Oleh: Martin Simamora
IA Tak Pernah
Setengah Hati
Sangat berguna
untuk terlebih dahulu membaca:”DALAM KEMATIAN”
Sekalipun ketika romantisme
jiwaku menyelimutiku dan sedang menenggelamkan jiwaku untuk merenangi hingga ke
kedalamannya, tetapi harus terus terang kukatakan, kutaksanggup menggapai dasarnya, karena sebetulnya manusia di sepanjang usia
hidupnya, tak pernah menjadi seorang Master atau Doktor cinta. Apa yang
sebetulnya terjadi, yang kutemui adalah, ada begitu banyak jurang yang
sekalipun sempit namun begitu dalam menjurangkan rasa-rasa cinta untuk mewujud sempurna berdasarkan kemampuanku
untuk melahirkannya dan menghadirkannya, apalagi itu hidup dalam keabadian pengharapan yang dilantunkan oleh jiwa
cinta yang begitu penuh hasrat.
Seharusnya sebagaimana telah saja jadwalkan
dalam skemaku, seharusnya sekarang sudah masuk ke “Tinjauan 6G,” tetapi, yang ini harus
terlebih dahulu kutuliskan.
Bagaimana Tuhan?
Pernahkan Ia menunjukannya pada manusia,
bahwa IA mencintainya? Dengan malu-malukah, tersipu-sipukah, atau begitu tajam
menghujam jiwamu? Ungkapan cinta-Nya telah begitu kuat untuk memesona jiwaku.
Seharusnya, siapapun juga yang membacanya tak akan sanggup untuk berkata bahwa
Tuhan itu sesuatu yang abstrak dan tidak tertarik untuk membangun jalinan atau
hubungan cinta yang begitu personal, mesra sampai-sampai itu menghasut jiwamu
untuk bukan saja menyandarkan jiwamu kepada-Nya, tetapi menyerahkan dirimu kepada-Nya, agar: Dia yang membina hidupmu, Dia
yang merancangkan dan mewujudkan masa depanmu, dan hanya pada-Nya saja cinta
sucimu di dunia ini.
Ketika Tuhan menunjukan cintanya, maka tak ada satupun
manusia yang dapat mengatakan dan mewujudkannya sebagaimana Dia. Perhatikanlah
ini:
Yesaya
49:15-16 Dapatkah seorang perempuan melupakan bayinya, sehingga ia
tidak menyayangi anak dari kandungannya? Sekalipun dia melupakannya, Aku tidak
akan melupakan engkau. Lihat, Aku telah melukiskan engkau
di telapak tangan-Ku; tembok-tembokmu tetap di ruang mata-Ku.
Sebagaimana
kataku tadi: “Sekalipun ketika romantisme
jiwaku menyelimutiku dan sedang menenggelamkan jiwaku untuk merenangi hingga ke
kedalamannya, tetapi harus terus terang kukatakan, kutaksanggup menggapainya karena sebetulnya manusia di sepanjang usia
hidupnya tak pernah menjadi seorang Master atau Doktor cinta.”
