Pages

13 November 2015

Tinjauan Pengajaran Pdt. Dr.Erastus Sabdono “Keselamatan Diluar Kristen” (3P-2)


“Keselamatan Kristus Juga Untuk Mereka Yang Tak Beriman Kepada-Nya”

Oleh: Martin Simamora


Bacalah lebih dulu bagian 3P-1
Memisahkan Yesus Dari Kebenaran
Dasar berikutnya, mengapa mengajarkan “orang yang tak beriman kepada Kristus masih berpeluang untuk masuk ke dalam dunia yang akan datang, berdasarkan perbuatan-perbuatan baiknyasangat menyesatkan, sebab Yesus secara tegas menekankan bahwa apapun juga  yang dikatakan sebagai kebenaran, namun terlepas dari apa yang disabdakannya, bukan kebenaran sama sekali. Bahkan pada poin seorang pengajar atau murid Kristus mengajarkan demikian, maka ia bukan murid Kristus!

Perhatikan sebuah episode sabdanya yang membelenggu dunia di sepanjang kehidupan dunia:

Yohanes 8:31-32 (31) Maka kata-Nya kepada orang-orang Yahudi yang percaya kepada-Nya: "Jikalau kamu tetap dalam firman-Ku, kamu benar-benar adalah murid-Ku (32) dan kamu akan mengetahui kebenaran, dan kebenaran itu akan memerdekakan kamu."
Apa yang penting untuk diperhatikan di sini, teks firman ini bukan “kebenaran untuk orang-orang Yahudi,tetapi ditujukan kepada siapapun yang menjadi murid Kristus.” Apa yang  menjadi keutamaan satu-satunya adalah: “Jikalau kamu tetap dalam firman-Ku, kamu akan mengetahui kebenaran, dan kebenaran itu akan memerdekakan kamu.

Kebenaran tidak ada di luar diri Yesus, dan kebenaran itu bukan pada serangkaian hukum-hukum yang harus dilakukan oleh manusia. Bukan itu saja, Ia menyatakan bahwa sumber untuk mengetahui kebenaran itu adalah tetap dalam firman-Ku. Perkataan-perkataan Yesus ini adalah firman yang menunjukan bahwa kebenaran yang sedang diajarkan oleh Yesus, bukan kebenaran yang berasal dari pemikiran-pemikiran manusia, namun merupakan kebenaran yang datang dari Allah. Apakah yang dikerjakan oleh kebenaran  tersebut, di dalam kehidupan orang yang percaya dan mendengarkannya?Kebenaran itu akan memerdekakannya.

Sejak  Ia memperkenalkan siapakah dirinya, Yesus memang menekankan dalam sebuah kepastian dan penjaminan, bahwa perbuatan dan perkataannya bukanlah dari kehendaknya sendiri, tetapi Allah, Bapa:

Yohanes 5:19 Maka Yesus menjawab mereka, kata-Nya: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya Anak tidak dapat mengerjakan sesuatu dari diri-Nya sendiri, jikalau tidak Ia melihat Bapa mengerjakannya; sebab apa yang dikerjakan Bapa, itu juga yang dikerjakan Anak.

Yohanes 5:30 Aku tidak dapat berbuat apa-apa dari diri-Ku sendiri; Aku menghakimi sesuai dengan apa yang Aku dengar, dan penghakiman-Ku adil, sebab Aku tidak menuruti kehendak-Ku sendiri, melainkan kehendak Dia yang mengutus Aku.

Yohanes 6:38  Sebab Aku telah turun dari sorga bukan untuk melakukan kehendak-Ku, tetapi untuk melakukan kehendak Dia yang telah mengutus Aku.

