Pages

21 October 2015

Tinjauan Pengajaran Pdt. Dr.Erastus Sabdono “Keselamatan Diluar Kristen” (3J)


“Keselamatan Kristus Juga Untuk Mereka Yang Tak Beriman Kepada-Nya”
Oleh: Martin Simamora



Bacalah lebih dulu bagian 3i

Demikian juga, saat pendeta Dr. Erastus Sabdono mengutip Wahyu 21:8:
Tetapi orang-orang penakut, orang-orang yang tidak percaya, orang-orang keji, orang-orang pembunuh, orang-orang sundal, tukang-tukang sihir, penyembah-penyembah berhala dan semua pendusta, mereka akan mendapat bagian mereka di dalam lautan yang menyala-nyala oleh api dan belerang; inilah kematian yang kedua."

Teks firman tersebut, sama sekali tidak menunjukan adanya kebenaran pada manusia dihadapan Allah berdasarkan perbuatan baik atau berdasarkan kesempurnaan seseorang melakukan kehendak Bapa, sebab tepat setelah ayat 8, kebenaran seorang manusia dihadapan Allah itu, berdasarkan pada sebuah relasi yang sangat unik dan tak bisa diselenggarakan oleh manusia:
Wahyu 21:9 Maka datanglah seorang dari ketujuh malaikat yang memegang ketujuh cawan, yang penuh dengan ketujuh malapetaka terakhir itu, lalu ia berkata kepadaku, katanya: "Marilah ke sini, aku akan menunjukkan kepadamu pengantin perempuan, mempelai Anak Domba."

Siapakah “pengantin perempuan” itu? Mari kita melihat sebuah penjelasan spektakuler mengenainya:
Wahyu 21:24 Dan bangsa-bangsa akan berjalan di dalam cahayanya dan raja-raja di bumi membawa kekayaan mereka kepadanya

Mempelai Anak Domba itu adalah segala bangsa dan raja-raja di bumi yang menjadi percaya kepadanya. Apakah dasar untuk menyatakannya? Perhatikan hal berikut ini:
Wahyu 21:27 Tetapi tidak akan masuk ke dalamnya sesuatu yang najis, atau orang yang melakukan kekejian atau dusta, tetapi hanya mereka yang namanya tertulis di dalam kitab kehidupan Anak Domba itu.

Wahyu 21:8 bukan sama sekali dasar yang sedikitpun benar bagi pendeta Dr. Erastus Sabdono untuk mengajarkan kebenaran manusia dihadapan Allah berdasarkan perbuatan-perbuatan baik atau yang sekehendak dengan Bapa, apalagi terlepas dari Kristus. Sebaliknya, menunjukkan bahwa hanya mereka yang tak mengenal Kristus atau tak memiliki Kristus di dalam dirinya, tak memiliki kuasa untuk hidup sebagai anak-anak yang taat dan tidak menuruti hawa nafsu dunia  ini. Jika Kristus  berdiam di dalam dirinya, maka ia tercatat di dalam kitab kehidupan Anak Domba[baca juga tinjauan bagian 1R,tinjauan bagian 1S, tinjauan bagian 2Q]. Apakah dasar bagi orang tersebut dapat masuk, bahkan, tidak berdasarkan pada perbuatan baiknya, tetapi pada: apakah  namanya tertulis di dalam Kitab kehidupan Anak domba, atau tidak? Ini menunjukan bahwa: pertama: mereka yang memiliki Kristus adalah milik Kristus dan menghasilkan kehidupan yang berasal dari Kristus di dalam dirinya. Seseorang yang mana Kristus berdiam di dalamnya tak akan  melahirkan sesuatu yang najis, kekejian dan dusta; kedua: Kristus adalah dasar kebenaran mereka di hadapan Allah sehingga nama mereka tercatat di dalam kitab kehidupan tersebut.


Orang-orang percaya sejati  memiliki kehidupan yang bersumber dari Allah di sepanjang hidupnya. Ini poin teramat penting untuk memahami dan menjawab sebuah pertanyaan: apakah anak-anak Allah dapat dipastikan mau mendengarkan dan melakukan segala sabda dan kebenaran Kristus? Tentu saja di dalam pertanyaan semacam ini terkandung sebuah tanda tanya lain, bukankah dengan demikian keselamatan yang bersumber dari anugerah itu pada faktanya membutuhkan sebuah komitmen dan kesungguhan untuk mau mendengarkan dan melakukannya? Bukankah ini adalah area “diriku sendiri?” Perihal semacam ini adalah alami untuk mencuat, namun juga, bukan menjadi dasar untuk kemudian mengajarkan bahwa orang-orang Kristen pun dengan demikian pada dasarnya harus tetap berjuang keras dalam mempertahankan keselamatannya, atau berjuang agar ia pantas menjadi anak-anak Allah.