Manusia tak pernah
sanggup menjadi sahabat karib abadi bagi apa yang sesungguhnya paling
didambakannya: “dicintai dan mencintai.” Lihatlah Tuhan, begitu tajam
mengangkat kemuliaan cinta tertinggi di bumi ini, yaitu cinta atau kasih
seorang ibu, namun sekaligus menunjukan bahwa seorang ibu tak bisa sekaligus
dicintai dan mencintai begitu mulianya, tetapi sebuah jurang yang begitu
mencekam: “seorang perempuan melupakan bayinya sehingga ia tidak menyayangi
anak dari kandungannya.” Dan itu realitas, bahkan era kini, itu bahkan kian
biasa untuk didengar atau dibaca di pemberitaan, misalnya saja pada “berita ini.” Ada banyak penjelasan untuk menjelaskan mengapa sampai terjadi
demikian, namun pada saat yang sama itu sendiri sudah menjelaskan secara
sempurna bahwa manusia tak pernah sanggup mencintai dan dicintai hingga
kekedalaman yang terdasar, manusia yang mencintai dan dicintai karena dirinya
terpancang pada sumber cinta itu sendiri. Tak pernah ada yang begitu, selain
hanya dapat merenanginya di kedangkalan yang sedalam apapun itu. Sedalam apapun
mulutmu dapat berujar tentang bagaimana
sih seharusnya mencintai sesama itu dan apalagi mencintai Tuhan itu. Sedalam
apapun engkau sanggup merenangi ke kedalaman samudera cinta itu dan segigih
apapun engkau berhasil tetap berenangan di tengan-tengah kecamuk badainya,
engkau pada dasarnya hanya sanggup merenangi kedangkalan terdalam yang sanggup
engkau selami saja. Tak lebih tak bukan hanya membuat dirimu menjadi
pujangga-pujangga cinta, baik pada Tuhan dan sesama yang minor. Sebab, pada
setiap manusia, tak ada sumber cinta yang yang dapat mencintai sesama yang
dapat lebih tinggi dan lebih mulia daripada cinta seorang ibu kepada anak
kandungannya, selain Tuhan:”Sekalipun
dia melupakannya, Aku tidak akan melupakan engkau.”
Saya tak kuasa
untuk sedikit saja, sama kuatnya dapat mencintai anak orang lain, sedekat apapun
dia padaku, tepat seperti ibunya dan ayahnya. Tetapi Tuhan melampaui itu semua. Karena manusia tak
pernah menyentuh kekedalaman terdasar cinta Tuhan pada manusia-manusia. Mengapa
demikian? Karena manusia tak berkuasa mencintai dalam kekudusan-Nya dan
menegakan-Nya secara bersama-sama. Kekudusan adalah faktor yang begitu
menggelikan bagi manusia untuk menjadi sama mulianya dengan mencintai itu
sendiri; kebenaran adalah faktor yang
begitu omong kosong untuk diracik bersama cinta sehingga menjadikan
mencintai dan dicintai begitu kekal dan dapat membuat langit tersenyum. Bukankah
karena kebenaran dan karena kekudusan, maka mencintai dan dicintai rusak dan
berantakan? Musnah menguap. Pikir manusia demikian, tetapi Tuhan? Pikirku begitu, karena aku, sekalipun aku sungguh mencintainya dengan segenap jiwaku namun
untuk berkata bahwa aku mencintai dengan segenap kekudusanku dan kebenaranku,
sanggupkah aku, dan kamu? Apalagi disepanjang percintaanmu dengannya.
Tuhan,
begitulah kalau IA adalah mempelai priamu. Itu sebabnya kepada para suami dan para
lelaki, IA berkata demikian:
Matius
5:27-30 Kamu
telah mendengar firman: Jangan berzinah. Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap
orang yang memandang perempuan serta menginginkannya, sudah berzinah dengan dia
di dalam hatinya. Maka jika matamu yang kanan
menyesatkan engkau, cungkillah dan buanglah itu, karena lebih baik bagimu jika
satu dari anggota tubuhmu binasa, dari pada tubuhmu dengan utuh dicampakkan ke
dalam neraka.
“eros”-mu
hendaklah kudus, jika tidak, sekalipun itu begitu tersembunyi di dalam jiwamu
dan tak terendus oleh manusia, tetapi DIA
Sang Pemilik Cinta yang memetakannya atau menuliskannya atau
memolakannya pada manusia-manusia ciptaan-Nya, akan begitu murka dan begitu
membara akan menghanguskan siapa saja yang berani mempermainkan kasih-Nya. Itu
kudus dan itu tak boleh diduakan.
Cungkilah, buanglah, lebih baik bagimu
jika satu dari anggota tubuhmu binasa, sehingga cintamu kudus sekudus
cinta-Nya dalam kesetiaan tanpa perselingkuhan yang mendatangkan maut!
