Pages

18 November 2015

Tinjauan Pengajaran Pdt. Dr.Erastus Sabdono “Keselamatan Diluar Kristen” (3P-3)


“Keselamatan Kristus Juga Untuk Mereka Yang Tak Beriman Kepada-Nya”

Oleh : Martin Simamora



Bacalah lebih dulu bagian 3P-1 dan 3P-2

Memisahkan Yesus Dari Kehidupan Kekal
Apakah kehidupan kekal harus dari dan hanya ada pada Yesus Kristus? Jika tidak maka memang dia bukan satu-satunya sebagaimana Ia sendiri mendeklarasikan dirinya, sebaliknya, jika ya, maka dia memang satu-satunya sumber dan pemberi hidup kekal. Mengatakan demikian, maka tak ada satu kemungkinan saja di dunia ini sumber-sumber lain atau mata air-mata air yang dapat menjadi sumber atau pemberi hidup kekal selain Kristus. Bagaimana menjawabnya? Maka  harus melihat bagaimana  kitab suci menyatakannya.

secara legal, Allah sendiri, telah menunjukan bahwa semua manusia tak berdaya pada dirinya untuk mencapai kehidupan kekal. Memang jika berbicara hukum Taurat maka dasar bagi seseorang untuk mendapatkan kebenaran dihadapan Allah adalah melakukannya, sehingga Ia mendapatkan perkenanan dan masuk ke dalam kehidupan kekal  tanpa penghukuman. Perhatikan bagaimana  perjanjian baru menyatakan bahwa semua manusia tak berdaya pada dirinya sendiri untuk itu:

Roma 4:14 Sebab jika mereka yang mengharapkannya dari hukum Taurat, menerima bagian yang dijanjikan Allah, maka sia-sialah iman dan batallah janji itu.

Ketakberdayaan manusia untuk pada dirinya sendiri berkenan bagi Allah nampak  begitu tragis dan mematikan pengharapan. Perhatikan ini:

Roma 4:15 Karena hukum Taurat membangkitkan murka,

Ada apakah dengan manusia ini, sehingga sebuah ketetapan Allah mahakudus yang membukakan peluang untuk masuk kedalam perkenanan-Nya di dalam kekekalan-Nya malah mendatangkan kemurkaan Allah?


Mari kita lihat bagaimana kerja hukum Taurat di dalam diri manusia itu:
«"Jangan mencuri," mengapa engkau sendiri mencuri?- Roma 2:21
«"Jangan berzinah," mengapa engkau sendiri berzinah?-Roma 2:22

Begitulah realita segenap manusia! Problem segenap ras manusia.

Pada dasarnya:
«semua manusia mati sehingga tak berdaya atau tak berkuasa untuk mematuhi kehendak-kehendak kudus Allah

«semua manusia mati karena di dalam dirinya hanya ada satu hukum yang bekerja, yaitu yang mendatangkan murka Allah; bagaimana mungkin berkata jangan berzinah namun berzinah

«semua manusia sudah mati karena pada dasarnya telah berada dibawah murka Allah, bukan dibawah kehidupan Allah, kasih Allah dan perkenanan Allah

Sehingga Allah yang diimani Abraham telah digambarkan dalam sebuah pertautan ketat dengan hakikat segenap manusia:

“…di hadapan Allah yang kepada-Nya ia percaya, yaitu Allah yang menghidupkan orang mati dan yang menjadikan dengan firman-Nya apa yang tidak ada menjadi ada.- Roma 4:17

Secara fundamental ini adalah sebuah keadaan yang menetap. Ini  faktor tetap! Di dalam kehidupan alam semesta. Jika demikian segenap manusia adanya apakah lagi yang tersisa?


Manusia mengerti dan memahami apakah yang dikehendaki Allah, bahkan sanggup membuat pilihan untuk mematuhi senantiasa. Tetapi, mungkinkah senantiasa?


