Pages

09 May 2016

Tinjauan Pengajaran Pdt. Dr. Erastus Sabdono Pada Keselamatan Di Luar Kristen (4.1B-Selesai):



Oleh: Martin Simamora

Apakah Karena Begitu Sukar Memahami “Apakah Dosa itu” dan  Mengerti “Apakah Sebenarnya Yang Dimaksud Dengan Bertentangan Dengan Kehendak Tuhan” Maka Ada Keselamatan Di Luar Kristen?
(Bagian 4.1 B)


Bacalah lebih dulu bagian 4.1A

Hanya ada satu Tuhan yang menghakimi segenap penduduk bumi dengan satu-satunya kebenaran yang telah ditetapkan-Nya, tanpa pandang bulu sedikitpun. Sehingga dalam Alkitab, inilah yang akan kita jumpai:

Mazmur 14:2-3 TUHAN memandang ke bawah dari sorga kepada anak-anak manusia untuk melihat, apakah ada yang berakal budi dan yang mencari Allah. Mereka semua telah menyeleweng, semuanya telah bejat; tidak ada yang berbuat baik, seorangpun tidak.

Jika, anda memperhatikan konteks Mazmur Daud ini, maka di sini Tuhan menempatkan satu kebenaran tunggal bagi semua bangsa di luar bangsa yang telah dijumpainya tadi: “Tidak sadarkah semua orang yang melakukan kejahatan, yang memakan habis umat-Ku seperti memakan roti, dan yang tidak berseru kepada TUHAN? Di sanalah mereka ditimpa kekejutan yang besar, sebab Allah menyertai angkatan yang benar”- ayat 4 dan 5. Siapapun yang melakukan hal yang bertentangan dengan kehendak dan maksud-Nya di bumi ini melalui bangsa pilihan-Nya, itu merupakan penyingkap natur semua manusia:“semua telah menyeleweng, semuanya telah bejat, tidak ada yang berbuat baik, seorangpun tidak.”

Sekali lagi, harus dicamkan bahwa pada dasarnya semua atau tidak seorangpun yang tidak bejat. Dasar sebuah bangsa  bernama Israel terlihat sebagai sebuah bangsa favorit, bukan karena sebuah kemuliaan yang ada sedikit saja pada dirnya. 


Perihal ini nampak nyata dalam bagian mazmur ini:
▬Mazmur 33:8-12 Biarlah segenap bumi takut kepada TUHAN, biarlah semua penduduk dunia gentar terhadap Dia! Sebab Dia berfirman, maka semuanya jadi; Dia memberi perintah, maka semuanya ada. TUHAN menggagalkan rencana bangsa-bangsa; Ia meniadakan rancangan suku-suku bangsa; tetapi rencana TUHAN tetap selama-lamanya, rancangan hati-Nya turun-temurun. Berbahagialah bangsa, yang Allahnya ialah TUHAN, suku bangsa yang dipilih-Nya menjadi milik-Nya sendiri!


Disebut berbahagia, bukan karena sukses untuk dapat mengenal dan membuat keputusan untuk memilih dan mengikut Dia yang hanya dengan memerintah maka semuanya ada.  Bagaimana sebuah bangsa dapat memilih Tuhan, jika dikatakan bahwa tak ada satupun yang tak bejat? Pada dasarnya tak ada satu saja penduduk bumi yang dapat gentar pada hakikatnya dan tak ada yang dapat memilih-Nya pada hakikat kemanusiaannya. Perhatikan ini: hanya karena dia memerintah kepada sebuah bangsa untuk memilih-Nya maka apa yang tak ada di dalam hatinya untuk memilih Dia sebagai respon terhadap Allah yang memilih-Nya,  dapat terjadi. Ini benar sekali, sama benarnya dengan tak ada satupun bangsa yang akan gentar kepada-Nya tanpa Ia harus terlebih dahulu memerintahkan kepada rencana bangsa-bangsa, gagal! Juga, tanpa terlebih dahulu Ia memerintahkan kepada rancangan suku-suku bangsa itu, tiada! Apa yang disisakannya  tetap ada di dunia ini untuk masih berlangsung terus? Ini: rencana-Nya dan rancangan hati-Nya dari  generasi ke generasi.  Tidak ada di dunia ini selain apa yang dikehendaki boleh tetap ada, boleh tetap berlanjut, dan tak boleh ada sampai kapan Ia kehendaki. Berdasarkan apa? Berdasarkan diri-Nya saja yang “berfirman maka semuanya jadi; Dia memberi perintah maka semuanya ada.”