Bagi manusia, sungguh
sinting untuk meracikan cinta dengan kekudusan yang menuntut penghakiman bila
dilanggar. Natur cinta atau kasih
manusia, taklah demikian, tetapi begitulah Tuhan adanya. Suka atau tidak, kau
dan saya pasti binasa bermain-main dengan Dia Sang Pemilik Cinta. Kaupikir
dirimu yang mendefinisikan cinta di alam semeta ini? Kaupikir dirimukah yang
mendefinisikan kebenaran di alam semesta
ini? Sangkamu, dirimu itu adalah tuhan kebenaran dan kekudusan dan cinta yang
lebih kekinian, sementara Tuhan itu kolot yang roknya hingga ke mata kaki?
Begitukah kaupikir hai manusia yang bahkan atas jantungmu sendiripun, tak bisa kau
kendalikan bahkan untuk melambatkan atau
mempercepat detak jantung berdasarkan perintah kehendak diri seketika,
sebagaiman engkau memerintahkan jari jempol tangan untuk menyimbolkan “keren”
atau “bagus” atau “good.”
Cinta dan kasih
berpilarkan kekudusan yang begitu berapi-api menjunjung setinggi-tingginya
hingga menyentuh langit kesetiaan-Nya. Ah… adakah kesetiaan manusia dapat
berlari begitu tinggi dari muka bumi ini untuk sedikit saja telunjuk
kesetiaannya menyentuh dasar bidang kesetiaan-Nya yang begitu mulia?
Perhatikanlah ini:
Imamat
20:10-23 Bila seorang laki-laki berzinah dengan isteri orang lain, yakni
berzinah dengan isteri sesamanya manusia, pastilah keduanya dihukum mati, baik
laki-laki maupun perempuan yang berzinah itu. Bila seorang laki-laki tidur
dengan seorang isteri ayahnya, jadi ia melanggar hak ayahnya, pastilah keduanya
dihukum mati, dan darah mereka tertimpa kepada mereka sendiri. Bila seorang
laki-laki tidur dengan menantunya perempuan, pastilah keduanya dihukum mati;
mereka telah melakukan suatu perbuatan keji, maka darah mereka tertimpa kepada
mereka sendiri. Bila seorang laki-laki tidur dengan laki-laki secara orang
bersetubuh dengan perempuan, jadi keduanya melakukan suatu kekejian, pastilah
mereka dihukum mati dan darah mereka tertimpa kepada mereka sendiri. Bila
seorang laki-laki mengambil seorang perempuan dan ibunya, itu suatu perbuatan
mesum; ia dan kedua perempuan itu harus dibakar, supaya jangan ada perbuatan
mesum di tengah-tengah kamu. Bila seorang laki-laki berkelamin dengan seekor
binatang, pastilah ia dihukum mati, dan binatang itupun harus kamu bunuh juga. Bila
seorang perempuan menghampiri binatang apapun untuk berkelamin, haruslah
kaubunuh perempuan dan binatang itu; mereka pasti dihukum mati dan darah mereka
tertimpa kepada mereka sendiri. Bila seorang laki-laki mengambil saudaranya
perempuan, anak ayahnya atau anak ibunya, dan mereka bersetubuh, maka itu suatu
perbuatan sumbang, dan mereka harus dilenyapkan di depan orang-orang
sebangsanya; orang itu telah menyingkapkan aurat saudaranya perempuan, maka ia
harus menanggung kesalahannya sendiri. Bila seorang laki-laki tidur dengan
seorang perempuan yang bercemar kain, jadi ia menyingkapkan aurat perempuan itu
dan membuka tutup lelerannya sedang perempuan itupun membiarkan tutup leleran
darahnya itu disingkapkan, keduanya harus dilenyapkan dari tengah-tengah
bangsanya. Janganlah kausingkapkan aurat saudara perempuan ibumu atau saudara
perempuan ayahmu, karena aurat seorang kerabatnya sendirilah yang dibuka, dan
mereka harus menanggung kesalahannya sendiri. Bila seorang laki-laki tidur
dengan isteri saudara ayahnya, jadi ia melanggar hak saudara ayahnya, mereka
mendatangkan dosa kepada dirinya, dan mereka akan mati dengan tidak beranak. Bila
seorang laki-laki mengambil isteri saudaranya, itu suatu kecemaran, karena ia
melanggar hak saudaranya laki-laki, dan mereka akan tidak beranak. Demikianlah
kamu harus berpegang pada segala ketetapan-Ku dan segala peraturan-Ku serta
melakukan semuanya itu, supaya jangan kamu dimuntahkan oleh negeri ke mana Aku
membawa kamu untuk diam di sana. Janganlah kamu hidup menurut kebiasaan
bangsa yang akan Kuhalau dari depanmu: karena semuanya itu telah dilakukan
mereka, sehingga Aku muak melihat mereka.
