Pages

13 April 2016

Peristiwa-Peristiwa Mulia Ketika Sang Mesias Telah Bangkit:

Oleh: Martin Simamora

“Aku” Diantara Kemuliaan Sorga & Kegelapan Dunia, Akankah Aku Memeluk dan Menyembah-Nya?
Kisah Mulia Kedua Di Hari Itu
[Refleksi]



Bacalah lebih dulu: Kisah Mulia Pertama Di Hari Itu

Para perempuan itu pada akhirnya memberitahukan kepada para murid-Nya sebagaimana yang diperintahkan oleh malaikat dan juga Yesus Kristus yang telah bangkit, namun sebagaimana para perempuan itu sebelumnya yang datang dengan membawa rempah-rempah untuk merempahi mayat Yesus, datang dalam kepupusan iman hingga tak berdaya, pun demikian respon mereka pada kabar  yang seharusnya menyukakan itu sebab, jika mereka ingat dan mereka memahaminya pada saat itu, mereka niscaya mengantisipasi janji Sang Mesias bahwa ia akan bangkit pada  hari ketiga. Maka beginilah situasinya:

Lukas 24:9,11 Dan setelah mereka kembali dari kubur, mereka menceriterakan semuanya itu kepada kesebelas murid dan kepada semua saudara yang lain. Tetapi bagi mereka perkataan-perkataan itu seakan-akan omong kosong dan mereka tidak percaya kepada perempuan-perempuan itu.


Tidak tersimpan sama sekali di dalam benak mereka, pengajaran Yesus bahwa ia pada akhirnya akan bangkit pada hari yang ketiga (Matius 20:17-19;Markus 10:32-34; Lukas 18:31-34). Apapun juga dan bagaimanapun juga, pengajaran ini bahkan ketika disampaikan oleh Yesus sendiri bukanlah sebuah konsumsi yang dapat dimakan penuh kenikmatan oleh kekuatan jiwa-jiwa manusia, dan inilah yang terjadi sekalipun diajarkan: Akan tetapi mereka sama sekali tidak mengerti semuanya itu; arti perkataan itu tersembunyi bagi mereka dan mereka tidak tahu apa yang dimaksudkan- Lukas 18:34. Sehingga bagi mereka, kabar suka dari para perempuan itu seakan-akan omong kosong, mereka  tak percaya kepada perempuan-perempuan itu, sebab memang fakta kebangkitan Yesus adalah sebuah peristiwa tersembunyi bagi jiwa mereka. Walau demikian, kabar itu tetaplah magnet yang begitu besar bagi Petrus dan bergegas pergi ke kubur Yesus untuk membuktikan kebenarannya, dan  yang dilihatnya hanya kain kapan saja. Ia kemudian meninggalkan kubur dalam kebingungan. Tak ada malaikat yang menampakan diri dan tak ada Yesus yang menampakan diri kepadanya, dan tak juga ia tahu kemanakah harus mencari Yesus, sebab memang Yesus setelah kebangkitannya tak segera bersama-sama dengan mereka seperti sebelumnya. Hingga  pada malam di hari itu, yang akan kita lihat setelah kisah mulia kedua ini:   


Sementara Petrus hanya melihat kain kapan saja yang tergeletak di dalam kubur, tanpa malaikat  yang menampakan diri kepadanya untuk menyampaikan pesan, berangkali, atau Yesus sendiri, pada hari itu di tempat lain, Yesus malah menampakan diri pada dua murid yang sedang melakukan perjalanan. Perjalanan yang dibebani dengan tragedi yang tak terpahami dan begitu disesalkan, mari perhatikan hal ini:

Lukas 24:13-14,18 Pada hari itu juga dua orang dari murid-murid Yesus pergi ke sebuah kampung bernama Emaus, yang terletak kira-kira tujuh mil jauhnya dari Yerusalem, dan mereka bercakap-cakap tentang segala sesuatu yang telah terjadi… (18) Seorang dari mereka, namanya Kleopas…


Ini kisah 2 orang murid Yesus yang sedang melakukan perjalanan dari  Yerusalem ke sebuah kampung bernama Emaus, sambil asik berbincang-bincang mengenai segala sesuatu yang telah menimpa orang yang sangat mereka kasihi dan sangat mereka andalkan, Yesus Sang Mesias/Kristus.