Yohanes 12:49-50 Sebab Aku berkata-kata bukan dari diri-Ku sendiri, tetapi Bapa, yang mengutus Aku, Dialah yang memerintahkan Aku untuk mengatakan apa yang harus Aku katakan dan Aku sampaikan. Dan Aku tahu, bahwa perintah-Nya itu adalah hidup yang kekal. Jadi apa yang Aku katakan, Aku menyampaikannya sebagaimana yang difirmankan oleh Bapa kepada-Ku."

Ketika Yesus berkata “tetap dalam firmanku” pada hakikatnya,perkataan-perkataan Yesus tersebut, bukan bersumber dari bumi ini! Apa yang saya maksudkan adalah, “firman-Ku” saat diucapkan di bumi adalah kehendak Bapa di sorga untuk terjadi di bumi.

Yesus Sang Kristus secara sangat cermat  membangkitkan sebuah kekritisan pada setiap pendengarnya untuk tidak menilai  “firman-Ku” sebagai sebuah lelucon atau sebuah hikmat dunia, saat berkata “jadi apa yang Aku katakan, Aku menyampaikannya sebagaimana yang difirmankan oleh Bapa kepada-Ku.” Ini adalah sebuah operasi  “sebab apa yang dikerjakan Bapa, itu juga yang dikerjakan Anak.”

Mengapa Yesus adalah kebenaran, bukan semata-semata pada apa yang dikatakannya merupakan sabda atau kebenaran yang datang dari Allah. Jika semata pada poin ini saja yang menjadi dasar bagi Yesus untuk mengatakan dirinya: “Aku adalah kebenaran,” maka berangkali dapat dikatakan sebuah peninggian diri sendirian yang memalukan, sebab jika demikian maka nabi Musa, misalnya, sudah terlebih dahulu demikian.

Yesus adalah kebenaran, terletak pada  dirinya yang tak terpisahkan [sebuah kesatuan] dari Bapa. Perhatikan sejumlah poin  yang membuat Yesus sangat berbeda dari nabi-nabi besar dan terhormat dari dunia perjanjian lama:
Yohanes 8:16 dan jikalau Aku menghakimi, maka penghakiman-Ku itu benar, sebab Aku tidak seorang diri, tetapi Aku bersama dengan Dia yang mengutus Aku.

menunjukan pada siapakah dirinya, dan  melampaui pemahaman bagaimana sebuah sabda dapat diterima oleh seorang nabi, yaitu: “Aku tidak seorang diri, tetapi Aku bersama dengan Dia yang mengutus Aku.”


Allah bersama-sama denganku, bahkan saat aku berada di bumi ini sebagai yang diutus-Nya. Tak ada keterpisahan sedikit saja atau satu momentumpun antara Yesus dan Allah. Tetapi, pertanyaan mahapentingnya adalah, setinggi, sedalam dan seluas apakah ketakterpisahan itu? Dalam sebuah  episode percakapan Yesus dengan muridnya, hal mencengangkan dan tak mungkin dipahami secara sempurna, menyeruakan relasi antara Yesus dengan Allah:

Yohanes 14:6- (6) Kata Yesus kepadanya: "Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku.(7) Sekiranya kamu mengenal Aku, pasti kamu juga mengenal Bapa-Ku. Sekarang ini kamu mengenal Dia dan kamu telah melihat Dia."(8) Kata Filipus kepada-Nya: "Tuhan, tunjukkanlah Bapa itu kepada kami, itu sudah cukup bagi kami."(9) Kata Yesus kepadanya: "Telah sekian lama Aku bersama-sama kamu, Filipus, namun engkau tidak mengenal Aku? Barangsiapa telah melihat Aku, ia telah melihat Bapa; bagaimana engkau berkata: Tunjukkanlah Bapa itu kepada kami.(10) Tidak percayakah engkau, bahwa Aku di dalam Bapa dan Bapa di dalam Aku? Apa yang Aku katakan kepadamu, tidak Aku katakan dari diri-Ku sendiri, tetapi Bapa, yang diam di dalam Aku, Dialah yang melakukan pekerjaan-Nya.(11) Percayalah kepada-Ku, bahwa Aku di dalam Bapa dan Bapa di dalam Aku; atau setidak-tidaknya, percayalah karena pekerjaan-pekerjaan itu sendiri.

