Oleh: Martin Simamora
Benarkah
Karena Tidak Menolak Injil Hingga Ke Tingkat Penghinaan Maka Ada Kebenaran Lain Di Luar Kristus (5.M)
Bacalah lebih
dulu: “Tinjauan Pengajaran Pdt. Dr, Erastus Sabdono Pada Keselamatan Di Luar Kristen (5.L)”
Dalam Terang, manusia yang beriman kepada Yesus, menjadi tahu kemana harus pergi. Itu tak lepas dari diri Kristus
sendiri, yaitu mengikut diri-Nya; dalam terang
manusia itu, ia menjadi tahu dan diberikuasa untuk membuat keputusan
mahapenting: mengikut dia. Mengikuti Yesus, apakah pentingnya? Penting karena
keselamatan itu sendiri merupakan peristiwa atau “event” keberimanan seseorang
secara aktual, bukan belaka konsepsi atau sekedar beragam komposit
kebenaran-kebenaran yang dilahirkan dari
sebuah keanggunan pikir teologisnya, yang kemudian dipercayai sekedar untuk
diajarkan. Keselamatan adalah kebenaran teologis sekaligus peristiwa aktual
iman di dunia ini, dan itu semua dimulai dengan satu perintah-Nya: ikutlah Aku.
Sekali lagi, apakah
pentingnya mengikut Yesus dalam peristiwa iman seorang percaya sehari-hari,
dalam situasi-situasi menuntut kesetiaan sekalipun membahayakan, dan setia atau
bertahan hingga kesudahannya?
Yesus sendiri
menunjukan apakah pentingnya diri-Nya itu harus diikuti, melalui sejumlah perintah
kepada para murid atau setiap orang percaya di segala jaman, yang menuntut
ketahanan iman hingga kesudahannya. seperti:
►Matius
24:13 Tetapi orang yang bertahan sampai
pada kesudahannya akan selamat.
Bandingkan dengan:
Matius
10:22 Dan kamu akan dibenci semua orang oleh karena nama-Ku; tetapi orang yang bertahan sampai pada
kesudahannya akan selamat.
Lukas
21:19 Kalau kamu tetap bertahan, kamu akan memperoleh hidupmu."
“Orang yang bertahan
sampai kesudahannya akan selamat,” ini telah menunjukan kepada setiap orang
percaya bahwa sementara keselamatan yang telah dimiliki itu adalah karya Sang
Mesias di atas salib dan telah diterima sebagai sebuah anugerah terindah, namun
sementara masih di dunia ini, memerlukan sebuah katahanan atau stamina yang
harus senantiasa kokoh hingga kesudahannya-hingga saya dan anda menutup mata
ini, kapanpun, dimanapun dan yang bagaimanapun juga.
Apakah
dengan demikian, ini adalah sebuah kesendirian dan sebuah penuntutan kekuatan
diri sendiri untuk bertahan hingga kesudahannya, agar memiliki hidup itu menjadi otentik dimilikinya?
Rambut Kepalamu
Terhitung Semuanya, Demikianlah Selama
Para Domba-Nya Harus Mempertahankan Iman Hingga Kesudahannya
Demikiankah?
Tidak demikian sama sekali. Mari memperhatikan apa yang sedang Yesus bicarakan
dan ajarkan ini.
►Kalau anda
memperhatikan situasi di sekitar ayat 13 pada Matius 24, maka apa yang sedang
Yesus bicarakan merupakan serangkaian peristiwa-peristiwa di dunia ini yang
berpotensi besar untuk menggugurkan seorang pengikut Kristus. Misal sebagai
deskripsi peristiwa-peristiwa yang berpotensi besar yang dapat menggugurkan
iman orang percaya sehingga bisa tak
bertahan hingga kesudahan, cobalah untuk memperhatikan ayat 21 yang berbunyi:”
Sebab pada masa itu akan terjadi
siksaan yang dahsyat seperti yang belum pernah terjadi sejak awal dunia
sampai sekarang dan yang tidak akan terjadi lagi,”
atau perhatikan ayat 9 yang berbunyi: “Pada
waktu itu kamu akan diserahkan supaya disiksa, dan kamu akan dibunuh dan
akan dibenci semua bangsa oleh karena nama-Ku.” Dan kenyataannya memang
ada yang mengalami murtad: “dan banyak orang akan murtad dan mereka akan saling menyerahkan dan saling membenci.” Faktanya,
memang banyak orang yang lambat laun
kehilangan kekuatan imannya, akibat lingkungan yang penuh kekejaman dan
penyiksaan (atau bahkan akibat hal-hal
yang membahagiakan), imannya menyusut dan kian lama kian pupus dan sirna.
Sederhananya tidak dapat bertahan.