Ditengah-tengah diskusi  atas peristiwa yang telah begitu memukul jiwa mereka, tiba-tiba saja Yesus melintas dan masuk ke tengah-tengah mereka, begitu saja terlibat dalam pembicaraan dengan mereka tanpa dapat dielakan. Perbincangan yang penuh kekecewaan terhadap Sang Kristus, kini dihadiri Dia yang  sungguh telah mengecewakan  pengharapan-pengharapan mereka:

Matius 24:15-17 Ketika mereka sedang bercakap-cakap dan bertukar pikiran, datanglah Yesus sendiri mendekati mereka, lalu berjalan bersama-sama dengan mereka. Tetapi ada sesuatu yang menghalangi mata mereka, sehingga mereka tidak dapat mengenal Dia. Yesus berkata kepada mereka: "Apakah yang kamu percakapkan sementara kamu berjalan?" Maka berhentilah mereka dengan muka muram.


Dua murid sedang begitu serius bertukar pikiran mengenai segala sesuatu yang  telah menimpa Sang Mesias dalam sebuah tragedi yang memilukan dan memukul mundur pengharapan mereka, Yesus mendatangi mereka begitu saja  namun mata mereka tak dapat mengenalinya, mereka melihat namun tak mengenalinya tepat sebagaimana apa yang telah terjadi dengan iman mereka yang tak pernah berkuasa untuk memahami bahwa Yesus harus mati. Tak memahami sebab memang peristiwa itu tersembunyi, kematian itu apa maksudnya tersembunyi, maka demikian juga dengan kebangkitan dan Yesus yang telah bangkit itu juga.


Diskusi itu kini menjadi diskusi 3 orang, 2 murid berdiskusi dengan dia yang sangat mereka kenali namun sekarang begitu sukarnya  retina mata mereka untuk mengidentifikasi  wajah dan perawakan Sang Mesias yang telah bangkit itu, telinga mereka pun sama sekali tak mengenali suaranya. Tetapi sekalipun demikian, Yesus tak menjadi kecewa, tak juga menjadi marah kepada mereka sebab ia tahu apa yang menjadikan ketakberdayaan iman mereka untuk  memeluk dan menyembah dirinya yang telah bangkit dari antara orang mati.


Kini diskusi itu telah berubah menjadi diskusi yang diselenggarakan di sepanjang perjalanan mereka dari Yerusalem menuju Emaus; pertanyaan Yesus yang tak dikenali mereka itu telah menghenyakan jiwa mereka dan menyingkapkan realita gelap jiwa mereka yang berhenti mempercayai Yesus, mereka berhenti dengan kemuraman yang tajam memancar:

Yesus berkata kepada mereka: "Apakah yang kamu percakapkan sementara kamu berjalan?" Maka berhentilah mereka dengan muka muram.


Pertanyaan Yesus telah menghentikan langkah mereka, sesaat lamanya dalam keputusasaan dihadapan Yesus  yang tak mereka kenali sama sekali.


Dan dialog itu menjadi  terang benderang yang menunjukan jiwa-jiwa mereka begitu terpukul dan remuk oleh peristiwa tragis yang menimpa dia yang begitu mereka kagumi dan menjadi sandaran pengharapan-pengharapan mereka:

Lukas 24:18-21 Seorang dari mereka, namanya Kleopas, menjawab-Nya: "Adakah Engkau satu-satunya orang asing di Yerusalem, yang tidak tahu apa yang terjadi di situ pada hari-hari belakangan ini?" Kata-Nya kepada mereka: "Apakah itu?" Jawab mereka: "Apa yang terjadi dengan Yesus orang Nazaret. Dia adalah seorang nabi, yang berkuasa dalam pekerjaan dan perkataan di hadapan Allah dan di depan seluruh bangsa kami. Tetapi imam-imam kepala dan pemimpin-pemimpin kami telah menyerahkan Dia untuk dihukum mati dan mereka telah menyalibkan-Nya. Padahal kami dahulu mengharapkan, bahwa Dialah yang datang untuk membebaskan bangsa Israel. Tetapi sementara itu telah lewat tiga hari, sejak semuanya itu terjadi.