Tinggal di dalam firman-Ku dapat mengakibatkan mengenal kebenaran yang berkuasa untuk memerdekakan. Mengapa demikian? Karena perkataan Yesus bukan sekedar perkataan seorang nabi; bukan sekedar perkataan hikmat manusia, atau sekedar perkataan ilahi yang diucapkan oleh seorang nabi Allah.

Pada Yesus: “Ia di dalam Bapa dan Bapa di dalam dirinya,” atau “mengenal Yesus  berarti mengenal Bapa” atau “barangsiapa telah melihat Yesus, telah melihat Bapa,” atau “Bapa, yang diam di dalam Aku, Dialah yang melakukan pekerjaan-Nya.”

Seorang nabi tidak berada pada kategori semacam ini. Kesatuan antara Yesus dan Bapa dalam singkapan-singkapan yang membuat kemustahilan tertinggi menjadi sebuah keterbukaan di dalam Yesus.


Mengapa?



Perhatikan baik-baik, singkapan Yesus yang menyatakan: “Barangsiapa telah melihat Aku, Ia telah melihat Bapa,” sebuah hal yang melampaui supranatural. Sebab tak semua hal yang disebut sebagai supranatural mungkin terjadi oleh karena hakikat ke-supranaturalan-nya yang tak dapat berlangsung bagi manusia, sama sekali! Jika saya boleh meminjam istilah “supranatural” agar memahami, bahwa sebetulnya Yesus sedang menyatakan sebuah kesupranaturalan didalam kemanusiaannya:

Yohanes 5:37 Bapa yang mengutus Aku, Dialah yang bersaksi tentang Aku. Kamu tidak pernah mendengar suara-Nya, rupa-Nyapun tidak pernah kamu lihat

Adalah sebuah kekekalan bagi semua manusia untuk tidak pernah dapat mendengar  suara-Nya dan tidak pernah melihat  rupa-Nya, namun kemustahilan semacam ini, kemustahilan yang tak mungkin diubahkan ini, menjadi dapat dipertemukan kepada manusia di dalam diri Yesus!


Ketakterpisahan antara Allah dan Yesus, adalah dasar tunggal dan tak ada yang lain, sehingga Yesus berkata ” Jikalau kamu tetap dalam firman-Ku, kamu benar-benar adalah murid-Ku (32) dan kamu akan mengetahui kebenaran, dan kebenaran itu akan memerdekakan kamu.” Ini, bukan sekedar otoratif, tetapi memiliki kedaulatan didalam firman Yesus itu sendiri untuk melakukan apa yang menjadi kehendak perkataannya. Ketika perkataannya “jikalau kamu tetap dalam firman-Ku, kamu  benar-benar adalah murid-Ku, dan kebenaran itu akan memerdekakan kamu,” maka perkataan ini berdaulat penuh untuk melakukan dan mewujudkannya, tanpa dapat dicegah dan diganggu sedemikian rupa sehingga gagal dalam perwujudan penuhnya.


Yesus, mendeskripsikan secara gamblang bagaimanakah kesatuannya dengan Allah. Apakah sedemikian dekatnya? Sedemikian eksklusifnya sehingga begitu tingginya?


Perhatikan penjelasan Yesus berikut ini:
Yohanes 5:19 Maka Yesus menjawab mereka, kata-Nya: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya Anak tidak dapat mengerjakan sesuatu dari diri-Nya sendiri, jikalau tidak Ia melihat Bapa mengerjakannya; sebab apa yang dikerjakan Bapa, itu juga yang dikerjakan Anak.