Bukan soal mampukah melakukan apa yang diperintahkan secara literal, apa yang membuat manusia tak berdaya,ternyata, perintah-perintah Allah yang kudus itu telah menghisap manusia itu kedalam kekudusan-Nya, sehingga hanya yang benar-benar sekudus Allah sajalah yang tak akan binasa. Coba pertimbangkan salah satu instruksi Yesus ini jika ingin mendapatkan kebenaran berdasarkan hukum Taurat:

Matius 5:27-28 Kamu telah mendengar firman: Jangan berzinah. Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap orang yang memandang perempuan serta menginginkannya, sudah berzinah dengan dia di dalam hatinya.

Yesus pada dasarnya berkata bahwa: jangan berzinah adalah jangan memandang perempuan serta menginginkannya. Dari perzinahan yang jasmaniah, yang dapat dipergoki, yang dapat direkam dengan kamera selular, menjadi perzinahan yang  spiritual, yang tak dapat dipergoki, yang tak dapat direkam dengan kamera selular namun telah divonis sebagai perzinahan  fisik di dalam hati manusia.


Dimanakah kemampuan manusia dan apakah bersifat konstan tanpa sebuah penyurutan? Kapankah mata tak memandang dan menikmati untuk kemudian mengimajinasinya yang melahirkan sensualitas-sensualitas yang dapat seketika menjadi erotisme di dalam jiwa?

Dan jika tergelincir sedikit saja dalam matamu atau saya memandang, maka konsekuensinya adalah: NERAKA.

Matius 5:29  Maka jika matamu yang kanan menyesatkan engkau, cungkillah dan buanglah itu, karena lebih baik bagimu jika satu dari anggota tubuhmu binasa, dari pada tubuhmu dengan utuh dicampakkan ke dalam neraka.

Cungkilah! Ini harus dipahami sebagai hurufiah mengingat konsekuensinya adalah neraka. Kecuali neraka adalah imajiner bagi anda, maka memang  berlebihan atau terlampau ekstrim untuk  berkata “cungkilah” adalah literal dalam maknanya.


Yesus sedang menunjukan betapa kudus-Nya Allah dalam segala perintah-Nya. Di dalam perintahnya terkandung kekudusan-Nya. Sekarang, apakah manusia dalam melakukan perintah Allah terkandung kekudusan Allah didalam dirinya? Bisa saja ada banyak manusia yang dapat berselibat bahkan, tetapi benarkah demikian dengan hasrat  atau dorongan dirinya, sekalipun ia tinggal didalam sebuah kotak tembok beton?

Manusia dengan demikian mati sebab ia tak  menjadi hidup atau bereaksi positif atau menyatu sempurna dengan perintah Allah beserta kandungan hasrat-hasrat Allah yang kudus. Hasrat Allah dan pikiran Allah yang kudus menjadi hal yang begitu mematikan baginya.
                                          
Dalam pandangan Allah,  dunia ini sangat gelap pekat dan semua manusia dikuasainya; dalam pandangan Allah, tidak ada satu titik terang berkemilauan dalam diri manusia sekalipun Allah telah memberikan seperangkat hukum-hukum kudus-Nya.


Dunia Dikuasai Kegelapan Sehingga Tak Berdaya Untuk Mencintai  Kekudusan Allah

Ketika Injil Yohanes menulis:

Terang itu bercahaya di dalam kegelapan dan kegelapan itu tidak menguasainya- Yohanes 1:5

Dimanakah “kegelapan” itu ada?

Apakah di:

Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah-Yohanes 1:1
Ataukah

di:
Yohanes 1:14 Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita

Harus dikatakan “kegelapan” yang sedang diutarakan oleh injil Yohanes adalah kegelapan di dalam dunia manusia!

Kunjungan Allah Sang Firman ke dunia manusia melalui menjadi manusia pada dasarnya adalah sebuah kunjungan ke dalam kegelapan. Yesus sedang mengunjungi manusia-manusia yang berada di dalam kegelapan.


Benarkah sedemikian ekstrimnya keadaan manusia itu, sedemikian buruknya manusia itu? Yohanes Pembaptis menyingkapkan realitas manusia sesungguhnya dalam kedatangan Allah Sang Firman ke dunia ini dengan menjadi manusia:

Yohanes 1:9 Terang yang sesungguhnya, yang menerangi setiap orang, sedang datang ke dalam dunia.

