Pages

25 November 2015

Tinjauan Pengajaran Pdt. Dr.Erastus Sabdono “Keselamatan Diluar Kristen” (3P-4b)


“Keselamatan Kristus Juga Untuk Mereka Yang Tak Beriman Kepada-Nya”

Oleh: Martin Simamora
Bacalah lebih dulu bagian 3P-4a

Apakah yang  dilakukan atau dikatakan oleh  Yesus kala berjumpa dengan seorang asing atau kali pertama berjumpa, dan diinginkannya untuk mengikut-Nya? Ada beragam tindakan dan beragam komunikasi yang dilakukan olehnya. Namun, yang pasti, sama sekali berbeda dan tak seperti yang dapat dibayangkan oleh siapapun juga. Orang berpikir Yesus akan mengajarkan sesuatu untuk dilakukan pada dirinya sendiri  dalam penuh kepatuhan tanpa sebuah celah, atau berpikir bahwa Ia tidak akan jauh berbeda dengan apa yang telah diajarkan oleh para guru-guru kitab suci Israel.



Tetapi, pada kenyataannya, Ia sama sekali berbeda, hingga pada sebuah puncak perbedaan yang melahirkan sebuah kebencian yang tak beralasan. Sejak permulaan Ia tampil di hadapan publik, kesan para pendangarnya: Ia memang berbeda:

Markus 1:21-22 Mereka tiba di Kapernaum. Setelah hari Sabat mulai, Yesus segera masuk ke dalam rumah ibadat dan mengajar. Mereka takjub mendengar pengajaran-Nya, sebab Ia mengajar mereka sebagai orang yang berkuasa, tidak seperti ahli-ahli Taurat.

Ia mengajar sebagai orang yang berkuasa, hal yang tak akan pernah dijumpai pada ahli-ahli Taurat! Berkuasa yang bagaimanakah? Perhatikan berikut ini:

Markus 1:23-26 Pada waktu itu di dalam rumah ibadat itu ada seorang yang kerasukan roh jahat. Orang itu berteriak: Apa urusan-Mu dengan kami, hai Yesus orang Nazaret? Engkau datang hendak membinasakan kami? Aku tahu siapa Engkau: Yang Kudus dari Allah. Tetapi Yesus menghardiknya, kata-Nya: "Diam, keluarlah dari padanya!" Roh jahat itu menggoncang-goncang orang itu, dan sambil menjerit dengan suara nyaring ia keluar dari padanya.


Mengajar bukanlah hal yang luar biasa, atau yang membedakan Yesus dengan para ahli Taurat, namun pada kuasa  yang bersemayam di dalam dirinya sebagai seorang pengajar, itulah yang membuat Yesus sungguh-sungguh tidak sama. 



Dan pernyataan semacam ini: “Aku tahu siapa Engkau: Yang Kudus dari Allah“ sungguh sukar untuk dipahami apakah maknanya, sementara pengakuan semcam itu telah terjadi di dalam sebuah relasi penuh permusuhan, karena sanjungan yang begitu mulia malah melahirkan sebuah pengusiran "Diam, keluarlah dari padanya!" Pengusiran yang membuat  siapapun akan terkesima:

Markus 1:27 Mereka semua takjub, sehingga mereka memperbincangkannya, katanya: "Apa ini? Suatu ajaran baru. Ia berkata-kata dengan kuasa. Roh-roh jahatpun diperintah-Nya dan mereka taat kepada-Nya."

Mengajar sebagai seorang yang berkuasa telah menjadikan Yesus sebagai seorang yang membawa ajaran baru. Pada hal apakah Yesus dikatakan sebagai seorang yang mengajarkan  ajaran baru?  Pada  berkata-kata dengan berkuasa. Pada fenomena apakah hal tersebuat ternyatakan?  Pada:
■Ia  memerintah atas  roh-roh jahat
■pemerintahannya ditaati oleh roh-roh jahat

Pemerintahan semacam ini lahir dari “siapakah Dia” sesungguhnya. [bacalah “Yesus Sang Penguasa Atas Iblis”]

Sementara mereka dapat berkata, bahwa Ia mengajar sebagai orang yang bekuasa atau bahkan dapat memberikan sebuah kesaksian bagaimanakah kuasanya bekerja: roh-roh jahat diperintahnya dan mereka taat kepadanya, namun mereka tak pernah dapat mengenali Yesus, sebagaimana dikehendaki oleh Bapa!

                                         


Yesus Kristus Adalah Segala Sesuatu  Kabar Baik Itu Sendiri dan Segala Sesuatu Kehidupan Yang Memuliakan Bapa Itu Sendiri

Yesus sendiri telah menunjukan betapa dirinya sendiri adalah konstruksi atau pilar  utama dan satu-satunya yang  harus disampaikan, diajarkan dan disampaikan! Itulah yang diajarkannya pertama kali kepada para murid yang direkrutnya sendiri, misal: 
      
Matius 4:18-19  Dan ketika Yesus sedang berjalan menyusur danau Galilea, Ia melihat dua orang bersaudara, yaitu Simon yang disebut Petrus, dan Andreas, saudaranya. Mereka sedang menebarkan jala di danau, sebab mereka penjala ikan.” Yesus berkata kepada mereka: "Mari, ikutlah Aku, dan kamu akan Kujadikan penjala manusia."

Yesus menyatakan dirinya adalah subyek yang harus diikuti dan Ia akan menjadikan siapapun yang diajaknya untuk mengikutnya untuk menjadi apapapun yang dikehendaki.


Atas roh-roh jahat, Yesus: berkuasa untuk memerintah sehingga roh-roh jahat menurutinya. Atas orang-orang yang diajak dan diinginkannya menjadi murid-muridnya, maka orang tersebut segera meninggalkan kehidupannya dan mengikut Yesus:

Matius 4:20 Lalu merekapun segera meninggalkan jalanya dan mengikuti Dia.

Pada era Yesus melayani di  bumi ini, Ia sendiri memang menjadi magnet atau gravitasi pengajarannya. Dirinya sendiri adalah materi ajarannya; apa yang harus dibaca adalah dirinya sendiri; apa  yang harus didengarkan adalah dirinya saja!


Para pengikutnya sangatlah banyak dan antusiasmenya sungguh tak terbandingkan:

Matius 4:23- Yesuspun berkeliling di seluruh Galilea; Ia mengajar dalam rumah-rumah ibadat dan memberitakan Injil Kerajaan Allah serta melenyapkan segala penyakit dan kelemahan di antara bangsa itu. Maka tersiarlah berita tentang Dia di seluruh Siria dan dibawalah kepada-Nya semua orang yang buruk keadaannya, yang menderita pelbagai penyakit dan sengsara, yang kerasukan, yang sakit ayan dan yang lumpuh, lalu Yesus menyembuhkan mereka. Maka orang banyak berbondong-bondong mengikuti Dia. Mereka datang dari Galilea dan dari Dekapolis, dari Yerusalem dan dari Yudea dan dari seberang Yordan.

Ia mengajar sebagai seorang yang berkuasa senantiasa menjadi jati diri Sang Kristus.

