Pages

20 October 2016

Mengenali Penyesatan Di Sekitar Kita

Mengapa Mentaati Yesus Bukan Opsional(2)



Alih bahasa dari bahasa Inggris ke bahasa Indonesia: Martin Simamora


Bacalah lebih dulu:"bagian 1"

Juga sejak permulaan kita harus menjadi jelas bahwa Yesus tidak sedang mengajarkan bahwa para pengikut-Nya dapat menjadi sempurna secara nir-dosa dalam kehidupan ini. Jika persyaratan dapat masuk kedalam sorga adalah mematuhi tanpa setitik noda sekecil apapun semua hal yang telah diajarkan Yesus, tak seorang pun akan berada di dalam sorga. Bahkan tidak juga orang Kristen yang paling saleh mengasihi Allah di semua waktunya dengan setiap serat  yang ada pada tubuhnya. Tak seorangpun mengasihi sesamanya dalam cara tanpa cela yang sekecil dan selemah apapun sebagaimana mengasihi dirinya sendiri. Rasul Yohanes mengatakan kepada kita,”Jika kita berkata bahwa kita tidak memiliki dosa, kita sedang menipu diri kita sendiri, dan kebenaran tidak ada didalam kita (1Yoh1:8).” Jadi Yesus tidak sedang mengajarkan bahwa kita harus mencapai kesempurnaan yang tanpa bercak dosa sesamar apapun sama sekali agar dapat masuk kedalam Kerajaan Sorga. Tetapi yang menjadi fokus pengajaran-Nya  adalah apa yang Yakobus, kemudian, ditekankannya dalam suratnya, bahwa iman tanpa perbuatan adalah mati (Yakobus 2:17,26). Iman yang sejati bukan semata kesetujuan secara intelektual. Iman yang asli tunduk pada ketuhanan Yesus, memberikan dampak dalam sebuah hidup kudus yang aktif mengimplementasi dalam segenap perjalanan hidupnya.


Yesus di sini menunjukan tiga alasan mengapa  kepatuhan kepada diri-Nya bukan opsional, karena  itu adalah sebuah tes atau uji yang sesungguhnya bagi  pengaku beriman pada Kristus (Luk 6:46); kedua, karena itu adalah dasar yang akan bertahan atau kokoh dalam ujian-ujian waktu dan kekekalan (Luk 6:47-48); dan ketiga, karena mereka yang tidak mentaati Kristus akan menghadapi kehancuran seketika dan final (Luk 6:49).



1.Ketaatan bukan opsional karena itu merupakan tes sesungguhnya bagi pengaku Kristus (Luk 6:46)


Jika kita memanggilnya Tuhan kami, kita membutktikannya dengan melakukan apa yang Ia katakan bagi kita untuk diperbuat dalam firman-Nya. Perhatikan bahwa Yesus secara tegas tanpa sebuah kebimbangan  menyatakan keberhakan penuh atas posisi sebagai Tuhan. Ia tak berkata,”Jangan panggil aku Tuhan. Hanya Allah Tuhan.” Sebaliknya, Ia menerima sepenuhnya bahwa Ia memiliki otoritas dalam wewenang penuh sebagai Tuhan. Ketuhanan-Nya memerintah semua hidup, memerintah hingga ke kedalaman pikiran-pikiran kita. Jadi ketaatan pada Yesus sebagai Tuhan bukan hanya sebuah opsi bagi beberapa orang yang ingin menjadi lebih berkomitmen. Ini adalah bagian dan paket kehidupan Kristen. Mereka yang tidak tunduk atau taat pada ketuhanan Yesus memiliki dasar yang mendalam untuk bertanya apakah mereka sungguh-sungguh adalah orang-orang Kristen. Secara kuat terkandung dalam kata-kata Yesus adalah bahaya nyata dari sebuah pengakuan palsu setia taat atau tunduk pada Kristus. Dalam parallel Matius 7:21, Yesus berkata,”Tidak setiap orang yang berkata pada-Ku,’Tuhan,Tuhan,’ akan masuk ke dalam kerajaan sorga; tetapi ia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di dalam sorga.” Yesus meneruskannya dengan mengambil contoh-contoh mereka yang bahkan telah melakukan hal-hal yang sangat impresif dalam nama-Nya, tetapi yang akan ditolak di pintu sorga karena mereka telah melakukan hal yang bertentangan dengan hukum. Secara lahiriah atau dalam pemandangn mata, orang-orang ini memang akan memperlihatkan pada sesama manusia sebagai orang-orang benar, tetapi Tuhan menguji hati. Allah telah mengetahui motif-motif egois diri mereka, pikiran-pikiran yang dikuasai hawa nafsu, dan hasrat-hasrat yang meluap-luap  pada berbagai aspek hidup. Sehingga bahkan mereka telah membuat pengakuan sebagai pengikut Kristus, telah melakukan mujizat-mujizat, dan mengusir setan dalam mana Yesus, mereka ditolak  sorga. Ketaatan lahiriah  atau yang nampak dalam  perilaku sehari-hari tidak cukup; Allah menuntut  agar kita menghakimi perilaku-perilaku dan pikiran-pikiran jahat, membawa setiap pemikiran kedalam penundukan terhadap Kristus. Jika kita memanggil Yesus sebagai Tuhan, kita harus menakhtakan-Nya sebagai Tuhan atas segela kehidupan kita, hingga  ke dalam tingkat pemikiran.