Apakah ini menunjukan bahwa orang percaya sejati dapat hilang dari tangan Sang Gembala Agung saat di
gembalakan-Nya, sebab kewalahan menghadapi serbuan serigala-serigala ganas yang
memangsa para domba?
Untuk menjawab ini,
penting memperhatikan pada pihak lain mengenai orang-orang percaya yang
disebutnya sebagai “orang-orang pilihan.” Yesus Sang Mesias menunjuk ada para
pengikut-Nya yang bahkan menjadi bagian dari serangkaian peristiwa yang
menuntut ketahanan iman,akan menjadi pengakhir, demi keamanan iman orang
percaya, pada ayat 22 yang berbunyi: “Dan
sekiranya waktunya tidak dipersingkat,
maka dari segala yang hidup tidak akan ada yang selamat; akan tetapi
oleh karena orang-orang pilihan waktu
itu akan dipersingkat.” Ketika Yesus membicarakan orang yang
murtad, Ia memberikan sebuah karakteristik jiwa mereka, yaitu: penghianatan dan kebencian bahkan pada
sesamanya: mereka akan saling menyerahkan
dan saling membenci. Membandingkannya dengan ayat 22, jelas merupakan
sebuah kontras yang begitu hitam dan putih,
sebab jika orang-orang tersebut
dianggap Kristen maka jelas tidak memenuhi kriteria yang ditetapkan oleh Sang
Gembala Agung, yaitu:
tidak
memiliki relasi dengan Kristus, karena tidak disebut sebagai orang-orang
pilihan, sebagaimana ayat 22.
Yesus
sendiri telah menunjukan adanya pola relasi yang signifikan hanya terjadi jika
mereka sungguh domba milik kepunyaan-Nya:
Yohanes
10:14-15 Akulah gembala yang baik
dan Aku
mengenal domba-domba-Ku dan domba-domba-Ku mengenal Aku. sama seperti
Bapa mengenal Aku dan Aku mengenal
Bapa, dan Aku memberikan nyawa-Ku bagi domba-domba-Ku.
Yesus
memberikan nyawa-Nya bagi domba-domba-Nya, itu sendiri telah menunjukan ciri
kehidupan seperti apakah yang berlangsung pada para domba, yaitu setiap mereka
memiliki kehidupan Yesus. Ini poin yang begitu berharga hingga
akhir bagian ini.
Pada ayat 22 itu saja
sendiri, sudah menunjukan bahwa orang-orang percaya sejati tidak pernah ditinggal sendiri oleh-Nya di dalam
peristiwa-peristiwa yang menuntut ketahanan iman yang melampaui
ketahanan-ketahanan kemanusiawian siapapun juga anda manusia,
sebagaimana digambarkan Yesus dalam sebuah ekspresi verbal yang menggidikan
siapapun:” Sebab pada masa itu akan
terjadi siksaan yang dahsyat seperti yang belum pernah terjadi
sejak awal
dunia sampai sekarang dan yang tidak akan terjadi lagi.”
Tetapi bahkan lebih
jauh lagi, IA menunjukan kepada setiap orang percaya, bahwa orang-orang percaya sejati memiliki relasi
yang kokoh dengan-Nya sekalipun harus menjalani dunia didalam
peristiwa-peristiwa yang dapat meremukan iman:
Ayat
6: Kamu akan mendengar deru perang atau kabar-kabar tentang perang. Namun
berawas-awaslah jangan kamu gelisah;
sebab semuanya itu harus terjadi,
tetapi itu belum kesudahannya.
Menunjukan
bahwa tak ada satupun peristiwa yang
akan dihadapi itu sebuah peristiwa yang membuat Sang Gembala Agung kehilangan
kuasa untuk menuntun domba-dombanya. Ia berkata: jangan kamu gelisah. Tak
ada yang lebih memberikan kekuatan dan kepastian selama menghadapi berbagai
tantangan iman paling kritis sekalipun,
selain penyertaan Tuhan yang bukan saja tahu segala hal yang akan dihadapi dan
berkuasa bahkan atas kedamaian hati setiap kepunyaan-Nya. Inilah dasar bagi
seorang percaya sejati untuk mampu menggenapi perintah Yesus: “yang bertahan sampai kesudahannya akan
selamat,” pada realitasnya, termasuk yang begitu sukar untuk dipikirkan
apakah wujudnya. Ketika Yesus berkata “jangan
kamu gelisah” maka itu juga menunjukan sebuah jaminan keamanan bagi setiap
domba-domba sejati-Nya, sementara harus menghadapi realitas terkeras kehidupan
beriman sambil mengikuti panduan Sang Gembala Agung, mereka akan sampai kepada
tujuan yang telah ditetapkan-Nya dengan ketetapan hati yang kokoh pasti
mencapai tujuan. Harus diingat, bahwa karakter utama Sang Gembala adalah: memberikan nyawa-Nya agar para
domba-Nya hidup, ini adalah kekuatan hidup-Nya yang melindungi para domba dari
berbagai risiko yang dapat menjungkalkan
iman mereka: “Akulah gembala yang baik.