Tak hanya atas roh-roh jahat, Ia berkuasa. Tetapi,juga, atas segala keadaan buruk, atas segala penderita pelbagai penyakit, atas segala penderitaan akibat kesengsaraan. Karena itu dan untuk itulah, orang banyak berbondong-bondong mengikut dia.


Tetapi, apakah mereka benar-benar mengenal siapakah dia? Begitu pentingkah? Perhatikan hal berikut ini:

Lukas 9:18-19 Pada suatu kali ketika Yesus berdoa seorang diri, datanglah murid-murid-Nya kepada-Nya. Lalu Ia bertanya kepada mereka: "Kata orang banyak, siapakah Aku ini?" Jawab mereka: "Yohanes Pembaptis, ada juga yang mengatakan: Elia, ada pula yang mengatakan, bahwa seorang dari nabi-nabi dahulu telah bangkit."


Perihal apakah yang terpenting didalam mengikuti dirinya, adalah hal yang teramat penting. Ini bukan soal apakah Yesus  menjadi tenar atau tidak. Faktanya, Yesus sedemikian tenarnya. Bagaimana tidak tenar, ia telah diikuti oleh begitu banyak orang berdasarkan apa yang dapat Ia lakukan dan berikan kepada mereka! Bahkan ada begitu banyak  identitas hebat yang disematkan oleh banyak orang berdasarkan identifikasi yang mungkin untuk mereka kenali: “Yohanes Pembaptis,”  “Elia,” dan “nabi-nabi terdahulu yang telah bangkit.” Mengikut Yesus, bersentral pada mengenal siapakah Ia sesungguhnya di dalam kebenaran Allah!


Begitulah pengenalan orang banyak atas diri Yesus. Sebuah pengenalan yang melahirkan ketakjuban yang menuntun mereka untuk menautkan Yesus dengan sosok-sosok hebat dan terhormat.

Namun,  jika demikian, mengapa Yesus begitu tinggi memandang pada bagaimanakah orang-orang banyak mengenali dirinya, harus menurutnya dan Bapa?

Perhatikan hal berikut ini:

Lukas 9:20 Yesus bertanya kepada mereka: "Menurut kamu, siapakah Aku ini?" Jawab Petrus: "Mesias dari Allah."

Matius 16:15-16 Lalu Yesus bertanya kepada mereka: "Tetapi apa katamu, siapakah Aku ini?" Maka jawab Simon Petrus: "Engkau adalah Mesias, Anak Allah yang hidup!"


Petrus memberikan sebuah jawaban yang begitu berbeda daripada orang-orang banyak. Pada orang-orang banyak, memberikan identifikasi yang terhormat, namun jelas sama sekali bukan hal yang dikehendaki oleh Yesus.


Dan ketika Petrus mengatakan bahwa Yesus adalah Mesias dari Allah atau pada injil Matius “Mesias, Anak Allah yang hidup,” maka Yesus memberikan sebuah tanggapan yang sangat luar biasa untuk dapat dimengerti begitu saja:


Matius 16:17 Kata Yesus kepadanya: "Berbahagialah engkau Simon bin Yunus sebab bukan manusia yang menyatakan itu kepadamu, melainkan Bapa-Ku yang di sorga.

■Pertama: Yesus  mengatakan  “berbahagialah.” Mengapa Yesus berkata berbahagialah kepada Petrus yang mengatakan Yesus adalah Mesias dari Allah yang hidup? Sementara kepada orang banyak, Ia sama sekali tak berkata apapun juga? Karena terkait siapakah dirinya, hanya Bapa yang dapat menyingkapkannya kepada manusia. Tanpa Bapa yang menyingkapkannya maka, Petrus pun tak akan dapat mengenali dirinya: “yang menyatakan itu kepadamu, Bapa-Ku yang di sorga.”

Kedua: Yesus mengatakan “berbahagialah,” karena untuk mengenali dirinya sebagaimana Bapa menyatakannya, merupakan hal yang tak mungkin dicapai oleh manusia. Jika Yesus berkata bukan manusia, tetapi Bapa-Nya yang menyatakan, maka jelas mengenal dirinya adalah sebuah peristiwa penuh sukacita bagi seorang manusia



Apa yang terpenting dalam mengikut Yesus, bukan apa yang dapat Yesus berikan kepada mereka atau apa yang dapat memuaskan hasrat [Yohanes 6:26] mereka, namun mengenal dirinya secara jitu sehingga dapat mengikut dirinya secara tepat, sebagaimana Bapa kehendaki.

Hanya saja, Yesus  menyatakan bahwa  bagaimana mengenal dirinya, sangat ditentukan oleh Bapa:
Matius 11:25  Pada waktu itu berkatalah Yesus: "Aku bersyukur kepada-Mu, Bapa, Tuhan langit dan bumi, karena semuanya itu Engkau sembunyikan bagi orang bijak dan orang pandai, tetapi Engkau nyatakan kepada orang kecil.

Matius 11:26 Ya Bapa, itulah yang berkenan kepada-Mu.

Matius 11:27  Semua telah diserahkan kepada-Ku oleh Bapa-Ku dan tidak seorangpun mengenal Anak selain Bapa, dan tidak seorangpun mengenal Bapa selain Anak dan orang yang kepadanya Anak itu berkenan menyatakannya.


Bagaimana proses seseorang dapat mengenali Anak dan mengenali Bapa? Yesus berkata: bukan dengan kebijakan dan kepandaian seorang manusia. Kebijakan dan kepandaian manusia tak akan dapat menyentuh dan menyingkapkan jati diri sejati Yesus, sehingga dapat mengenali-Nya. Itu tak mungkin, sebab Yesus menyingkapkan: Bapa menyembunyikan hal  mengenal Yesus dari segala kemampuan manusia untuk mengenalinya.


Bapa menyembunyikannya, sehingga mustahil, selain Bapa melakukan sesuatu: “semua telah diserahkan kepada-Ku oleh Bapa-Ku,” sehingga pengenalan atas Yesus sangat bergantung pada perkenanan Anak untuk membuat seseorang dapat mengenali siapakah Yesus sesungguhnya.


Kebijakan dan kepandaian tak mampu membuat seseorang mengenali Yesus dan menerima Yesus sebagaimana kesaksian Bapa dan Yesus:

Yohanes 5:39 Kamu menyelidiki Kitab-kitab Suci, sebab kamu menyangka bahwa oleh-Nya kamu mempunyai hidup yang kekal, tetapi walaupun Kitab-kitab Suci itu memberi kesaksian tentang Aku,



Yohanes 5:40  namun kamu tidak mau datang kepada-Ku untuk memperoleh hidup itu.


Apa yang terjadi dengan tindakan Bapa menyembunyikan jati diri Yesus sesungguhnya terhadap kebijakan dan kepandaian manusia?  Sungguh fatal!


Sekalipun anda menyelidiki kitab-kitab suci dengan penuh ketekunan, penuh ketelitian yang sangat ketat, tak akan sama sekali membuat anda menjadi percaya kepada Yesus, sebagaimana yang terjadi pada Petrus atau sebagaimana yang dikehendaki Bapa!


