Pages

23 October 2015

Tinjauan Pengajaran Pdt. Dr.Erastus Sabdono “Keselamatan Diluar Kristen” (3K)


“Keselamatan Kristus Juga Untuk Mereka Yang Tak Beriman Kepada-Nya”

Oleh: Martin Simamora


Bacalah lebih dulu bagian 3J

Demikian juga dengan Matius 7:21-23 yang dikutip pendeta Dr. Erastus Sabdono, sebagaimana dengan 1Petrus 1:17 dan Wahyu 21:8, bukan sama sekali  teks-teks firman yang memunculkan kebenaran bahwa seorang Kristen harus berjuang untuk mempertahankan keselamatan sehingga pantas menjadi anak-anak Allah:

Berkenaan dengan hal diatas, perlu diingatkan bahwa Tuhan tidak memandang muka (1 Pet 1:17). Siapapun mereka yang berbuat jahat akan ditolak dari kerajaan Allah. Hal ini ditegaskan dalam Wahyu 21:8 menyatakan bahwa mereka yang adalah orang-orang penakut, orang-orang yang tidak percaya, orang-orang keji, orang-orang pembunuh, orang-orang sundal, tukang-tukang sihir, penyembah-penyembah berhala dan semua pendusta, mereka akan mendapat bagian mereka di dalam lautan yang menyala-nyala oleh api dan belerang; inilah kematian yang kedua. Hendaknya kita tidak berpikir bahwa orang yang mengaku telah menerima Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juru Selamat otomatis masuk Kerajaan Sorga. Harus tetap diingat bahwa orang yang masuk Kerajaan Sorga adalah mereka yang melakukan kehendak Bapa (Mat 7:21-23). [paragraf 14 “Keselamatan Di Luar Kristen-03]

Memang sangat berdasar, untuk kemudian, menjadi begitu peduli dengan realita kekekristenan yang dipetakan oleh manusia-manusia beragama Kristen atau mengaku diri sebagai anak-anak Allah, namun tak menebarkan “kemuliaannya” tersendiri diantara manusia-manusia, sebagaimana,misalkan saja, kemuliaan yang dimiliki oleh pohon jati atau pohon cendana diantara dunia pepohonan, sebagaimana yang dirisaukan oleh pendeta Dr.Erastus Sabdono:
Bagaimana kalau ternyata ada orang-orang Kristen yang kelakuan tidak berbeda bahkan lebih buruk dari orang-orang yang non Kristen yang tidak pergi ke gereja, apakah berarti orang-orang Kristen tersebut sudah pantas disebut sebagai umat pilihan dan pasti diterima di Kerajaan Bapa? Tentu tidak.[ ini adalah paragraph 13]

Namun demikian, satu kesalahan besar yang dilakukan oleh pendeta Dr.Erastus Sabdono: realita-realita menyimpang atau memalukan pada manusia-manusia Kristen atau mereka yang mengakukan dirinya sebagai anak-anak Allah [perhatikan, ini berangkali juga sudah menjadi sebuah sebutan yang murahan, sebab diakukan dengan mulut tanpa mengerti, memahami apalagi memiliki perilaku untuk disebut anak-anaknya Allah atau keturunan yang dilahirkan oleh kehendak Allah- Yohanes 1:12-13], tidak sama sekali merupakan kebenaran akan kebenaran keselamatan oleh kasih karunia saja. Realita-realita buruk pada manusia-manusia Kristen yang sungguh memalukan itu, tak sama sekali mengubah kebenaran bahwa kebenaran yang dimiliki oleh setiap anak-anak Allah berdasarkan relasi yang dibangunkan oleh Allah, bukan sama sekali oleh perbuatan-perbuatan baik atau mulia. Perbuatan-perbuatan baik tak menciptakan relasi intim dengan Allah, namun dalam relasimu dengan Allah yang dibangun-Nya padamu akan lahir sebuah perbuatan-perbuatan mulia pada dirimu.

Bukankah Matius 7:21-23 menyatakan realita yang digusarkan oleh pendeta Dr.Erastus Sabdono, namun apakah dengan demikian Allah medasarkan pembenaran orang beriman itu pada apa yang dapat diperbuatnya?


Kesatuan Dengan Kristus Adalah Sebuah Relasi Yang Melahirkan Sebuah Pengenalan Akan Kristus Yang Membuahkan Kehidupan Beriman Yang Sejati & Berbuah Manis
Pada pokoknya, saya sudah menjelaskan Matius 7:21-23 ini pada “tinjauan bagian 1J,” dalam rangka menyanggah pengajaran “Pola Lain Keselamatan [di luar Kristen]” yang sejak mula sudah diperkenalkannya di dalam pengajaran “Keselamatan Di Luar Kristen.”