Gembala yang baik memberikan nyawanya bagi domba-dombanya- Yohanes 10:11.”
Ia sendiri memastikan bahwa Ia sendiri bukanlah Gembala yang meninggalkan
domba-dombanya kala maut memburu domba-domba kepunyaan-Nya:” sedangkan seorang upahan yang bukan gembala, dan yang bukan
pemilik domba-domba itu sendiri, ketika
melihat serigala datang, meninggalkan domba-domba itu lalu lari, sehingga
serigala itu menerkam dan mencerai-beraikan domba-domba itu. Ia lari karena ia seorang upahan
dan tidak memperhatikan domba-domba itu-Yohanes 10:12-13.”
Apakah jaminan bagi setiap orang percaya sejati dapat bertahan hingga kesudahan
dan mendapatkan hidup? Ketahanan dirinya dalam iman percaya yang berlangsung di
dalam penggembalaan Sang Gembala Agung yang akan menyertai senantiasa setiap
orang percaya; yang ketika melihat maut memburu tidak akan meninggalkan
domba-domba itu lari, sehingga maut tidak akan dapat menerkam dan
mencerai-beraikan domba-domba-Nya. Itu sebabnya, IA berkata “Jangan Kamu
Gelisah.” Itu karena siapakah Dia!
Ini-penyertaan Yesus yang demikian- bukan
sekedar agar setiap orang percaya dapat bertahan, tetapi agar injil-Nya sampai
ke ujung-ujung bumi:
▬▬Matius
24:12 Dan Injil Kerajaan ini akan diberitakan di seluruh dunia menjadi kesaksian bagi semua bangsa,
sesudah itu
barulah tiba
kesudahannya."
Penyertaan-Nya
di sepanjang waktu hingga kedatangan-Nya
yang kedua, begitu erat dengan pemberitaan injil-Nya sendiri yang harus
diberitakan di seluruh dunia. Yesus mengatakan bahwa pemberitaan Injil Kerajaan
ini akan berlangsung hingga pada waktu
yang telah ditetapkan Tuhan, barulah Anak Manusia datang ke dua kalinya. Itu sebabnya
memberitakan injil sangat erat dengan kedatangan Yesus yang kedua kalinya,
dalam pengajaran Yesus kepada para murid-Nya.
Menempatkan
keandalan iman semata pada kekuatan diri
orang percaya, maka hanya akan meninggalkan tak satupun yang akan percaya atau
selamat: “Dan sekiranya waktunya tidak
dipersingkat, maka dari segala yang hidup tidak akan ada yang selamat-
ayat 22.” Jika demikian realitasnya, siapakah yang akan memberitakan Injil
Kerajaan di seluruh dunia, sementara tantangan iman itu bukan saja yang dapat
memperdayai iman tetapi juga hingg masuk kedalam peristiwa-peristiwa yang
melampaui daya tahan manusia untuk menerimanya sebagai manusia, kecuali Sang
Gembala Agung menyertai dan memberikan jaminan untuk dapat bertahan bagi setiap
domba milik kepunyaan-Nya.
Yesus, Sang Gembala
Agung itu, bukan saja menyertai tetapi telah mengetahui lebih dahulu apa
sajakah yang akan dihadapi oleh para domba-Nya. Para domba-Nya harus melalui masa tersebut dan harus bertahan hingga
kesudahan-Nya agar janji keselamatan yang telah mereka miliki dapat menjadi
kenyataan. Di sini terlihat bahwa baik kepastian janji dan penggenapan
janji tersebut, benar-benar berada di tangan Sang Gembala Agung, dalam para
domba itu harus benar-benar membangun kehidupan yang tak main-main di dalam kepengikutan-Nya
agar benar-benar sampai ke tujuan-Nya. Perhatikan bagaimana Yesus
Sang Gembala Agung menunjukan bukan saja kemahatahuan-Nya tetapi juga
kedaulatan-Nya baik atas domba-domba
yang harus bertahan hingga kesudahannya itu, dan atas peristiwa-peristiwa
dahsyat yang dapat meruntuhkan iman seseorang:” Camkanlah,
Aku sudah mengatakannya terlebih
dahulu kepadamu- ayat 25.”
Sang Gembala Agung memang
menantikan ketibaan para domba-domba-Nya yang sudah berjuang untuk bertahan
selama di dalam perjalananan penggembalaan-Nya itu, dalam cara yang
gilang gemilang:
▀Matius
24:29 Segera sesudah siksaan pada masa itu, matahari akan menjadi gelap dan
bulan tidak bercahaya dan bintang-bintang akan berjatuhan dari langit dan
kuasa-kuasa langit akan goncang. Pada waktu itu akan tampak tanda Anak Manusia
di langit dan semua bangsa di bumi akan meratap dan mereka akan melihat Anak
Manusia itu datang di atas awan-awan di langit dengan segala kekuasaan dan
kemuliaan-Nya. Dan Ia akan menyuruh keluar malaikat-malaikat-Nya dengan meniup sangkakala
yang dahsyat bunyinya dan mereka akan mengumpulkan orang-orang pilihan-Nya dari
keempat penjuru bumi, dari ujung langit yang satu ke ujung langit yang lain.