Ketika Bapa menyembunyikannya dari orang bijak dan orang pandai, sebagai sebuah kehendak Bapa sendiri, maka penyelidikan kitab suci, sekalipun menunjuk kepada Yesus, tak akan membuat mereka menjadi percaya kepada Yesus beserta segala perkataannya, sebagaimana disingkapkan  oleh Yesus sendiri:

Yohanes 5:46 Sebab jikalau kamu percaya kepada Musa, tentu kamu akan percaya juga kepada-Ku, sebab ia telah menulis tentang Aku.

Yohanes 5:47 Tetapi jikalau kamu tidak percaya akan apa yang ditulisnya, bagaimanakah kamu akan percaya akan apa yang Kukatakan?"


Sekarang, kita melihat, mengenal Yesus “siapakah dia?” atau percaya “bahwa Ia datang dari sorga membawa pada dirinya sendiri segenap kehadiran dan kehendak Bapa” merupakan sebuah keultimatan tunggal di dalam berelasi dan beriman dengan Yesus sendiri! Kitab-kitab suci itu sendiri telah menyatakannya.


Mengenal Yesus, dengan demikian, bukan sebuah proses saling mengenal  layaknya  manusia yang belajar untuk saling mengenali. Pada mengenal Yesus adalah Allah bertindak dengan membuat seorang manusia menjadi mengenali Yesus adalah dia yang datang dari sorga untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan yang dilakukan oleh Bapa sendiri atau apa yang dikerjakan Bapa, itu yang dikerjakan Anak [ Yohanes 5:19-20].


Apakah tindakan Allah itu? Beginilah Yesus menyingkapkannya kepada orang banyak:
Yohanes 6:37 Semua yang diberikan Bapa kepada-Ku akan datang kepada-Ku, dan barangsiapa datang kepada-Ku, ia tidak akan Kubuang.


Jangan lupa, karena Bapa telah menutup atau menyembunyikan  pengenalan akan  siapakah Yesus sebagaimana  yang dimaui oleh Yesus dan Bapa, melalui  kebijakan dan kepandaian manusia, segala upaya pada diri manusia untuk dapat mengenalinya hanya akan menghasilkan kesia-siaan:

Yohanes 6:36 Tetapi Aku telah berkata kepadamu: Sungguhpun kamu telah melihat Aku, kamu tidak percaya.


Melihat apa? Melihat segala pekerjaan hebat dan ajaib yang telah dikerjakan Yesus [ Yohanes 5:20], sekalipun, bahkan, pekerjaan-pekerjaan hebat yang telah dilakukannya adalah salah satu saksi akan siapakah dirinya: “Pekerjaan itu juga yang Kukerjakan sekarang, dan itulah yang memberi kesaksian tentang Aku, bahwa Bapa yang mengutus Aku- Yohanes 5:36”


Perhatikan! Bagi Yesus mengenal dirinya adalah teramat krusial, sebab berkait dengan keselamatan. Tetapi Yesus tahu sekali, kehendak Bapa-Nya telah menetapkan pengenalan dirinya hanya berlangsung oleh tindakan Bapa-Nya atas manusia-manusia:

Yohanes 6:38-39  Sebab Aku telah turun dari sorga bukan untuk melakukan kehendak-Ku, tetapi untuk melakukan kehendak Dia yang telah mengutus Aku. Dan inilah kehendak Dia yang telah mengutus Aku, yaitu supaya dari semua yang telah diberikan-Nya kepada-Ku jangan ada yang hilang, tetapi supaya Kubangkitkan pada akhir zaman.


Pengenalan akan Yesus sangat bergantung pada apakah Bapa menyerahkan seseorang kepada Yesus atau tidak, sebab Yesus adalah pangkal keselamatan manusia yang datang dari Bapa.


Sementara  pengenalan atau pengimanan kepada Yesus, sangat bergantung pada kemurahan Bapa, maka beriman kepada Yesus sangatlah penting dan tak tergantikan oleh apapun dan siapapun juga sebagai penentu dan penjamin keselamatan, sebab itu sendiri adalah kehendak Bapa:

Yohanes 6:40  Sebab inilah kehendak Bapa-Ku, yaitu supaya setiap orang, yang melihat Anak dan yang percaya kepada-Nya beroleh hidup yang kekal, dan supaya Aku membangkitkannya pada akhir zaman."

Ini  bukan sekedar selamat karena diselamatkan, tetapi  diselamatkan berdasarkan kemurahan Bapa! Keberimanan tak dapat dilahirkan dari kebijakan dan kepandaian manusia.
Kebijakan dan kepandaian manusia, mana mungkin menerima pengajaran Yesus ini begitu saja, sementara Yesus menunjukannya memang begitu saja atau memang hanya datang dari tindakan Bapa.


Kebijakan dan kepandaian manusia, kala  dipaksakan menjadi pemikiran-pemikiran keselamatan, segera akan  mereduksi dan memangkas  “kesempitan-kesempitan” ruang  upaya manusia oleh kehendak Bapa yang mengekang dan mematikan gerakan bagi manusia, sehingga menyingkirkan “keluasan-keluasan”  kehendak Allah dalam menentukan dan menyelenggarakan bagaimana seharusnya keselamatan itu datang  dan terwujud bagi seorang manusia.


Kebijakan dan kepandaian manusia, kala dipaksakan untuk menurunkan kasih karunia Bapa dari takta keselamatan yang datang dari Allah, akan segera menghinakan Yesus :

Yohanes 6:41 Maka bersungut-sungutlah orang Yahudi tentang Dia, karena Ia telah mengatakan: "Akulah roti yang telah turun dari sorga." Kata mereka: "Bukankah Ia ini Yesus, anak Yusuf, yang ibu bapanya kita kenal? Bagaimana Ia dapat berkata: Aku telah turun dari sorga?"


Akulah roti yang telah turun dari sorga” adalah pernyataan yang hendak mengatakan bahwa keselamatanmu itu hanya dapat berasal dari Allah dan segenap kehendaknya di dalam diriku. Tak ada satu hal pun yang  berasal dari diri manusia yang dapat menambahkan kepastian keselamatan, menambahkan efektifitas keselamatan, menguatkan keselamatan, mengesahkan keselamatan dirimu, menjaminkan keselamatanmu hingga akhir hidup dan saat di dalam pengadilan akhir kelak!


Perhatikan hal ini:
■Yohanes 6:47 Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa percaya, ia mempunyai hidup yang kekal.

■Yohanes 6:48 Akulah roti hidup.

■Yohanes 6:49 Nenek moyangmu telah makan manna di padang gurun dan mereka telah mati.

■Yohanes 6:50  Inilah roti yang turun dari sorga: Barangsiapa makan dari padanya, ia tidak akan mati.

■Yohanes 6:51  Akulah roti hidup yang telah turun dari sorga. Jikalau seorang makan dari roti ini, ia akan hidup selama-lamanya, dan roti yang Kuberikan itu ialah daging-Ku, yang akan Kuberikan untuk hidup dunia."


Bagaimana mungkin begitu saja percaya bahwa keselamatan hanya ada di dalam diri Yesus, dan yang perlu dilakukan, hanya percaya. HANYA, terlihat  mudah sekali?




Faktanya tidak.





Harus senantiasa diingat, bahwa Bapa telah menyembunyikan Yesus dari kebijakan dan kepandaian manusia. Artinya: sungguh tertutup  bagi manusia untuk dapat mengenalinya.