Mari kita membaca Matius 7:21-23
(21) Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di sorga. (22) Pada hari terakhir banyak orang akan berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan, bukankah kami bernubuat demi nama-Mu, dan mengusir setan demi nama-Mu, dan mengadakan banyak mujizat demi nama-Mu juga?(23) Pada waktu itulah Aku akan berterus terang kepada mereka dan berkata: Aku tidak pernah mengenal kamu! Enyahlah dari pada-Ku, kamu sekalian pembuat kejahatan!"
Nas firman ini secara sederhana dapat disebut sebagai nas mengenai “orang-orang Kristen yang tak pernah dikenal oleh Bapa.”

Ada satu sentral problem yang harus menjadi fokus dalam teks tersebut: a. adanya sebuah pengakuan yang diiringi dengan perbuatan, jadi bukan omong kosong, dan b. vonis Yesus terhadap pengakuan dan  perbuatan  sebagai  tindak kejahatan.

Sesungguhnya, apa yang sedang Yesus tunjukan di sini, bukan bertiang pancang pada soal “orang-orang Kristen yang kelakuan tidak berbeda bahkan lebih buruk dari orang-orang yang non Kristen yang tidak pergi ke gereja.”

Mengapa, harus dikatakan demikian? Coba perhatikan pada apakah yang dilakukan oleh orang-orang yang mengaku Kristen, namun divonis oleh Yesus sebagai tindak Kejahatan.
Saya  buatkan daftarnya, inilah perbuatan orang-orang yang mengaku pengikut Kristus itu:
-bernubuat demi nama Tuhan
-mengusir setan demi nama Tuhan
-mengadakan  banyak mujizat demi nama Tuhan

Tidakkah dalam hal ini,  ada satu hal yang tak terbantahkan: nama Tuhan disebutkan, sehingga setidaknya pengusiran Setan yang terjadi oleh nama Tuhan.

Apakah yang menyebabkan Yesus, sekalipun perbuatan-perbuatan itu dilakukan demi nama Tuhan, menyatakan 3 bentuk perbuatan demi nama-Nya sendiri itu, sebagai perbuatan jahat?

Apakah akar masalahnya? Demikian penjelasan Yesus, dalam pengajarannya itu:
Matius 7:23 Pada waktu itulah Aku akan berterus terang kepada mereka dan berkata: Aku tidak pernah mengenal kamu!

Mereka menyebutkan atau menyuarakan atau menyerukan atau meneriakan,atau, berangkali membisikan nama Yesus di dalam dunia pelayanan Kristus, namun permasalahan yang sangat fatal bagi Tuhan adalah:  memanggil namanya, namun tak pernah dikenal oleh Tuhan.

Semua aktifitas yang dilakukan dengan mengucapkan nama Tuhan di atas tersebut, sangat sukar untuk disebut sebagai sebuah tindak kejahatan. Kristus tidak menyatakan sama sekali tindakan-tindakan demi nama Tuhan itu sendiri adalah kejahatan, namun apa yang menjadi kejahatan dimata-Nya adalah segala perbuatan itu dilakukan tanpa memiliki pengenalan akan diri-Nya.

Jadi sesungguhnya, ini sama sekali bukan soal hitam atau putihnya moralitas seorang Kristen itu. Ia, bisa jadi di mata manusia-manusia lainnya, adalah orang-orang yang sangat baik, dermawan dan  bukan pelaku kejahatan. Orang-orang yang tak dikenal oleh Yesus [tak memiliki keberimanan yang dikehendaki Bapa], bukankah dengan demikian, sekalipun berbuat baik adalah penjahat, sebab mereka melakukan kebaikan-kebaikan namun tak dikenali-Nya?