Sekarang mereka mengisahkan kepada Yesus yang tak dapat mereka kenali mengenai Yesus yang dapat mereka kenali, sebelumnya. Bahkan ini sebuah ketakmengenalan yang begitu fatal sebab optik mata mereka yang sehat tak sanggup menggugah otak mereka untuk merangsang memori-memori dalam otak mereka akan Yesus; akan wajahnya, akan suaranya, akan gerak-geriknya, akan kasihnya, akan bagaimana ia melakukan keajaiban-keajaiban, bahkan akan semua pengajarannya yang menegaskan bahwa ia harus ke Yerusalem, untuk dibunuh dan kemudian bangkit pada hari yang ketiga. Sehingga dengan penuh kejengkelan dan  penuh rasa heran  beginilah dikatakan kepada Yesus: "Adakah Engkau satu-satunya orang asing di Yerusalem, yang tidak tahu apa yang terjadi di situ pada hari-hari belakangan ini?"


Hei… orang asing, kemanakah engkau gerangan dan darimanakah engkau ini, masakan tak tahu bahwa beberapa hari belakangan ini ada sebuah peristiwa  tragis di  Yerusalem? Yesus tak  menjadi marah dan kecewa bahwa murid-muridnya ini memang sungguh tak mengenalinya, bahkan kini menyebutnya sebagai orang asing di Yerusalem yang begitu “kuper”  atau kurang pergaulan atau tak mengikuti peristiwa-peristiwa terkini. Sebaliknya Yesus menanggapi mereka dengan berkata: “apakah itu?” Dan jawaban mereka adalah sebuah ringkasan peristiwa pilu dan tragis yang menimpa “orang asing” di hadapan mereka: “Apa yang terjadi dengan Yesus orang Nazaret. Dia adalah seorang nabi, yang berkuasa dalam pekerjaan dan perkataan di hadapan Allah dan di depan seluruh bangsa kami. Tetapi imam-imam kepala dan pemimpin-pemimpin kami telah menyerahkan Dia untuk dihukum mati dan mereka telah menyalibkan-Nya.” Mereka tak salah, dan Yesus pun tahu sekali sebab  dia sendiri yang sedang mereka ceritakan sementara mereka sama sekali tak mengenalinya.


Kepada Yesus yang tak mereka kenali, diungkapkanlah kekecewaan yang berujung pada kelumpuhan iman yang tak tersembuhkan selama-lamanya  oleh kekuatan mereka sendiri. Perhatikanlah pengakuan mereka di hadapan Kristus yang tak mereka kenali:


Lukas 24:21 Padahal kami dahulu mengharapkan, bahwa Dialah yang datang untuk membebaskan bangsa Israel. Tetapi sementara itu telah lewat tiga hari, sejak semuanya itu terjadi.


Pengharapan mereka tak berjumpa dengan realita, pikir mereka! Mereka berharap Yesus akan membebaskan Israel, tetapi kenapa harus mengalami tragedi dan malahan disampaikan oleh Sang Mesias sebagai sebuah pengajaran? Pada dasarnya ini problem semua Israel, problem semua manusia!


Sebagaimana murid-Nya, pun semua Yahudi punya problem sama terhadap Yesus:

Yohanes 12:32-33dan Aku, apabila Aku ditinggikan dari bumi, Aku akan menarik semua orang datang kepada-Ku." Ini dikatakan-Nya untuk menyatakan bagaimana caranya Ia akan mati. Lalu jawab orang banyak itu: "Kami telah mendengar dari hukum Taurat, bahwa Mesias tetap hidup selama-lamanya; bagaimana mungkin Engkau mengatakan, bahwa Anak Manusia harus ditinggikan? Siapakah Anak Manusia itu?"