Pun demikian dengan deklarasi Yesus, bahwa Ialah sumber keselamatan bagi manusia, dan hanya jika percaya kepadanya maka menerima keselamatan dari Bapa! Dan memang, kesukaran terjadi. Sangat sukar dan emosional jadinya:

Yohanes 6:52  Orang-orang Yahudi bertengkar antara sesama mereka dan berkata: "Bagaimana Ia ini dapat memberikan daging-Nya kepada kita untuk dimakan."

Yesus menjelaskan kebingungan mereka. Apakah Yesus ini sedang mengajarkan semacam kanibalisme? “Bagaimana Ia ini dapat memberikan daging-Nya kepada kita untuk dimakan.”


Perhatikan penjelasan Yesus  berikut ini:
Yohanes 6:55 Sebab daging-Ku adalah benar-benar makanan dan darah-Ku adalah benar-benar minuman.


Apakah penjelasan  Yesus, semacam ini, kemudian melahirkan sebuah pengertian? Perhatikan  peristiwa berikut ini:
Yohanes 6:60 Sesudah mendengar semuanya itu banyak dari murid-murid Yesus yang berkata: "Perkataan ini keras, siapakah yang sanggup mendengarkannya?"


Penjelasan Yesus, tak membuat kebijakan dan kepandaian manusia sanggup mengunyahnya dan menghasilkan keberimanan atau menjadi meneguhkan kemuridan mereka! Sebab, bahkan sebagai  yang dikenali sebagai murid, pun berkata: perkataan ini keras, siapakah yang sanggup mendengarkannya?


Keselamatan hanya di dalam Yesus dan Bapalah yang menentukan siapa-siapa yang beriman dan memiliki kehidupan kekal, sungguh pengajaran yang sangat keras dan tak sanggup untuk didengarkan oleh kebijakan dan kepandaian manusia. Sebab cara demikian sungguh menista nilai kelayakan manusia untuk dapat melakukan sesuatu bagi dirinya, ketimbang berpikir: semua bergantung pada tindakan Bapa!


Apakah yang terjadi sesungguhnya dengan pengajaran semacam ini, kala diperdengarkan dan diajarkan? Yesus Sang Kristus sendiri menunjukannya:

Yohanes 6:61 Yesus yang di dalam hati-Nya tahu, bahwa murid-murid-Nya bersungut-sungut tentang hal itu, berkata kepada mereka: "Adakah perkataan itu menggoncangkan imanmu?


Apakah anda dapat menerima  bahwa keselamatan hanya ada di dalam Yesus Kristus dan sepenuhnya merupakan kedaulatan Bapa untuk menentukan siapa-siapa yang  harus diselamatkan melalui Anak-Nya sendiri? Satu-satunya jalan, satunya kebenaran, satu-satunya sumber dan pemberi kehidupan kekal [Yohanes 14:6]?


Apakah anda, kemudian, mengajarkan, bahwa siapapun masih berpeluang untuk masuk ke kehidupan kekal, sekalipun tak beriman kepada Yesus Kristus, asalkan ia membangun kebajikan-kebajikan luhur, sehingga kelak di pengadilan akhir, ia dapat diputuskan masuk ke dunia yang baru, walau bukan sorga itu sendiri. Saya telah menunjukan pada bagian-bagian terdahulu, gagasan-gagasan yang diajarkan oleh pendeta Dr. Erastus Sabdono, tak memiliki pijakan kokoh sama sekali.


Jika anda pun mengajarkan demikian, maka penjelasan Yesus berikut ini menjawab mengapa terjadi hal demikian:

Yohanes 6:63 Rohlah yang memberi hidup, daging sama sekali tidak berguna


Kebijakan dan kepandaian manusia di dalam mengenali Yesus  sebagaimana yang dikehendaki Bapa sehingga beriman kepadanya, sama sekali tak dapat bekerja atau berkontribusi. Karena sejak semula, Bapa telah menyembunyikan jati diri Yesus dari segala daya manusia untuk dapat mengenali dirinya, selain Bapa yang menjadikan orang tersebut untuk mengenalinya. Di sini Yesus berkata: Rohlah yang memberi hidup. Mengapa Ia berkata Roh Allah yang memberikan hidup? Karena  Yesus sedang menunjukan kepada manusia bahwa semua telah mati atau tak berdaya sama sekali untuk dapat mengenali Yesus sebagai satu-satunya keselamatan yang datang dari sorga. Kala Bapa menyerahkan seorang kepada Yesus Kristus, maka itu adalah tindakan Allah memberikan kehidupan padanya sehingga dapat beriman kepada Yesus Kristus!


Pada hakikatnya, perkataan-perkataan Yesus itu sendiri adalah kehidupan:”Perkataan-perkataan yang Kukatakan kepadamu adalah roh dan hidup- Yohanes 6:63.” Namun, mengapa tak memberikan kehidupan kepada para pendengarnya? Beginilah penjelasan Yesus:” "Sebab itu telah Kukatakan kepadamu: Tidak ada seorangpun dapat datang kepada-Ku, kalau Bapa tidak mengaruniakannya kepadanya.- Yoh 6:65 “


Sabda Yesus adalah kehidupan. Barang siapa mendengar dan percaya akan hidup:
Yohanes 5:24 Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa mendengar perkataan-Ku dan percaya kepada Dia yang mengutus Aku, ia mempunyai hidup yang kekal dan tidak turut dihukum, sebab ia sudah pindah dari dalam maut ke dalam hidup.


Orang banyak itu telah mendengarkan segenap pengajaran dan segenap instruksi Yesus, namun mengapa yang terjadi  justru penolakan dan iman yang goncang, bukan memberikan hidup? Karena, memahami  itu sendiri bukanlah  keran yang membukakan aliran-aliran air kehidupan. Keran dan air itu sendiri tak pernah ada di dalam diri manusia, namun jikalau Bapa menciptakan keterhubungan antara manusia yang tak memiliki kehidupan dengan sumber hidup:

Yohanes 6:65 "Sebab itu telah Kukatakan kepadamu: Tidak ada seorangpun dapat datang kepada-Ku, kalau Bapa tidak mengaruniakannya kepadanya."


Jikalau Bapa tidak mengaruniakannya, maka pengajaran semacam ini bukan saja keras dan mustahil untuk diterima dan dicerna, tetapi akan menghasilkan penjauhan dari keselamatan itu sendiri, sebagai sebuah kepastian yang tak dapat dicegah, bahkan  oleh Yesus sendiri:

Yohanes 6:66 Mulai dari waktu itu banyak murid-murid-Nya mengundurkan diri dan tidak lagi mengikut Dia.


Mengapa Yesus tidak berupaya lebih keras lagi untuk meyakinkan mereka? Mengapa Yesus tak  melakukan hal yang   baru dilakukannya   di jauh kemudian hari, seperti ini:
Lukas 24:45 Lalu Ia membuka pikiran mereka, sehingga mereka mengerti Kitab Suci.


sehingga tak perlu terjadi “banyak murid-murid-Nya mengundurkan diri dan tidak lagi mengikut Dia.” Tidak lagi!