Satu catatan penting, bukankah sebenarnya pendeta Dr. Erastus Sabdono sendiri juga mengajarkan bahwa tanpa memiliki pengenalan akan Allah sebagaimana yang dikehendaki Kristus, tak ada masalah mengadakan mujizat mengusir setan demi nama Tuhan, justru dijadikannya dasar untuk mengajarkan adanya kebenaran keselamatan berdasarkan perbuatan baik dan tak perlu memiliki relasi keberimanan pada Kristus, berdasarkan Lukas 9:50, pada paragraf 10 “Keselamatan Di Luar Kristen-02:

Itulah sebabnya dalam Alkitab berulang-ulang ditulis bahwa semua orang akan dihakimi menurut perbuatannya, bukan menurut imannya. Orang beriman pasti selamat, tidak ada lagi penghakiman atasnya, tetapi orang yang menolak Injil secara terang-terangan dan sengaja memiliki reaksi menentang Injil walau sudah mendengar Injil, pasti binasa, sebaik apapun orang itu. Mereka yang menolak Kristus sudah dibawah hukuman (Yoh 3:16-18). Dalam kenyataan hidup ini ada pula orang-orang yang tidak menolak tetapi juga tidak menerima. Untuk mereka Tuhan Yesus berkata: “Siapa yang tidak melawan kamu, ia ada di pihak kamu (Luk 9:50).  Mereka akan dihakimi menurut perbuatannya.”

Sebuah pengajarannya  yang dibantah oleh Yesus sendiri secara  teramat keras melalui Matius 7:21-23. Saya sudah menyanggah pengajaran pendeta Dr. Erastus Sabdono terkait Lukas 9:50. Mari, sebentar kita melihatnya mulai dari ayat 49:
Lukas 9:49-50 Yohanes berkata: "Guru, kami lihat seorang mengusir setan demi nama-Mu, lalu kami cegah orang itu, karena ia bukan pengikut kita." Yesus berkata kepadanya: "Jangan kamu cegah, sebab barangsiapa tidak melawan kamu, ia ada di pihak kamu."

Orang ini, jelas bukan dalam golongan Matius7:21-23 yang disebut Yesus sebagai pelaku kejahatan, sebab dikatakan Yesus sebagai la ada di pihak kamu. Ia pasti dikenal oleh Tuhan, jika tidak maka mustahil dikatakan sebagai “di pihak kamu.” Orang tersebut memiliki kesenilaian di mata Yesus, senilai dengan para murid-murid-Nya. Sanggahan saya terhadap pengajaran pendeta Dr.Erastus Sabdono yang bahkan melawan Matius 7:21-23 dapat anda baca pada “tinjauan bagian 2M.”


Matius 7:21-23 pada dasarnya menekankan bahwa siapapun juga dia, untuk dapat mengakukan dirinya sebagai anak-anak Allah atau pengikut Yesus Kristus yang sejati, sama sekali tidak dimulai dengan apa yang dapat dilakukan dan memuliakan nama Tuhan. Sekali lagi, harus dikatakan, dengan mengambil salah satu saja, misal: mengusir  setan demi nama Tuhan, secara mutlak telah membuat nama Tuhan menjadi dikenal dan dikumandangkan. Apapun juga motivasinya, maka pada perbuatan itu sendiri, yaitu mengusir setan demi nama Tuhan, bukan sama sekali perbuatan jahat. Namun, bagi Tuhan, itu bahkan sama sekali tak bernilai, perbuatan non kejahatan itu, sama sekali   tak bernilai. Sehingga bagaikan sampah yang begitu busuknya, Yesus menggambarkan keadaan orang-orang semacam ini:
Matius 7:23 Enyahlah dari pada-Ku, kamu sekalian pembuat kejahatan!"

Tak ada satupun manusia adalah manusia baik bagi Yesus, semuanya! Dengan demikian, semua manusia, tak peduli di mata anda, orang-orang non Kristen itu bermoral lebih baik dari pada orang Kristen, bagi Yesus tetap: tak ada yang baik:

Lukas 18:18-19 Ada seorang pemimpin bertanya kepada Yesus, katanya: "Guru yang baik, apa yang harus aku perbuat untuk memperoleh hidup yang kekal?" Jawab Yesus: "Mengapa kaukatakan Aku baik? Tak seorangpun yang baik selain dari pada Allah saja. [ mengenai perihal ini, telah saya ulas pada “tinjauan bagian 1L,” “tinjauan bagian 1M,” “tinjauan bagian 1N,” dan “tinjauan bagian 1P.”]

Pada teks ini, pun demikian, apa yang dituntut oleh Yesus untuk dapat memperoleh hidup kekal bukan pada semua deret perbuatan baik yang disangkanya menyelamatkannya dan dapat dilakukannya [bacalah Lukas 18:20-21], ternyata, Yesus menyatakan bahwa itu sama sekali tak memadai! Menjadi sia-sia, sebab bagi Yesus, apa yang dapat menyelamatkan atau memberikan hidup kekal adalah mengikut Yesus Kristus[Lukas 18:22].

