Pages

01 October 2016

Tinjauan Pengajaran Pdt. Dr. Erastus Sabdono Pada Keselamatan Di Luar Kristen (6.J)

Oleh: Martin Simamora

Apakah Penghakiman-Nya Terhadap Manusia Ditentukan  Oleh Relativitas Manusia? 

Bacalah lebih dulu: “bagian 6.i


Keselamatan di luar Kristen pada fundamentalnya, oleh pendeta Dr. Erastus Sabdono, telah benar-benar mengesampingkan Yesus Sang Mesias bukan saja dari apakah tujuan kedatangan-Nya ke dalam dunia ini, sebagaimana Ia telah menyatakan, tetapi juga melemparkan sejauh-sejauhnya kebenaran Allah berdasarkan sabda Kristus sendiri. Kecuali memang pendeta Erastus tak sama sekali menerima  perkataan-perkataan Yesus adalah yang memerintah di dunia ini di sepanjang masa hingga ke datangan-Nya yang kedua kalinya [yang tentu saja secara konsekuensi, karena berpandangan adanya keselamatan di luar Kristen maka mengajarkan kedatangan Yesus yang kedua kali sungguh merupakan kekacauan yang menyeluruh pada ajarannya, sebab yang ini:” Tetapi kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksi-Ku di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi." Sesudah Ia mengatakan demikian, terangkatlah Ia disaksikan oleh mereka, dan awan menutup-Nya dari pandangan mereka. Ketika mereka sedang menatap ke langit waktu Ia naik itu, tiba-tiba berdirilah dua orang yang berpakaian putih dekat mereka, dan berkata kepada mereka: "Hai orang-orang Galilea, mengapakah kamu berdiri melihat ke langit? Yesus ini, yang terangkat ke sorga meninggalkan kamu, akan datang kembali dengan cara yang sama seperti kamu melihat Dia naik ke sorga."- KPR 1:8-12, sungguh tak masuk akal dan menggelikan untuk dipertahankan oleh pendeta Erastus. Sebab Yesus telah menyatakan bahwa kebenaran diri-Nya bukan saja harus diberitakan oleh para murid ke ujung bumi sebagai satu-satunya kebenaran, sebuah ekspresi keglobalan misi itu sendiri, tetapi dilaksanakan jika Roh Kudus telah turun dari sorga ke atas para murid, menunjukan tak akan ada kebenaran lain dan bagaimana manusia memiliki kebenaran di hadapan Allah]


Bandingkan dengan pengajaran pendeta Erastus, yang semacam ini:”Penghakiman Tuhan ini sangat rahasia dan misteri kepada masing-masing individu. Sebab penghakiman ini berdasarkan suara hati nurani mereka (Rom 2:16). Jadi, sifatnya sangat batiniah. Tentu suara hati mereka terekspresi dalam tindakan konkret. Namun harus dicatat  bahwa tindakan atau perilaku yang kelihatan bukanlah ukuran untuk umum tetapi tergantung pengertian seseorang terhadap kebenaran moral. Suatu tindakan yang dinilai baik atas seseorang belum tentu bisa menjadi ukuran kebaikan untuk yang lain. Sedangkan  suatu tindakan yang dinilai buruk atau salah belum tentu bias menjadi ukuran keburukan bagi yang lain.”- lihat halaman 19:




Apakah Allah Hingga Kini Bahkan Tak Memiliki Dasar Penghakiman Sebagai Hakim Sebab Dasar-Dasar Penghakiman-Nya Tersimpan Rapat di Dalam Dinamika Relativitas  Manusia?

Pertama, memang benar penghakiman Allah tak akan berlangsung kolektifitas tetapi personal. Masing-masing akan mempertanggungjawabkan dirinya di hadapan Sang Hakim. Tetapi tidak benar jika dikatakan misteri dan rahasia, sebab tepat di Surat Roma telah dinyatakan tiada satu bentuk kemisterian dan kerahasiaan yang bagaimanapun juga terkait  bagaimana pengampunan dosa berlangsung.
Perhatikan ini:

Roma1:16-17 Sebab aku mempunyai keyakinan yang kokoh dalam Injil, karena Injil adalah kekuatan Allah yang menyelamatkan setiap orang yang percaya, pertama-tama orang Yahudi, tetapi juga orang Yunani.