Tak pernah, selain
kesetiaan sebuah hasrat-Nya agar setiap
manusia yang dicintai-Nya dan mencintai diri-Nya itu, hidup senantiasa dalam
kesetiaan pada-Nya, sebagaimana manusia menghendaki Tuhan itu untuk setia.
Tetapi dalam perjalanan, sesungguhnya Tuhan saja yang mencintai dalam
kesetiaan, sekalipun demikian bejat dan sedang dihukum-Nya karena kebejatan
itu.
Tanpa
kekudusan maka mencintai dan dicintai adalah hal yang begitu memuakan bagi
Tuhan; tanpa kesetiaan yang berkalungkan kekudusan-Nya maka bagi-Nya engkau itu
sungguh pantas untuk dimuntahkan daripada untuk dikasihi-Nya. Kasih dan
kekudusan-Nya adalah sepasang kekasih
yang menjadi pilar tindakan-tindakan yang disebut kesetiaan. Kesetian Tuhan
dengan demikian tak didasarkan pada kasih dan kudusnya manusia tetapi Tuhan.
Satu-satunya kebenaran itu hanya ada pada diri-Nya.
Itu sebabnya, kala IA
menyatakan cinta-Nya yang begitu personal kepada orang yang hendak dikasihi-Nya
dan hendak dicintai-Nya maka inilah yang terjadi:
Tak
Pernah Setengah Hati Mencintai Sebab IA Kudus Dan IA Kebenaran Atas Kehidupanmu
Tahukah anda bahwa
ketika IA berkata: “Sekalipun dia
melupakannya, Aku tidak akan melupakan engkau,” itu diucapkan dalam
murka-Nya yang sedang memburu manusia-manusia kekasih-Nya yang begitu menista
kasih-Nya!
Perhatikan
indikasinya yang terdekat [karena saya tidak sedang melakukan pemaparan menyeluruh]
yang begitu berguna untuk memahami betapa kasih-Nya itu memiliki kemuliaan yang
begitu membenci ketakudusan. Dalam kasih yang menghukum dan membinasakannya
sebab tak boleh ada yang lain selain DIA dan tak boleh ada kebenaran lain selain
dirinya, kecuali Dia bukan satu-satunya
Tuhan, karena sangkamu IA begitu dependen pada tuhan-tuhan lain !?
Lihatlah perseteruan manusia dengan kasih-Nya yang kudus dan menuntut kesetiaan itu:
Yesaya
45:5-7 Akulah TUHAN dan tidak ada yang lain; kecuali Aku tidak ada Allah. Aku
telah mempersenjatai engkau, sekalipun engkau tidak mengenal Aku, supaya
orang tahu dari terbitnya matahari sampai terbenamnya, bahwa tidak ada yang
lain di luar Aku. Akulah TUHAN dan tidak ada yang lain, yang
menjadikan terang dan menciptakan gelap, yang menjadikan nasib mujur dan
menciptakan nasib malang; Akulah TUHAN yang membuat semuanya ini.
