Pages

29 February 2016

Kematian-Nya Dituliskan Untuk Dimuliakan

Oleh: Martin Simamora

Kematian-Nya Dituliskan Untuk Dimuliakan
(Refleksi)

Sama seperti “Tidak ada seorangpun yang telah naik ke sorga, selain dari pada Dia yang telah turun dari sorga, yaitu Anak Manusia- Yohanes 3:13,” maka juga Yesus  satu-satunya manusia yang pernah masuk ke dalam dunia maut-mengalami kematian sejati untuk kemudian mengalami kebangkitan kembali [ Ibrani menggambarkannya demikian: “..maka Ia juga menjadi sama dengan mereka dan mendapat bagian dalam keadaan mereka, supaya oleh kematian-Nya Ia memusnahkan dia, yaitu Iblis, yang berkuasa atas maut; dan supaya dengan jalan demikian Ia membebaskan mereka yang seumur hidupnya berada dalam perhambaan oleh karena takutnya kepada maut-Ibrani 2:14-15]. Bahkan Yesus sendiri menyajikan kematiannya yang demikian sebagai sebuah pengajaran yang begitu hakiki dan menjadi tujuan kedatangannya ke dunia: “Ia berkata kepada mereka: "Anak Manusia akan diserahkan ke dalam tangan manusia, dan mereka akan membunuh Dia, dan tiga hari sesudah Ia dibunuh Ia akan bangkit- Mark 9:31.” Ini bagi siapapun, tak hanya dahulu kala namun kini, akan begitu sukar untuk dimengerti: “Mereka tidak mengerti perkataan itu, namun segan menanyakannya kepada-Nya- Mark 9:32” [ didalam catatan Injil Lukas pemberitaan kematian dirinya ditekankan sebagai hal yang tak boleh diperlakukan sambil lalu atau angin lalu saja oleh para murid-murid-Nya, harus mengendap dan tinggal tetap pada permukaan gendang telinga mereka dan pikiran mereka: “Dengarlah dan camkanlah segala perkataan-Ku ini: Anak Manusia akan diserahkan ke dalam tangan manusia-Luk 9:44, namun sekalipun begitu, merupakan hal yang begitu jauh untuk diselami pikiran manusia walau terpatri  pada permukaan gendang telinga mereka: “Mereka tidak mengerti perkataan itu, sebab artinya tersembunyi bagi mereka, sehingga mereka tidak dapat memahaminya. Dan mereka tidak berani menanyakan arti perkataan itu kepada-Nya”-Luk 9:45. Hal ini terjadi karena apa sesungguhnya yang terjadi masih merupakan hal yang tertutup bagi mereka-semua manusia].


Ini bukanlah pengajaran rahasia, sebab dalam cara yang berbeda namun kokoh, pun dikemukakan oleh Yesus dihadapan publik:
▌Yohanes 2:18-21 Orang-orang Yahudi menantang Yesus, katanya: "Tanda apakah dapat Engkau tunjukkan kepada kami, bahwa Engkau berhak bertindak demikian?" Jawab Yesus kepada mereka: "Rombak Bait Allah ini, dan dalam tiga hari Aku akan mendirikannya kembali." Lalu kata orang Yahudi kepada-Nya: "Empat puluh enam tahun orang mendirikan Bait Allah ini dan Engkau dapat membangunnya dalam tiga hari?" Tetapi yang dimaksudkan-Nya dengan Bait Allah ialah tubuh-Nya sendiri.

▌Lukas 17:25 Tetapi Ia harus menanggung banyak penderitaan dahulu dan ditolak oleh angkatan ini.