Bagi Rasul Paulus, tak ada sama sekali elemen relativitas manusia sebagai  ‘bahan baku’ yang jika memadai akan memberikan keuntungan bagi seorang manusia dalam penghakiman Allah. Tak sama sekali ada diperhitungkan, terkait keselamatan, ketercukupan kebenaran moral manusia bahkan dalam takaran relativitas, akan memberikan sumbangsih selamatnya seorang manusia dan masuk ke dalam kehidupan kekal dari Allah. Sebaliknya tegas dan tunggal saja ukuran keselamatan dan sumbernya, yaitu:”Injil adalah kekuatan Allah yang menyelamatkan setiap orang yang percaya.” Bahkan setiap orang yang percaya, tidak mengindikasikan nasionalitas atau kebangsaan tertentu terkait keselamatan tetapi sebuah keberlakuan Injil adalah kekuatan Allah secara global pada bola dunia  yang mencakup segala dunia yang belum dikenali atau ujung bumi.


Apakah injil yang sedang dibicarakan ini; yang menyelamatkan pertama-tama orang Yahudi, tetapi juga orang Yunani [atau bangsa-bangsa non Yahudi]? Beginilah Paulus menjelaskannya:

Roma 1:2-3 Injil itu telah dijanjikan-Nya sebelumnya dengan perantaraan nabi-nabi-Nya dalam kitab-kitab suci, tentang Anak-Nya, yang menurut daging diperanakkan dari keturunan Daud, dan menurut Roh kekudusan dinyatakan oleh kebangkitan-Nya dari antara orang mati, bahwa Ia adalah Anak Allah yang berkuasa, Yesus Kristus Tuhan kita.


Inilah jenis injil yang sedang  diberitakan Paulus:”Dari Paulus, hamba Kristus Yesus, yang dipanggil menjadi rasul dan dikuduskan untuk memberitakan Injil Allah”- Rom 1:1

Bandingkanlah dengan berita injil yang disampaikan Yesus sendiri kepada 2 orang murid dalam perjalanan ke Emaus:

Lukas 24:25- 27Lalu Ia berkata kepada mereka: "Hai kamu orang bodoh, betapa lambannya hatimu, sehingga kamu tidak percaya segala sesuatu, yang telah dikatakan para nabi! Bukankah Mesias harus menderita semuanya itu untuk masuk ke dalam kemuliaan-Nya?" Lalu Ia menjelaskan kepada mereka apa yang tertulis tentang Dia dalam seluruh Kitab Suci, mulai dari kitab-kitab Musa dan segala kitab nabi-nabi.


Juga ayat 44-47 I a berkata kepada mereka: "Inilah perkataan-Ku, yang telah Kukatakan kepadamu ketika Aku masih bersama-sama dengan kamu, yakni bahwa harus digenapi semua yang ada tertulis tentang Aku dalam kitab Taurat Musa dan kitab nabi-nabi dan kitab Mazmur." Lalu Ia membuka pikiran mereka, sehingga mereka mengerti Kitab Suci. Kata-Nya kepada mereka: "Ada tertulis demikian: Mesias harus menderita dan bangkit dari antara orang mati pada hari yang ketiga, dan lagi: dalam nama-Nya berita tentang pertobatan dan pengampunan dosa harus disampaikan kepada segala bangsa, mulai dari Yerusalem.


Perhatikan baik-baik dan pelajarilah cermat. Rasul Paulus sebagaimana Tuhannya, Yesus Kristus, tak sama sekali memberikan keduaan atau kemultian bagaimana penghakiman dan keselamatan itu harus berlangsung. Sebaliknya tunggal, yaitu keselamatan yang telah terbangun sempurna dan terbuka bagi segala bangsa untuk diberitakan dan diterima sebagai sebuah kasih karunia dalam Kristus saja.



Pengampunan dosa” tidak berlangsung karena apapun dan bagaimanapun kemuliaan relativitas kebenaran pada masing-masing individual untuk menjadi dasar keberadaan kebenaran bersifat unik satu sama lain yang menjadi dasar penghakiman-Nya bagi manusia. Sebaliknya, dikatakan “pengampunan dosa” sebagai bersumber dalam nama-Nya. Ini adalah instruksi global atau untuk segala bangsa. Tak ada satu bentuk antisipasi kerelativitasan kebenaran manusia atau kebedaan moral antarbangsa,antarbudaya dan antar nilai kebenaran sebagai elemen-elemen penting bagi Allah kala menghakimi manusia dunia ini. Tak ada  keragaman dan kemultian kebenaran yang semacam ini atau yang seperti diajarkan oleh pendeta Erastus:”Suatu tindakan yang dinilai baik atas seseorang belum tentu bisa menjadi ukuran kebaikan untuk yang lain. Sedangkan  suatu tindakan yang dinilai buruk atau salah belum tentu bias menjadi ukuran keburukan bagi yang lain” karena Allah tak pernah memandang kebenaran-Nya sebagai yang harus merendah pada kerendahan moralitas manusia yang telah dikuasai  pemerintahan maut [Roma 5:12,14].