Ia datang ke dalam dunia segenap bola bumi ini yang begitu  gelapnya, dimana tak ada satupun sumber-sumber pada kemanusiaan manusia itu sendiri dapat menolong dirinya sendiri mengatasi kegelapan! Sebuah kegelapan yang mengurung, memenjara dan mendera manusia dalam sebuah pengharapan yang nol.

Yesus datang untuk menerangi setiap orang. Setiap! Tak ada pengecualian yang bagaimanapun. Itu tercermin dari kebarbaran moral segenap manusia yang bahkan tak punya etika sama sekali untuk menyambut Terang dari Allah itu:

«dunia tidak mengenal-Nya- Yohanes 1:11
«orang-orang kepunyaan-Nya itu tidak menerima-Nya- Yohanes 1:12                      


Saat Yesus datang ke dunia ini dan tampil di hadapan publik  dan menjalankan misinya, tak ada satupun yang dapat mengenali secara jitu siapakah dia! Sebuah problem yang sangat signifikan dan menentukan masa depan kekekalan. Perhatikan ini:

Lukas 9:18 Pada suatu kali ketika Yesus berdoa seorang diri, datanglah murid-murid-Nya kepada-Nya. Lalu Ia bertanya kepada mereka: "Kata orang banyak, siapakah Aku ini?" Jawab mereka: "Yohanes Pembaptis, ada juga yang mengatakan: Elia, ada pula yang mengatakan, bahwa seorang dari nabi-nabi dahulu telah bangkit."
Tak ada yang dapat mengenali dan beriman kepada Yesus oleh keputusan dan pilihannya sendiri, sebab pada mengenali siapakah dia sesungguhnya telah melampaui realita fisik dunia ini. Siapa yang dapat mengenali Ia  “Pada mulanya bersama-sama dengan Allah di sorga dalam rupa seorang manusia?!” Untuk mengenali Yesus sehingga datang menghampiri dalam sebuah kehendak sendiri dan dalam sebuah keputusan bulat berkata:

"Engkau adalah Mesias, Anak Allah yang hidup!"- Matius 16:16

haruslah berasal dari kasih karunia Allah yang diberikan kepada seorang manusia sehinga dapat membuat keputusan dan menghampiri Yesus sebagaimana “Ia adalah”:

Matius 16:17 Berbahagialah engkau Simon bin Yunus sebab bukan manusia yang menyatakan itu kepadamu, melainkan Bapa-Ku yang di sorga.

Siapakah yang dapat mengenali siapakah Yesus  selama didunia? Maka hanya ada 2 pihak:
«Bapa
«manusia yang kepadanya Bapa menunjukannya

Yesus menunjukan bahwa memang hanya Bapa  yang dapat bersaksi mengenai siapakah dirinya:

Yohanes 5:32 ada yang lain yang bersaksi tentang Aku dan Aku tahu, bahwa kesaksian yang diberikan-Nya tentang Aku adalah benar.

Yohanes 5:37  Bapa yang mengutus Aku, Dialah yang bersaksi tentang Aku

Hanya ada satu yang dapat  mengenali Yesus pada kesejatiannya: Bapa.

Malangnya, sementara manusia-manusia dapat berinteraksi dengan Yesus, namun tak dapat berinteraksi dengan Bapa, sebab, menurut Yesus,:
“Kamu tidak pernah mendengar suara-Nya, rupa-Nyapun tidak pernah kamu lihat,”-Yohanes 5:37

Sementara Yesus sangat mengenal Bapa dalam sebuah cara yang mencengangkan untuk dipercaya sebagai sebuah kebenaran:
Yohanes 5:19 Aku berkata kepadamu, sesungguhnya Anak tidak dapat mengerjakan sesuatu dari diri-Nya sendiri, jikalau tidak Ia melihat Bapa mengerjakannya; sebab apa yang dikerjakan Bapa, itu juga yang dikerjakan Anak.