Hal-hal yang teramat janggal semacam ini, hanya akan terjawab oleh penjelasan  Yesus sendiri:

Yohanes 5:19 sesungguhnya Anak tidak dapat mengerjakan sesuatu dari diri-Nya sendiri, jikalau tidak Ia melihat Bapa mengerjakannya, sebab apa yang dikerjakan Bapa, itu juga yang dikerjakan Anak.


Pada dasarnya apapun perkataan, apapun keputusan dan apapun yang dilakukan oleh Yesus adalah sebagaimana juga Bapa adanya! Tak ada sebuah retakan sehalus dan sekecil apapun dalam kesatuan yang  menunjukan kesehakikatan antara Bapa dan Anak!


Yesus begitu spesifik, mendalam dan tajam. Bahkan demonstratif. Ujung pengajarannya semata menunjukan, bahwa  mereka yang memang dikenal sehari hari sebagai murid-murid Kristus, namun pada  faktanya tak dapat menerima pengajaran Yesus semacam ini dengan sebuah penerimaan yang total dan berbahagia! Yesus berkata: berbahagilah, sebab Bapa yang menyatakannya kepadamu, pada kasus Petrus! Bukan saja pada kasus Petrus, tetapi pada semua kasus terkait keberimanan seseorang kepada Yesus dalam segenap ketentuan dan kehendak Bapa!



Yesus Segala Sesuatu Yang Membuat Orang Percaya Melakukan Perbuatan-Perbuatan Yang Memuliakan Bapa

Pada hakikatnya, Yesus hendak menyatakan bahwa mengikut Yesus adalah sebuah kasih karunia Bapa! Mengikut dan meninggalkan jala atau kehidupannya, itu adalah kasih karunia, demi Kristus!

Pada hakikatnya, Yesus hendak mengatakan bahwa beriman kepada Yesus adalah sebuah pengikutan, bukan agar Ia memiliki banyak pengikut. Pada dasarnya Ia tak memiliki agenda demikian, selain melakukan kehendak Bapa dan melakukan apa yang dilakukan Bapa.
Sehingga, harus dikatakan bahwa keberimanan seseorang dengan Yesus Kristus adalah sebuah relasi percaya yang dibangunkan oleh Bapa, sehingga keberimanan itu adalah sebuah keberimanan yang produktif. Produktif dalam hal apakah? Bahwa saat seseorang itu beriman kepada Yesus, maka perkataan atau sabda Yesus  yang diterima dan diimaninya itu menghasilkan hidup kekal, tidak turut dihukum, dan telah pindah dari dalam maut ke dalam hidup[ Yohanes 5:24]. Tak hanya itu.


Keberimanan  kepada Yesus akan menghasilkan pengenalan akan Bapa:
■Yohanes 5:19 "Baik Aku, maupun Bapa-Ku tidak kamu kenal. Jikalau sekiranya kamu mengenal Aku, kamu mengenal juga Bapa-Ku."

■Yohanes 14:10 Tidak percayakah engkau, bahwa Aku di dalam Bapa dan Bapa di dalam Aku?

■Yohanes 14:11 Percayalah kepada-Ku, bahwa Aku di dalam Bapa dan Bapa di dalam Aku



Mengapa beriman kepada Yesus, mustahil dinyatakan melibatkan kontribusi  dari sisi manusia? Bukan karena Allah sedang menghina manusia atau menyepelekan manusia, dengan demikian. Seperti dapat disangkakan oleh banyak orang! Namun, sebaliknya, adalah tindakan Allah yang paling rasional  terkait apa yang diproduksi atau dilahirkan di dalam relasi keberimanan dengan Yesus, yaitu:
■mengenal Bapa
■percaya bahwa Bapa ada di dalam Kristus


Salah satu tujuan tinggi Yesus datang ke dunia ini, agar siapa yang percaya dapat mengenal Bapa, sebagaimana terungkap di dalam doa Yesus Kristus:

Yohanes 17:3 Inilah hidup yang kekal itu, yaitu bahwa mereka mengenal Engkau, satu-satunya Allah yang benar, dan mengenal Yesus Kristus yang telah Engkau utus.


Tak cukup hanya mengenal Yesus, tanpa mengenal Bapa. Perhatikan bahwa apa yang  terkandung di dalam doa Yesus ini adalah fakta yang mustahil, mengingat Bapa tak dapat dijamah oleh keberadaan manusia itu sendiri:

Yohanes 5:37 Bapa yang mengutus Aku, Dialah yang bersaksi tentang Aku. Kamu tidak pernah mendengar suara-Nya, rupa-Nyapun tidak pernah kamu lihat


Sementara hidup yang kekal itu adalah mengenal Bapa dan mengenal Yesus, sementara:
■Bapa mustahil dikenali karena Ia tak dapat didengar dan dilihat
■Yesus mustahil dikenali karena mengenai siapakah dia sejatinya, telah disembunyikan Bapa dari kemampuan manusia untuk dapat mengenalinya


Sekarang, jika kita membicarakan beriman terkait Yesus dan Bapa, lalu jenis iman yang bagaimanakah untuk mungkin dilahirkan manusia, jika demikian ketetapan Bapa atas dirinya dan atas Yesus. Tak hanya Ia tak dapat didengar dan dilihat, namun hanya  melalui Yesus [Yohanes 14:6]. Sementara mengenali Yesus tak dapat disentuh oleh kebijakan dan kepandaian manusia?!


Kasih karunia di dalam Yesus dan  berasal dariBapa dengan demikian mustahil tidak dibicarakan sebagai satu-satunya sumber dan kekuatan untuk beriman. Ingat, ketika manusia tak dibicarakan sama sekali dalam perihal ini, bukan sama sekali mengenai penekanan yang berlebihan pada kedaulatan Allah.


Ingatlah, Yesus berbicara mengenai manusia-manusia yang mendatangi  dirinya. Artinya, Allah tidak memperlakukan manusia seperti batu atau pohon yang hanya menjadi obyek mati tanpa kehidupan. Ada, namun ia atau manusia dengan segala keberadaannya, bukanlah permulaan atas segala sesuatu di dalam keselamatan yang datang dari Allah. Perhatikan sekali lagi hal ini:

Yohanes 6:65 "Sebab itu telah Kukatakan kepadamu: Tidak ada seorangpun dapat datang kepada-Ku, kalau Bapa tidak mengaruniakannya kepadanya."


Kalau seseorang mendatangi Yesus atau menanggapi Yesus secara positif sebagai ya dan amin kepadanya, bukankah itu sedang membicarakan aktifitas pada diri manusia, yang kerap dikatakan sebagai respon atau tanggapan manusia!


Tetapi "datang” atau “merespon” Yesus atau injil dirinya, bukanlah permulaan dari segala sesuatu dalam kejadian keselamatan itu. Beriman kepada Yesus itu sendiri  bahkan bukan pada peristiwa seorang manusia merespon atau menanggapi Yesus sebagai ya dan amin atas siapakah Ia menurut-Nya, tetapi:

Yohanes 1:12 Tetapi semua orang yang menerima-Nya diberi-Nya kuasa supaya menjadi anak-anak Allah, yaitu mereka yang percaya dalam nama-Nya;

Yohanes 1:13 orang-orang yang diperanakkan bukan dari darah atau dari daging, bukan pula secara jasmani oleh keinginan seorang laki-laki, melainkan dari Allah.

