekarang sampai selama-lamanya. Kecemburuan TUHAN semesta alam akan melakukan hal ini


2 Samuel 7:16 Keluarga dan kerajaanmu akan kokoh untuk selama-lamanya di hadapan-Ku, takhtamu akan kokoh untuk selama-lamanya."


Mazmur 89:35-37 Sekali Aku bersumpah demi kekudusan-Ku, tentulah Aku tidak akan berbohong kepada Daud: Anak cucunya akan ada untuk selama-lamanya, dan takhtanya seperti matahari di depan mata-Ku. seperti bulan yang ada selama-lamanya, suatu saksi yang setia di awan-awan."

Belum juga menjadi penerus takhta Daud untuk menduduki kursi Daud sehingga dapat menjadi Mesias atau Sang Pembebas Israel, sudah bicara mau mati?


Problemnya bukan hanya itu? Karena kita harus pahami bahwa “untuk selama-lamanya” dalam konsep mesianik yang dipahami oleh orang-orang Yahudi, bukan dalam konsep abadi apalagi kekal. Bagi Israel konsep “selama-lamanya” adalah “Anak cucunya akan ada untuk selama-lamanya.” Dengan kata lain, selama-lamanya merujuk pada ketakterpustusan keturunan Daud untuk menduduki takhta Daud. Jika mereka telah menerima Yesus sebagai keturunan Daud, mengapa pula Yesus membicarakan kematian dan bangkit kembali: “biji gandum tidak jatuh ke dalam tanah dan mati, ia tetap satu biji saja; tetapi jika ia mati, ia akan menghasilkan banyak buah.


Jadi pernyataan Yesus yang semacam ini terkait tujuannya datang untuk mati dan setelah mati  ia bangkit:

Yohanes 12:27 Sekarang jiwa-Ku terharu dan apakah yang akan Kukatakan? Bapa, selamatkanlah Aku dari saat ini? Tidak, sebab untuk itulah Aku datang ke dalam saat ini.


Bagi Yesus Ia adalah suksesor terakhir. Bagi orang-orang Yahudi Ia adalah salah satu penerus dari banyak penerus-penerus yang berhak duduk di atas takhta Daud.


Bagi Yesus kini makna “selama-lamanya” telah berubah dari “anak cucu Daud yang akan terus menduduki takta Daud” menjadi “Ia telah bangkit dari kematian sebagai penakluk kematian sehingga Ia memiliki kekekalan memerintah di atas takhta Daud.

Jadi begitu tajam benturan tersebut.


Tetapi ini bukan debat kusir, bukan perang tafsir dan bukan sama sekali soal “Yesus bisa jadi salah. Ini langsung diselesaikan oleh Bapa:

Yohanes 12:28-30 Bapa, muliakanlah nama-Mu!" Maka terdengarlah suara dari sorga: "Aku telah memuliakan-Nya, dan Aku akan memuliakan-Nya lagi!" Orang banyak yang berdiri di situ dan mendengarkannya berkata, bahwa itu bunyi guntur. Ada pula yang berkata: "Seorang malaikat telah berbicara dengan Dia." Jawab Yesus: "Suara itu telah terdengar bukan oleh karena Aku, melainkan oleh karena kamu.


Perdebatan “bagaimana mungkin Mesias mengalami kematian” diselesaikan melalui peristiwa yang ajaib dan sasaran pengalaman tersebut dikhususkan bagi mereka yang mempertanyakan tujuan Yesus dengan kematiannya, walau memang pemahaman mereka paling tinggi adalah: ‘seorang malaikat telah berbicara dengan Dia” dengan pesan yang jelas (sehingga bisa tercatan dalam injil ini) yaitu: "Aku telah memuliakan-Nya, dan Aku akan memuliakan-Nya lagi!


Dalam cara apa Bapa mempermuliakan penerus takhta Daud itu? Dengan ini:
Yohanes 12:28 Jawab Yesus: "Suara itu telah terdengar bukan oleh karena Aku, melainkan oleh karena kamu.

Dalam cara apa Bapa akan memuliakan Yesus lagi? Dengan ini:
Yohanes 12:31 Sekarang berlangsung penghakiman atas dunia ini: sekarang juga penguasa dunia ini akan dilemparkan ke luar; dan Aku, apabila Aku ditinggikan dari bumi, Aku akan menarik semua orang datang kepada-Ku." Ini dikatakan-Nya untuk menyatakan bagaimana caranya Ia akan mati.