Demikian juga, jika
anda membaca pada Matius 10, maka anda akan melihat betapa
penjaminan dan pemeliharaan Sang Gembala Agung telah menjadi faktor pelindung
atas ketahanan iman seseorang, bahkan hingga pada sebuah risiko yang dapat
mengancam jiwa orang percaya tersebut:
▬▬Matius
10:28 Dan janganlah
kamu takut kepada mereka yang dapat
membunuh tubuh, tetapi yang tidak berkuasa membunuh jiwa; takutlah terutama kepada Dia yang berkuasa
membinasakan baik jiwa maupun tubuh di dalam neraka.
Ini
bukan sekedar sebuah penjaminan dan pemeliharaan, namun Yesus sedang menunjukan
betapa pentingnya setiap domba untuk mengerti dan memegang erat-erat pada
jiwanya, kepada siapakah ia harus takut? Kepada
kebengisan dan kebuasan manusia yang hendak mencabut nyawanya karena iman
kepada Yesus, ataukah kepada Allah yang berkuasa membinasakan baik jiwa maupun
tubuh di dalam neraka? Bapa berkuasa
untuk bukan saja membinasakan tubuh, tetapi tubuh di dalam neraka. Ini penting
dicamkan sehingga mengerti mengapa harus bertahan hingga kesudahannya dan bukan
malah menjadi murtad dengan menanggalkan iman demi hidup jasmaniah ini. Hanya
mereka yang benar atau sungguh orang pilihan akan menerima kekuatan dari Sang
Gembala Agung untuk melalui hal-hal terberat dan bahkan terkeji didalam hidup
ini.
Perhatikan
kekuasaan Bapa sebagai bukan saja pemilik hidupmu tetapi yang berkuasa untuk
menaungimu dan satu-satunya penentu kematian atau kehidupanmu didalam penggembalaan Sang Gembala Agung itu:
▬▬Matius
10:29-31 Bukankah burung pipit dijual dua ekor seduit? Namun seekorpun dari
padanya tidak akan jatuh ke bumi di luar kehendak Bapamu. Dan
kamu, rambut
kepalamupun terhitung semuanya. Sebab itu janganlah
kamu takut, karena kamu lebih berharga dari pada banyak burung pipit.
Bapa
terlibat di dalam perjalanan imanmu yang mengikuti penggembalaan Yesus dalam
perjalanan iman yang dapat menghadapi berbagai tantangan; baik Bapa dan Anak
terlibat di dalam pemeliharan iman setiap domba-domba gembalaan Yesus yang
harus mempertahankan imannya di dalam rangkaian peristiwa yang dapat menghantam
daya tahan iman hingga pada titik ketakberdayaan manusia. Apakah
titik ketakberdayaan manusia itu? Kala setiap orang beriman itu
di dalam tantangan imannya bukan saja tak lagi memiliki kemerdekaan hidupnya
namun juga bahkan eksistensi dirinya telah berada di dalam kekuasaan yang
secara aktual begitu menentukan kehidupan atau kematianmu, sebagaimana Yesus
menggambarkan dalam ungkapan semacam ini: “Bukankah
burung pipit
dijual dua ekor seduit? Namun seekorpun daripadanya tidak akan jatuh ke bumi
di luar kehendak Bapamu.” Atau lebih jauh lagi: “Dan kamu, rambut kepalamupun terhitung semuanya.”
Kehidupan setiap orang-orang percaya sejati, sebagaimana pada bagian
sebelumnya, memiliki relasi dengan Bapa, Anak, dan Roh Kudus, atas dasar relasi
semacam inilah maka Bapaku dan anda di sorga tidak akan berdiam atau
berpangku tangan menonton saja saya dan anda berjerih payah dan bersimbah
darah untuk mempertahankan imanku atau
imanmu. Sebaliknya baik Bapa dan Anak terlibat.
Camkan,
Bapa di sorga sungguh terlibat di dalam diri para domba-Nya agar memiliki
kekuatan yang diperlukan sehingga dapat mempertahankan imannya sebagaimana yang
dikehendaki oleh Yesus:
▀Matius
10:19-20 Apabila mereka menyerahkan kamu, janganlah
kamu kuatir akan bagaimana dan akan apa yang harus kamu katakan, karena
semuanya itu akan dikaruniakan kepadamu pada saat itu juga. Karena bukan kamu
yang berkata-kata, melainkan Roh Bapamu; Dia yang akan berkata-kata di dalam kamu.