Mengikut Yesus dengan demikian memiliki:
a.sebuah makna yang begitu kuat sebab oleh sebab mengikutnya maka kehidupan kekal telah menjadi sebuah tujuan yang jelas dan pasti  berada di dalam kepemilikannya.

b.sebuah solusi oleh Allah bagi apa  yang tak dapat diberikan oleh kesempurnaan yang harus dicapai manusia, sebab Yesus adalah dasar kesempurnaan baru menggantikan dasar kesempurnaan berdasarkan kesempurnaan perbuatan baik sehingga dapat memperoleh kehidupan kekal [Lukas 18:18]. Harus dikatakan demikian sebab saat Yesus berkata  kepada orang yang bertanya bagaimana caranya agar dapat memperoleh hidup kekal, jawab Yesus adalah “Masih tinggal satu hal lagi yang harus kaulakukan- Lukas 18:22.“ “Tinggal satu lagi,” ini bukan sebuah tindakan menyempurnakan perbuatan baik yang harus dilakukan oleh dirinya sehingga dapat menambah nilai pada dirinya sehingga dari tidak memadai menjadi memadai. Dalam apa yang dimaksud “tinggal satu lagi” menunjuk pada sebuah totalitas baru. Totalitas lama tertuju pada apa yang dituntut oleh totalitas lama yang harus dilakukan:” Engkau tentu mengetahui segala perintah Allah: Jangan berzinah, jangan membunuh, jangan mencuri, jangan mengucapkan saksi dusta, hormatilah ayahmu dan ibumu- Lukas 18:20” menuju pada totalitas baru yang harus dilakukan “juallah segala yang kaumiliki dan bagi-bagikanlah itu kepada orang-orang miskin, maka engkau akan beroleh harta di sorga, kemudian datanglah ke mari dan ikutlah Aku- Lukas 18:22.” Dari kebenaran berdasarkan kebenaran pada hukum taurat menuju kebenaran berdasarkan pengikutan pada Yesus Kristus. Pengikutan pada dirinya bukanlah sebuah ala kadarnya, bukanlah sebuah puisi-puisi iman yang indah saja namun begitu miskinnya dan begitu buruk rupa didalam  jiwanya sehingga tak memancar sebuah sinar layaknya lampu yang menerima daya dari sumber daya. Yesus berkata: “juallah segala yang kaumiliki dan bagi-bagikanlah itu kepada orang-orang miskin.” Sekarang, perhatikan! Keberimanan itu datangnya dari Allah atau sebuah pemberian dari Allah [ baca Yohanes 6:38-40], dan akibat yang dilahirkan oleh pemberian iman oleh Allah bukan sekedar mengakibatkan manusia itu dapat menanggap atau merespon panggilan Allah via pemberitaan Injil atau syiar kabar keselamatan dari Allah, namun didalam menanggapi itu, kuasa Allah yang melahirkan iman itu, akan menyanggupkan orang beriman itu untuk melepaskan diri dari kenikmatan-kenikmatan dunia yang selama ini mempesonanya. Ia menjadi tahu sekali harta sejati itu apa! Bandingkan “juallah segala yang kaumiliki dan bagi-bagikan kepada orang-orang miskin” dengan:


Yohanes 6:26 Yesus menjawab mereka: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya kamu mencari Aku, bukan karena kamu telah melihat tanda-tanda, melainkan karena kamu telah makan roti itu dan kamu kenyang.


Yohanes 6:27 Bekerjalah, bukan untuk makanan yang akan dapat binasa, melainkan untuk makanan yang bertahan sampai kepada hidup yang kekal, yang akan diberikan Anak Manusia kepadamu; sebab Dialah yang disahkan oleh Bapa, Allah, dengan meterai-Nya."


Yohanes 6:28 Lalu kata mereka kepada-Nya: "Apakah yang harus kami perbuat, supaya kami mengerjakan pekerjaan yang dikehendaki Allah?"


Yohanes 6:29 Jawab Yesus kepada mereka: "Inilah pekerjaan yang dikehendaki Allah, yaitu hendaklah kamu percaya kepada Dia yang telah diutus Allah."