Kematian Yesus bukan kematian untuk matinya seorang manusia bernama Yesus demi kebenaran dan demi ketaatan pada Allah sehingga dapat menjadi corpus delicti bagi banyak anak-anak Allah bahwa seharusnya merekapun dapat sebagaimana Yesus, dan untuk kemudian dapat membungkam iblis dalam pengadilan Allah kelak.


Apa yang diungkapkan Yesus begitu berbeda dengan apa yang telah diajarkan oleh pendeta Dr. Erastus Sabdono. Coba perhatikan saja penjelasan Yesus berikut ini:

Sekarang berlangsung penghakiman atas dunia ini: sekarang juga penguasa dunia ini akan dilemparkan ke luar; dan Aku, apabila Aku ditinggikan dari bumi, Aku akan menarik semua orang datang kepada-Ku."

Tak ada sama sekali hubungan Yesus terhadap orang beriman sebagai corpus delicti, sebaliknya: Aku akan menarik semua orang dating kepada-Ku.


Kapankah itu terjadi? Kapan Ia akan menarik semua orang datang kepada Yesus? Kala IA DITINGGIKAN DARI BUMI atau kala dia digantung di antara bumi dan langit pada kayu salib! Kala anda membaca satu peristiwa yang kelihatan begitu termarjinalkan dalam peristiwa kematian Yesus, sebetulnya peristiwa  yang termarjinalkan dalam kemencekaman alam merupakan pucuk kecil gunung es dari penggenapan “Aku akan menarik semua orang kepada-Ku”:

Matius 27:54 Kepala pasukan dan prajurit-prajuritnya yang menjaga Yesus menjadi sangat takut ketika mereka melihat gempa bumi dan apa yang telah terjadi, lalu berkata: "Sungguh, Ia ini adalah Anak Allah."


Jika ada satu orang menjadi beriman pada Yesus sehingga dapat berkata “sungguh, Ia ini adalah Anak Allah” dan dia adalah seorang kepala pasukan Roma, maka kemungkinan ada lebih banyak orang lagi saksi mata yang beriman karena peristiwa ini dan karena kebangkitannya, tak dapat ditutup kemungkinannya sehingga mereka menjadi saudara-saudara seiman dalam Kristus. Perhatikan ini:

1Korintus 15:6 Sesudah itu Ia menampakkan diri kepada lebih dari lima ratus saudara sekaligus; kebanyakan dari mereka masih hidup sampai sekarang, tetapi beberapa di antaranya telah meninggal






Jadi, siapakah Yesus, kemudian, inilah yang menjadi problem bagi manusia dan bagi dunia ini. Dan siapakah gerangan diri-Nya bagi manusia telah menunjukan problem ini begitu problematik bagi pihak manusia, sebagaimana nampak dalam respon mereka terhadap Yesus:”ada di antara mereka yang berkata: "Ia mengusir setan dengan kuasa Beelzebul, penghulu setan." Yesus diasosiasikan dengan setan bukan berdasarkan bukti tetapi karena keheranan yang negatif. Dibutuhkan sebuah kegoncangan yang dahsyat dan ketaksiapan atau ketakberdayaan untuk menerima siapakah Yesus secara negatif dan begitu gelap[terhadap ekspektasi dan penerimaan manusia pada penerimaan akal budi], atau bukan sebagaimana  sangkaan atau keyakinan banyak orang yang berdasarkan pengajaran Kitab Suci dalam pemahaman yang telah mereka terima secara turun-temurun; Yesus dalam keilahian atau bahwa Ia adalah sumber kehidupan kekal dari Allah tepat pada dirinya sendiri ,sangat berlawanan dengan pemahaman pikiran-pikiran manusia tepat pada kesaksian Kitab Suci. Bandingkan juga dengan:

Yohanes 5:39-40 Kamu menyelidiki Kitab-kitab Suci, sebab kamu menyangka bahwa oleh-Nya kamu mempunyai hidup yang kekal, tetapi walaupun Kitab-kitab Suci itu memberi kesaksian tentang Aku,
dan

5:46 Sebab jikalau kamu percaya kepada Musa, tentu kamu akan percaya juga kepada-Ku, sebab ia telah menulis tentang Aku.


Sehingga memang sangat mudah untuk berpikir dan menuding Yesus, sebagai yang berasal dari setan, tak peduli, sebelumnya,  di hadapan banyak orang, ia baru saja mengusir setan dari dalam diri seorang manusia. Tak bisa membantah bukti yang tampil di depan mata dan dalam kemampuan optik [maksudnya dapat diobservasi oleh segenap indera manusia] mata untuk mengenali bahwa peristiwa yang dihasilkan atau diciptakan Yesus dengan mulutnya, begitu menggentarkan jiwa.