Yohanes 5:20 Bapa mengasihi Anak
Yohanes 5:20 Bapa menunjukkan kepada-Nya segala sesuatu yang dikerjakan-Nya sendiri

Yesus bahkan secara berterus terang menyatakan tak memerlukan kesaksian manusia mengenai dirinya, sekalipun kesaksian itu benar:
Yohanes 5:33 Kamu telah mengirim utusan kepada Yohanes dan ia telah bersaksi tentang kebenaran; tetapi Aku tidak memerlukan kesaksian dari manusia

Yesus tak memerlukan manusia untuk mewujudkan segenap  rencana Bapa untuk mendatangkan keselamatan bagi manusia di dalam  Yesus Kristus. Disain Bapa  tak melibatkan manusia!

Bahkan Yohanes Pembaptis tak bedanya dengan Petrus dalam dapat mengenali dan mengimani siapakah Yesus sesungguhnya:

Yohanes 1:31  Dan aku sendiripun mula-mula tidak mengenal Dia, tetapi untuk itulah aku datang dan membaptis dengan air, supaya Ia dinyatakan kepada Israel."

Yohanes 1:33 Dan akupun tidak mengenal-Nya, tetapi Dia, yang mengutus aku untuk membaptis dengan air, telah berfirman kepadaku: Jikalau engkau melihat Roh itu turun ke atas seseorang dan tinggal di atas-Nya, Dialah itu yang akan membaptis dengan Roh Kudus.

Bagaimana sebetulnya Yohanes Pembaptis kala memandang dan mengamati Yesus berdasarkan pengetahuannya? Maka, inilahnya faktanya:
-Ia mula-mula tak mengenal-Nya
-Ia tidak mengenal-Nya



Bagaimana kemudian Ia dapat mengenali Kristus?
Maka inilah faktanya: Bapa yang mengutus Yohanes telah berfirman kepadanya.

Hanya jika Bapa bertindak atas dirinya maka ia dapat mengenalinya. Tetapi, apakah anda melihat sesuatu yang bahkan sangat mustahil untuk terjadi pada seorang manusia? Lihatlah Yohanes: melihat Roh Kudus turun maka dialah itu. Sementara tak ada yang dapat melihat Bapa, Yohanes dapat melihat Roh Kudus! Bagaimana bisa? Hanya karena anugerah atau tindakan Bapa yang bersabda pada dirinya maka jadilah sesuai sabda-Nya itu. Siapakah Dialah itu? Ia adalah “Pada mulanya adalah Firman, Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah.” Bapa bersabda kepada Yohanes Pembaptis bagaimana mengenali “Ia adalah yang pada mulanya Firman yang bersama-sama dengan Allah, adalah Allah” adalah dengan melihat Roh Kudus turun atasnya atau menyatu kepadanya.

Apakah demikian pentingnya mengenal siapakah Yesus Kristus itu?
Sejak mulanya, mengenal Yesus  yang sesungguhnya adalah penting sebab di dalam dirinya saja ada jalan keluar  bagi ketakberdayaan kekal manusia:

Yohanes 1:6-7 Datanglah seorang yang diutus Allah, namanya Yohanes; ia datang sebagai saksi untuk memberi kesaksian tentang terang itu, supaya oleh dia semua orang menjadi percaya.

Kehendak Allah  hanya satu terhadap Yesus: supaya menjadi percaya!

Percaya pada segala apapun juga yang disabdakan oleh Yesus, adalah kehendak Bapa!
Matius 17:5 Dan tiba-tiba sedang ia berkata-kata turunlah awan yang terang menaungi mereka dan dari dalam awan itu terdengar suara yang berkata: "Inilah Anak yang Kukasihi, kepada-Nyalah Aku berkenan, dengarkanlah Dia."

Sangat penting untuk mendengar dan percaya kepadanya, sebab saat percaya maka manusia itu akan mendapatkan hidup. Setiap perkataannya adalah kuasa untuk memberikan hidup yang melepaskan manusia dari perbelengguan maut:

Yohanes 5:24 Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa mendengar perkataan-Ku dan percaya kepada Dia yang mengutus Aku, ia mempunyai hidup yang kekal dan tidak turut dihukum, sebab ia sudah pindah dari dalam maut ke dalam hidup.

Yohanes 5:46-47 Sebab jikalau kamu percaya kepada Musa, tentu kamu akan percaya juga kepada-Ku, sebab ia telah menulis tentang Aku. Tetapi jikalau kamu tidak percaya akan apa yang ditulisnya, bagaimanakah kamu akan percaya akan apa yang Kukatakan?"