Keberimanan kepada Yesus adalah sebuah bobot yang berat, bukan bobot yang ringan seperti balon gas yang terbang kemana saja angin membawanya, sebaliknya sebuah relasi yang begitu intim sehingga tak sudi untuk dipisahkan dan tak sudi untuk diduakan sedikit saja dengan mencintai yang lain. Juallah segala yang kaumiliki, hingga engkau dan saya tak berpunya lagi, tak ada lagi didalam hati dan pikiran ini yang diandalkan atau yang menjadi dasar keamanan dan ketenteraman jiwa dan pikiran ini selain pada Yesus Kristus. Jika saya dan anda berkata bahwa Yesuslah satu-satunya bagimu, maka haruslah demikian, Ia adalah satu-satunya. Apakah ada yang  belum anda miliki atau sangat sukar untuk anda miliki sekalipun telah berjuang keras dan berupaya gigih dan karenanya anda kehilangan damai sejahtera atau ketenteraman batin? Jika Yesus adalah sumber keselamatan dan kehidupan kekal, maka  Dia saja sudah melampaui apa yang anda dambakan untuk dimiliki selama anda harus hidup dan bekerja sungguh. Saat anda gagal dalam meraih apa yang didambakan dan  dan tak terwujud harapmu pada apa yang didoakan, tak boleh itu membuatmu cemas dan kehilangan ketenteraman. Jika Yesus adalah  TUAN  di atas segala kebahagiaanmu, maka…… haruslah demikian dalam keseharianmu. Saat Yesus berkata “juallah segala yang kaumiliki…..dalam percakapan itu, maka itu aktual dan bukan bahasa figuratif, sebab totalitas baru  yang harus dilakukan orang beriman adalah mempercayai Yesus dan mengandalkan Dia sebagai yang dapat diandalkan di dalam memelihara kehidupanmu. Perhatikan berikut ini:

Lukas 16:13 Seorang hamba tidak dapat mengabdi kepada dua tuan. Karena jika demikian ia akan membenci yang seorang dan mengasihi yang lain, atau ia akan setia kepada yang seorang dan tidak mengindahkan yang lain. Kamu tidak dapat mengabdi kepada Allah dan kepada Mamon."

Hanya keberimanan yang sejati dapat membawa orang percaya dapat melayani Yesus sebagai satu-satunya Raja baginya di dunia ini pada saat ini. Tak mungkin ia bertuankan keinginan atau ambisi dunia dan sekaligus bertuankan kehendak Allah. Sebab kehendak Allah pada dirimu mustahil  serasi dengan kehendak atau keinginan dunia pada dirimu. Tak mungkin bergantung pada penjaminan dunia misal finansial dan sekaligus bergantung pada penjaminan Allah. Itu mustahil sebab, keraguan adalah “tuhan” bagi kemanusian siapapun juga, kala ia mulai menakar 2 hal pada tangan kanan dan tangan kirinya. Mengandalkan sepenuhnya kepada Tuhan yang belum tentu segera memenuhi kemauan atau harapannya atau mengandalkan kepada fasilitas-fasilitas dunia yang pada praktiknya sudah menjadi tuhan pengharapan saya dan anda. Itulah  hal yang harus senantiasa menjadi fokus dalam mengintrospeksi kehidupan beriman kita. Yesus berkata: tidak dapat mengabdi kepada Allah dan kepada Mamon. Apakah yang menjadi DRIVE atau pendorong atau motor kehidupanmu saat ini? Apakah pengharapan yang engkau miliki didalam Kristus, ataukah engkau mencoba juga membangun pengharapan yang engkau miliki di dalam karirmu, sebagai sebuah “divine purpose” atau “maksud ilahi-mu" yang setara dengan Bapamu?


Mengenal Tuhan adalah sebuah intimasi, Tuhan mengenalimu dan saya; saya dan anda,kemudian, mengenali siapakah Tuhan kita itu. Dikenali-Nya sehingga mengenalinya, dipanggil oleh-Nya sehingga dapat mendengarkan-Nya memanggil, dan didalam mendengar suara panggilan-Nya maka mengikuti-Nya. Mengikuti-Nya adalah sebuah refleksi kepatuhan dan diri yang tertuju pada suara yang memanggilmu, memimpinmu untuk berjalan sesuai dengan panduan-Nya. Tak ada sebuah perjalanan keberimanan yang berpancang kokoh pada apa yang kumaui, tetapi apa yang Bapa maui. Perhatikan hal berikut ini:


Lukas 10:26-29 (26)tetapi kamu tidak percaya, karena kamu tidak termasuk domba-domba-Ku.(27) Domba-domba-Ku mendengarkan suara-Ku dan Aku mengenal mereka dan mereka mengikut Aku,(28) dan Aku memberikan hidup yang kekal kepada mereka dan mereka pasti tidak akan binasa sampai selama-lamanya dan seorangpun tidak akan merebut mereka dari tangan-Ku.(29) Bapa-Ku, yang memberikan mereka kepada-Ku, lebih besar dari pada siapapun, dan seorangpun tidak dapat merebut mereka dari tangan Bapa.