Pada Lukas 17 kepada orang-orang di luar murid-murid-Nya, Yesus bahkan menyingkapkan bahwa penderitaan, kematian dan kebangkitannya adalah hal yang sangat menentukan terkait penggenapan rencana keselamatan manusia dari Allah secara utuh:

▌Lukas 17:24 Sebab sama seperti kilat memancar dari ujung langit yang satu ke ujung langit yang lain, demikian pulalah kelak halnya Anak Manusia pada hari kedatangan-Nya


Tidak ada kedatangan Anak Manusia untuk penghakiman [Lukas 17:26-30] dunia ini, tanpa terlebih dahulu Anak Manusia itu harus menanggung banyak penderitaan. Tak ada dasar sama sekali untuk pengajaran yang menyatakan kematian Kristus sebagai karya Allah menyelamatkan manusia sebagai “program” tambahan atau pelengkap belaka. Ini adalah pengajaran yang begitu menista apa yang dikehendaki Allah di dalam dan dikerjakan pada Yesus Kristus: “Betapa lebih beratnya hukuman yang harus dijatuhkan atas dia, yang menginjak-injak Anak Allah, yang menganggap najis darah perjanjian yang menguduskannya, dan yang menghina Roh kasih karunia?- Ibrani 10:29,” memang pengajarannya terlihat santun sekali sebab hanya menyatakan “ pengorbanan Yesus di salib hanyalah pelengkap saja,” tetapi ini adalah penghinaan sebab Ibrani menyatakan kemuliaan agung pada pengorbanan Yesus di kayu salib dalam sebuah ekpresi yang divinitas.

▌Matius 12:38-41 Pada waktu itu berkatalah beberapa ahli Taurat dan orang Farisi kepada Yesus: "Guru, kami ingin melihat suatu tanda dari pada-Mu." Tetapi jawab-Nya kepada mereka: "Angkatan yang jahat dan tidak setia ini menuntut suatu tanda. Tetapi kepada mereka tidak akan diberikan tanda selain tanda nabi Yunus. Sebab seperti Yunus tinggal di dalam perut ikan tiga hari tiga malam, demikian juga Anak Manusia akan tinggal di dalam rahim bumi tiga hari tiga malam. Pada waktu penghakiman, orang-orang Niniwe akan bangkit bersama angkatan ini dan menghukumnya juga. Sebab orang-orang Niniwe itu bertobat setelah mendengar pemberitaan Yunus, dan sesungguhnya yang ada di sini lebih dari pada Yunus!


Pada  Matius 12:38-41 Yesus, kepada orang banyak, menunjukan bahwa kematiannya yang akan berujung kepada kebangkitan merupakan hal yang telah digambarkan atau dituliskan sebagai sebuah kehendak atau ketetapan Allah melalui apa yang terjadi dan dialami oleh nabi Yunus, dengan berkata “Sebab seperti Yunus tinggal dalam perut ikan tiga hari tiga malam, demikian juga Anak Manusia akan tinggal di dalam rahim bumi tiga hari tiga malam.” Ini tak bermaksud menunjukan pada kesamaan pada manusia Yunus dan manusia Yesus-bahwa Yesus pada dasarnya manusia belaka yang takluk pada perbudakan kematian dan tak berkuasa atas kehidupannya, bukan seperti itu. Apakah dasarnya? Yesus sendiri menegaskan bahwa kesamaan yang dimaksud adalah tinggal tiga hari tiga malam dalam makna meninggalkan kehidupan dunia ini dalam sebuah peristiwa yang mematikan atau dapat mendatangkan maut, bukan kemanusiaan dirinya dengan kemanusiaan Yunus: “sesungguhnya yang ada di sini lebih dari pada Yunus!” Namun jelas  tak dipahami oleh para pendengarnya apakah yang  dimaksudnya dengan lebih dari pada Yunus, namun jelas terkait apa yang dapat dilakukan oleh Yesus dan tak dapat dilakukan oleh Yunus sekalipun ia pun lepas atau keluar dari peristiwa berisiko maut yang begitu tinggi dalam hidupnya. Harus dicamkan, tak hendak menyatakan bahwa kemanusiaan Yesus sungguh berbeda daripada manusia-manusia lainnya pada kematian yang dapat menimpa dirinya, sebab Yesus sendiri mengatakan apa yang dapat dilakukan oleh manusia-manusia lain terhadap dirinya: “mereka akan membunuh dia” dan ini menghasilkan kematian yang sejati sebab inilah yang sukses dan gemilang akan dilaluinya: “dan tiga hari sesudah Ia dibunuh Ia akan bangkit.