Ketahanan iman di
sini bukan melulu pada tantangan yang
vulgar mengancam namun juga pada beragam tantangan yang bisa begitu
lunak dan samar untuk menggoyahkan dan menjatuhkan
iman domba-domba-Nya. Kalau kita meneliti secara keseluruhan maka begitu beragam
tantangan yang akan dihadapi dan menuntut ketahanan iman hingga kesudahannya.
Jadi jangan menyangka hanya berupa beragam ancaman yang bersifat kekerasan,
namun juga pada hal-hal yang bersifat tanpa kekerasan atau lembut,
namun dapat menyerongkan domba dari tujuan yang telah diperintahan Yesus untuk
dicapai.
Itu sebabnya di dalam
memasuki medan tantangan iman yang beragam dan kompleks,Yesus sendiri menuntun
setiap domba untuk masuk menjalaninya bersama-sama dalam rupa kuasa
pengutusan,dengan memerintahkan agar para dombanya cerdik dan tulus di dalam menghadapinya:
▀Matius
10:16 Lihat, Aku mengutus kamu seperti domba ke tengah-tengah serigala, sebab
itu hendaklah kamu cerdik
seperti ular dan tulus seperti
merpati.
Disamping perintah-perintah
yang mengantisipasi hal-hal yang jauh lebih berisiko hingga yang mengancam
jiwa:
▬Matius
10:17 Tetapi waspadalah
terhadap semua orang; karena ada yang akan menyerahkan kamu kepada majelis
agama dan mereka akan menyesah
kamu di rumah ibadatnya.
Bahkan perintah untuk
lari meninggalkan kota kediaman demi keselamatan nyawa para domba-Nya:
◄Matius
10:23 Apabila mereka menganiaya kamu
dalam kota yang satu, larilah ke kota
yang lain; karena Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya sebelum kamu
selesai mengunjungi kota-kota Israel, Anak Manusia sudah datang.
Melarikan diri bukan
tindakan yang menunjukan bahwa seseorang itu pengecut, jika memungkinkan maka
larilah. Ini lebih baik daripada mencoba sekali saja berpikir untuk menyangkali
diri-Nya dan berpikir setelah itu akan begitu mudahnya kembali mengucapkan
pengakuan iman percaya, kembali?
Perhatikanlah ini:
▀Matius 10:33 Tetapi barangsiapa menyangkal Aku di depan
manusia, Aku juga akan menyangkalnya di depan Bapa-Ku yang di
sorga."
Yesus,
pada dasarnya, sedang memberitahukan bahwa mengikut-Nya memang benar-benar sebuah
keputusan yang hanya dapat berlangsung di dalam sebuah pengenalan yang
menghasilkan penyerahan diri atau kepemilikan diri ke dalam tangan Bapa.
Ini hanya mungkin terjadi jika Bapa memang menyerahkan diri orang tersebut ke
dalam tangan Yesus.
Coba perhatikan apa
yang dinyatakan Yesus berikut ini:
▬▬Matius
10:34- 37Jangan kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk membawa damai di atas
bumi; Aku datang bukan untuk membawa damai, melainkan pedang. Sebab Aku datang untuk
memisahkan orang dari ayahnya, anak perempuan dari ibunya, menantu
perempuan dari ibu mertuanya, dan musuh orang ialah orang-orang
seisi rumahnya. Barangsiapa mengasihi bapa atau ibunya
lebih dari pada-Ku, ia tidak layak bagi-Ku; dan barangsiapa mengasihi anaknya
laki-laki atau perempuan lebih dari pada-Ku, ia tidak layak bagi-Ku.
Mengikut
Yesus memang adalah sebuah keputusan hidup yang membawa dampak hebat dan tak
main-main, yaitu: pemisahan dirimu
dari segala dunia dan keduniaan dirimu, yang dalam bahasa Yesus: “Sebab Aku datang
untuk memisahkan orang dari… .” Namun itu sekaligus menunjukan tak
mungkin terjadi begitu saja tanpa Bapa sendiri yang memisahkanmu dari dunia
ini, seperti ini:
▬Yohanes
6:37 Semua
yang diberikan Bapa kepada-Ku akan
datang kepada-Ku, dan barangsiapa datang kepada-Ku
▬Yohanes
6:38-39 Sebab Aku telah turun dari sorga bukan untuk melakukan kehendak-Ku, tetapi
untuk melakukan kehendak Dia yang telah mengutus Aku. Dan inilah kehendak Dia yang telah
mengutus Aku, yaitu supaya dari semua yang telah diberikan-Nya kepada-Ku jangan
ada yang hilang, tetapi supaya Kubangkitkan pada akhir zaman.
Inilah
“Aku datang untuk memisahkan orang dari…”
Memisahkan dari
apakah?