Tentu “yang menerima-Nya” adalah aktifitas pada diri manusia, tetapi bukan permulaan dan penentu segala sesuatu  terkait kejadian keselamatanmu.  Respon menerima Yesus tidak dapat memerintahkan Allah melahirkanmu, sebab sudah dikatakan bahwa kehendak Bapa itu terkait dengan penyerahan Bapa kepada Anak, sehingga orang tersebut dapat datang kepada Yesus! Atau, dengan kata lain: hanya jika anda diperanakan dari Allah maka anda akan menerimanya. Kejadian kelahiranmu kembali dari Allah hanya dapat dilakukan oleh Allah. Bagaimana bisa ada  bayi dapat melahirkan dirinya sendiri tanpa Ia lebih dahulu diciptakan oleh Allah di dalam kandungan Allah- di dalam kehendak atau maksud atau rencana Allah di dalam Kristus.


Sekali lagi, dalam kedaulatan Allah yang begitu dominan, justru kita melihat kehidupan manusia, yaitu meresponi Yesus sehingga datang  untuk beriman. Bukan menimbang  untuk beriman atau untuk menolaknya. Karena tak ada seorang bayi yang dapat menolak kala masa kelahirannya telah tiba atau genap!


Itu sebabnya percaya kepada Yesus menghasilkan sebuah relasi dengan Bapa, sehingga disebut anak-anak Allah. Ini adalah produksi-produksi yang berlangsung kala seseorang diserahkan Bapa kepada Yesus. Relasi agung tercipta dan kehidupan yang dari Allah mengalir ke dalam diri orang-orang percaya selama hidupnya.


Dan relasi agung antara orang percaya dengan Bapa di dalam dirinya, telah menjadi sentral berita keselamatan di dalam kasih karunia Allah. Saat Allah pertama kali memberikan kehidupan di dalam diri orang percaya didalam peristiwa percaya, maka kehidupan itu terus berlangsung untuk bertumbuh.

Anak-anak Allah terus bertumbuh didalam kehidupan yang diberikan Allah. Tak ada kehidupan tanpa pertumbuhan, dan tak ada pertumbuhan tanpa dikehendaki untuk menghasilkan kedewasaan-kedewasaan. Tak ada kedewasaan-kedewasaan tanpa dikehendaki untuk menghasilkan produktivitas, seperti halnya tanaman produktif yang pasti dikehendaki oleh penanam untuk berbuah saat Ia bertambah dewasa.


Terkait hal ini, Yesus berkata:
Yohanes 15:1 Akulah pokok anggur yang benar dan Bapa-Kulah pengusahanya.(2) Setiap ranting pada-Ku yang tidak berbuah, dipotong-Nya dan setiap ranting yang berbuah, dibersihkan-Nya, supaya ia lebih banyak berbuah.(3) Kamu memang sudah bersih karena firman yang telah Kukatakan kepadamu.(4) Tinggallah di dalam Aku dan Aku di dalam kamu. Sama seperti ranting tidak dapat berbuah dari dirinya sendiri, kalau ia tidak tinggal pada pokok anggur, demikian juga kamu tidak berbuah, jikalau kamu tidak tinggal di dalam Aku.(5) Akulah pokok anggur dan kamulah ranting-rantingnya. Barangsiapa tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia, ia berbuah banyak, sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa.

Pengajaran Yesus ini dimulai dengan relasi Yesus dengan Bapa-Nya. Ia menggambarkannya sebagai pokok anggur dengan pengusahanya. Yesus senantiasa menunjukan relasi dirinya dengan Bapa sebagai begitu terintegrasi dan begitu satu didalam pikiran, tujuan, tindakan, dan relasi itu sendiri. Tak ada sebuah persilangan, atau pergesekan, atau perbenturan atau ketakpastian. Begitu sempurna dan begit  harmoni didalam sebuah satu kesatuan antara Yesus dan Bapa.


Apapun yang diajarkannya, dengan demikian dihidupi dan hanya bersumber dari relasi Yesus dengan Bapanya. Dalam hal ini, relasi yang demikianlah merupakan permulaan segala sesuatunya dan penentu kehidupan dan penggenap kegenapannya [ bacalah juga bagian 3J].


Apa yang  sangat hakiki di dalam pengajaran ini, selain relasi Yesus dengan Bapanya : pokok anggur dengan pengusahanya., juga relasi Yesus dengan  murid-murid-Nya atau dalam konteks masa depan atau lebih luas [ Yohanes 17:20-23]: pokok anggur dengan ranting-rantingnya.


Relasi  pokok anggur dengan ranting-rantingnya dihidupi oleh Bapa sebagai pengusahanya. Bapa adalah pengusahanya telah menunjukan bahwa Ia adalah pencipta relasi ini beserta segala kehidupan yang ada di dalamnya! Kehidupan yang berbuah, kehidupan cabang yang dibersihkan agar kian melebat, kehidupan di dalam Kristus atau ranting yang tidak dapat berbuah dari dirinya sendiri, telah menegaskan bahwa  perintah untuk tinggal di dalam Yesus, perintah untuk berbuah itu sendiri adalah sebuah prodkutivitas orang beriman yang bersumber dari sebuah daya yang dihasilkan oleh Yesus Kristus sebagai pokok pohong itu sendiri, sementara anda adalah cabang-cabangnya.


Anda diciptakan untuk berbuah, sebagaimana  cabang-cabang telah dirancang untuk menerima kehidupan dari pokok pohon sehingga menghasilkan buah-buahnya. Tingkat produktivitas anda dengan demikian, tidak ditentukan oleh  cabang itu sendiri atau dirimu sendiri, sebab cabang adalah penerima kehidupan. Lalu dari manakah? Dari relasi antara Anak dan Bapa; pokok anggur dan pengusahanya.


Jika relasi Bapa dan Anak adalah sebuah kehidupan dan produktivitas, maka tak perlu juga menjadi ditakjubkan dengan sebuah Tanya: apakah aku harus berjuang keras untuk berbuah? Jelas tidak, tetapi yang pasti, anda dan saya telah diciptakan sebagai cabang yang dirancang untuk berbuah. Kehidupanmu di dalam relasi dengan Kristus adalah kehidupan berbuah. Itu adalah kehidupan!


Maka memang, pada perintah Yesus itu sendiri, produktivitas adalah corak pengajaran dan kehidupan di dalam Kristus. Perhatikan hal-hal berikut ini:

Yohanes 15:17  Inilah perintah-Ku kepadamu: Kasihilah seorang akan yang lain."


Bahkan relasi keberbuahan semacam ini adalah relasi yang berlangsung senantiasa hingga kesudah dunia ini. Sebab Yesus  menunjukan bahwa  saat Ia tak lagi di bumi ini, Roh Kudus akan datang untuk menggantikan dirinya, memastikan relasi  bercorak produktif ini terus berlanjut! Perhatikan hal ini:

Yohanes 15:26 Jikalau Penghibur yang akan Kuutus dari Bapa datang, yaitu Roh Kebenaran yang keluar dari Bapa, Ia akan bersaksi tentang Aku.