Anak Manusia, demikianlah Yesus menyebutkan dirinya. Ini memang hendak menunjukan kemanusiaannya yang sungguh-sungguh, yang sungguh-sungguh  dapat mengalami kematian namun tak dapat disandera atau ditawan oleh kematian itu sendiri, sebaliknya berkuasa atas kematian didalam kematian yang membunuh dirinya. Sehingga pada puncaknya Anak Manusia memang tak dapat dilekatkan pada manusia-manusia lainnya oleh sebab kemanusiaan Yesus  sekalipun dapat dinasakan, dirombak/dihancurkan, didera berbagai bentuk penderitaan tak membinasakan sama sekali Sang Kristus itu sendiri. Perhatikan hal semacam ini memang Yesus sendiri yang mengatakan atau lebih tepatnya mengajarkannya:

▌Yohanes 2:19-21 Jawab Yesus kepada mereka: "Rombak Bait Allah ini, dan dalam tiga hari Aku akan mendirikannya kembali." Lalu kata orang Yahudi kepada-Nya: "Empat puluh enam tahun orang mendirikan Bait Allah ini dan Engkau dapat membangunnya dalam tiga hari?" Tetapi yang dimaksudkan-Nya dengan Bait Allah ialah tubuh-Nya sendiri.


Rombak atau hancurkan atau bumiratakan bangunan bait Allah, itu yang sedang dimaksudkan Kristus adalah tubuhnya sendiri. Yesus sedang membicarakan kematiannya yang memang otentik: “Rombak [hancurkan] bait Allah,” ini membicarakan apa yang memang benar-benar dapat dihancurkan sehingga tidak ada lagi keberadaanya, perombakan atau penghancuran memang bermakna hurufiah, yang tidak hurufiah adalah apakah yang sedang dimaksudkannya kala ia menyebutkan “Bait Allah.” Aku akan mendirikannya kembali, berbicara mengenai kuasa yang dimilikinya atas penghancuran yang menimpa dirinya, bahwa ia sendiri  memiliki kuasa kehidupan pada dirinya sendiri mengatasi kuasa maut [“Sebab sama seperti Bapa mempunyai hidup dalam diri-Nya sendiri, demikian juga diberikan-Nya Anak mempunyai hidup dalam diri-Nya sendiri- Yoh 5:26; “Bapa mengasihi Aku, oleh karena Aku memberikan nyawa-Ku untuk menerimanya kembali. Tidak seorangpun mengambilnya dari pada-Ku, melainkan Aku memberikannya menurut kehendak-Ku sendiri. Aku berkuasa memberikannya dan berkuasa mengambilnya kembali. Inilah tugas yang Kuterima dari Bapa-Ku"- Yoh 10:17-18].


Allah tak dapat mati, namun Ia sebagai Anak Manusia dapat mati. Ini adalah sebuah perendahan yang hingga membuatnya tak lagi menampakan apa yang sejatinya dimilikinya sebagai kepunyaannya sendiri:

▌Filipi 2:6-8 yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia. Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib.


Filipi memberikan gambaran teramat tajam. Pertama dinyatakan siapakah Yesus sejatinya: bahwa ia memiliki kesetaraan dengan Allah, ia memilikinya; kedua dinyatakan:  kesetaraan dirinya dengan Allah itu tidak dipertahankan. Dalam hal bagaimana itu tak dipertahankan? Bahwa Ia mengambil rupa seorang hamba. Ini bukan sebuah kemanusiaan dengan tubuh daging yang berbeda dengan manusia-manusia dunia ini, tidak! Sebab dikatakan: “menjadi sama dengan manusia.” Tetapi menjadi sama dengan manusia saja bukan itu tujuannya! Lalu apa? Bahwa sekalipun ia telah membuat kesetaraannya tak lagi dipertahankan dalam sebuah perendahan yang begitu membuatnya termata kusam, ia dalam kedaannya yang manusia itu harus lagi merendahkan dirinya. Bagaimana? Bahwa ia sebagai manusia harus taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib. Di sinilah Allah masuk ke dalam kekelaman dan ketakberdayaan manusia secara sempurna, dan juga secara sempurna mengalami kemenangan atas ketakberdayaan manusia, yaitu: “taat sampai mati.” Tahukah anda taat sampai mati di sini, bukan dalam relasi yang tak tahu menahu, tetapi saling mengetahui antara Bapa dan Anak sebab dikatakan dalam epistle Filipi: Ia melakukannya dalam rupa Allah yang tak dipertahankannya dengan cara mengambil rupa seorang hamba. Anak Manusia? Inilah Anak Manusia itu, bukan sebagaimana manusia-manusia lainnya; itu sebabnya dikatakan Ia datang dari sorga. Epistel Ibrani pun dalam cara yang tajam menyatakannya:

▌Ibrani 10:5  Karena itu ketika Ia masuk ke dunia, Ia berkata: "Korban dan persembahan tidak Engkau kehendaki--tetapi Engkau telah menyediakan tubuh bagiku

Pada hakikatnya Yesus adalah Ia yang setara dengan Allah. Injil Yohanes, sebagaimana sudah sangat dikenal, begini menyatakannya: “Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah. Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita”- Yohanes 1:1,14.


Pengosongan yang dinyatakan epistel Filipi adalah tindakan yang dikehendaki oleh Allah dan diwujudkan oleh Sang Firman dengan cara masuk ke dalam dunia ini  dan membuat dirinya sedemikian rupa menjadi teramat kusam sehingga tak sama sekali terpancar kemuliaan kesetaraan dirinya dengan Allah itu- ini adalah konsekuensi alami dari mengambil rupa manusia yang memang otentik:

▌Ibrani 2:14 Karena anak-anak itu adalah anak-anak dari darah dan daging, maka Ia juga menjadi sama dengan mereka dan mendapat bagian dalam keadaan mereka


[sekalipun demikian, kemuliaannya tetap tak dapat tersembunyi sama sekali yang menunjukan bahwa ia adalah Anak Manusia yang datang dari sorga: “Sebab Imam Besar yang kita punya, bukanlah imam besar yang tidak dapat turut merasakan kelemahan-kelemahan kita, sebaliknya sama dengan kita, Ia telah dicobai, hanya tidak berbuat dosa”- Ibrani 4:15; “Sebab Imam Besar yang demikianlah yang kita perlukan: yaitu yang saleh, tanpa salah, tanpa noda, yang terpisah dari orang-orang berdosa dan lebih tinggi dari pada tingkat-tingkat sorga, yang tidak seperti imam-imam besar lain, yang setiap hari harus mempersembahkan korban untuk dosanya sendiri dan sesudah itu barulah untuk dosa umatnya, sebab hal itu telah dilakukan-Nya satu kali untuk selama-lamanya, ketika Ia mempersembahkan diri-Nya sendiri sebagai korban- Ibrani 7:26-27]

Sehingga sangat alami bagi Yesus Anak Manusia terlihat begitu manusia dalam ekspresi-ekspresinya dengan Bapa, seperti:


▌ “sebab Bapa lebih besar dari pada Aku” – Yohanes 14:28


▌ “Sebab Aku telah turun dari sorga bukan untuk melakukan kehendak-Ku, tetapi untuk melakukan kehendak Dia yang telah mengutus Aku”-Yohanes 6:38


▌Sebab Aku berkata-kata bukan dari diri-Ku sendiri, tetapi Bapa, yang mengutus Aku, Dialah yang memerintahkan Aku untuk mengatakan apa yang harus Aku katakan dan Aku sampaikan- Yohanes 12:49


▌Matius 24:36 Tetapi tentang hari dan saat itu tidak seorangpun yang tahu, malaikat-malaikat di sorga tidak, dan Anakpun tidak, hanya Bapa sendiri."