Yohanes 5:20 Sebab Bapa mengasihi Anak dan Ia menunjukkan kepada-Nya segala sesuatu yang dikerjakan-Nya sendiri, bahkan Ia akan menunjukkan kepada-Nya pekerjaan-pekerjaan yang lebih besar lagi dari pada pekerjaan-pekerjaan itu, sehingga kamu menjadi heran.
Apa yang menakjubkan, Yesus menyatakan Bapa mengasihi Anak. Pernyataan ini tak main-main, bukan karena menyatakan Allah mengasihi. Itu bahkan bukan sebuah kejanggalan. Apa yang menjadi tak main-main, kala Yesus menyebutkan  Allah adalah Bapanya dalam relasi Allah mengasihi. Yesus  membangun hubungan dirinya dengan Allah sebagai Bapa dan Anak, yang ternyata memiliki makna teologis, bukan bermakna biologis: Allah memiliki Anak, seperti halnya manusia!

Pada dasarnya, menyatakan dirinya memiliki  relasi dengan Allah adalah Bapa yang mengasihinya, telah divonis sebagai sebuah penghujatan yang begitu lancang bagi orang-orang Yahudi. Perhatikanlah hal-hal berikut ini:

Yohanes 5:18 Sebab itu orang-orang Yahudi lebih berusaha lagi untuk membunuh-Nya, bukan saja karena Ia meniadakan hari Sabat, tetapi juga karena Ia mengatakan bahwa Allah adalah Bapa-Nya sendiri dan dengan demikian menyamakan diri-Nya dengan Allah.

Yohanes 10:32-33 Kata Yesus kepada mereka: "Banyak pekerjaan baik yang berasal dari Bapa-Ku yang Kuperlihatkan kepadamu; pekerjaan manakah di antaranya yang menyebabkan kamu mau melempari Aku?" Jawab orang-orang Yahudi itu: "Bukan karena suatu pekerjaan baik maka kami mau melempari Engkau, melainkan karena Engkau menghujat Allah dan karena Engkau, sekalipun hanya seorang manusia saja, menyamakan diri-Mu dengan Allah."

Yohanes 19:7 Jawab orang-orang Yahudi itu kepadanya: "Kami mempunyai hukum dan menurut hukum itu Ia harus mati, sebab Ia menganggap diri-Nya sebagai Anak Allah."
Relasi yang bukan hanya tak terpisahkan, yang bukan hanya dalam relasi kasih, namun dalam sebuah relasi bahwa Yesus pada hakikatnya adalah Allah sebagaimana Bapa pada hakikatnya Allah, menjadi sumber kebencian membabi buta dan menjadi dasar vonis kematian. Ia sama sekali tidak divonis berdasarkan sebuah kesalahanpun [Yohanes 19:6].

Pernyataan-pernyataan bahwa Allah adalah Bapanya dan Ia adalah Anak-Nya telah menjadi  dasar penghakiman manusia atasnya:
Matius 26:63 Tetapi Yesus tetap diam. Lalu kata Imam Besar itu kepada-Nya: "Demi Allah yang hidup, katakanlah kepada kami, apakah Engkau Mesias, Anak Allah, atau tidak."

Matius 26:64 Jawab Yesus: "Engkau telah mengatakannya.                                   

Jikalau kamu tetap dalam firman-Ku, memang membuat Yesus Kristus  bukan saja  sekedar nabi yang menyampaikan sabda Allah, namun Ia sendiri menjadi begitu sukar untuk dipisahkan sebagai bukan Allah, sementara Ia juga memang adalah seorang utusan Allah! Kesukaran yang megah dan hanya akan menjadi dasar iman kokoh “ jika seseorang tinggal di dalam firman-Ku”  pun disingkapkan Yesus kepada manusia dalam sebuah cara yang begitu keras untuk didengar oleh telinga:
Yohanes 8:17-18 Dan dalam kitab Tauratmu ada tertulis, bahwa kesaksian dua orang adalah sah; Akulah yang bersaksi tentang diri-Ku sendiri, dan juga Bapa, yang mengutus Aku, bersaksi tentang Aku."