Beriman atau percaya kepada Yesus Kristus adalah sebuah relasi. Tak percaya kepada Kristus, karena tak memiliki relasi dengan Yesus. Bagaimana Yesus menggambarkan relasi antara dirinya dengan orang-orang yang beriman itu? Beginilah Yesus menggambarkannya:

-domba-domba-Ku mendengarkan suara-Ku
-Aku mengenal mereka
-mereka mengikut Aku

Ada relasi kokoh yang dibangun oleh Kristus yaitu mendengar dan taat: mendengarkan  dan mengikut Aku. Dan ada sebuah unsur yang luar biasa pada relasi ini: Yesus mengenal mereka. Mengenal, itu sebuah hal yang begitu personal dan begitu ajaib untuk menjadi sebuah realita, sebab ini adalah  wujud kongkrit Allah berelasi dengan orang beriman, dalam sebuah hubungan yang penuh kasih: mengenal. Ia didalam Kristus didalam keberimanannya dan setiap orang beriman, Ia mengenali saya dan anda dalam sebuah cara yang tetap tak bisa digambarkan secara sempurna
.
Ia mengenalimu dan saya dan setiap domba-dombanya, sehingga kala ada satu saja yang hilang dari domba-domba milik-Nya, maka Ia akan pergi mencari domba yang hilang atau tersesat itu:
Lukas 15:4 Siapakah di antara kamu yang mempunyai seratus ekor domba, dan jikalau ia kehilangan seekor di antaranya, tidak meninggalkan yang sembilan puluh sembilan ekor di padang gurun dan pergi mencari yang sesat itu sampai ia menemukannya?
Apakah yang menjadikan atau mengakibatkan seekor domba milik Kristus dapat hilang tersesat di padang gurun untuk beberapa saat lamanya[ tidak berada di padang rumput hijau sebagaimana gembala menggembalakan- Mazmur 23:2]? Dosa!  Juga perhatikan, hal lain terkait  bahaya yang dapat menimpa para domba milik Kristus, dan mengapa segala bentuk penyimpangan dan dosa harus diperhatikan seksama:


Matius 24:24-25Sebab Mesias-mesias palsu dan nabi-nabi palsu akan muncul dan mereka akan mengadakan tanda-tanda yang dahsyat dan mujizat-mujizat, sehingga sekiranya mungkin, mereka menyesatkan orang-orang pilihan juga. Camkanlah, Aku sudah mengatakannya terlebih dahulu kepadamu. 

Orang-orang tebusan milik Kristus masih dapat terjatuh ke dalam godaan-godaan dosa dan melakukan perbuatan dosa, dan pasti membawa pengaruh yang begitu buruk:
Lukas 15:7 Aku berkata kepadamu: Demikian juga akan ada sukacita di sorga karena satu orang berdosa yang bertobat, lebih dari pada sukacita karena sembilan puluh sembilan orang benar yang tidak memerlukan pertobatan."   


Perhatikan, seekor domba  yang tersesat itu, sebelumnya adalah satu kawanan dalam 100 domba gembalaan Kristus, kala ia tersesat atau berbuat dosa, pada dasarnya ia tidak sedang berada didalam kawanan.

Ia terhilang! Namun, apakah status  ke-domba-annya atau relasi yang dibangunkan Yesus baginya menjadi hilang, binasa atau lenyap? Ini  satu hal harus diperhatikan! Di dalam  keselamatan oleh kasih karunia, sebuah tindakan dosa sudah cukup untuk membuat seorang beriman menjadi tak lagi menerima kehidupan dari Bapa, ia berada di padang gurun, sebuah situasi yang begitu gersang atau tandus dimana kehidupan yang damai dan permai tak  akan didapatnya.

Apakah yang membuat ke-domba-annya atau relasi yang dibangunkan Yesus baginya tidak menjadi hilang, binasa atau lenyap? Karena apa yang dilakukan oleh sang Gembala: “jikalau ia kehilangan seekor di antaranya, tidak meninggalkan yang sembilan puluh sembilan ekor di padang gurun dan pergi mencari yang sesat itu sampai ia menemukannya?