Kekudusan moralitas Allah,bukannya Ia  begitu jijik terhadap sedikit saja ketakkudusan?

Habakuk 1:13Mata-Mu terlalu suci untuk melihat kejahatan dan Engkau tidak dapat memandang kelaliman


Mazmur 34:16 wajah TUHAN menentang orang-orang yang berbuat jahat untuk melenyapkan ingatan kepada mereka dari muka bumi.


Mazmur 50:16,21 Tetapi kepada orang fasik Allah berfirman: "Apakah urusanmu menyelidiki ketetapan-Ku, dan menyebut-nyebut perjanjian-Ku dengan mulutmu, Itulah yang engkau lakukan, tetapi Aku berdiam diri; engkau menyangka, bahwa Aku ini sederajat dengan engkau. Aku akan menghukum engkau dan membawa perkara ini ke hadapanmu.


1Pet 3:12 Sebab mata Tuhan tertuju kepada orang-orang benar, dan telinga-Nya kepada permohonan mereka yang minta tolong, tetapi wajah Tuhan menentang orang-orang yang berbuat jahat."


Mazmur 5:4-Sebab Engkau bukanlah Allah yang berkenan kepada kefasikan; orang jahat takkan menumpang pada-Mu. Pembual tidak akan tahan di depan mata-Mu; Engkau membenci semua orang yang melakukan kejahatan. Engkau membinasakan orang-orang yang berkata bohong, TUHAN jijik melihat penumpah darah dan penipu.


Sedikit teks-teks ini telah menunjukan tak ada sama sekali Allah mengakomodasi kebenaran menurut masing-masing manusia berdasarkan kemampuannya untuk memahami dan melakukannya. Sebaliknya elemen keabsolutan kebenaran dengan menyatakan sumber penghakiman itu hanya pada diri Allah saja yang diwakili oleh frasa-frasa absolut pada-Nya saja:
-Mata-Mu terlalu suci: Sudut pandang dan nilainya hanya berdasarkan pandangan Allah dan sangat definitif menutup ruang akomodasi nilai-nilai manusia: “Engkau tidak dapat memandang kelaliman.”


-Tuhan Menentang: tak ada satu ruang bagi relatifitas bagi kebenaran Allah supaya dapat mengadopsi relativitas semacam ini: Suatu tindakan yang dinilai baik atas seseorang belum tentu bisa menjadi ukuran kebaikan untuk yang lain. Sedangkan  suatu tindakan yang dinilai buruk atau salah belum tentu bisa menjadi ukuran keburukan bagi yang lain, apa yang ada hanya Tuhan menentang.


-Apakah urusanmu menyelidiki ketetapan-Ku: ini bukan sekedar tak ada ruang relatifitas kebenaran semacam ajaran pendeta Erastus, tetapi Allah menghina pandangan relativtas itu dengan “mengacungkan” tinggi-tinggi keabsolutan kebenarannya di tengah-tengah dunia yang jatuh ke dalam kejahatan ini, dengan menyatakan “Apakah urusanmu menyelidiki ketetapan-Ku.”


Harus dicamkan, Allah memang  tak menyukai dan membenci sebuah perelatifan atau perendahan kedaulatan dan keabsolutan diri-Nya dan sabda-Nya sehingga meninggikan manusia untuk menjadi allah-allah kebenaran bagi manusia sendiri dan berpikir kebenarannya harus diperhitungkan Allah. Tidak demikian, sebaliknya Ia tegas berkata kepada manusia Israel: Aku hendak bersaksi terhadap kamu: Akulah Allah, Allahmu!- Maz 50:7


Ketika siapapun membaca “apakah urusanmu menyelidiki ketetapan-Ku,” itu hendak memberikan pesan keras dan absolut “Akulah Allah” bukan manusia-manusia. Para manusia bukanlah sebagaimana Allah yang dapat menghadirkan kebenaran yang dapat berkompetisi dan memperkaya kebenaran Allah dalam penghakiman  manusia-manusia dan bagaimanakah keselamatan dapat dimiliki manusia, kecuali ada manusia yang menakar dirinya tandingan Allah: engkau menyangka, bahwa Aku ini sederajat dengan engkau??


Bahkan sekedar bohong mendatangkan kebinasaan dan  penipuan tak ada bedanya dengan penumpahan darah: kejijikan bagi Tuhan.