Inilah dasar bagi  setiap manusia di bumi ini, bukan hanya bagi Israel, untuk gentar! Sehingga memang ada perbedaan  yang tak terhindarkan antara  bangsa Israel yang dipilihnya dan  bangsa non Israel yang tak dipilih-Nya, namun tak ada perbedaan sama sekali pada siapakah mereka sebenarnya dengan mempertimbangkan kebenaran-kebenaran yang berbeda satu sama lainnya. Sangat jelas, dasar kebahagiaan bangsa Israel itu bukan karena adanya perbedaan istimewa diantara para bangsa lainnya karena keelokan dirinya dihadapan Allah, tidak sama sekali. Sehingga sangat keliru bagi pendeta Erastus Sabdono untuk mejejakan dasar pengajaran “keselamatan di luar Kristen” berdasarkan ini, sebab di saat yang sama sebetulnya Tuhan sendiri malah menegaskan tidak ada kebenaran di luar diri-Nya yang telah menampakan dan memperkenalkan dirinya kepada Israel, salah satu bangsa yang pada pandangan-Nya bejat seperti semua bangsa lainnya.



Pembedaan Yang Tidak Melahirkan  Beragam Kebenaran, Tetapi Menegaskan Hanya Ada Satu Kebenaran Sebab Hanya Dia Saja Sumbernya

Mari kita melihat salah satu pembedaan yang tampil dalam sebuah dikotomi: kudus dan terkutuk atau kepunyaan Tuhan dan bukan kepunyaan Tuhan:

Mazmur 92:4-15 Sebab telah Kaubuat aku bersukacita, ya TUHAN, dengan pekerjaan-Mu, karena perbuatan tangan-Mu aku akan bersorak-sorai. Betapa besarnya pekerjaan-pekerjaan-Mu, ya TUHAN, dan sangat dalamnya rancangan-rancangan-Mu. Orang bodoh tidak akan mengetahui, dan orang bebal tidak akan mengerti hal itu. Apabila orang-orang fasik bertunas seperti tumbuh-tumbuhan, dan orang-orang yang melakukan kejahatan berkembang, ialah supaya mereka dipunahkan untuk selama-lamanya. Tetapi Engkau di tempat yang tinggi untuk selama-lamanya, ya TUHAN! Sebab, sesungguhnya musuh-Mu, ya TUHAN, sebab, sesungguhnya musuh-Mu akan binasa, semua orang yang melakukan kejahatan akan diceraiberaikan. Tetapi Kautinggikan tandukku seperti tanduk banteng, aku dituangi dengan minyak baru; mataku memandangi seteruku, telingaku mendengar perihal orang-orang jahat yang bangkit melawan aku. Orang benar akan bertunas seperti pohon korma, akan tumbuh subur seperti pohon aras di Libanon; mereka yang ditanam di bait TUHAN akan bertunas di pelataran Allah kita. Pada masa tua pun mereka masih berbuah, menjadi gemuk dan segar, untuk memberitakan, bahwa TUHAN itu benar, bahwa Ia gunung batuku dan tidak ada kecurangan pada-Nya.


Sekarang pertanyaannya, siapakah yang disebut sebagai orang benar di sini? Apakah orang yang diukur berdasarkan prestasi-prestasi moralitas dan perbuatan-perbuatan mulianya, oleh dirinya sendiri? Tidak dan bukan itu!