Ini sama sekali tak bermaksud
sebuah pemutusan tali silahturahmi atau sebuah kehidupan yang memutuskan tali
kasih persaudaraan sedarah. Tidak demikian, sama sekali. Tetapi pasti tak
terelakan kala seseorang telah diserahkan oleh Bapa maka kehidupannya tidak
lagi meninggikan apa yang paling
bernilai bagimu, tetapi meninggikan apa yang menurut Yesus harus ditinggikan
oleh saya dan anda, sebagai seorang yang mengaku pengikut Yesus Kristus.
Menjadi beriman kepada Yesus, secara tajam bermakna: anda dipisahkan-Nya dari dunia ini, anda diminta untuk berjalan
menuju ke sebuah tujuan baru yang ditetapkan Bapa bagi setiap domba-Nya.
Apakah itu?
Inilah tujuan hidupmu yang baru itu:
▬▬Barangsiapa
tidak memikul
salibnya dan mengikut Aku, ia tidak layak bagi-Ku- Matius 10:38
Ketika
anda telah diserahkan Bapa kepada Yesus maka tujuan hidupmu adalah: memikul salibnya dan mengikut Yesus.
Ketika anda membaca “memikul salib” maka
mengikut Yesus tidak lagi pernah sebuah jargon iman atau jargon dalam
pujianmu, tetapi sebuah kehidupan yang diperintahkan oleh Yesus untuk dilalui
hingga kesudahan. Itu adalah: bertahan mengikut Yesus dalam imanmu hingga
kesudahannya! Memikul salib dan
mengikut Yesus, jadi bukan
hanya memikul salib tanpa
mengikut Yesus, karena memikul salib ini bukanlah sebuah kesendirian
sebagaimana IA menyertai setiap domba-Nya didalam menghadapi berbagai peristiwa
iman yang begitu memperdaya diri hingga yang begitu mengancam jiwa. Itu
sebabnya Yesus menjelaskan lebih lanjut apakah yang dimaksud dengan memikul
salib dan mengikut Yesus:
Matius
10:39 Barangsiapa mempertahankan
nyawanya, ia akan kehilangan
nyawanya, dan barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan memperolehnya.
Namun harus dicamkan, dalam
memikul salib dan mengikut Yesus, bukan agar anda terbukti benar-benar milik
Kristus di dunia ini. Bukan sama sekali. Anda sendiri memang telah merupakan
orang-orang pilihan Bapa sendiri, sementara anda diminta untuk mempertahankan
imanmu hingga kesudahannya yang merupakan pemikulan salib itu sendiri.
Ini begitu jelas
dengan pernyataan Yesus sendiri terkait siapakah setiap orang yang telah
dipisahkan Bapa dari dunia ini sementara masih hidup di dunia ini, perhatikanlah
ini:
▬▬Matius
10:40 Barangsiapa menyambut kamu,
ia
menyambut Aku, dan barangsiapa menyambut Aku, ia menyambut Dia
yang mengutus Aku.
Ini
sendiri sudah menunjukan bahwa di dalam Yesus memerintahkan saya dan anda untuk
memikul salib dan mengikut-Nya, Bapa dan Anak sendiri telah berdiam menyertai
setiap domba-domba-Nya. Inilah jaminan
ketahanan iman bagi setiap domba yang
harus melakukan apapun yang dikehendaki oleh Yesus.
Bahkan
sebuah perbuatan baik kepada setiap domba yang dengan setia memikul Salib dan
mengikut Yesus, maka orang itu akan menerima upahnya:
Matius
10:42 Dan barangsiapa memberi air sejuk secangkir sajapun kepada salah
seorang yang kecil ini, karena ia murid-Ku,
Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya ia
tidak akan kehilangan upahnya dari padanya."