Dan ada banyak lagi hal-hal lain semacam ini, yang memang menunjukan apa yang disebutkan dalam epistel Filipi sebagai “tak mempertahankan kesetaraannya dengan Allah yang dimilikinya, namun mengambil rupa seorang hamba, menjadi sama dengan manusia.”Dan itu bukan sebuah kemanusiaan semu, itu sejati dalam kehakikatannya dihadapan Allah, sehingga ia pun dalam perendahan yang tak dapat kita bayangkan dalam kesempurnaan bagaimana kerjanya, maka ia bukan melakukan kehendaknya tetapi Bapa sebab memang tak ada satupun manusia dapat melakukan apa maunya dan menjadi kehendak Allah juga. Itu sebabnya Yesus memang menjadi teladan bagi kita di dunia ini  untuk hidup bagi dan hanya untuk Bapa, sebagai abdi yang melayani penuh ketaatan. Sebuah pengosongan yang pada hakikatnya memberi takhta diri kepada Allah untuk diduduki Bapa- “Ia tak mempertahankan kesetaraannya dengan Allah.”


Sehingga dengan demikian, apakah kehakikatan Yesus pada dasarnya lebih rendah atau sedikit lebih rendah daripada Allah? Tidak sama sekali! Apakah dasarnya? Perhatikan kesaksian divinitas epistle Ibrani berikut ini:

▌Ibrani 2:7  Namun Engkau telah membuatnya untuk waktu yang singkat sedikit lebih rendah dari pada malaikat-malaikat, dan telah memahkotainya dengan kemuliaan dan hormat


Perhatikan, kesejatian kemanusiaan Yesus di sini diekspresikan  tajam oleh: “sedikit lebih rendah dari pada malaikat-malaikat.” Menyatakan betapa kusamnya “Ia yang tak lagi mempertahankan kesetaraannya dengan Allah” sampai-sampai bahkan kecemerlangan cahaya malaikat tak akan dijumpai sama sekali padanya dalam kesehariannya. Sebab memang Ia sungguh-sungguh darah dan daging [Ibrani 2:14]. Bukankah dalam kemuliaan kebangkitannya dari kematian, ia menegaskan “Ia yang tak mempertahankan kesetaraannya dengan Allah, mengambil rupa seorang hamba?” Perhatikan ini:

▌Lukas 24:36-40 Dan sementara mereka bercakap-cakap tentang hal-hal itu, Yesus tiba-tiba berdiri di tengah-tengah mereka dan berkata kepada mereka: "Damai sejahtera bagi kamu!" Dan sementara mereka bercakap-cakap tentang hal-hal itu, Yesus tiba-tiba berdiri di tengah-tengah mereka dan berkata kepada mereka: "Damai sejahtera bagi kamu!" Akan tetapi Ia berkata kepada mereka: "Mengapa kamu terkejut dan apa sebabnya timbul keragu-raguan di dalam hati kamu? Lihatlah tangan-Ku dan kaki-Ku: Aku sendirilah ini; rabalah Aku dan lihatlah, karena hantu tidak ada daging dan tulangnya, seperti yang kamu lihat ada pada-Ku." Sambil berkata demikian, Ia memperlihatkan tangan dan kaki-Nya kepada mereka.