[catatan:
Akulah TUHAN yang menjadikan nasib mujur dan menciptakan nasib malang; Akulah
TUHAN yang membuat semuanya ini, harus dipahami sebagaimana IA bertindak pada
sebuah tindakan ini: “Beginilah firman TUHAN: "Inilah firman-Ku kepada orang yang Kuurapi, kepada Koresh yang tangan
kanannya Kupegang supaya Aku menundukkan bangsa-bangsa di depannya dan melucuti
raja-raja, supaya Aku membuka pintu-pintu di depannya dan supaya pintu-pintu
gerbang tidak tinggal tertutup: Aku sendiri hendak berjalan di depanmu dan
hendak meratakan gunung-gunung, hendak memecahkan pintu-pintu tembaga dan hendak
mematahkan palang-palang besi- Yesaya 45:2”
Apa
yang paling menakjubkan disini, untuk menunjukan kepada semua manusia bahwa “Akulah
TUHAN yang menjadikan nasib mujur dan menciptakan nasib malang, IA menggunakan
seorang tokoh yang sama sekali tak mengenal SIAPAKAH DIA SEBAGAIMANA ISRAEL,
yaitu Koresh. Koresh bukanlah seorang dari umat-Nya, tetapi sebagaimana IA
sendiri menyatakan-Nya:
Yesaya
45:4 Oleh karena hamba-Ku Yakub dan Israel, pilihan-Ku, maka Aku memanggil
engkau dengan namamu, menggelari engkau, sekalipun engkau tidak mengenal Aku.
Yesaya
45:5 Akulah TUHAN dan tidak ada yang lain; kecuali Aku tidak ada Allah. Aku
telah mempersenjatai engkau, sekalipun engkau tidak mengenal Aku,
Ini
tidak hendak menunjukan bahwa Koresh sekalipun tak beriman pada satu-satunya
TUHAN sebagaimana Israel, namun tetap mendapatkan keberkenanan. Tidak demikian,
sebab TUHAN tidak berkata demikian, tetapi inilah alasannya menggunak seseorang
yang bahkan dalam ia digunakan-Nya tetap
tak mengenal-Nya:
Yesaya
45:4 Oleh karena hamba-Ku
Yakub dan Israel, pilihan-Ku, maka
Aku memanggil engkau dengan namamu
Untuk
maksud apakah IA menggunakan seorang yang bahkan tak mengenalnya? Ini yang hendak diwujudkan-Nya dengan
menjadikannya sebagai alat kedahsyatan-Nya:
Yesaya
45:2 Aku sendiri hendak berjalan di depanmu dan hendak
meratakan gunung-gunung, hendak memecahkan pintu-pintu tembaga dan hendak
mematahkan palang-palang besi.
Kalau
ditanyakan, apakah Koresh tidak bisa mengelak? Ini jawaban yang rumit sebetulnya,
tetapi karena DIA SAJA TUHAN maka IA menjawab sebagaimana IA ADALAH:
Yesaya45:9 Celakalah orang yang berbantah dengan Pembentuknya; dia tidak lain dari
beling periuk saja! Adakah tanah liat berkata kepada pembentuknya: "Apakah
yang kaubuat?" atau yang telah dibuatnya: "Engkau tidak punya
tangan!"
Manusia
bahkan bisa mempertanyakan tindakan Tuhan ini dalam sebuah sarkasme yang
menghujat Tuhan: “hei Tuhan, kaupikir siapakah kau itu? Kaukah yang mengandung
dan melahirkan Koresh? Kau pikir kau pemiliknya? Ya.. demikianlah manusia akan
begitu sukar memahami ini:
Yesaya45:10 Celakalah orang yang berkata kepada ayahnya: "Apakah yang
kauperanakkan?" dan kepada ibunya: "Apakah yang kaulahirkan?"
Israel
yang begitu jahat dan telah Kauhukum masih juga kaubela dan bahkan kau merampas Koresh untuk menjalani kehendak-Mu
padahal dia saja menolak menyembah-Mu! Maka beginilah jawab Tuhan itu:
Yesaya
45:11-12 Beginilah firman TUHAN, Yang Mahakudus, Allah dan Pembentuk Israel:
"Kamukah yang mengajukan pertanyaan kepada-Ku mengenai anak-anak-Ku, atau
memberi perintah kepada-Ku mengenai yang dibuat tangan-Ku? Akulah
yang menjadikan bumi dan yang menciptakan manusia di atasnya; tangan-Kulah yang
membentangkan langit, dan Akulah yang
memberi perintah kepada seluruh tentaranya.