Mata mereka bersaksi bagi pikiran mereka, tapi tak berdaya, sementara telinga mereka jelas bersaksi bagi pikiran mereka bahwa Yesus  bukan  sedang menggelar pengajaran di sebuah kelas di STT/Seminari, atau  merancang teologia ala Yesus, namun segenap diri mereka sedang berjumpa dengan perbuatan Yesus yang tak dapat diadopsi jiwa manusia.


Demonologi semacam ini: “Setiap kerajaan yang terpecah-pecah pasti binasa, dan setiap rumah tangga yang terpecah-pecah, pasti runtuh. Jikalau Iblis itu juga terbagi-bagi dan melawan dirinya sendiri, bagaimanakah kerajaannya dapat bertahan? Sebab kamu berkata, bahwa Aku mengusir setan dengan kuasa Beelzebul. Jadi jika Aku mengusir setan dengan kuasa Beelzebul,” bukan lahir dari sebuah perenungan dan penyelidikan Kitab Suci secara maraton non stop, tetapi sebuah upaya memanusiawikan kuasanya yang begitu mulia dan sedang menggoncangkan jiwa dan pikiran manusia agar dapat dipahami oleh pikiran manusia dapat didekati, disentuh dan diraba oleh indera manusia. Demonologi demikian merupakan upaya Yesus untuk meminiaturkan kemegahan dan kemuliaan kuasanya dalam deskripsi yang dapat diraba oleh pikiran manusia. Dan memang benat ini adalah upaya Yesus untuk meredakan kegoncangan jiwa manusia-manusia yang menyaksikannya: “Tetapi Yesus mengetahui pikiran mereka.” 


Siapakah Yesus? Ini sebuah problem yang keras pada pihak manusia dalam situasi atau fakta: satupun pembantahan tak dapat diajukan terhadapnya. 

Perhatikanlah episode ini: 

Matius 8:23-27 Lalu Yesus naik ke dalam perahu dan murid-murid-Nyapun mengikuti-Nya. Lalu Yesus naik ke dalam perahu dan murid-murid-Nyapun mengikuti-Nya. Maka datanglah murid-murid-Nya membangunkan Dia, katanya: "Tuhan, tolonglah, kita binasa." Ia berkata kepada mereka: "Mengapa kamu takut, kamu yang kurang percaya?" Lalu bangunlah Yesus menghardik angin dan danau itu, maka danau itu menjadi teduh sekali. Dan heranlah orang-orang itu, katanya: "Orang apakah Dia ini, sehingga angin dan danaupun taat kepada-Nya?


Ia bukan datang hanya untuk menanggung penghukuman karena dosa, juga bukan datang untuk mati sebagai sebuah ketaatan dan penghormatan pada Bapa yang akan membuktikan dirinya memang layak atau pantas menjadi Anak Allah satu-satunya, sehingga dibangkitkan dari kematian. Bukan itu tujuan Yesus! Ia mati secara demikian agar Ia dapat menarik semua orang yang ingin ditariknya sehingga menjadi percaya dan menerima Ia adalah Mesias dan Anak Allah dalam makna memiliki kekekalan dan dalam makna Ia memang memiliki taktanya tersendiri di hadapan Bapa sebagai yang turut bersama-sama dengan Bapa, memerintah (Ibrani 1:1-3)


Sehingga  pengajaran Yesus dapat menjadi corpus delicti bagi anak-anak Allah tidak pernah diajarkan oleh Yesus.


Harus diperhatikan kalaupun siapapun mau memasukan konsep “corpus delicti” yang pada faktanya tidak diajarakan dan tidak menjadi tujuan Yesus, maka setiap anak-anak Allah memiliki problem mematikan pada dirinya sendiri, yaitu tak satupun dari anak-anak Allah dapat membuat setan yang taat kepadanya, seperti ini:


Markus1:27 Mereka semua takjub, sehingga mereka memperbincangkannya, katanya: "Apa ini? Suatu ajaran baru. Ia berkata-kata dengan kuasa. Roh-roh jahatpun diperintah-Nya dan mereka taat kepada-Nya."