Yohanes 15:27 Tetapi kamu juga harus bersaksi, karena kamu dari semula bersama-sama dengan Aku."

Saat pokok anggur pergi meninggalkan para murid, karena segala kehendak Bapa di dalam dirinya telah digenapi secara sempurna. Maka relasi yang diusahakan Bapa tidak terputuskan, sebab Bapa  sebagai pengusaha relasi orang beriman dengan diri-Nya memberikan Roh Kudus yang  dilanjutkan oleh Roh Kudus:  bersama-sama bersaksi tentang Yesus Kristus.


Sebuah produktivitas yang akan melahirkan begitu banyak buah-buah  berupa jiwa-jiwa bagi Bapa. Menggenapi doa Yesus pada Yohanes 17:20.


Tak pernah terjadi, perjalanan murid-murid Kristus dan kemudian gereja, sekali saja terlepas dari Bapa. Adalah kehendak Allah  setiap individu menerima kehidupan dari Allah bukan hanya sebuah kehidupan yang bersifat persinggahan untuk meneguk segelas air lalu melanjutkan perjalanan membawa bekal setermos air sebagai sebuah sumber terbatas. Apa yang terjadi dan dilakukan oleh Bapa adalah: setiap orang percaya berada di dalam haribaan Bapa di dalam Yesus Kristus dan Roh Kudus:

Lukas 24:49 Dan Aku akan mengirim kepadamu apa yang dijanjikan Bapa-Ku. Tetapi kamu harus tinggal di dalam kota ini sampai kamu diperlengkapi dengan kekuasaan dari tempat tinggi."


Ketika para murid tidak lagi bisa bersama-sama dengan Yesus senantiasa sebagaimana sediakala, maka Roh Kudus menjadi pengganti Yesus Kristus di dunia yang sama sempurna-Nya. Hanya saja memang Ia sangat berbeda dengan maksud kedatangan Kristus. Jika Kristus datang untuk menebus dosa manusia, maka tidak pada Roh Kudus. Perbedaan tajam ini, digambarkan sendiri oleh Kristus:


Matius 12:31-32 Sebab itu Aku berkata kepadamu: Segala dosa dan hujat manusia akan diampuni, tetapi hujat terhadap Roh Kudus tidak akan diampuni. Apabila seorang mengucapkan sesuatu menentang Anak Manusia, ia akan diampuni, tetapi jika ia menentang Roh Kudus, ia tidak akan diampuni, di dunia ini tidak, dan di dunia yang akan datangpun tidak.


Mengapa Kristus mengajarkan “di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa [Yohanes 15:5],” karena apa yang dimaksudkan oleh Kristus adalah natur atau hakikat kekudusan Allah di dalam Kristus, itulah yang tak dapat dihasilkan atau diupayakan oleh anda dan saya.


Hakikat kekudusan tak terelakan untuk menjadi kehidupan yang dihasilkan di dalam relasi pokok anggur dengan cabang, sebab relasi itu dihasilkan oleh apa yang dikerjakan oleh Anak dan Bapa dalam relasi pokok anggur dengan pengusahanya. Ini harus menjadi sumber, permulaan dan penghidup relasi pokok anggur dengan cabang. Anda pikirkan saja, bagaimana bisa pokok anggur bisa ada di bumi ini? Atau lebih tepatnya lagi, bagaimana bisa Allah Sang Firman masuk ke dunia ini melalui peristiwa kelahiran dari  Perawan  Maria oleh Roh Kudus? Bagaimana bisa Yesus Anak Allah dilahirkan melalui seorang perawan bernama Maria. Bagaimana bisa Maria menjadi bunda Allah? Pada saat malaikat Gabriel berkata:

■Lukas 1:32 Ia akan menjadi besar dan akan disebut Anak Allah Yang Mahatinggi. Dan Tuhan Allah akan mengaruniakan kepada-Nya takhta Daud, bapa leluhur-Nya,

■Lukas 1:35 Jawab malaikat itu kepadanya: "Roh Kudus akan turun atasmu dan kuasa Allah Yang Mahatinggi akan menaungi engkau; sebab itu anak yang akan kaulahirkan itu akan disebut kudus, Anak Allah.


maka janin Yesus sejak di dalam  kandungan Maria adalah Yang Kudus, Anak Allah! Ketika Maria masuk ke dalam kasih karunia [Lukas 1:30-31]  Allah semacam ini, maka tak terelakan kehidupannya menjadi sangat dikhususkan Allah di antara segenap manusia:
■Roh Kudus akan turun atasmu
■Kuasa Allah yang Mahatinggi akan menaungi engkau

Camkan! Inilah apa yang dinyatakan oleh Kitab Suci saya sendiri! Sekaligus menjelaskan, sebutan Anak Allah dan Bunda Allah sama sekali tidak merujuk pada hal-hal yang biologis pada Allah. Pada Maria, Yesus memang anaknya, itu sebuah biologis. Pada Yesus, Yesus disebut Anak Allah, tidak bermakna Allah melahirkan seorang Anak, sebab malaikat Gabriel begitu presesi menjelaskan mengapa Ia disebut Anak Allah, yaitu: “anak yang akan kaulahirkan itu…. .” Siapakah “kau” yang melahirkan itu? Jelas adalah “Maria” bukan Allah! Tak pernah Allah ber-anak seperti manusia.  Epistel Ibrani memberikan gambaran yang lebih  tajam dalam hal ini:

Ibrani 2:9 Tetapi Dia, yang untuk waktu yang singkat dibuat sedikit lebih rendah dari pada malaikat-malaikat, yaitu Yesus,

Ibrani 2:14 Karena anak-anak itu adalah anak-anak dari darah dan daging, maka Ia juga menjadi sama dengan mereka dan mendapat bagian dalam keadaan mereka,

Dalam konteks Ibrani 2:14, apa yang dimaksudkan dengan menjadi sama dengan mereka dan mendapat bagian dalam keadaan mereka, adalah kematian! Namun, dengan demikian, juga termasuk bahwa ia dilahirkan oleh seorang manusia. Sebab tak ada kematian  pada Allah selain pada manusia saja.           


Ketika Yesus Kristus pertama kali memulai kehadirannya di bumi sebagai janin di dalam kandungan  ibu-Nya, maka sangat jelas kehadiran Yesus menjadi dasar tunggal bagi Bapa untuk memberikan kepada Maria:
■Roh Kudus
■Kuasa Allah

Sekarang, hal yang sama namun dalam  cakupan yang  jauh lebih luas dan jangkauan ke depan ke segenap jaman terjadi:

Yesus berkata kepada para murid dan juga kepada setiap orang percaya bahwa  Bapa memberikan Roh Kudus

Yesus berkata kepada para  murid dan juga kepada setiap orang percaya bahwa Bapa akan memperlengkapi mereka akan diperlengkapi dengan kekuasaan dari tempat tinggi


Sehingga memang di dalam kehidupan gereja, Roh Kudus hadir dalam sebuah signifikansi yang sangat berkilau di dalam setiap aspek kehidupan orang percaya. Bukan hanya berbicara soal tanda-tanda ajaib atau karunia-karunia Roh atau buah-buah Roh, namun bagaimana Roh Kudus membawa sebuah kehidupan yang mengkonfrontasi segala tabiat-tabiat dosa. Istilah  “menanggalkan manusia lama dan mengenakan manusia baru” [ misalkan pada Efesus 4:1-33], harus dipandang sebagaimana Kristus telah lebih dahulu mengajarkan:

Yohanes 15:4 Tinggallah di dalam Aku dan Aku di dalam kamu. Sama seperti ranting tidak dapat berbuah dari dirinya sendiri, kalau ia tidak tinggal pada pokok anggur, demikian juga kamu tidak berbuah, jikalau kamu tidak tinggal di dalam Aku.