Mengalami Kesatuan Dengan Sang Penyelamat Sorga, Bukan Berjalan Sendiri Setelah Diselamatkan
Jika pendeta Dr. Erastus Sabdono mengajarkan demikian, maka sesungguhnya ia sedang mengajarkan bahwa realita keselamatan berdasarkan anugerah itu masih membutuhkan perjuangan pada dirinya sendiri sebagai insan manusia. Bahwa kemudian ia berhasil atau gagal, sangat ditentukan oleh komitmen, kesungguhan dan  perjuangan kerasnya dalam mengiringi Tuhan.

Apakah manusia yang telah diselamatkan oleh Kristus berdasarkan kasih karunia Allah adalah entitas tersendiri yang sendirian didalam kehidupan anugerahnya? Bahwa ia sangat mungkin kehilangan pemberian itu, jika tidak dijaga secara baik-baik dan sungguh-sungguh oleh kesungguhan dan kegigihannya sendiri untuk menggenapinya. Jadi, mendengar dan patuh saja tak cukup, namun harus gigih sepanjang waktu, jika tidak maka kasih karunia keselamatan itu menjadi terancam hilang, tak ada kepastian akan keselamatan selama masih di bumi.

Kalau kita memperhatikan Wahyu 21:9, kita akan menemukan fakta bahwa orang-orang Kristen sejati tidak pernah, kemudian, menjadi entitas tersendiri  yang sendirian dimana Allah memandang dari kejauhan di sorga  melihat keseriusan saya dan anda dalam mempertahankan dan melakukan keselamatan di dalam dunia ini, seolah-olah ia sendiri harus berjuang dalam membina relasinya dengan Allah. Faktanya, Alkitab menunjuk bahwa relasi orang Kristen sejati berasal dari Allah atau tepatnya, Allah tidak duduk diam di sorga memandang dari kejauhan Sorga kepada orang-orang beriman di bumi, oleh sebab sebuah pernyataan di sorga yang menunjukan sebuah relasi yang begitu dekat sekalipun Yesus telah berada di sorga: “aku akan menunjukkan kepadamu pengantin perempuan, mempelai Anak Domba,” yang adalah sebuah deklarasi di sorga oleh salah satu malaikat yang  memegang 7 cawan malapetaka akhir yang menyatakan bahwa setiap orang yang percaya kepada Kristus [=tercatat di dalam kitab kehidupan] memiliki sebuah relasi yang begitu intim, begitu mesra, begitu suci, begitu penuh  dengan kuasa kepemilikan yang berdasarkan mencintai, pada diri Kristus. Orang-orang percaya yang terdiri dari berbagai bangsa itu dikatakan oleh malaikat  pelaksana murka Allah [ ini sungguh luar biasa untuk mengetahui bahwa malaikat pemegang  7 cawan murka itu menyatakan kasih Allah yang begitu besar kepada orang-orang beriman bahkan pada saat murka Allah sedang akan ditimpakan. Menunjukan bahwa setiap orang-orang percaya adalah orang-orang yang dinaungi dari kebinasaan yang sedang akan ditimpakan Allah].


Yohanes Pembaptis sendiri menyingkapkan relasi kepemilikan Yesus atas setiap orang percaya:
Yohanes 3:26 926)Lalu mereka datang kepada Yohanes dan berkata kepadanya: "Rabi, orang yang bersama dengan engkau di seberang sungai Yordan dan yang tentang Dia engkau telah memberi kesaksian, Dia membaptis juga dan semua orang pergi kepada-Nya." (27) Jawab Yohanes: "Tidak ada seorangpun yang dapat mengambil sesuatu bagi dirinya, kalau tidak dikaruniakan kepadanya dari sorga.(28) Kamu sendiri dapat memberi kesaksian, bahwa aku telah berkata: Aku bukan Mesias, tetapi aku diutus untuk mendahului-Nya.(29) Yang empunya mempelai perempuan, ialah mempelai laki-laki; tetapi sahabat mempelai laki-laki, yang berdiri dekat dia dan yang mendengarkannya, sangat bersukacita mendengar suara mempelai laki-laki itu. Itulah sukacitaku, dan sekarang sukacitaku itu penuh.

Apa yang harus dicamkan, relasi antara Yesus dengan orang yang dijadikan Bapa menjadi percaya kepada-Nya adalah sebuah relasi yang begitu penuh dengan kuasa Kasih Allah. Bagaimana mendefinisikan:
Yohanes 3:16 Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal?