Pengajaran pendeta Erastus Sabdono kala membangun teori corpus delicti begitu mengabaikan eksistensi Yesus kala ia dapat menjadi corpus delicti ia pada dasarnya berkuasa atas Setan dalam cara tak satupun setan dapat berbantah-bantahan dengannya. Apakah pendeta Erastus memiliki solusi bagi anak-anak Allah agar dapat berkualitas sebagaimana Yesus yang dalam menjadi corpus delicti bagi anak-anak Allah, ia berkuasa penuh atas setan? Yesus memiliki sumber kuasa yang melampaui  kerajaan dunia ini dalam ia menjadi corpus delicti, kalaupun saya mengikuti teori corpus delicti. Ini adalah poin penting, teramat penting untuk mau menjadi orang yang sanggup memberikan barang bukti yang menunjukan kesalahan iblis yang kokoh dalam pengadilan Allah. Bukankah butuh sebuah keistimewaan yang dahsyat untuk dapat menghadirkan barang bukti kejahatan iblis dalam pengadilan Allah? Mana mungkin kan kalau hanya manusia biasa dengan hanya determinasi untuk mentaati Allah lalu sekonyong di tangan ini dan di tubuh ini ada barang bukti kejahatan Allah dan bias tiba selamat di ruang pengadilan Allah tanpa dicegat dan dibinasakan oleh para malaikat kegelapan?? Mengapa hal semacam ini diabaikan? Bukankah Kerajaan kegelapan itu dalam tafsir pendeta Erastus bahkan lebih hebat daripada Allah sehingga membutuhkan pertolongan manusia?






Pendeta Erastus juga kelihatannya lupa atau tak mau tahu bahwa Yesus dalam menjadi corpus delicti (sekali lagi, jika saya harus mengikuti teorinya ini) maka seharusnyalah bahwa ia berkuasa atas peristiwa-peristiwa alam yang dikatakan sebagai alam berelasi dengn Yesus sebagai pihak yang taat kepada Sang Mesias, dikatakan: “taat kepada-Nya”

Lalu bangunlah Yesus menghardik angin dan danau itu, maka danau itu menjadi teduh sekali. Dan heranlah orang-orang itu, katanya: "Orang apakah Dia ini, sehingga angin dan danaupun taat kepada-Nya?


Jika saya harus mengikuti ajaran pendeta Dr. Erastus Sabdono maka profil Yesus adalah profil yang dalam ia mentaati apapun kehendak Bapa adalah sebagai sosok yang pada dirinya melekat secara utuh kuasa pemerintahan atas alam dan kerajaan iblis! Bekerja berdasarkan lidahnya yang menyatakan apapun maunya Anak Manusia itu!


Bagaimana pendeta Erastus memberikan solusi atas problem semua anak-anak Allah yang tidak mungkin menginkorporasikan kuasa Yesus atas alam dan kerajaan maut agar sebagaimana Yesus adanya dalam mentaati dan menghormati Bapa? Bukankah hal itu harus dicapai terlebih dahulu sehingga baru valid disebut anak-anak Allah, sebagaimana Yesus harus memiliki terlebih dahulu hal itu sehingga ia dapat mentaati dan menghormati Bapa sampai mati dalam ketaatan? Ketaatan yang divinitas sekali, dengan demikian! Berdasarkan teori corpus delicti ala pendeta Erastus saja, jelas terlihat tak satupun bisa menjadi corpus delicti selain dalam angan dan impian.


Satu lagi yang begitu penting harus diperhatikan oleh pendeta Erastus terkait Siapakah Yesus dan apakah tujuan kedatangannya ke dunia ini. Episode berikut ini kembali menunjukan bahwa gagasan menjadi corpus delicti sebagaimana Yesus adalah gagasan yang tak meneladani Yesus jika hal berikut ini pun dianggap tak penting.


Markus 2:2-12 Maka datanglah orang-orang berkerumun sehingga tidak ada lagi tempat, bahkan di muka pintupun tidak. Sementara Ia memberitakan firman kepada mereka, ada orang-orang datang membawa kepada-Nya seorang lumpuh, digotong oleh empat orang. Tetapi mereka tidak dapat membawanya kepada-Nya karena orang banyak itu, lalu mereka membuka atap yang di atas-Nya; sesudah terbuka mereka menurunkan tilam, tempat orang lumpuh itu terbaring. Ketika Yesus melihat iman mereka, berkatalah Ia kepada orang lumpuh itu: "Hai anak-Ku, dosamu sudah diampuni!" Tetapi di situ ada juga duduk beberapa ahli Taurat, mereka berpikir dalam hatinya: Mengapa orang ini berkata begitu? Ia menghujat Allah. Siapa yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah sendiri? Tetapi Yesus segera mengetahui dalam hati-Nya, bahwa mereka berpikir demikian, lalu Ia berkata kepada mereka: "Mengapa kamu berpikir begitu dalam hatimu? Manakah lebih mudah, mengatakan kepada orang lumpuh ini: Dosamu sudah diampuni, atau mengatakan: Bangunlah, angkatlah tilammu dan berjalan? Tetapi supaya kamu tahu, bahwa di dunia ini Anak Manusia berkuasa mengampuni dosa" --berkatalah Ia kepada orang lumpuh itu--: Kepadamu Kukatakan, bangunlah, angkatlah tempat tidurmu dan pulanglah ke rumahmu! Dan orang itupun bangun, segera mengangkat tempat tidurnya dan pergi ke luar di hadapan orang-orang itu, sehingga mereka semua takjub lalu memuliakan Allah, katanya: "Yang begini belum pernah kita lihat." 