Pada keseluruhan manusia di bumi ini, tak akan pernah ada yang dapat mendengar, menerima dan melihat realita itu sebagai sebuah kebenaran Ilahi sebagaimana memang dimaksudkan. Tak kecuali pada perempuan-perempuan yang datang ke kubur; tak kecuali pada Petrus, dan juga tak kecuali pada murid-murid yang sedang berdiskusi di tengah-tengah perjalanan menuju Emaus! Para murid Yesus, pada hakikatnya tak dapat mengenali Yesus sekalipun optik matanya begitu sempurna memandang pada tubuh Yesus, namun masih memanggilnya: “orang asing.” Seolah-olah segala memori di dalam otak mereka tak sedikitpun dilecutkan oleh; suara yang didengar oleh telinga dan penglihatan atas wajah dan postur tubuh Kristus oleh mata.

Mengapa? Injil Yohanes memberikan penjelasan yang benar-benar  menempatkan manusia pada sebuah bidang ketakberdayaan yang bukan saja total, mutlak, atau absolut sekalipun, namun  sebuah bidang ketakberdayaan yang dilahirkan dari ketakmampuan manusia untuk memandang Allah dengan segenap kemuliaan-Nya, sampai Allah sendiri melakukan sesuatu pada manusia itu:

Yohanes 12:37- 40Dan meskipun Yesus mengadakan begitu banyak mujizat di depan mata mereka, namun mereka tidak percaya kepada-Nya, supaya genaplah firman yang disampaikan oleh nabi Yesaya: "Tuhan, siapakah yang percaya kepada pemberitaan kami? Dan kepada siapakah tangan kekuasaan Tuhan dinyatakan?" Karena itu mereka tidak dapat percaya, sebab Yesaya telah berkata juga: Ia telah membutakan mata dan mendegilkan hati mereka, supaya mereka jangan melihat dengan mata, dan menanggap dengan hati, lalu berbalik, sehingga Aku menyembuhkan mereka.


Siapakah yang percaya kepada pemberitaan para perempuan yang telah mengunjungi kubur Yesus pagi-pagi benar? Petrus? Petrus yang begitu hebat dalam membela Yesus? dalam sebuah cara yang begitu nekat:

Matius 16:22 Tetapi Petrus menarik Yesus ke samping dan menegor Dia, katanya: "Tuhan, kiranya Allah menjauhkan hal itu! Hal itu sekali-kali takkan menimpa Engkau."

Yohanes 18:10-11Lalu Simon Petrus, yang membawa pedang, menghunus pedang itu, menetakkannya kepada hamba Imam Besar dan memutuskan telinga kanannya. Nama hamba itu Malkhus. Kata Yesus kepada Petrus: "Sarungkan pedangmu itu; bukankah Aku harus minum cawan yang diberikan Bapa kepada-Ku?"



Tidak, sebab ia pun tak percaya sekalipun para perempuan itu telah menyaksikan apa yang telah dilihat mereka? Para perempuan itu? Jelas tidak! Bukankah, sebelum malaikat menunjukan tempat mayatnya yang dibaringkan yang telah kosong dan Yesus yang mendatangi mereka sementara mereka berlari untuk mengabarkan sukacita itu, mereka membawa rempah-rempah untuk merempahi mayat Yesus?


Semua, tanpa kecuali, sekalipun murid dan sekalipun  begitu dekat dengan Yesus, sekalipun melihat begitu dekat berbagai mujizat yang diselenggarakan Yesus, sama sekali tak menjadi sumber kekuatan pada diri mereka untuk dapat beriman, membangun kehidupan iman itu, dan mempertahankan kehidupan iman itu agar tetap hidup dan tetap memuliakan Yesus. Iman mereka pada kematian Yesus telah berujung pada  rempah-rempah untuk merempahi mayat Yesus, telah berujung pada tak percaya dengan kabar suka dari para perempuan, dan  di bagian ini berujung pada tak mengenali Yesus dengan memanggilnya orang asing! Mengapa? Karena sekalipun melihat namun buta dan hati mereka didegilkan. Jika demikian, siapa yang dapat menolong manusia jika realita manusia  yang sepenuhnya didalam naungan maut [Yoh 1:5, 3:10-12,19] sehingga memang tak dapat berbuat apapun juga dengan matanya, dengan telinganya dan dengan jiwanya untuk menanggapi Yesus dan melakukan apapun yang dimaui Yesus! Sampai Yesus menyembuhkan mereka!