Sehingga jelas, bahwa perendahan semacam ini bukanlah kepermanenan dan bukan mendefinisikan kesejatian Yesus lebih rendah daripada Bapa- pada hakikat keilahian Kristus didalam kemanusiaan sejatinya! Hal-hal semacam ini memang harus dipandang sebagai sepasang tindakan perendahan oleh Bapa dan tindakan Anak Allah yang tak mempertahankan kesetaraannya dengan Allah dalam misinya melakukan kehendak Bapa untuk taat sampai mati, sampai mati di kayu salib [ini bukan ketaatan manusiawi belaka sekalipun ia datang dalam rupa manusia, sebab ketaatan yang dilakukan Yesus ini mengandung kekuasaan yang dimilikinya untuk mengalami kematian dan didalam kematian itu ia menaklukan kuasa maut- jadi ia datang kedalam dunia ini menjadi manusia yang sama seperti kita, bukanlah titik stop atau "stop-point" kemuliaannya, karena "stop-point" kemuliaannya adalah ini: “Namun Engkau telah membuatnya untuk waktu yang singkat sedikit lebih rendah dari pada malaikat-malaikat, dan telah memahkotainya dengan kemuliaan dan hormat, segala sesuatu telah Engkau taklukkan di bawah kaki-Nya." Sebab dalam menaklukkan segala sesuatu kepada-Nya, tidak ada suatupun yang Ia kecualikan, yang tidak takluk kepada-Nya. Tetapi sekarang ini belum kita lihat, bahwa segala sesuatu telah ditaklukkan kepada-Nya. Tetapi Dia, yang untuk waktu yang singkat dibuat sedikit lebih rendah dari pada malaikat-malaikat, yaitu Yesus, kita lihat, yang oleh karena penderitaan maut, dimahkotai dengan kemuliaan dan hormat, supaya oleh kasih karunia Allah Ia mengalami maut bagi semua manusia. Sebab memang sesuai dengan keadaan Allah--yang bagi-Nya dan oleh-Nya segala sesuatu dijadikan--,yaitu Allah yang membawa banyak orang kepada kemuliaan, juga menyempurnakan Yesus, yang memimpin mereka kepada keselamatan, dengan penderitaan.”- Ibrani 2:7-10, inilah kesempurnaan Yesus, pada titik inilah Yesus Anak Manusia menjadi sempurna, kala ia mengalami maut bagi manusia sebagaimana disain Bapa yang melalui Kristus, Bapa membawa banyak orang kepada kemuliaan. Jadi, ini sama sekali tak menunjukan Yesus manusia yang juga tak sempurna sebagaimana semua manusia atau juga berdosa sebagaimana saya dan anda, karena kesempurnaan di sini berbicara bagaimana ia Anak Manusia menuntaskan misi atau kehendak Bapa di dalam kematiannya!].


Harus senantisa diperhatikan, bahwa sekalipun ia telah “mengusamkan” dirinya sedemikian tajamnya, namun karena kesejatian dirinya yang pada mulanya setara dengan Allah tak pernah hilang sama sekali kala ia menjadi manusia, maka memang dapat terjadi dan tak terelakan, Yesus menunjukan relasi dengan Allah dalam pemahaman yang susah untuk dihindari sebagai hal yang setara dengan Allah:

▌Yohanes 5:18 Sebab itu orang-orang Yahudi lebih berusaha lagi untuk membunuh-Nya, bukan saja karena Ia meniadakan hari Sabat, tetapi juga karena Ia mengatakan bahwa Allah adalah Bapa-Nya sendiri dan dengan demikian menyamakan diri-Nya dengan Allah.


▌Yohanes 10:30-33, 36 Aku dan Bapa adalah satu." Sekali lagi orang-orang Yahudi mengambil batu untuk melempari Yesus. Kata Yesus kepada mereka: "Banyak pekerjaan baik yang berasal dari Bapa-Ku yang Kuperlihatkan kepadamu; pekerjaan manakah di antaranya yang menyebabkan kamu mau melempari Aku?" Jawab orang-orang Yahudi itu: "Bukan karena suatu pekerjaan baik maka kami mau melempari Engkau, melainkan karena Engkau menghujat Allah dan karena Engkau, sekalipun hanya seorang manusia saja, menyamakan diri-Mu dengan Allah."… (36) masihkah kamu berkata kepada Dia yang dikuduskan oleh Bapa dan yang telah diutus-Nya ke dalam dunia: Engkau menghujat Allah! Karena Aku telah berkata: Aku Anak Allah?

Apa yang menunjukan bahwa kesejatian Yesus sehakikat dengan Allah adalah kekekalan maksud atau rencana Allah untuk merendahkan Sang Firman [Yohanes 1:1], sebab  itu dibicarakan sebagai sebuah rencana yang telah dipersiapkan di sorga [Namun Engkau telah membuatnya untuk waktu yang singkat sedikit lebih rendah dari pada malaikat-malaikat…Ibrani 2]. Bahkan, dan ini yang membuatnya berbeda dengan Yunus didalam kesamaan kemanusiaannya, kematian yang direncanakan sebagai hal yang telah dilukiskan dalam peristiwa nabi Yunus itu terjadi bukan sebagai budak atas kematian tetapi tuan atas kematian atau maut yang diutarakan Yesus dihadapan publik dalam cara yang begitu kuat: “sesungguhnya yang di sini lebih dari pada Yunus” atau “dalam tiga hari Aku akan membangunnya kembali.”