Siapakah Yesus? Dia memang berbeda dengan seseorang yang berteriak-teriak atau begitu rajin berkhotbah tentang kebenaran yang telah lama hilang dan kini ditemukan, berdasarkan studi-studi mendalam dengan kekuatan pikiran atau jiwanya, karena dalam hal Yesus berkata: “hai anak-Ku, dosamu sudah diampuni!” yang bukan semata klaim, bukan semata pengajaran atau semata manipulasi pengagungan diri yang dibesarkan oleh keberhasilannya merekrut banyak pengikut dalam militansi yang membela pengajarannya mati-matian secara membabi-buta, tidak demikian. Ini semua, bermula dari begitu percayanya orang banyak pada Yesus tanpa benar-benar mengetahui siapakah Yesus dan sebesar apakah kuasanya atau adakah batasan-batasan kuasanya itu. Akibatnya, sementara banyak orang yang menjadi begitu berbahagia karena memperoleh peristiwa membahagiakan berdasarkan sabda Yesus, tetapi, bersamaan dengan kebahagiaan itu, juga menyisakan masalah yang begitu besar dan menggoncangkan untuk beberapa atau banyak orang: siapakah dia dan apakah dengan demikian ia tak menghujat Tuhan, dengan berkata demikian?


Tetapi, sebagaimana sebelumnya, ia bukan sedang membusungkan dadanya dan sedang mengambil apa yang bukan menjadi milik kepunyaannya, sebab siapa yang dapat mencuri dari tangan Tuhan, pada setiap kepunyaan-Nya. Perhatikan, Yesus, memang sedang menyatakan hal yang begitu kontroversial pada pikiran [bukan pada realitas dalam dunia Tuhan] manusia, karena pikiran manusia tak dapat menghampiri kuasa dan kekudusan Allah yang begitu berkuasa atas  kuasa dosa.


Camkan baik-baik! Yesus bukan saja berkata “dosamu diampuni” tetapi mendemonstrasikan realisasi kehidupan yang telah mengalami pengampunan dosa dalam cara semacam ini: “Kepadamu Kukatakan, bangunlah, angkatlah tempat tidurmu dan pulanglah ke rumahmu! Dan orang itupun bangun, segera mengangkat tempat tidurnya dan pergi ke luar di hadapan orang-orang itu,” tak lama setelah: “berkatalah Ia kepada orang lumpuh itu: "Hai anak-Ku, dosamu sudah diampuni!” Maka memang itu menunjukan bahwa Yesus memiliki pada dirinya kuasa untuk mengampuni dosa, sebagaimana ia memiliki kuasa untuk menghakimi dan melucuti kuasa setan atas manusia, dan sebagaimana ia memiliki kuasa untuk memerintahkan alam berperilaku sebagaimana kehendak diri-Nya sendiri. Jadi, ini bukan Yesus menghujat Allah, sebagaimana tudingan beberapa ahli Taurat, sebab Ia melakukan apa yang seharusnya dilakukan-Nya sebagaimana adanya Dia.
Bisakah ini kemudian dikatakan sebagai Yesus dapat menjadi corpus delicti sebagaimana konsepsi pendeta Dr. Erastus Sabdono? Mungkinkah diri pendeta Dr. Erastus Sabdono sendiri dapat berkata: “dosamu telah diampuni” sebagai bukti dirinya telah  menjadi atau setidaknya terus berjuang menjadi corpus delicti sebagaimana yang telah diteladankan Yesus, sebab ini adalah perbuatan baik termulia yang dapat diberikan manusia kepada sesamanya: mengampuni dosa walau ia tak bersalah pada dirinya??




Yesus bukan datang ke dalam dunia ini untuk sekedar menanggung penghukuman tanpa pengampunan dan tanpa penundukan atas pemerintahan kerajaan iblis, sebab Ia secara terbuka menyatakan tujuan dirinya berperilaku dan berkata demikian, memang untuk menunjukan siapakah dia sesungguhnya berdasarkan kuasa dan otoritas yang dapat diperlihatkannya: “Tetapi supaya kamu tahu, bahwa di dunia ini Anak Manusia berkuasa mengampuni dosa."   
Ia datang bukan untuk menjadi sekedar penanggung hukuman tanpa pengampunan dosa dan tanpa penaklukan atas kuasa setan, sebaliknya keduanya tanpa terpisahkan!