Kita akan kehilangan daya dorong kuat kata-kata Yesus jika kita tidak mengakui bahwa Ia sedang memberikan kita sebuah peringatan kuat. Peringatannya sedang menyingkapkan bahaya penipuan. Ini adalah sebuah soal dimana kita dapat membuat kepalsuan. Orang-orang ini yang melakukan semua ini dalam nama-Nya dihenyakan kala Yesus memberitahu mereka bahwa Ia tak pernah mengenal mereka dan memerintahkan mereka untuk pergi dari hadirat-Nya. Selanjutnya, Ia sedang menyampaikan peringatan-Nya bagi mereka yang memanggil-Nya “Tuhan,” tidak kepada mereka yang tidak. Jika anda menanyakan orang-orang ini,”Apakah anda seorang Kristen, seorang pengikut Yesus?” mereka akan menjawab,”Oh,ya!Amin! Yesus adalah Tuhan!”Tetapi, mereka secara menyedihkan telah diperdaya.” Tak hanya mereka ini memanggil Yesus “Tuhan,” mereka memanggil -Nya Tuhan dengan perasaan penuh keyakinan dan dengan penekanan. Ini adalah implikasi penggunaan kata sebutan berganda, “Tuhan. Tuhan.” Mereka tidak menurunkan volume suaranya dan dan suara yang tak jelas ketika mengatakannya. Mereka memang akan menyatakan secara  kokoh bahwa Yesus adalah Tuhan mereka. Dan walau begitu, sebagaimana perumpamaan Yesus terus memperlihatkan, mereka sedang menuju ke kehancuran dahsyat karena pengakuan mereka hanya di permukaan saja dan palsu.


Jadi peringatan Yesus sedang ditujukan kepada semua kita. Hampir semua kita di sini akan mengatakan,”Ya, aku adalah seorang Kristen. Yesus adalah Tuhan dan Juruselamatku.” Tetapi Yesus sedang berkata,” Periksalah hatimu! Apakah kamu sungguh-sungguh berupaya untuk mentaati-Ku, memulainya pada level pikiran? Apakah anda menghakimi dosamu dalam terang firman-Ku? Atau, jangan-jangan anda sedang membodohi dirimu sendiri? Apakah anda mencari pembenaran bagi ketaktaatanmu dengan mengklaim hidup dibawah anugerah? Apakah anda sedang membenarkan diri sendiri dengan berpikir,”semua orang melakukan ini?” Ketaatan pada Yesus pada level hati bukan opsional, bukan hanya bagi yang telah berkomitmen secara super. Itu adalah tes apakah imanmu dalam Kristus adalah asli atau palsu.


Bersambung ke bagian 3

Segala Kemuliaan Hanya  Bagi Tuhan

No comments:

Post a Comment