Jika
Koresh dikehendaki-Nya menjadi tentara-Nya untuk kepentingan Israel, siapakah
yang dapat melawan. Jika sejak dalam kandungan ibunya, Koresh telah dijalin-Nya
untuk menerima perintah-Nya sebagai salah satu tentara-Nya sementara tak
mengenal-Nya, apa yang bisa dikatakan bumi kepada-Nya?
Kepada
dunia, TUHAN berkata: Koresh kupakai untuk membebaskan umat-Ku sebab maksud
penghukuman-Ku telah genap:
Yesaya45:13 Akulah yang menggerakkan Koresh untuk maksud penyelamatan, dan Aku akan
meratakan segala jalannya; dialah yang akan membangun kota-Ku dan yang akan
melepaskan orang-orang-Ku yang ada dalam pembuangan, tanpa bayaran dan tanpa
suap," firman TUHAN semesta alam.]
Tetapi
DIA, dalam hal itu sekalipun, tetaplah Allah yang menghendaki agar kasih-Nya
sampai kepada semua manusia, namun harus berdasarkan kebenaran tunggal dan kekudusan-Nya yang
tak boleh terlanggarkan. Ini dikatakan-Nya kepada bangsa-bangsa yang
luput dari pembinasaan-Nya melalui Koresh yang telah dibentuk-Nya untuk
melayani-Nya sekalipun tak mengenal-Nya.
Perhatikanlah ini:
Yesaya
45:20-22 Berhimpunlah dan datanglah, tampillah bersama-sama, hai kamu sekalian
yang terluput di antara bangsa-bangsa! Tiada berpengetahuan orang-orang yang
mengarak patung dari kayu dan yang berdoa kepada allah yang tidak dapat
menyelamatkan. Beritahukanlah dan kemukakanlah
alasanmu, ya, biarlah mereka berunding bersama-sama: Siapakah yang mengabarkan
hal ini dari zaman purbakala, dan memberitahukannya dari sejak dahulu? Bukankah
Aku, TUHAN? Tidak ada yang lain, tidak ada Allah selain dari pada-Ku! Allah
yang adil dan Juruselamat, tidak ada yang lain kecuali Aku! Berpalinglah
kepada-Ku dan biarkanlah dirimu diselamatkan, hai ujung-ujung bumi! Sebab Akulah Allah
dan tidak ada yang lain.
Dahulu
Allah sudah memberitakan kebenaran-Nya bagi segala bangsa bahwa keselamatan
hanya ada didalam-Nya, tidak ada kebenaran-kebenaran lain yang diberikannya
sebagai allah-allah lain, Itu adalah kehendak Allah sejak perjanjian lama dan
disabdakan oleh Yesus dalam amanat agung-Nya.
Perhatikanlah ini:
Lukas
24:47 dan lagi: dalam
nama-Nya berita tentang pertobatan dan pengampunan dosa harus
disampaikan kepada segala bangsa, mulai dari Yerusalem.
Apakah
yang diberitakan? Kasih-Nya yang kudus dan
satu-satunya. Kasih yang besar untuk diberitakan kepada segala bangsa hingga ujung-ujung bumi sehingga oleh
mendengar-Nya-mendengar satu-satunya kebenaran-Nya, manusia-manusia mau
berpaling kepada-Nya dan membiarkan dirinya diselamatkan. Yesus telah datang untuk
menggenapi “mau berpaling dan membiarkan dirinya diselamatkan,” sebab Ia adalah
campur tangan kasih Allah yang begitu besar:
Yohanes
3:15-16 supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya beroleh hidup yang
kekal. Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah
mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya
kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.
Tak ada kebenaran
lain-lainnya bagi segala bangsa, selain hanya menerima diri-Nya dan
kebenaran-Nya. Hanya Yesus : jalan,
kebenaran, dan hidup. Diri manusia manapun tak akan pernah bisa menggantikan
posisi dan kebenaran DIA YANG KEKAL, sebab dirimu saja membutuhkan-Nya agar
tidak digembalakan oleh maut.
Selanjutnya?
Saya terlebih dahulu akan menyajikan “Tinjauan 6.G”
Amin
Segala
Kemuliaan Hanya Bagi Tuhan
No comments:
Post a Comment