Ayat
42 ini sangat erat terkait dengan ayat 40 untuk memahami “ia tidak akan kehilangan upahnya.” Jika dikatakan: menyambut kamu,
maka itu sama dengan menyambut Anak dan Bapa, maka “sesungguhnya ia tidak akan
kehilangan upahnya” harus ditinjau dalam kaca mata: sama dengan menyambut Anak dan Bapa, sebab telah “memberi air sejuk
secangkir sajapun,”itu sendiri merupakan tindakan menyambut murid Kristus. Teks ini tidak
mungkin berbicara keselamatan di luar
Kristen atau bahkan diluar Kristen, karena Yesus sendiri telah
menunjukan tindakan itu sebagai: menyambut
diri-Nya dan Bapa-Nya. Pernyataan Yesus inilah merupakan pagar yang begitu
kokoh untuk mencegah teks ini menjadi teks yang menunjukan keselamatan lain selain
melalui Yesus. Ketakjelasan penyataan, apakah menyambut Anak dan Bapa dalam
menerima seorang murid-Nya merupakan sebuah peristiwa beriman yang terjadi pada para penyambut, justru telah mencegah siapapun untuk tidak berupaya menjadikan teks keselamatan di luar
Kristen. Semakin kokoh dengan hal kedua yang justru jauh lebih kuat lagi, teks ini sangat terkait dengan: “Barangsiapa mempertahankan nyawanya, ia akan
kehilangan nyawanya, dan barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku,
ia akan memperolehnya- ayat 39,” karena tindakan menyambut salah satu
murid atau memberikan air sejuk secangkir sajapun, telah menunjukan dengan
sendirinya momen-momen yang melingkupi orang yang menyambut seorang murid
Yesus, adalah sangat berbahaya, dan karena itulah, lebih patut untuk
dipertimbangkan sebagai sebuah tindakan
yang merefleksikan bahwa dalam peristiwa itu mereka telah menjadi beriman dalam
sebuah cara yang tak dapat digambarkan
secara tepat di dalam peristiwa yang sungguh berisiko: meletakan
dirinya dalam marabahaya demi murid Kristus. Interpretasi semacam
ini jauh lebih kuat dan tidak akan menyimpang sebab Yesus sendiri menyebutkan
dua hal penting: “menyambut diri-Nya dan
dengan demikian menyambut Bapa,” dan “ Ia
tidak akan kehilangan upah-Nya.”Apakah upahnya? Mutlak harus mempertimbangkan: “barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku,
ia akan memperolehnya-ayat 39.” Demi
murid Yesus yang mempertahankan imannya dan sangat mungkin memang secara khusus sedang memberitakan Injil
Kerajaan Sorga, ia yang menolong dengan
sendirinya memang sedang terlibat di dalam apa yang diimani para murid dalam
cara yang tak lagi perlu dipertanyakan lagi. Di hatinya ia telah menjadi bagian
pemberitaan Kerajaan Sorga dalam cara yang sangat membahayakan jiwanya. Jadi
ini konteksnya bukan sebuah tindakan yang bebas dari risiko yang begitu membahayakan nyawanya sendiri. Dalam
hal tersebut, upah yang diterima itu terjadi karena yang disambutnya adalah
murid Yesus. Bisakah anda membayangkan di dalam domba-domba itu diburu dan
disiksa, ada yang berani menyambut mereka?Itu hanya dapat terjadi lebih dari
sekedar berbelas kasih, namun menyadari kebenaran yang diyakini para murid
adalah memang kebenaran, sehingga itu menjadi dasar penyambutan yang
dimaksudkan oleh Yesus.
Sebetulnya,
sebagai sebuah catatan tambahan yang sangat penting, pola semacam ini merupakan
hal yang telah ditekankannya pada saat Ia mengutus murid-murid-Nya, sebagaimana
dicatat dalam injil Markus 6:10-12 “Kata-Nya selanjutnya kepada mereka:
"Kalau di suatu tempat kamu sudah diterima dalam suatu rumah, tinggallah
di situ sampai kamu berangkat dari tempat itu. Dan kalau ada suatu tempat yang
tidak mau menerima kamu dan kalau mereka tidak mau mendengarkan kamu, keluarlah
dari situ dan kebaskanlah debu yang di kakimu sebagai peringatan bagi
mereka." Lalu pergilah mereka memberitakan bahwa orang
harus bertobat.” Konteksnya pun tak lepas dari pemberitaan injil Kristus dengan
sebuah amanat:”orang harus bertobat.” Pertobatan di sini terkait dengan “menerima
Yesus sebagaimana kehendak-Nya,” perhatikan hal ini: “Bukankah Ia ini tukang kayu, anak Maria, saudara Yakobus, Yoses, Yudas
dan Simon? Dan bukankah saudara-saudara-Nya yang perempuan ada bersama
kita?" Lalu mereka kecewa dan menolak Dia. Maka Yesus berkata kepada
mereka: "Seorang nabi dihormati di mana-mana kecuali di tempat asalnya sendiri,
di antara kaum keluarganya dan di rumahnya- ayat 3-4," yang menunjukan
apakah yang dimaksud dengan “menolak” atau “menerima” itu sangat terkait dengan
“berita” yang dibawa para murid Kristus. Sebuah penolakan akan mengakibatkan:”
kalau ada suatu tempat yang tidak
mau menerima kamu dan kalau mereka tidak mau mendengarkan kamu,
keluarlah dari situ dan kebaskanlah debu yang di kakimu sebagai peringatan bagi
mereka- ayat 11," jadi penolakan pada diri mereka
dan berita yang mereka bawa pasti akan membawa penghukuman. Sehingga menerima
para murid, pasti berkait dengan “mendengarkan” berita yang bermakna:
pertobatan atau menerima Yesus sebagai kebenaran dan keselamatan dari Allah.