Bahkan, kedua murid yang sedang bertukar pikiran dengan Yesus yang mereka panggil sebagai orang asing ini melihat dengan telinga mereka kemuliaan kebangkitan Yesus yang disaksikan perempuan-perempuan yang mendatangi kubur di pagi-pagi buta itu, sebagaimana penjelasan mereka sendiri kepada Yesus:

Lukas 24:22-24 Tetapi beberapa perempuan dari kalangan kami telah mengejutkan kami: Pagi-pagi buta mereka telah pergi ke kubur, dan tidak menemukan mayat-Nya. Lalu mereka datang dengan berita, bahwa telah kelihatan kepada mereka malaikat-malaikat, yang mengatakan, bahwa Ia hidup. Dan beberapa teman kami telah pergi ke kubur itu dan mendapati, bahwa memang benar yang dikatakan perempuan-perempuan itu, tetapi Dia tidak mereka lihat."



Lihatlah, ada lebih dari 2 saksi mata baik perempuan dan laki-laki yang dengan mata kepala sendiri mendapatkan fakta yang sama, namun apakah itu membuat para murid-selain para perempuan yang telah menerima Salam dari Yesus- menjadi percaya? Tidak! Apalagi mencari! Apa yang ada dan terjadi pada 2 murid itu ketimbang bersemangat mencari dia yang dikatakan telah hidup kembali dari kematian, sebaliknya mereka dipenjara oleh rasa kecewa yang tajam karena Yesus tak seperti yang mereka harapkan, agar tak berujung pada kematian. Mereka bahkan tak sama sekali dapat mendengar dan melihat dalam kenangan kepala mereka akan perkataan Yesus aku akan bangkit pada hari yang ketiga? Sudah rusak semuakah otak para murid Yesus, kemanakah  keping memori perkataan Yesus yang menyatakan bahwa ia akan bangkit pada hari yang ketiga? Mengapakah otak mereka begitu sempurna menyimpan keping pengajaran dirinya  harus mati di Yerusalem sementara otak mereka tak sanggup menuliskan ke dalam sel-sel otak mereka sebagai memori yang sama tingginya, sama mulianya, sama pentingnya untuk disimpan, yaitu: aku akan bangkit pada hari yang ketiga, sehingga pada dasarnya Sang Mesias memang menggenapi Taurat: Mesias hidup selama-lamanya.



Oh…. wahai manusia- manusia betapa malangnya dan betapa tak berdayanya, dan lebih ironi lagi masih berdiri di hadapan Sang Mesias sebagai orang pintar dengan berkata bahwa Mesias harus hidup selama-lamanya dan tak perlu mengalami kematian yang begitu nista, padahal bodoh!

Lihatlah perkataan Yesus ini:


Lukas 24:25-26 Lalu Ia berkata kepada mereka: "Hai kamu orang bodoh, betapa lambannya hatimu, sehingga kamu tidak percaya segala sesuatu, yang telah dikatakan para nabi! Bukankah Mesias harus menderita semuanya itu untuk masuk ke dalam kemuliaan-Nya?"



Hei… siapakah dia ini? Orang asing namun memiliki pengetahuan yang begitu sempurna atas  targedi yang terjadi belakangan ini, bahkan dapat  begitu saja berkata kepada para murid Mesias ini: “hai kamu orang bodoh, betapa lambanya hatimu, sehingga kamu tidak percaya segala sesuatu, yang telah dikatakan para nabi!”