Dua orang saksi adalah dirinya dan Bapa. Satu saksi dapat dilihat manusia, sementara satu saksi tak dapat dilihat dan didengarkan kesaksiannya selain oleh Yesus sendiri!

Memisahkan Yesus dari kebenaran mengenai keselamatan, bagaimana manusia dapat merdeka dari perbelengguan dosa atau maut, adalah sebuah tindakan yang sangat menyesatkan. Perkataan Yesus adalah apa yang diperintahkan Bapa kepada Yesus untuk diucapkan; perkataan Yesus adalah sabda Allah bagi semesta alam yang mengikat semua manusia.


Sabda  Yesus yang berbunyi: “"Jikalau kamu tetap dalam firman-Ku, kamu benar-benar adalah murid-Ku (32) dan kamu akan mengetahui kebenaran, dan kebenaran itu akan memerdekakan kamu," bukanlah sabda masa lampau bagi sebuah masa dan untuk hanya sebuah bangsa mengingat siapakah Yesus dan  darimanakah asalnya dan apakah tujuan kedatangannya:
Yohanes 6:38 Sebab Aku telah turun dari sorga bukan untuk melakukan kehendak-Ku, tetapi untuk melakukan kehendak Dia yang telah mengutus Aku

Ia bukan utusan sebagaimana nabi-nabi pada umumnya. Tak pernah ada nabi yang turun dari sorga, selain Yesus, dan tak pernah ada seorang Utusan yang berada sejak mulanya didalam kekekalan  yang berbagi  satu sama lain akan segala sesuatunya: apa yang Bapa miliki, Anak miliki!


Perhatikan hal-hal berikut ini:
(1) sebab apa yang dikerjakan Bapa, itu juga yang dikerjakan Anak- Yoh 5:19

(2) Ia menunjukkan kepada-Nya segala sesuatu yang dikerjakan-Nya sendiri-Yoh 5:20

(3)sama seperti Bapa membangkitkan orang-orang mati dan menghidupkannya, demikian juga Anak-Yoh 5:21


(4) supaya semua orang menghormati Anak sama seperti mereka menghormati Bapa- Yoh 5:23


(5) barangsiapa mendengar perkataan-Ku dan percaya kepada Dia yang mengutus Aku, ia mempunyai hidup yang kekal dan tidak turut dihukum, sebab ia sudah pindah dari dalam maut ke dalam hidup


(6)Sebab sama seperti Bapa mempunyai hidup dalam diri-Nya sendiri, demikian juga diberikan-Nya Anak mempunyai hidup dalam diri-Nya sendiri – Yoh 5:26

(7) Ia telah memberikan kuasa kepada-Nya untuk menghakimi- Yoh 5:27

(8) Aku menghakimi sesuai dengan apa yang Aku dengar – Yoh 5:30


(9) Aku telah menyatakan nama-Mu kepada semua orang, yang Engkau berikan kepada-Ku dari dunia. Mereka itu milik-Mu dan Engkau telah memberikan mereka kepada-Ku dan mereka telah menuruti firman-Mu.- Yoh 17:6

(10) bahwa semua yang Engkau berikan kepada-Ku itu berasal dari pada-Mu- Yoh 17:7


(11) dan segala milik-Ku adalah milik-Mu dan milik-Mu adalah milik-Ku- Yohanes 17:10


(12) Ya Bapa yang kudus, peliharalah mereka dalam nama-Mu, yaitu nama-Mu yang telah Engkau berikan kepada-Ku- Yohanes 17:11


(13) Aku telah memberikan firman-Mu kepada mereka- Yohanes 17:14


(14) supaya mereka semua menjadi satu, sama seperti Engkau, ya Bapa, di dalam Aku dan Aku di dalam Engkau- Yohanes 17:21