Siapakah manusia yang dapat menghakimi penghakiman Allah dalam cara semacam ini: “bahwa tindakan atau perilaku yang kelihatan bukanlah ukuran untuk umum tetapi tergantung pengertian seseorang terhadap kebenaran moral ?” Ingatlah pernyataan Allah mengenai diri-Nya: Akulah Allah, Allahmu!


Jadi, hai manusia sekalian siapapun juga, dengarkanlah Dia dan diamlah sekalian manusia ketika Ia bersabda!









Dan memang Roma 2:6 “Ia akan membalas setiap orang menurut perbuatannya” tidak sama sekali dapat diperlakukan sebagai sebuah relativitas penghakiman semacam ini:” Suatu tindakan yang dinilai baik atas seseorang belum tentu bisa menjadi ukuran kebaikan untuk yang lain. Sedangkan  suatu tindakan yang dinilai buruk atau salah belum tentu bisa menjadi ukuran keburukan bagi yang lain,” sebaliknya kekuasaan keabsolutan Tuhan untuk menghakimi setiap jenis kejahatan menurut ukuran Allah, bukan relativitas seperti yang dikonstruksikan pendeta Erastus. Mengapa demikian? Perhatikanlah: “Ia akan membalas setiap orang” yang mana tindakan pembalasan itu berdasarkan penghakimannya yang serba absolut untuk masing-masing perbuatan kejahatan, yaitu: “yaitu hidup kekal kepada mereka yang dengan tekun berbuat baik, mencari kemuliaan, kehormatan dan ketidakbinasaan, tetapi murka dan geram kepada mereka yang mencari kepentingan sendiri, yang tidak taat kepada kebenaran, melainkan taat kepada kelaliman. Penderitaan dan kesesakan akan menimpa setiap orang yang hidup yang berbuat jahat, pertama-tama orang Yahudi dan juga orang Yunani, tetapi kemuliaan, kehormatan dan damai sejahtera akan diperoleh semua orang yang berbuat baik, pertama-tama orang Yahudi, dan juga orang Yunani. Sebab Allah tidak memandang bulu. Sebab semua orang yang berdosa tanpa hukum Taurat akan binasa tanpa hukum Taurat; dan semua orang yang berdosa di bawah hukum Taurat akan dihakimi oleh hukum Taurat.”- Rom 2:7-12


Kecuali pendeta Dr. Erastus tidak mengakui kebenaran ayat-ayat setelah Roma 2:6 yaitu ayat 7-12 maka jelas asumsinya yang semacam ini: “Suatu tindakan yang dinilai baik atas seseorang belum tentu bisa menjadi ukuran kebaikan untuk yang lain. Sedangkan  suatu tindakan yang dinilai buruk atau salah belum tentu bisa menjadi ukuran keburukan bagi yang lain” jelas-jelas merupakan omong kosong sebab  Allah tidak menggunakan ukuran relativitas tetapi absolut:

-Sebab Allah tidak memandang bulu
-semua yang berdosa tanpa hukum Taurat akan binasa tanpa hukum Taurat
-semua yang berdosa di bawah hukum Taurat akan dihakimi oleh hukum Taurat
-pertama-tama orang Yahudi dan kemudian orang bukan Yahudi



Bahkan kedaulatan keabsolutan hukum penghakiman Allah itu bertakhta menghakimi dan menyeret semua relativitas hati nurani  manusia untuk sujud pada pemerintahan tunggal kebenaran-Nya:” Apabila bangsa-bangsa lain yang tidak memiliki hukum Taurat oleh dorongan diri sendiri melakukan apa yang dituntut hukum Taurat, maka, walaupun mereka tidak memiliki hukum Taurat, mereka menjadi hukum Taurat bagi diri mereka sendiri. Sebab dengan itu mereka menunjukkan, bahwa isi hukum Taurat ada tertulis di dalam hati mereka dan suara hati mereka turut bersaksi dan pikiran mereka saling menuduh atau saling membela. Hal itu akan nampak pada hari, bilamana Allah, sesuai dengan Injil yang kuberitakan, akan menghakimi segala sesuatu yang tersembunyi dalam hati manusia, oleh Kristus Yesus”- Roma 2:14-16.


Jadi manusia boleh menyembunyikan apapun tetapi jelas tak akan sanggup bersembunyi dihadapan kedaulatan pemerintahan hukum Allah dalam penghakiman-Nya sehingga seolah Allah menjadi gamang dalam penghakiman dan harus merujuk pada relativitas manusia. Tak pernah demikian.



Bersambung ke bagian 6.K


AMIN
Segala Pujian Hanya Kepada TUHAN



The cross transforms present criteria of relevance: present criteria of relevance do not transform the cross


[dari seorang teolog yang saya lupa namanya]


No comments:

Post a Comment