Mereka tak percaya segala sesuatu! Hanya percaya bahwa Taurat berkata Mesias hidup selama-lamanya, namun tak percaya Taurat juga berkata ia harus mati dan kemudian bangkit pada hari ketiga! Bahkan para nabi berkata demikian, mengapa kamu tak percaya. Manusia-manusia dalam naungan atau peraduan maut sungguh malang, bukan saja bodoh namun sama sekali tak berdaya untuk memeluk dan menyembah pada Sang Mesias.



Bukankah kebodohan ini adalah kebodohan yang juga masih terjadi dan mengglobal? Tepat seperti perempuan yang memberitakan injil  Yesus yang bangkit dari kematian kepada para murid-murid namun tak percaya, bukankah ini adalah fenomena yang sama? Fenomena ini hanya dapat ditanggulangi Sang Mesias jika Ia mau menyembuhkannya. Pada poin ini, Sang Mesias yang telah bangkit belum menyembuhkan kedua murid ini, sebagaimana telah dilakukannya pada perempuan-perempuan itu sehingga memeluk dan menyembahnya.



Setelah itu, kepada para murid yang disebutnya bodoh itu, ia mengajarkan mereka. Tahukah anda bahwa sebelum kematian dan sesudah kebangkitan, mengajarkan kebenaran Bapa adalah  pekerjaan Allah yang tak pernah stop dilakukannya, namun kali ini sungguh berbeda, kali ini, ia mengajarkan sebuah pengajaran yang telah digenapi secara sempurna. Kali ini ia adalah Guru Taurat yang sedang mengajarkan  apa yang telah secara sempurna digenapinya, kemuliaan pengajaran yang penuh kemuliaan melingkupi mereka:


Lukas 24:27 Lalu Ia menjelaskan kepada mereka apa yang tertulis tentang Dia dalam seluruh Kitab Suci, mulai dari kitab-kitab Musa dan segala kitab nabi-nabi.



Perhatikan! Mereka masih belum mengenali Yesus dan bagi mereka ia tetap orang asing dan bagi Yesus mereka tetaplah orang-orang bodoh untuk memahami kemuliaan pada hari itu, hari kebangkitan-Nya itu. Pada hari itu, secara khusus Yesus mengajarkan peristiwa mulia yang menjadikannya sebagai Sang Penggenap Taurat dan Kitab Para Nabi. Tak tahu berapa lama, tetapi jelas ini adalah sebuah pengajaran yang begitu panjang dan begitu sempurna sebab datang dari Sang Mesias yang telah melalui kematian dan dunia kubur dalam kuasa penaklukan yang begitu mulia. Siapakah yang tak akan terpesona, jiwanya, walau belum mengenalinya. Ah… betapa sukarnya mengenalinya sekalipun  ia mempesona jiwaku dan sekalipun jiwa ini   berjuang menahannya untuk tak pergi meninggalkannya:


Lukas 24:28-29 Mereka mendekati kampung yang mereka tuju, lalu Ia berbuat seolah-olah hendak meneruskan perjalanan-Nya. Tetapi mereka sangat mendesak-Nya, katanya: "Tinggallah bersama-sama dengan kami, sebab hari telah menjelang malam dan matahari hampir terbenam." Lalu masuklah Ia untuk tinggal bersama-sama dengan mereka.


Mereka belum sampai  di Emaus, namun mereka memutuskan untuk berhenti  dahulu di sebuah tempat yang tak jauh dari Emaus, karena hari menjelang malam dan matahari hampir terbenam. Dan orang asing itu bersedia.



Tetapi Yesus tak membiarkan domba-dombanya buta lebih lama lagi, sebab, bukankah ia pernah berkata bahwa ia mati bagi sahabat-sahabatnya? Sebab ia pernah berkata: Tidak ada kasih yang lebih besar dari pada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya- Yohanes 15:13.