Dengan demikian dapat dikatakan, bahwa menyambut dan mendapatkan upah sangat
erat dengan mendengarkan berita dan bertobat.
Mengapa
menyambut dan menerima upah tidak dapat sama sekali dalam makna yang begitu
dangkal selain harus berdasarkan apa yang dikehendaki oleh Yesus sebagai Sang
Pengutus bagi para domba, maka peristiwa ini dapat menjadi penegas yang
mengatasi segala argumen yang bagaimanapun juga:
Matius
11:1” Setelah Yesus selesai berpesan kepada kedua belas murid-Nya, pergilah Ia dari sana untuk mengajar dan
memberitakan Injil di dalam kota-kota mereka.”
Ketika
penduduk kota tidak mau bertobat-menerima dirinya sebagaimana kehendak-Nya,
maka inilah yang terjadi:
Matius
11:20-24 Lalu Yesus mulai mengecam
kota-kota yang tidak bertobat, sekalipun di situ Ia paling banyak
melakukan mujizat-mujizat-Nya: Celakalah engkau Khorazim! Celakalah engkau
Betsaida! Karena jika di Tirus dan di Sidon terjadi mujizat-mujizat yang telah
terjadi di tengah-tengah kamu, sudah lama mereka bertobat dan berkabung. Tetapi
Aku berkata kepadamu: Pada hari penghakiman, tanggungan Tirus dan Sidon akan
lebih ringan dari pada tanggunganmu. Dan engkau Kapernaum, apakah engkau akan
dinaikkan sampai ke langit? Tidak, engkau akan diturunkan sampai ke dunia orang
mati! Karena jika di Sodom terjadi mujizat-mujizat yang telah terjadi di
tengah-tengah kamu, kota itu tentu masih berdiri sampai hari ini. Tetapi Aku
berkata kepadamu: Pada hari penghakiman, tanggungan negeri Sodom akan lebih
ringan dari pada tanggunganmu."
Dengan
demikian secara kokoh dan definitif, menerima Yesus adalah kehendak absolut Allah, sehingga sebuah penerimaan tanpa
menyembut Yesus sebagaimana yang dikehendaki-Nya jelas akan mendatangkan sebuah
kecaman yang membinasakan.
Momen pemberitaan
injil justru dapat terjadi dalam peristiwa penyambutan-penyambutan semacam ini.
Keselamatan dari Allah tetap berlangsung
sementara para domba harus bertahan hingga kesudahannya. Ini juga yang
memastikan pemberitaan Injil dapat sampai ke ujung-ujung dunia ini, bahkan di
tempat-tempat persembunyian yang begitu tertutup. Lazimnya keadaan-keadaan
kegentingan yang begitu membahayakan.
Disini kita telah
melihat secara jelas sebuah
ketakberpisahan antara bertahan hingga kesudahannya agar
mendapatkan hidup dengan pemberitaan injil harus terjadi dahulu, baru
kesudahannya tiba. Dapat terjadi, dalam momen-momen semacam itu,
hati-hati para manusia terkeras yang
selama bertahun atau berpuluh tahun menolak Injil Kerajaan Sorga, justru
dilembutkan dan dihancurkan dalam momen-momen yang begitu tragis namun
mempertemukan kepada banyak orang yang tak menerima Injil dengan para
pemberitan injil Kerajaan Sorga yang disambutnya. Menerima injil-Nya karena
menyambut atau memberikan air sejuk secangkirpun, kepada para murid-Nya yang
dalam penderitaan karena nama-Nya.
Tak terelakan bahkan
hingga tibanya kesudahan itu, pemberitaan Injil Kerajaan Sorga/Yesus Kristus
harus berlangsung. Itu sendiri telah menunjukan
bahwa tak pernah ada sama sekali keselamatan di luar Kristen dan di luar
Kristus, sebagaimana yang diajarkan oleh pendeta Dr. Erastus Sabdono pada "Keselamatan Di Luar Kristen (Pelajaran 05)." Bahkan kepada mereka yang menyambut Kristus dalam cara yang penuh risiko sementara belum mengakui keilahian-Nya, telah menjadi peristiwa yang menunjukan perjumpaan iman kepada Kristus yang paling murni dan otentik saat orang Kristen yang disambutnya sementara dalam masa genting.
Jadi maukah anda
bertahan hingga kesudahan-Nya? Maukah anda memikul salib dan mengikut-Nya?
Maukah anda memberitakan injil dalam segala keadaan, termasuk berangkali
menjelang akhir hidupmu, sebab sangat mungkin itu menjadi momen bagi seseorang
untuk menerima baik Anak dan Bapa.
Bersambung ke bagian 5N
AMIN
Segala
Pujian Hanya Kepada TUHAN
The
cross
transforms
present criteria of relevance: present criteria of relevance do not transform
the cross
[dari
seorang teolog yang saya lupa namanya]
No comments:
Post a Comment