Maksud Allah, inilah yang dijalankan Anak Manusia. Mengapa Ia sampai perlu datang ke dunia ini? Sebab hanya di dunia ini saja kematian atau maut memerintah kuat-tak ada satupun manusia yang tak akan mati; kematian adalah keniscayaan yang memperbudak manusia tanpa pengharapan. Kematian Yesus memberikan pengharapan, dan ini mengubah kematian maut menjadi kematian kehidupan baru di dalam Kristus bersama dengan Allah! Sehingga memang harus dikumadangkan dihadapan orang banyak, bukan hanya dihadapan para murid.


Walau memang harus dikatakan kepada para murid utamanya hal itu disampaikannya  begitu khusus dan personal, sebagai sebuah kemenangan atas maut yang dipersembahkan kepada milik kepunyaannya sendiri:

▌Matius 20:17-18 Ketika Yesus akan pergi ke Yerusalem, Ia memanggil kedua belas murid-Nya tersendiri dan berkata kepada mereka di tengah jalan: Sekarang kita pergi ke Yerusalem dan Anak Manusia akan diserahkan kepada imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, dan mereka akan menjatuhi Dia hukuman mati. Dan mereka akan menyerahkan Dia kepada bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah, supaya Ia diolok-olokkan, disesah dan disalibkan, dan pada hari ketiga Ia akan dibangkitkan."


▌Markus 9:30-31 Yesus dan murid-murid-Nya berangkat dari situ dan melewati Galilea, dan Yesus tidak mau hal itu diketahui orang; sebab Ia sedang mengajar murid-murid-Nya. Ia berkata kepada mereka: "Anak Manusia akan diserahkan ke dalam tangan manusia, dan mereka akan membunuh Dia, dan tiga hari sesudah Ia dibunuh Ia akan bangkit."


▌Markus 10:32-34 Yesus dan murid-murid-Nya sedang dalam perjalanan ke Yerusalem dan Yesus berjalan di depan. Murid-murid merasa cemas dan juga orang-orang yang mengikuti Dia dari belakang merasa takut. Sekali lagi Yesus memanggil kedua belas murid-Nya dan Ia mulai mengatakan kepada mereka apa yang akan terjadi atas diri-Nya, kata-Nya: "Sekarang kita pergi ke Yerusalem dan Anak Manusia akan diserahkan kepada imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, dan mereka akan menjatuhi Dia hukuman mati. Dan mereka akan menyerahkan Dia kepada bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah, dan Ia akan diolok-olokkan, diludahi, disesah dan dibunuh, dan sesudah tiga hari Ia akan bangkit."


▌Lukas 18:31-33 Yesus memanggil kedua belas murid-Nya, lalu berkata kepada mereka: "Sekarang kita pergi ke Yerusalem dan segala sesuatu yang ditulis oleh para nabi mengenai Anak Manusia akan digenapi. Sebab Ia akan diserahkan kepada bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah, diolok-olokkan, dihina dan diludahi, dan mereka menyesah dan membunuh Dia, dan pada hari ketiga Ia akan bangkit."



Kebangkitannya sebagaimana kematiannya adalah hal yang telah dituliskan oleh para nabi. Ini senilai dengan Yesus yang menunjuk peristiwa nabi Yunus di dalam perut ikan selama 3 hari sebagai penggambaran akan apa yang lebih besar dan lebih mulia untuk terjadi: “segala sesuatu yang ditulis oleh para nabi.” Ini lebih dari sekedar  peristiwa ini penting, tetapi harus dikatakan sebagai kehendak Allah yang terbesar untuk dilakukan oleh Yesus Sang Anak Manusia. Tak mengherankan bahwa para malaikat sendiri turut memberitakan kebangkitannya yang  berlangsung sebagai sebuah kemenangan atas maut:

▌Lukas 24:2-7 Mereka mendapati batu sudah terguling dari kubur itu, dan setelah masuk mereka tidak menemukan mayat Tuhan Yesus. Sementara mereka berdiri termangu-mangu karena hal itu, tiba-tiba ada dua orang berdiri dekat mereka memakai pakaian yang berkilau-kilauan. Mereka sangat ketakutan dan menundukkan kepala, tetapi kedua orang itu berkata kepada mereka: "Mengapa kamu mencari Dia yang hidup, di antara orang mati? Ia tidak ada di sini, Ia telah bangkit. Ingatlah apa yang dikatakan-Nya kepada kamu, ketika Ia masih di Galilea, yaitu bahwa Anak Manusia harus diserahkan ke tangan orang-orang berdosa dan disalibkan, dan akan bangkit pada hari yang ketiga."