Apakah dasar sang Gembala melakukan itu? Sebab seekor domba itu adalah miliknya dan Ia mengenalnya, hanya saja kali itu, si domba tak mendengarkan suara sang Gembala, ia melawan, memberontak dan jatuh ke dalam kebodohannya. Ia tak berdaya dan tersesat. Sang Gembala mengenal  kekuatan dan kelemahan domba-domba miliknya. Ia mengenali domba-domba-Nya, sehingga kala hilang, ia tahu kemanakah  harus mencarinya dan bagaimanakah Ia harus menyelamatkannya, agar kembali ke jalan pimpinan-Nya, bertobat:
Lukas 15:5 Dan kalau ia telah menemukannya, ia meletakkannya di atas bahunya dengan gembira,

Lukas 15:6 dan setibanya di rumah ia memanggil sahabat-sahabat dan tetangga-tetangganya serta berkata kepada mereka: Bersukacitalah bersama-sama dengan aku, sebab dombaku yang hilang itu telah kutemukan.

Lihat! Domba yang berbuat dosa sehingga tesesat di padang pasir [menunjuk pada tempat penuh bahaya  bagi para domba sebab tak ada padang rumput dan air untuk dimakan dan diminum], dikatakan oleh Yesus sebagai dombaku yang hilang. Domba itu  tersesat dalam dosanya, namun Yesus masih menyebutnya sebagai dombaku yang hilang. Ia masih menyebutnya dombaku, menunjukan, bahwa didalam keselamatan kasih karunia, dosa tak membuatnya menjadi kehilangan realita keselamatan yang dianugerahkan kepadanya sebagai milik Allah. Dalam orang beriman itu tersesat di dalam dosa, Yesus Sang Gembala mencarinya sampai ketemu, dan dalam Ia menemukannya telah merupakan sebuah keadaan bertobat, sehingga itu sebabnya: ia meletakannya di atas bahunya dengan gembira.
Camkan! Keselamatan didalam kasih karunia saja, tak pernah menyepelekan dosa, dan tak pernah tak meminta sebuah pertobatan! Yesus menunjukan bahwa di dalam Ia mencari domba yang tersesat itu, sebuah proses pertobatan terjadi, dan dasar kegembiraan Yesus, bukan semata pada domba itu telah ditemukan, namun karena pertobatan domba yang berdosa telah berlangsung:
Lukas 15:7 Aku berkata kepadamu: Demikian juga akan ada sukacita di sorga karena satu orang berdosa yang bertobat, lebih dari pada sukacita karena sembilan puluh sembilan orang benar yang tidak memerlukan pertobatan."

Domba-domba Kristus tak boleh bermain-main atau mengabaikan dosa, sebab itu sungguh berbahaya. Keselamatanmu sebagai domba Kristus memang sangat terjamin, namun jangan pernah mengajarkan bahwa didalam Kristus anda  tak memiliki kesadaran akan dosa. Memang siapapun yang berbuat dosa cenderung “mati rohani” sehingga tak merasa berbahaya. Itu sebabnya, domba-Nya pun kala berdosa tak bisa pulang sendiri, sebab ia tak tahu bahwa ia berdosa dan merasakan bahaya mautnya, sebab perbuatan dosa atau pemberontakan terhadap firman Allah membuatnya tak memiliki hikmat Allah, sehingga, Yesus sendirilah yang harus turun mencarinya untuk ditemukan. Ini juga, dasar keamanan atas keselamatan orang beriman, yang tak dapat hilang selama ia adalah domba Kristus sejati.

Kasih karunia memang merevolusi bagaimana keselamatan itu dapat dimiliki oleh manusia: hanya oleh Allah didalam Kristus saja, namun juga mendatangkan revolusi didalam kehidupan rohanimu dari hari ke sehari di dalam penggembalaan Gembala Agung  Yesus Kristus!

Relasi itu terjadi didalam penggembalaan Yesus yang merupakan kesatuan dirinya dengan para domba-domba gembalaannya. Ia telah mendedikasikan dirinya bagi keselamatan dan keamanan domba-domba milik Allah. Yesus melakukan kehendak Bapa:

Yohanes 3:16 Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.

Yohanes 6:38 Sebab Aku telah turun dari sorga bukan untuk melakukan kehendak-Ku, tetapi untuk melakukan kehendak Dia yang telah mengutus Aku.