Jenis kasih yang tak dapat anda tandingi bagaimanapun juga bagi siapapun manusia sebab pada kasih yang Yesus sedang maksudkan, ada kuasa  yang berdaulat atas pemberian nyawa, yaitu nyawanya sendiri kepada Bapa yang tak dapat anda  dan saya hasilkan. Sebuah kematian yang memiliki perjalanan pasti yang telah ditetapkan dan diajarkannya sendiri: pada hari ketiga aku akan bangkit. Sehingga, kini orang asing itu menjamu mereka dalam sebuah cara yang akan menyembuhkan mereka:

Lukas 24:30-31 Waktu Ia duduk makan dengan mereka, Ia mengambil roti, mengucap berkat, lalu memecah-mecahkannya dan memberikannya kepada mereka. Ketika itu terbukalah mata mereka dan merekapun mengenal Dia, tetapi Ia lenyap dari tengah-tengah mereka.


Betapa mahalnya untuk dapat memandang Yesus tanpa sebuah kebutaan akibat dosa dan betapa tak mungkinnya aku untuk mengenali  siapakah Dia sebagaimana dimaui Bapa kalau bukan Dia sendiri yang memilih untuk  berada di dalam diriku:

Yohanes 6:51,53-56 Akulah roti hidup yang telah turun dari sorga. Jikalau seorang makan dari roti ini, ia akan hidup selama-lamanya, dan roti yang Kuberikan itu ialah daging-Ku, yang akan Kuberikan untuk hidup dunia."…  (53) Maka kata Yesus kepada mereka: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jikalau kamu tidak makan daging Anak Manusia dan minum darah-Nya, kamu tidak mempunyai hidup di dalam dirimu.(54) Barangsiapa makan daging-Ku dan minum darah-Ku, ia mempunyai hidup yang kekal dan Aku akan membangkitkan dia pada akhir zaman. Sebab daging-Ku adalah benar-benar makanan dan darah-Ku adalah benar-benar minuman. Barangsiapa makan daging-Ku dan minum darah-Ku, ia tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia.


Lukas 22:15- Kata-Nya kepada mereka: "Aku sangat rindu makan Paskah ini bersama-sama dengan kamu, sebelum Aku menderita. Sebab Aku berkata kepadamu: Aku tidak akan memakannya lagi sampai ia beroleh kegenapannya dalam Kerajaan Allah." Kemudian Ia mengambil sebuah cawan, mengucap syukur, lalu berkata: "Ambillah ini dan bagikanlah di antara kamu. Sebab Aku berkata kepada kamu: mulai dari sekarang ini Aku tidak akan minum lagi hasil pokok anggur sampai Kerajaan Allah telah datang." Lalu Ia mengambil roti, mengucap syukur, memecah-mecahkannya dan memberikannya kepada mereka, kata-Nya: "Inilah tubuh-Ku yang diserahkan bagi kamu; perbuatlah ini menjadi peringatan akan Aku."


Apa yang begitu istimewa dan spesial dalam perjalanan menuju Emaus dan apa yang begitu mulia  dan terjadi jauh dari Yerusalem dan dekat dengan sebuah kampung yang mendadak begitu terkenal hingga kini di dalam Alkitab adalah tindakan Yesus didepan 2 orang murid yang memanggilnya orang asing,  duduk  bersama mereka sambil mengambil roti lalu mengucapkan berkat, lalu memecah-memecahkannya dan memberikannya! [tindakan ini sendiri bukanlah sebuah perjamuan sebagaimana yang dimaksudkan Yesus, namun tindakan Yesus: "mengambil roti lalu mengucapkan berkat, lalu memecah-memecahkannya dan memberikannya” telah secara unik dan membangkitkan kenangan akan perbuatan yang telah dilakukan Yesus- tindakan itu sendiri membukakan pada benak mereka pengenalan akan Sang Mesias] Ia baru saja menggenapi  janjinya bahwa Ia mati bagi para sahabat-sahabat-Nya sebagai sebuah tindakan kasih yang tak ada lebih besar daripada ini; ia baru saja mempersembahkan tubuhnya kepada para murid-Nya; ia baru saja memberikan kehidupan yang menaklukan maut dan kuasa kubur kepada mereka; ia baru saja memindahkan mereka dari kekuasaan maut ke dalam terang-Nya yang ajaib yang memberikan kehidupan kekal bersama-Nya dan Bapa.



Apakah yang dihasilkan oleh tindakan Yesus itu?