Jika percaya kepada perkataan Yesus adalah kehendak Allah sehingga mendapatkan keselamatan oleh percaya kepada Yesus, maka problem yang paling fundamental adalah ketakberdayaan manusia yang begitu absolute. Perhatikan ini:

Lukas 16:31 Kata Abraham kepadanya: Jika mereka tidak mendengarkan kesaksian Musa dan para nabi, mereka tidak juga akan mau diyakinkan, sekalipun oleh seorang yang bangkit dari antara orang mati."

Percaya atau beriman kepada Yesus Kristus,dengan demikian, bukan perkara kemampuan manusia untuk membuat keputusan atau memilih dan menghampiri Yesus dan menyerahkan diri kepadanya.

Allah menghendaki semua manusia mendengarkannya dan beriman kepadanya, sebab  dirinya dan perkataannya adalah sumber kehidupan! Jika Petrus dan Yohanes Pembaptis saja membutuhkan Allah yang menganugerahkan iman, maka terlebih lagi anda dan saya, serta segenap manusia.

Jika perkataan Yesus adalah kehidupan, maka datang beriman kepadanya adalah sebuah kemutlakan:

Yohanes 5:39 Kamu menyelidiki Kitab-kitab Suci, sebab kamu menyangka bahwa oleh-Nya kamu mempunyai hidup yang kekal, tetapi walaupun Kitab-kitab Suci itu memberi kesaksian tentang Aku,

Yohanes 5:40 namun kamu tidak mau datang kepada-Ku untuk memperoleh hidup itu.


Camkan! Bukan soal kehormatan bagi Yesus saat orang mendengarkan perkataannya, sebab,  kehormatan apakah yang dapat diberikan oleh manusia yang pada dasarnya di dalam kegelapan? Yang sedang membutuhkan pertolongan Allah untuk menyelamatkannya?

Yohanes 5:41 Aku tidak memerlukan hormat dari manusia.

Mengapa kehidupan kekal tak dapat dipisahkan dari Yesus? Kita baru saja menyaksikan realita terpokoknya dari segala aspek mengenai Yesus sebagai sumber tunggal keselamatan yang telah diturunkan Allah kedalam dunia yang diliputi kegelapan, sebuah keadaan dimana hukum-hukum kudus Allah tak menghasilkan kekudusan Allah kala diberikan kepada manusia, melainkan hanya murka Allah!

Keadaan manusia begitu mati. Bahkan dalam merespon segala perintah di dalam hukum-hukum Allah. Itulah satu-satunya dasar  yang ultimat bagi Allah untuk mengutus Anak di dunia ini sebagai Terang.

Problemnya, sedalam apapun dan seterus terang apapun dan didahului dengan mujizat hebat sekalipun, beriman kepada Yesus berdasarkan  kesempatan untuk mendengarkan Yesus, kesempatan untuk menimbang sabda Yesus dan momen penuh anugerah untuk memiliki waktu eksklusif  berinteraksi sang Kasih Karunia, tak menjadi sumber keselamatan!

Perhatikan ini sebagai sepasang pertimbangan di antara banyak peristiwa serupa yang dapat disajikan:

Yohanes 5:15-18 Orang itu keluar, lalu menceriterakan kepada orang-orang Yahudi, bahwa Yesuslah yang telah menyembuhkan dia. Dan karena itu orang-orang Yahudi berusaha menganiaya Yesus, karena Ia melakukan hal-hal itu pada hari Sabat. Tetapi Ia berkata kepada mereka: "Bapa-Ku bekerja sampai sekarang, maka Akupun bekerja juga." Sebab itu orang-orang Yahudi lebih berusaha lagi untuk membunuh-Nya, bukan saja karena Ia meniadakan hari Sabat, tetapi juga karena Ia mengatakan bahwa Allah adalah Bapa-Nya sendiri dan dengan demikian menyamakan diri-Nya dengan Allah.