Yesus Sang Mesias, dikatakan kontroversial, bukan bagaikan banyak orang yang mengaku dirinya adalah Tuhan atau dirinya adalah nabi abad ini yang menerima kebenaran yang selama ini terhilang dan tanpa kuasa yang mengatasi setan, dosa dan maut. Yesus, ketika ia berkata: dosamu telah diampuni, maka wujudnya: orang tersebut sembuh. Kesembuhan atau pemulihan yang dihasilkan oleh pengampunan dosa! Ini memang menggoncangkan dan membuat siapapun akan menjadi begitu takut, takut kalau itu merupakan sebuah kesalahan besar dan mematikan. Yesus memang mengetahui hal itu dan memberikan dua bentuk penjaminan: (a).Ia melakukan penyembuhan yang merupakan hasil sabdanya yang berbunyi: “hai anak-ku dosamu sudah diampuni,” dan (b). sebelum kesembuhan terjadi, ia menegaskan hal mahapenting ini: “Tetapi supaya kamu tahu, bahwa di dunia ini Anak Manusia berkuasa mengampuni dosa.” 


Yesus, bahkan, masuk menyentuh ketakberdayaan hati dan pikiran manusia untuk menerima kebenaran siapakah dirinya, dengan berkata begini: Manakah lebih mudah, mengatakan kepada orang lumpuh ini: Dosamu sudah diampuni, atau mengatakan: Bangunlah, angkatlah tilammu dan berjalan?Ini bukan pilihan berganda yang mudah bagi manusia, mau membuat pilihan yang tersantun pun: ”mengatakan bangunlah,angkatlah tilammu dan berjalan kepada orang lumpuh,” tetap sama gilanya untuk dilakukan oleh manusia, mengingat bukankah mulut manusia tak ada yang berkuasa untuk menjinakan lidahnya sendiri, apalagi untuk melepaskan seorang manusia dari belenggu kelemahan fisik yang dihasilkan oleh dosa. Ini hendak menunjukan bahwa perkara ini hanya dapat didekati dengan kuasa yang berkuasa secara absolut atas dosa dan kematian . Hanya jika ia mahakuasa maka memang ia berkuasa untuk mengampuni dosa manusia sementara penghakiman akhir pun belum digelar. Juga, siapakah yang dapat menghakimi, melucuti dan mengusir setan hanya dengan berkata; sebab siapakah yang dapat memerintahkan alam untuk berperilaku sesuai dengan kehendak yang bekerja di dalam perkataannya?; sebab siapakah yang dapat, bukan saja, berkata dosamu diampuni tetapi seketika berkata ia juga berkuasa untuk melahirkan wujud pengampunan dosa itu secara jasmaniah, yaitu kesembuhan. 


Sehingga memang pengutusan Yesus, oleh Bapa, ke dalam dunia ini bukan sama sekali agar Yesus dapat menjadi corpus delicti bagi anak-anak Allah terkait kekokohan dan kewibawaan diri Allah dalam pengadilan-Nya atas iblis. Bukan itu sama sekali, sebab bahkan terhadap kematian yang telah berlangsung berhari-hari, Anak Manusia berkuasa untuk membangkitkannya dan kemudian menjadikannya pemberita injilnya:   

═Yohanes 11:20-24 Ketika Marta mendengar, bahwa Yesus datang, ia pergi mendapatkan-Nya. Tetapi Maria tinggal di rumah. Maka kata Marta kepada Yesus: "Tuhan, sekiranya Engkau ada di sini, saudaraku pasti tidak mati. Tetapi sekarangpun aku tahu, bahwa Allah akan memberikan kepada-Mu segala sesuatu yang Engkau minta kepada-Nya." Kata Yesus kepada Marta: "Saudaramu akan bangkit." Kata Marta kepada-Nya: "Aku tahu bahwa ia akan bangkit pada waktu orang-orang bangkit pada akhir zaman." 


Marta percaya akan kebangkitan orang mati, tapi bukan sekarang ini, nanti! Ia percaya dengan perkataan Yesus yang berbunyi:” Saudaramu akan bangkit,” namun bukan sekarang, nanti!    

═Yohanes 11:25-27 Jawab Yesus: "Akulah kebangkitan dan hidup; barangsiapa percaya kepada-Ku, ia akan hidup walaupun ia sudah mati, dan setiap orang yang hidup dan yang percaya kepada-Ku, tidak akan mati selama-lamanya. Percayakah engkau akan hal ini?" Jawab Marta: "Ya, Tuhan, aku percaya, bahwa Engkaulah Mesias, Anak Allah, Dia yang akan datang ke dalam dunia."
 