Dikatakan: ketika itu terbukalah mata mereka dan mereka pun mengenali Dia! Hanya oleh tindakan Anak saja maka seseorang dapat mengenali siapakah Anak sebagaimana Bapa mengenalinya, sebuah otentikasi yang begitu mahal lagi mulia akan sebuah kejadian yang begitu janggal dan begitu keras untuk dipahami:


Matius 11:25-27 Pada waktu itu berkatalah Yesus: "Aku bersyukur kepada-Mu, Bapa, Tuhan langit dan bumi, karena semuanya itu Engkau sembunyikan bagi orang bijak dan orang pandai, tetapi Engkau nyatakan kepada orang kecil. Ya Bapa, itulah yang berkenan kepada-Mu. Semua telah diserahkan kepada-Ku oleh Bapa-Ku dan tidak seorangpun mengenal Anak selain Bapa, dan tidak seorangpun mengenal Bapa selain Anak dan orang yang kepadanya Anak itu berkenan menyatakannya.


Beriman bukan sekedar mengenal Kristus, tetapi mengenal siapakah Anak sebagaimana Bapa satu-satunya mengenali Anak. Lihatlah bahwa kebutaan manusia dalam memandang Yesus bukan karena lemahnya optik pada mataku dan anda, tetapi karena mengenal dia berpatok sebagaimana Bapa mengenal Anak di sorga! Jika demikian, siapakah yang tak akan buta dan tak akan tuli dan tak akan bodoh! Semua buta, semua tuli dan semua bodoh, tanpa Allah menyembuhkan saya dan anda dengan cara memberikan tubuhnya kepada saya dan anda sebagai sebuah tindakan Allah menebus anda dari kuasa kematian dengan  kehidupannya yang berkuasa atas maut! Maka siapakah yang akan berdaya atau dapat melepaskan diri dari ketakberdayaan yang memastikan maut sebagai pemerintahmu!


Dan setelah mereka dapat mengenali siapakah Yesus, maka inilah yang terjadi:

Lukas 24:31-32 tetapi Ia lenyap dari tengah-tengah mereka. Kata mereka seorang kepada yang lain: "Bukankah hati kita berkobar-kobar, ketika Ia berbicara dengan kita di tengah jalan dan ketika Ia menerangkan Kitab Suci kepada kita?"


Sang Mesias lenyap dari tengah-tengah mereka, namun kini mereka tak lagi gusar, frustrasi dan muram! Kini kehidupan dari Allah memerintah atas mereka sebab kemustahilan untuk  beriman pada kematian dan kebangkitan sebagai sebuah kehendak Allah telah dilepaskan dan kelegaan jiwa telah mereka terima dalam sebuah pengenalan akan dia yang sempurna tanpa perbantahan pada setiap kata-Nya: “Bukankah hati kita berkobar-kobar, ketika ia berbicara dengan kita di tengah jalan dan ketika ia menerangkan Kitab Suci kepada kita?


Bagaimana dengan anda, wahai para pembacaku yang budiman? Adakah anda percaya dengan apa yang kusampaikan ini? Adakah  hati anda berkobar-kobar membaca kembali kesaksian ini? Andaikata ya, saya percaya Ia yang memulainya akan membawa dan menuntun anda kepada kesempurnaan pengenalan akan Sang Mesias Tuhan dan Juruselamat, sebagaimana Bapa mengenali-Nya.


Ia dengan tindakannya memecahkan  roti dan membagikannya kepada mereka, telah menjadi momentum bagi mereka untuk menggenapi perintah Yesus ini: perbuatlah ini menjadi peringatan akan daku! Dan inilah yang menjadi sentral pemberitaan injil kepada semua orang dari segala bangsa itu.



Peristiwa itulah yang menjadi sentral pemberitaan injil oleh  2 orang tersebut:

Lukas 24:35 Lalu kedua orang itupun menceriterakan apa yang terjadi di tengah jalan dan bagaimana mereka mengenal Dia pada waktu Ia memecah-mecahkan roti.





Segala Pujian Hanya Bagi Tuhan


No comments:

Post a Comment