Yohanes 6:60-61,66 Sesudah mendengar semuanya itu banyak dari murid-murid Yesus yang berkata: "Perkataan ini keras, siapakah yang sanggup mendengarkannya?" Yesus yang di dalam hati-Nya tahu, bahwa murid-murid-Nya bersungut-sungut tentang hal itu, berkata kepada mereka: "Adakah perkataan itu menggoncangkan imanmu? Mulai dari waktu itu banyak murid-murid-Nya mengundurkan diri dan tidak lagi mengikut Dia.

Beriman kepada Yesus melampaui apa yang dapat dipersepsikan oleh manusia kala memadang, mendengarkan sabdanya dan membaca kitab suci, sebab apa yang dikehendaki kala beriman kepadanya adalah percaya bahwa “Dialah itu.” Bahwa Ia datang ke dunia ini sebagai Ia yang telah menjadi manusia, yang mengenai ini telah dikemukakan oleh Yesus sendiri dihadapan orang banyak, kepada para murid-muridnya yang mengundurkan diri itu:

Yohanes 6:62 Dan bagaimanakah, jikalau kamu melihat Anak Manusia naik ke tempat di mana Ia sebelumnya berada?


Yohanes Pembaptis dapat mengetahui bahwa Yesus adalah “Dialah itu” karena Bapa yang mengutus Yohanes Pembaptis telah berfirman kepadanya!


Yohanes Pembaptis dapat melihat Roh Kudus turun atas Yesus, karena Bapa yang menunjukannya kepadanya!


Lalu bagaimana dengan segenap manusia lainnya? Perhatikan penjelasan Yesus:

Yohanes 6:65  "Sebab itu telah Kukatakan kepadamu: Tidak ada seorangpun dapat datang kepada-Ku, kalau Bapa tidak mengaruniakannya kepadanya."

Hanya jika Allah membangkitkan manusia yang mati terhadap kekudusan Allah, maka ia dapat datang kepada Bapa. Yesus bersabda bahwa hanya jika Bapa mengaruniakannya maka percaya kepadanya terjadi.


Mengapa ada yang disebut banyak murid mengundurkan diri? Ini yang menjelaskan fenomena banyaknya orang-orang Kristen di sepanjang sejarah yang dahulu dikenal sebagai sangat Kristen dalam kesehariannya, namun pada kesudahan hidupnya tak pernah sungguh-sungguh Kristen atau tak pernah  merupakan penerima karunia iman dari Bapa yang memampukannya merespon dan datang  kepada Kristus dan menjadikannya Juruselamat dan Tuhannya.


Yesus mengatakan bahwa keberimanan berdasarkan kasih karunia adalah kehendak Bapa:

Yohanes 6:38-39 Sebab Aku telah turun dari sorga bukan untuk melakukan kehendak-Ku, tetapi untuk melakukan kehendak Dia yang telah mengutus Aku. Dan inilah kehendak Dia yang telah mengutus Aku, yaitu supaya dari semua yang telah diberikan-Nya kepada-Ku jangan ada yang hilang, tetapi supaya Kubangkitkan pada akhir zaman.

Mengapa keselamatan bagi segenap manusia tak dapat dipisahkan dari Yesus Kristus? Karena hanya Yesus yang dapat membangkitkan kematian rohani setiap manusia sehingga dapat mengenali kehendak Allah  di dalam keselamatan yang dirancang dan  dikehendakinya. Bapa mengatakan: dengarkanlah dia! Bukan dengarkan yang lain!


Apakah anda masih mau mendengarkan pengajaran pendeta Dr. Erastus Sabdono yang menentang Yesus, sebab mengajarkan “Walaupun mereka tidak menerima Yesus tetapi memperlakukan sesamanya secara benar. Mereka akan diperkenan masuk dunia yang akan datang.”


Bersambung ke “Tinjauan PengajaranPdt. Dr.Erastus Sabdono “Keselamatan Diluar Kristen” (3P-4a):“Tidak Ada Keselamatan Di Luar Kristen Tetapi Ada Keselamatan Di Luar Kristen”

AMIN
Segala Pujian Hanya Kepada TUHAN


The cross
transforms present criteria of relevance: present criteria of relevance do not transform
the cross


[oleh seorang teolog yang saya lupa namanya]

No comments:

Post a Comment