Menariknya di sini, Mazmur ini menggambarkan orang benar ini sebagai  pohon-pohon yang bertumbuh dan berbuah, seperti ini: “Orang benar akan bertunas seperti pohon korma, akan tumbuh subur seperti pohon aras di Libanon.” Lalu, dimanakah Ia di tanam? Apakah di tanam pada tanah dunia ini sehingga menerima: “ kehidupan dari dunia ini, ataukah di tanam pada tanah Tuhan sehingga menerima kehidupan dari Tuhan? Jawabannya ini: “mereka yang ditanam di bait TUHAN akan bertunas di pelataran Allah kita.”  Di sini  jelas sekali bahwa orang-orang benar dapat berbuat lebat atau dapat menghasilkan buah yang dikehendaki Allah karena Ia menerima kehidupan atau kebenaran yang datang dari Allah dan dipelihara oleh Allah sendiri di tanah-Nya sendiri: “di tanam di bait TUHAN” dan  “bertunas di pelataran Allah kita,” ini bahkan berbicara mengenai generasi-generasi  baru yang tetap memiliki kehidupan dari Allah.


Ini menarik, karena Yesus sendiri berbicara orang-orang benar dalam cara yang demikian! Perhatikan ini:
Yohanes 15:1-8 Akulah pokok anggur yang benar dan Bapa-Kulah pengusahanya. Setiap ranting pada-Ku yang tidak berbuah, dipotong-Nya dan setiap ranting yang berbuah, dibersihkan-Nya, supaya ia lebih banyak berbuah. Kamu memang sudah bersih karena firman yang telah Kukatakan kepadamu. Tinggallah di dalam Aku dan Aku di dalam kamu. Sama seperti ranting tidak dapat berbuah dari dirinya sendiri, kalau ia tidak tinggal pada pokok anggur, demikian juga kamu tidak berbuah, jikalau kamu tidak tinggal di dalam Aku. Akulah pokok anggur dan kamulah ranting-rantingnya. Barangsiapa tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia, ia berbuah banyak, sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa. Barangsiapa tidak tinggal di dalam Aku, ia dibuang ke luar seperti ranting dan menjadi kering, kemudian dikumpulkan orang dan dicampakkan ke dalam api lalu dibakar. Jikalau kamu tinggal di dalam Aku dan firman-Ku tinggal di dalam kamu, mintalah apa saja yang kamu kehendaki, dan kamu akan menerimanya. Dalam hal inilah Bapa-Ku dipermuliakan, yaitu jika kamu berbuah banyak dan dengan demikian kamu adalah murid-murid-Ku."


Yesus mendalamkan kebenaran pada Mazmur dalam sebuah penggenapan [ini selaras dengan sabda-Nya sendiri setelah kebangkitan-Nya dari antara orang mati: “Ia berkata kepada mereka: "Inilah perkataan-Ku, yang telah Kukatakan kepadamu ketika Aku masih bersama-sama dengan kamu, yakni bahwa harus digenapi semua yang ada tertulis tentang Aku dalam kitab Taurat Musa dan kitab nabi-nabi dan kitab Mazmur- Lukas 24:44"]. Kalau Mazmur menunjukan bahwa manusia-manusia bejat disebut orang benar berdasarkan tindakan Allah: “ditanam di bait TUHAN” dan “bertunas di pelataran Allah kita.” Ekspresi semacam ini menunjukan  bahwa tak ada manusia yang dapat menanamkan dirinya secara benar-benar, dirinya tertanam di bait Tuhan dan dirinya bertunas di pelataran Allah. Ini secara hakiki menunjukan bahwa yang disebut orang benar adalah karya Allah di dalam kedaulatan Allah. Seseorang dapat merindukan Tuhan dan kemudian hidup bagi Tuhan dan mengejar dalam kehidupan-kehidupannya apa yang menjadi kehendak Tuhan, bahkan dari dirinya melahirkan keturunan-keturunan yang juga demikian, sungguh merupakan kekuasaan Tuhan di dalam kehidupan orang yang dibenarkan-Nya, di antara orang-orang yang tidak ditanamkan-Nya di bait TUHAN.