(15)Aku telah memberikan kepada mereka kemuliaan, yang Engkau berikan kepada-Ku


(16) agar mereka memandang kemuliaan-Ku yang telah Engkau berikan kepada-Ku [ya Bapa, permuliakanlah Aku pada-Mu sendiri dengan kemuliaan yang Kumiliki di hadirat-Mu sebelum dunia ada- Yoh 17:5]
Setiap perkataan dan tindakan Yesus adalah kebenaran sorga yang kokoh sempurna tanpa ada setitikpun noda dan  tanpa keretakan sehalus apapun. Segala sesuatu yang diajarkan mengenai keselamatan bagi manusia hanya bersumber dari kehendak Allah di dalam dirinya, dan tak ada yang lain di luar itu,. Dengan demikian sangat terlarang untuk digugat.


Ketika pendeta Dr.Erastus Sabdono mengajarkan:” Walaupun mereka tidak menerima Yesus tetapi memperlakukan sesamanya secara benar. Mereka akan diperkenan masuk dunia yang akan datang” jelas bukan sebuah kebenaran yang bersumber dari mulut Kristus, Tetapi dari mulut pendeta Erastus belaka, yang absolut  bukan merupakan kehendak Bapa.


Mengapa? Sebab Ia sama sekali tidak  memiliki kuasa untuk membuat sebuah penghakiman baru.  Ia tak bisa membuat koreksi atas penghakiman Yesus yang demikian:


Yohanes 8:24 Karena itu tadi Aku berkata kepadamu, bahwa kamu akan mati dalam dosamu; sebab jikalau kamu tidak percaya, bahwa Akulah Dia, kamu akan mati dalam dosamu."


Sementara Yesus menghakimi semua orang yang tak percaya kepadanya sebagaimana Ia menyingkapkannya sebagai mati dalam dosa, lalu, apakah dasar penghakiman pendeta Dr. Erastus Sabdono yang menentang penghakiman Yesus.



Apakah pendeta Dr. Erastus Sabdono menilai dirinya telah diberikan kuasa oleh Bapa untuk membuat penghakiman baru atas semua manusia? Sehingga begitu nekat mengoreksi Yesus?

Yohanes 5:22 Bapa tidak menghakimi siapapun, melainkan telah menyerahkan penghakiman itu seluruhnya kepada Anak

Yohanes 9:39 Kata Yesus: "Aku datang ke dalam dunia untuk menghakimi, supaya barangsiapa yang tidak melihat, dapat melihat, dan supaya barangsiapa yang dapat melihat, menjadi buta."

Bahkan, aspek penghakiman Kristus sebagai maksud kedatangannya ke dunia melampaui apa yang dapat dipahami oleh manusia manapun. Sumber penghakiman Kristus bukan berdasarkan pada bagaimana seorang manusia memperlakukan sesama dan terlepas dari keberimanan padanya, tetapi  bersumber pada kasih karunia! Bagaimana menjelaskan penghakiman Yesus telah mengakibatkan:

-Yang tidak melihat menjadi melihat
-Yang dapat melihat menjadi buta

Sebuah kejahatan keji telah dilakukan pendeta Erastus dalam pengajarannya. Apakah itu: menyatakan sebuah kebenaran yang sama sekali terlepas dari Kristus dan tanpa Kristus sebagai sebuah kebenaran yang mengoreksi pengajaran Kristus.


Apakah Ia menyangka, Yesus Kristus sama saja dengan dirinya?


Bersambung ke “Tinjauan Pengajaran Pdt. Dr.Erastus Sabdono “Keselamatan Diluar Kristen”(3P-3):“Tidak Ada Keselamatan Di Luar Kristen Tetapi Ada Keselamatan Di Luar Kristen”

AMIN
Segala Pujian Hanya Kepada TUHAN


The cross
transforms present criteria of relevance: present criteria of relevance do not transform
the cross

[oleh seorang teolog yang saya lupa namanya]





No comments:

Post a Comment