Marta tak meragukan Yesus sedikit saja bahwa Ia adalah kebangkitan dan hidup berdasarkan percaya atau iman kepadanya; Marta percaya, berdasarkan percaya kepada Yesus sehingga sekalipun manusia beriman kepada Yesus itu sudah mati atau meninggal dunia, ia sudah dipindahkan dari maut ke dalam hidup, bahkan saat masih hidup. Namun, jelas. Marta tak berpikir bahwa Yesus sedang bermaksud hendak menunjukan kuasanya atas kematian dan kubur itu sendiri, sekarang ini juga! 


Tak satupun manusia yang hadir melayat dan berduka bersama-bersama, Yesus Sang Mesias mendatangi kubur, berpikir dan berharap pada Yesus untuk melakukan hal yang tak mungkin berada di dalam genggaman manusia. Yesus ke kubur bukan untuk berkhotbah, bukan untuk berteologia, bukan untuk membangun doktrin apapun juga, atau sekedar berduka, tetapi sedang menunjukan siapakah dirinya dan kuasa apakah yang berada di genggamannya. Ia pada dasarnya sedang menunjukan bahwa sementara ia berada dan masih hidup di atas bumi ini, ia pun berkuasa atas dunia yang hanya bisa dimasuki oleh manusia kala ia sendiri telah ditaklukan oleh kematian, perhatikanlah hal berikut ini: 

 ═Yohanes 11:31-37 Ketika orang-orang Yahudi yang bersama-sama dengan Maria di rumah itu untuk menghiburnya, melihat bahwa Maria segera bangkit dan pergi ke luar, mereka mengikutinya, karena mereka menyangka bahwa ia pergi ke kubur untuk meratap di situ. Setibanya Maria di tempat Yesus berada dan melihat Dia, tersungkurlah ia di depan kaki-Nya dan berkata kepada-Nya: "Tuhan, sekiranya Engkau ada di sini, saudaraku pasti tidak mati." Ketika Yesus melihat Maria menangis dan juga orang-orang Yahudi yang datang bersama-sama dia, maka masygullah hati-Nya. Ia sangat terharu dan berkata: "Di manakah dia kamu baringkan?" Jawab mereka: "Tuhan, marilah dan lihatlah!" Maka menangislah Yesus. Kata orang-orang Yahudi: "Lihatlah, betapa kasih-Nya kepadanya!" Tetapi beberapa orang di antaranya berkata: "Ia yang memelekkan mata orang buta, tidak sanggupkah Ia bertindak, sehingga orang ini tidak mati?"


Perhatikan, ada banyak orang yang percaya berdasarkan melihat dan mengalami berbagai kuasa mujizat Yesus, namun jelas, dalam benak mereka, meyakini sekali, kuasa yang dimiliki Yesus tak akan mungkin pada kuasa yang melawan takdir yang hanya berada dalam kedaulatan Allah, yaitu kematian yang sudah berlangsung berhari-hari. Itu sebabnya dalam pengharapan mereka pada Yesus, harapannya hanya setinggi pada:” masakan dia tak dapat bertindak mendahului kematiannya?” atau bertindak menyembuhkan sesegera mungkin sebelum penyakitnya lebih parah dan merengut nyawanya, dengan berkata: “tidak sanggupkah Ia bertindak, sehingga orang ini tidak mati?”   


Ini memang momentum, yang didalamnya, Yesus memiliki sebuah tujuan yang hanya akan terwujud jika pada dirinya sendiri berdiam dan beroperasi kuasa dan otoritas yang hanya dimiliki Allah!


Dan Allah menyediakan sebuah mayat yang sudah busuk untuk menunjukan siapakah dan apakah tujuan kedatanganYesus,  bahwa Ia datang untuk memberikan hidup dan kehidupan di dalam Allah.Untuk menentang dan mengoreksi siapakah Yesus bagi manusia, dalam benak mereka:   
═Yohanes 11:39-44 Kata Yesus: "Angkat batu itu!" Marta, saudara orang yang meninggal itu, berkata kepada-Nya: "Tuhan, ia sudah berbau, sebab sudah empat hari ia mati." Jawab Yesus: "Bukankah sudah Kukatakan kepadamu: Jikalau engkau percaya engkau akan melihat kemuliaan Allah?" Maka mereka mengangkat batu itu. Lalu Yesus menengadah ke atas dan berkata: "Bapa, Aku mengucap syukur kepada-Mu, karena Engkau telah mendengarkan Aku. Aku tahu, bahwa Engkau selalu mendengarkan Aku, tetapi oleh karena orang banyak yang berdiri di sini mengelilingi Aku, Aku mengatakannya, supaya mereka percaya, bahwa Engkaulah yang telah mengutus Aku." Dan sesudah berkata demikian, berserulah Ia dengan suara keras: "Lazarus, marilah ke luar!" Orang yang telah mati itu datang ke luar, kaki dan tangannya masih terikat dengan kain kapan dan mukanya tertutup dengan kain peluh. Kata Yesus kepada mereka: "Bukalah kain-kain itu dan biarkan ia pergi." 