Yesus menunjukan hal yang sama, namun kali ini didalam ekspresi kebenaran yang sangat terikat pada dirinya dalam cara yang teramat mulia sebagai satu-satunya sumber kebenaran di dunia ini, lengkap dengan penghukuman bagi semua yang berada di luar kebenaran pada diri-Nya. Kali ini Yesus menunjukan apa yang dahulu jauh dalam Mazmur  yaitu TUHAN, kini menjadi dekat kala Ia membukanya dengan: “Akulah pokok anggur yang benar dan Bapa-Kulah pengusahanya.” Di sini, Yesus menunjukan hubungan dirinya  yang istimewa dengan Allah sebagai, relasi antara pokok anggur dan Bapa yang mengusahakannya. Dalam hal dirinya pokok anggur, bukanlah pokok anggur biasa, sebab pada dasarnya Ia adalah “bait TUHAN” itu sendiri tempat dimana orang-orang ditanamkan! Lihatlah ini, bagaimana Ia adalah tempat penanaman orang-orang oleh Allah: “Tinggallah di dalam Aku dan Aku di dalam kamu. Sama seperti ranting tidak dapat berbuah dari dirinya sendiri, kalau ia tidak tinggal pada pokok anggur, demikian juga kamu tidak berbuah, jikalau kamu tidak tinggal di dalam Aku.” Singkatnya, Yesus berkata  begini: “Akulah pokok anggur dan kamulah ranting-rantingnya.” Yesus adalah bait TUHAN pada Mazmur, tempat  orang-orang ditanamkan sehingga berbuah dan dirawat /diusahakan oleh Bapa!  Itu sebabnya Yesus pada kesempatan yang keras dan penuh rejeksi  berkata: “Jawab Yesus kepada mereka: "Rombak Bait Allah ini, dan dalam tiga hari Aku akan mendirikannya kembali." Tetapi yang dimaksudkan-Nya dengan Bait Allah ialah tubuh-Nya sendiri- Yohanes 2:19-21.” Yesus adalah sumber kehidupan benar orang-orang benar atau Yesus adalah sumber keberbuahan kehidupan orang-orang benar yang memiliki  hal-hal yang dapat dilihat seperti buah-buahan yang lebat dan  ranum bergelantungan di ranting- rantingnya.

Tepat seperti Mazmur tadi menyatakan bahwa TUHAN saja satu-satunya sumber kebenaran bagi segenap penduduk bumi, dan tak ada varian-varian kebenaran lainnnya yang ditujunkan begitu tajam hanya dapat dilakukan Allah: “tumbuh di bait TUHAN,” maka demikian juga dengan Yesus, yang berkata begini: “sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa. Barangsiapa tidak tinggal di dalam Aku, ia dibuang ke luar seperti ranting dan menjadi kering, kemudian dikumpulkan orang dan dicampakkan ke dalam api lalu dibakar.”

Di luar Aku atau pada Mazmur : “tidak ditanam pada bait TUHAN,” ini menunjukan 2 hal sekaligus: (1). Seseorang di sebut benar karena Ia ditempatkan dan ditanamkan Allah pada bait TUHAN, dan (2) Semua manusia di bumi ini, pada dasarnya tak ada satupun yang tak bejat dalam pandangan Allah, sementara itu, dalam pandangan manusia bumi ada banyak kebenaran yang bernilai di bumi. Ketiadaan kebenaran-kebenaran lain di dunia ini oleh pandangan Allah, dengan demikian, karena Allah sendiri  telah berkata bahwa “orang benar bertumbuh di bait TUHAN,” sementara pada orang-orang  umumnya di dunia ini, dalam pandangan Tuhan, adalah: “orang-orang fasik bertunas seperti tumbuh-tumbuhan, dan orang-orang yang melakukan kejahatan berkembang.” Bagaimanakah kesudahan orang-orang yang tidak ditanam pada bait TUHAN, atau orang-orang  fasik yang bertunas? Kesudahannya: dibinasakan, tepat sebagaimana dikatakan oleh Yesus: “Barangsiapa tidak tinggal di dalam Aku, ia dibuang ke luar seperti ranting dan menjadi kering, kemudian dikumpulkan orang dan dicampakkan ke dalam api lalu dibakar.”