Bagaimana mungkin saya menjadi manusia baru atau memiliki kehidupan  yang diberikan oleh Yesus Kristus dan Roh Kudus sebagai sebuah kehendak Bapa? Maka jawabnya hanya satu, yaitu kasih karunia Bapa.


Kasih karunia Bapa yang terbesar adalah menghadirkan Anak-Nya sebagai pokok anggur bagi setiap orang yang dikasihi-Nya. Dalam Bapa tidak ada kasih tanpa sebuah tindakan mengasihi yang melekat dan tak terputuskan. Menjadikan  Allah Sang Firman masuk ke dunia ini dengan mengambil  baginya sendiri kedagingan yang begitu sejati dan identik dengan saya dan anda melalui rahim ibu-Nya, itu sungguh tak terbayangkan dan tak terselami.


Kasih  karunia Bapa yang terbesar adalah menghadirkan Anak-Nya sebagai pokok anggur sehingga setiap anak-anak Allah  bukan saja memiliki kehidupan kekal dari Allah, namun memiliki karya-karya Allah di dalam dirinya sebagai orang-orang yang dapat diutus Allah untuk menunjukan kepada dunia kehidupan yang diciptakan oleh Allah: berbuah.


Apakah tujuan seorang percaya berbuah?
Yohanes 15:8 Tinggallah di dalam Aku dan Aku di dalam kamu. Sama seperti ranting tidak dapat berbuah dari dirinya sendiri, kalau ia tidak tinggal pada pokok anggur, demikian juga kamu tidak berbuah, jikalau kamu tidak tinggal di dalam Aku.



Apakah kalau dalam hidup anda, anda diperintah untuk melakukan:
Sebab itu buanglah segala sesuatu yang kotor dan kejahatan yang begitu banyak itu dan terimalah dengan lemah lembut firman yang tertanam di dalam hatimu, yang berkuasa menyelamatkan jiwamu- Yakobus 1:21


adalah sebuah kehidupan yang terlepas dari Anak dan Roh Kudus? Tidak!
Termasuk kehidupan berbuah atau diinstruksikan berbuah atau membangun dirimu sedemikian rupa sehingga berbuah:
■Galatia 5:19-22 Perbuatan daging telah nyata, yaitu: percabulan, kecemaran, hawa nafsu, penyembahan berhala, sihir, perseteruan, perselisihan, iri hati, amarah, kepentingan diri sendiri, percideraan, roh pemecah, kedengkian, kemabukan, pesta pora dan sebagainya. Terhadap semuanya itu kuperingatkan kamu--seperti yang telah kubuat dahulu--bahwa barangsiapa melakukan hal-hal yang demikian, ia tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah. Tetapi buah Roh ialah: kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri. Tidak ada hukum yang menentang hal-hal itu.


Apakah ini kehidupan semacam ini adalah kehidupan yang bersumber pada kekuatan diri sendiri, tanpa relasi  sebagaimana yang Yesus maksudkan? Tidak!


Perhatikan hal ini:
■Galatia 5:16 Maksudku ialah: hiduplah oleh Roh, maka kamu tidak akan menuruti keinginan daging.
■Galatia 5:18 Akan tetapi jikalau kamu memberi dirimu dipimpin oleh Roh, maka kamu tidak hidup di bawah hukum Taurat.
■Galatia 5:25 Jikalau kita hidup oleh Roh, baiklah hidup kita juga dipimpin oleh Roh,


Apakah dasar bagi saya dan anda untuk  tidak hanya hidup oleh Roh, namun juga memberikan diri dalam kehendak atau kemauan untuk mau dipimpin oleh Roh? Maka tepat seperti kata Kristus:
■kamu tidak berbuah, jikalau kamu tidak tinggal di dalam Aku – Yohanes 15:4
■sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa- Yohanes 15:5

Hanya jika Yesus adalah pernaungan kekal dan kokoh bagi kehidupanmu maka anda dapat dididik, diajar, dituntun, dibimbing untuk bertindak dan berlaku sebagaimana yang diperintahkan dalam kehendak Bapa.

Jangan dibingungkan dengan “kalau begitu saya harus berjuang lagi untuk berada di dalam Bapa!” Tahukah anda bahwa sejak semula Yesus menyatakan perihal ini hanya mungkin diusahakan oleh Bapa-Nya saja: “Bapa-Kulah pengusahanya.”


Kasih karunia dari Allah di dalam Kritus mengenai kehidupan yang diberikan Bapa kepada setiap orang percaya dalam sebuah penyelenggaraan yang dilaksanakan oleh Anak dan Roh Kudus atas setiap orang percaya. Dengan kata lain, apa yang dilahirkan dari pelaksanaan kehendak Bapa atas setiap diri orang percaya oleh Anak dan Roh Kudus, bukanlah kematian atau keberserahan pada berbagai kelemahan daging dan muslihat dunia ini beserta segala keinginannya. Bapa tahu, saya dan anda tak berdaya hidup bagi-Nya tanpa pelayanan Roh Kudus di dalam setiap orang percaya.


Sehingga harus dikatakan juga, kasih karunia bukan soal slogan, bukan soal “oh…khotbahnya tidak boleh tegur dosa, sebab itu sama saja melakukan penuduhan. Bukankah didalam Kristus sudah merdeka dari segala belenggu dosa?” Sementara, Roh Kudus sendiri hadir di dalam setiap orang percaya untuk menahan atau mengendalikan segala kedagingan kita sehingga tidak akan menjadi tuan atas kehidupan orang beriman itu. Pada dasarnya, Roh Kudus berbuah sehingga kedagingan kita tidak mengambil alih pikiran dan kehendak kita sehingga menjadi begitu binalnya menghidupi diri ini.


Juga, Roh Kudus tidak boleh disingkirkan di dalam bagaimana kehidupan orang-orang Kristen sejati untuk dapat melahirkan buah-buah yang memuliakan Allah, atau dengan kata lain perihal ini, tidak dapat  dikatakan dan diajarkan sebagai perjuangan mati-matian atas dirinya sendiri tanpa sama sekali kuasa dari  Allah yang menaungi setiap orang percaya atau terlepas dari Bapa, Anak dan Roh Kudus.



Bersambung ke “Tinjauan Pengajaran Pdt. Dr.Erastus Sabdono “Keselamatan Diluar Kristen”(3Q-1):“Tidak Ada Keselamatan Di Luar Kristen Tetapi Ada Keselamatan Di Luar Kristen”

AMIN
Segala Pujian Hanya Kepada TUHAN



The cross
transforms present criteria of relevance: present criteria of relevance do not transform
the cross


[oleh seorang teolog yang saya lupa namanya]
  



No comments:

Post a Comment