Penuturan Yesus mengenai Ia harus mati dan bangkit kembali pada hari yang ketiga, pada puncak kemuliaanya yang gemilang [Ia tuntas menggenapi perkataannya sendiri dan apa yang telah dituliskan para nabi yang merupakan kehendak Bapa] dikumandangkan oleh pemberitaan 2 malaikat dari sorga  yang menyampaikan perkataan berdasarkan perkataan Yesus sendiri: “Ingatlah apa yang dikatakan-Nya kepada kamu, ketika Ia masih di Galilea, yaitu bahwa Anak Manusia harus diserahkan ke tangan orang-orang berdosa dan disalibkan, dan akan bangkit pada hari yang ketiga.” Apa yang ditorehkan Yesus pada gendang telinga mereka, kini digemakan lagi oleh kedua malaikat itu!


Peristiwa kematian dan kebangkitan adalah hal yang direncanakan sorga, dan begitu penting untuk diketahui oleh para murid bahwa apa yang dikatakan Yesus adalah sebuah kebenaran. Sorga meneguhkan perkataan Yesus melalui 2 malaikatnya dengan berkata “ingatlah apa yang dikatakan-Nya.” Perkataan Yesus adalah kehendak sorga, sehingga tak perlu ada satu koreksipun namun menyatakannya kembali: ingatlah apa yang dikatakan-Nya. Jangan pernah berkata bahwa kematian dan kebangkitannya adalah semata peristiwa komplementer atau pelengkap, bukan yang terbesar. Sungguh terkutuk menyatakan demikian, sebab dengan demikian memandang rendah darah Kristus, sementara karya Kristus adalah sungguh mulia:

Ibrani 9:13-15 Sebab, jika darah domba jantan dan darah lembu jantan dan percikan abu lembu muda menguduskan mereka yang najis, sehingga mereka disucikan secara lahiriah, betapa lebihnya darah Kristus, yang oleh Roh yang kekal telah mempersembahkan diri-Nya sendiri kepada Allah sebagai persembahan yang tak bercacat, akan menyucikan hati nurani kita dari perbuatan-perbuatan yang sia-sia, supaya kita dapat beribadah kepada Allah yang hidup. Karena itu Ia adalah Pengantara dari suatu perjanjian yang baru, supaya mereka yang telah terpanggil dapat menerima bagian kekal yang dijanjikan, sebab Ia telah mati untuk menebus pelanggaran-pelanggaran yang telah dilakukan selama perjanjian yang pertama.


Tak ada tempat untuk pengajaran  yang menyatakan bahwa kematian dan kebangkitan Yesus adalah misi komplementer atau tambahan belaka. Mengapa? Karena inilah kemuliaan termegah dalam kematian dan kebangkitannya: “darah Kristus, yang oleh Roh yang kekal telah mempersembahkan diri-Nya sendiri kepada Allah sebagai persembahan yang tak bercacat, akan menyucikan hati nurani kita dari perbuatan-perbuatan yang sia-sia, supaya kita dapat beribadah kepada Allah yang hidup,” maka Yesus menjadi  Pengantara dari suatu perjanjian yang baru. Kematiannya adalah kematian yang berkuasa atas manusia-manusia yang di bawa masuk ke suatu perjanjian yang baru, sebab kematiannya untuk menebus pelanggaran-pelanggaran manusia yang dibawa Bapa kepada Yesus atau kepada perjanjian yang baru di dalam Yesus Kristus.

Segala Kemuliaan Hanya Bagi Tuhan


No comments:

Post a Comment