Sehingga apa yang dapat dikatakan? Ada pembedaan oleh Allah yang terjadi berdasarkan pemilihan-Nya, namun di saat yang bersamaan tindakan-Nya itu tidak serta merta melahirkan pada tempat-tempat lainnya atau pada komunitas-komunitas lainnya atau pada kelompok-kelompok masyarakat lainnya berbagai kebenaran yang kemudian diperhitungkan oleh Allah secara tersendiri atau secara proporsional. Ini tidak pernah terjadi demikian, baik sebelum Ia memilih sebuah bangsa dan apalagi setelah Ia memilih sebuah bangsa. Baik nabi-nabi Perjanjian Lama dan bahkan Yesus sendiri berbicara hal ini: Satu kebenaran Tunggal yang meniadakan sama sekali berbagai kebenaran lainnya. Ini terjadi sebab pada dasarnya semua manusia bejat, kecuali  ia adalah seseorang yang termasuk pilihan Allah!


Perhatikan, tak pernah tercatat kisah seorang non pilihan Allah atau yang bukan di tanam di bait TUHAN dapat berkata seperti ini:


Mazmur 33:13-21 TUHAN memandang dari sorga, Ia melihat semua anak manusia; dari tempat kediaman-Nya Ia menilik semua penduduk bumi. Dia yang membentuk hati mereka sekalian, yang memperhatikan segala pekerjaan mereka. Seorang raja tidak akan selamat oleh besarnya kuasa; seorang pahlawan tidak akan tertolong oleh besarnya kekuatan. Kuda adalah harapan sia-sia untuk mencapai kemenangan, yang sekalipun besar ketangkasannya tidak dapat memberi keluputan. Sesungguhnya, mata TUHAN tertuju kepada mereka yang takut akan Dia, kepada mereka yang berharap akan kasih setia-Nya, untuk melepaskan jiwa mereka dari pada maut dan memelihara hidup mereka pada masa kelaparan. Jiwa kita menanti-nantikan TUHAN. Dialah penolong kita dan perisai kita! Ya, karena Dia hati kita bersukacita, sebab kepada nama-Nya yang kudus kita percaya.

Karena Dia! Karena Dia hati seorang manusia dapat bersukacita. Demikian juga, karena Dia, seorang manusia dapat percaya kepada nama-Nya yang kudus. Tak ada jiwa manusia yang dapat merindukan Tuhan, jika bukan karena Tuhan. Bukankah telah dikatakan oleh Daud bahwa  pada pandangan Tuhan semuanya bejat ? Jika semuanya bejat, lantas bagaimana bisa ada yang merindukan Tuhan?; Jika semuanya bejat, lantas bagaimana bisa ada  atau bisa muncul manusia-manusia demikian? Darimanakah kemungkinan ada dari sebuah ketiadaan? Perhatikan ini: “Dia memberikan perintah, maka semua-Nya ada.”


Pendikotomian atau pembedaan bangsa Israel dan  bangsa non Israel oleh pendeta Erastus Sabdono memang benar dapat menunjukan perbedaan-perbedaan yang begitu menyolok diantara kedua golongan itu. Tetapi penggolongan semacam ini, yang pada dasarnya timbul dari tindakan Allah memilih satu di antara begitu banyak bangsa  di bola bumi ini, yang pada dasarnya bejat, tidak sama sekali menunjukan adanya standard-standard kebenaran yang berbeda satu sama lain dan kemudian berdasarkan itulah ada kebenaran-kebenaran  yang lain, sehingga berdasarkan hal itu dikatakan ada keselamatan lainnya di luar Kristen.

Saya sendiri sudah memaparkan realita ini sejak pada bagian pertama, sehingga memang sejak awal, pendeta Erastus sudah memperkenalkannya. Maka pelajarilah bagian-bagian ini kembali, sehingga saya tidak perlu melakukan pengulangan pada hal-hal yang secara konstan diulanginya:




Bersambung ke Bagian 5

AMIN
Segala Pujian Hanya Kepada TUHAN




The cross
transforms present criteria of relevance: present criteria of relevance do not transform the cross

[dari seorang teolog yang saya lupa namanya]

No comments:

Post a Comment