Yesus berkuasa atas kematian pada sebuah mayat busuk karena sudah 4 hari meninggal dunia, untuk satu tujuan: agar manusia percaya bahwa dialah yang diutus Bapa, dan tidak pernah ada yang lain dan tidak pernah ada kebenaran lain di luar dirinya sebagaimana hanya ada satu Bapa yang mengutusnya ke dalam dunia ini.   


Lazarus pun, beberapa hari kemudian dikenal sebagai orang yang telah dibangkitkan dari antara orang mati, tanpa perlu menunggu pada zaman yang masih harus ditunggu, tetapi sekarang. Bahkan, ia pun duduk makan semeja dengan Yesus:   

═Yohanes 12:1-2 Enam hari sebelum Paskah Yesus datang ke Betania, tempat tinggal Lazarus yang dibangkitkan Yesus dari antara orang mati." Di situ diadakan perjamuan untuk Dia dan Marta melayani, sedang salah seorang yang turut makan dengan Yesus adalah Lazarus.   


Lazarus, bukan saja dibangkitkan dan kemudian asal hidup untuk semaunya sendiri, tetapi didalam kebangkitan hidup yang dilahirkan oleh Yesus Kristus, ia telah hidup untuk kemuliaan kehidupan yang datang dari Allah, bukan  bagi kematian. Itu telah menggelisahkan sejumlah besar orang Yahudi: 

═Yohanes 12:9-11 Enam hari sebelum Paskah Yesus datang ke Betania, tempat tinggal Lazarus yang dibangkitkan Yesus dari antara orang mati. Lalu imam-imam kepala bermupakat untuk membunuh Lazarus juga, sebab karena dia banyak orang Yahudi meninggalkan mereka dan percaya kepada Yesus. sebab karena dia banyak orang Yahudi meninggalkan mereka dan percaya kepada Yesus.  




Kuasa dan otoritas pada ucapan dan perbuatan Yesus telah menunjukan siapakah Yesus, dan itu sesuai dengan maksud Allah, untuk menunjukan: apakah tujuan Bapa dalam mengutus Anak-Nya. Jikalau iblis dan kematian bertekuk lutut dalam penghakimannya dan penghukumannya pada kuasa iblis yang bekerja merasuk dan memerintah manusia, maka jelas, tak mungkin terjadi sebuah masalah dengan Bapa terhadap iblis terkait bukti atau corpus delicti untuk pengadilan kelak,  atau Allah punya masalah berupa tak memiliki bukti solid atau kokoh sehingga membutuhkan anak-anak Allah yang mau berjuang menjadi corpus delicti. Selain apa yang dipikir sebagai problem corpus delicti, yang disangka pendeta Erastus, sebetulnya hanyalah soal saat atau waktu yang telah ditetapkan Allah kapankah iblis dihukum dan didalam hal itu baik Anak akan dimuliakan Bapa secara gemilang, sebagaimana kemuliaan Bapa.   



Marta yang percaya bahwa ada kebangkitan atas orang mati, tetapi nanti, bukan sekarang, telah melihat realitas bahwa Anak Manusia itulah yang memiliki kuasa itu tepat pada dirinya dan dalam kendali tangannya sendiri.   


Ini menunjukan introduksi kuasa Yesus yang penggenapannya akan berlangsung dalam kepastian yang berdaulat penuh dan kemuliaan yang penuh, nanti, tanpa sedikit saja indikasi bahwa Bapa membutuhkan corpus delicti untuk menghakimi iblis. Jika pemerintahan maut saja sudah tak berdaya sementara Yesus belum mati dan melucuti pemerintahan iblis dalam kematiannya [Ibrani 2:14], maka sangat jelas betapa dahsyatnya kuasa penghakiman Yesus dan Bapa, atas dunia kematian yang diperintah iblis. Jadi, sama sekali tidak seperti yang diajarkan atau begitu bertentangan dengan asumsi-asumsi yang diajukan oleh pendeta Erastus Sabdono. 



Bersambung ke bagian 8  



Segala Kemuliaan Hanya Bagi Allah

No comments:

Post a Comment