Yohanes 6:39 Dan inilah kehendak Dia yang telah mengutus Aku, yaitu supaya dari semua yang telah diberikan-Nya kepada-Ku jangan ada yang hilang, tetapi supaya Kubangkitkan pada akhir zaman.
Ketika Yesus berkata, bahwa orang-orang yang disangkakan Kristen [pengikut Kristus] dalam Matius 7:21-23 berdasarkan perbuatan-perbuatan baik didalam nama Tuhan, namun dinyatakan Yesus sebagai pelaku kejahatan, karena mereka tidak dikenali-Nya, haruslah dipahami sebagaimana Yesus mengajarkan dan menghendaki siapakah orang-orang beriman itu menurut Yesus dan bagaimanakah orang-orang beriman itu melahirkan perbuatan-perbuatan yang memuliakan Allah. Bagaimana Yesus mengajarkan bahwa perbuatan dosa  dapat membahayakan domba-domba milik-Nya. Ingat, anda tak bisa mengandaskan kebenaran ini berdasarkan bahwa saat Yesus berkata ini, saat itu Yesus belum lagi disalibkan untuk menebus dosa manusia. Jika itu dasarnya, maka itu sangat lemah, sebab didalam pengajaran Yesus ini, telah diajarkan sebagai Yesus telah menuntaskan karya keselamatannya, sebab Yesus bahkan dapat mencari, menemukan dan berkuasa mempertobatkannya, berdasarkan karyanya sendiri[ mencari hingga menemukan!], dan sama sekali tanpa hukum taurat. Hal  ini senilai dengan pengajaran Yesus sebelum penyaliban dan kebangkitan dan kenaikan-Nya, namun memiliki nilai paska penyaliban dan kebangkitan dan kenaikan-Nya, seperti:

Yohanes 6:37-40 Semua yang diberikan Bapa kepada-Ku akan datang kepada-Ku, dan barangsiapa datang kepada-Ku, ia tidak akan Kubuang. Sebab Aku telah turun dari sorga bukan untuk melakukan kehendak-Ku, tetapi untuk melakukan kehendak Dia yang telah mengutus Aku. Dan inilah kehendak Dia yang telah mengutus Aku, yaitu supaya dari semua yang telah diberikan-Nya kepada-Ku jangan ada yang hilang, tetapi supaya Kubangkitkan pada akhir zaman. Sebab inilah kehendak Bapa-Ku, yaitu supaya setiap orang, yang melihat Anak dan yang percaya kepada-Nya beroleh hidup yang kekal, dan supaya Aku membangkitkannya pada akhir zaman."

Yesus belum lagi menggenapi karya  penyelamatan manusia olehnya, namun ia sudah berbicara mengenai keamanan keselamatan orang beriman supaya jangan ada yang hilang, bahkan berkata “Aku membangkitkannya pada akhir zaman,” padahal Ia sendiri belum mengalami kematian dan kebangkitannya sendiri?!

Matius 7:21-23 menunjukan bukti kokoh bahwa keberimanan kepada Yesus bermula dari relasi yang dibangunkan oleh Bapa pada setiap orang yang beriman kepada Yesus Kristus, sehingga, kehidupan yang berlangsung adalah kehidupan beriman yang tertuju kepada Kristus. "Tertuju kepada Kristus" bukan sebuah konsepsi bagaimana keselamatan itu terjadi, namun sebuah kehidupan yang beriman, bahwa Yesus adalah Raja  semesta didalam semesta kehidupanmu. Apakah Ia adalah raja semesta dirimu, ataukah masih ada "yang lain" menjadi raja-raja kecil? Jika masih, maka itu bisa membuatmu tersesat dan berbuat dosa, dan itu berbahaya bagi kehidupanmu. Sekalipun Yesus memang akan mencarimu dan menuntunmu pada pertobatan, harus dicamkan bahwa dosa adalah hal berbahaya bagi kita sebagai domba dan itu bisa menghentikan untuk sesaat lamanya pertumbuhan kedewasaanmu sebagai manusia baru yang terus –menerus diperbaharui.


Bersambung ke “Tinjauan Pengajaran Pdt. Dr.Erastus Sabdono “Keselamatan Diluar Kristen” (3L):“Tidak Ada Keselamatan Di Luar Kristen Tetapi Ada Keselamatan Di Luar Kristen”

AMIN
Segala Pujian Hanya Kepada TUHAN


The cross
transforms present criteria of relevance: present criteria of relevance do not transform
the cross


No comments:

Post a Comment