Bagaimana Agar perkataan Yesus ini tidak sekedar “jargon’ atau kata-kata puitis iman bagi saya dan anda? Yohanes 3:16 ini sangat megah bukan semata Allah yang mengasihi dalam cara  memberikan Anak-Nya yang tunggal, namun didalamnya terkandung maksud  kasih Allah untuk mencintai dengan cinta yang suci dan kekal: supaya setiap orang yang percaya kepadanya tidak binasa. Cinta atau kasih Allah ini: memberikan Anak-Nya yang tunggal dan memberikan jaminan kepada siapapun yang dikasihi-Nya untuk tidak binasa namun beroleh hidup kekal. Tak ada sebuah kesendirian yang dipersiapkan Allah bagi setiap orang yang beriman, apa yang ada melulu Allah yang mencintai dan menjagai kekasihnya [harus dikatakan demikian sebab relasinya adalah hubungan antara mempelai perempuan dan mempelai pria]. Jika anda percaya pada tindakan Allah yang begitu besar kasih-Nya sehingga memberikan Anak-Nya yang tunggal itu, maka percaya yang sama harus diberikan pada "setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa." Janji kedua ini, adalah janji Allah pasca Ia memberikan Anak-Nya yang tunggal itu, yang diberikannya kepada siapa yang menjadi beriman kepada Yesus! Ini bukan hal yang terpisahkan dari pemberian Anak-Nya  yang tunggal, sebab pada dasarnya inilah mengapa orang Kristen memiliki relasi yang tak berjangkar pada dirinya namun pada Allah yang memberi dan mengikatkan dirinya kepada siapa yang percaya kepada Anak dengan cara menjaminkan sebuah ketakbinasaan! Siapakah yang sanggup membangun relasi kasih yang kekal semacam ini, selain Allah! 


Allahlah yang membangun relasi antara diri-Nya dengan siapapun yang dikasihinya. Ini bukan cinta atau kasih lazimnya manusia yang tak bisa memiliki dan menguasai didalam ia mencintai atau mengasihinya. Allah melalui Kristus mencintai dan menguasai ia yang dicintainya. Kala ia mencintai atau mengasihi seseorang di dalam Kristus, maka ia yang dicintainya akan dijagainya   sehingga  tidak binasa dan memiliki hidup kekal.

Inilah dasar yang begitu kokoh bagi malaikat di sorga untuk menyatakan siapapun yang telah dicintai Allah didalam Yesus Kristus adalah mempelai Kristus. Kita baru saja melihat Allah yang mencintai dan mengasihi dan juga menjagai sehingga  maksud kasih-Nya yang begitu besar itu dapat genap, dan itu hanya berlangsung di dalam Yesus Kristus.

Kehidupan Orang Percaya Yang Dicintai Allah
Apakah orang-orang percaya sejati ini dapat menjadi begitu patuhnya. Jawabnya ada pada realita manusia baru didalam Kristus tidak hidup sendirian didalam keberimanannya. Pada “tinjauan bagian 3E” saya telah menyajikan bagaimana peran Roh Kudus didalam  persoalan ini, bahwa  Roh Kudus memberikan kuasa bagi manusia baru itu memiliki kuasa pembaharuan terus - menerus, sehingga selama perjalanan orang percaya di dunia ini tidak akan pernah benar-benar dapat dirampas oleh sebuah perbuatan dosa atau serangkaian perbuatan dosa dari tangan Kristus. Sebab  Roh Kudus akan menuntun orang percaya pada sebuah kehidupan yang dipimpin oleh Roh. Lihat bagaimana peran aktif Allah sebagaimana Allah telah memberikan Anak-Nya yang tunggal. Allah berdasarkan kasih-Nya yang begitu besar dan maksud-Nya di dalam kekekalan  memberikan juga kuasa kepada setiap orang percaya untuk hidup di dalam maksud-Nya [bacalah tinjauan bagian 3H].




Yesus Peduli Dengan Kehidupan Beriman Yang Mendengarkan Dan Melakukan Bagaimana Ia Menanggulangi Problem Manusia
Apakah dasar dan sumber kekuatan bagi orang Kristen untuk dapat mematuhi kehendak Allah itu, sehingga keselamatan kekal terwujud baginya, seperti kehendak Bapa? Yesus  menjawab persoalan ini secara sempurna, jawabannya akan menjadi dasar penggenapan maksud kasih Allah yang begitu besar melalui Anak-Nya yang tunggal, yaitu barang siapa yang percaya selamat dan tidak turut dihukum [Yohanes 3:18]. Jawaban Yesus terhadap pertanyaan ini, juga menjadi solusi atas realita manusia yang begitu kronis:
Yohanes 3:19 Terang telah datang ke dalam dunia, tetapi manusia lebih menyukai kegelapan dari pada terang

Berbicara mendengarkan dan melakukan atau mematuhinya, adalah berbicara sebuah kehidupan yang hidup dan hidup yang sehat. Seperti seorang  memiliki telinga yang sehat dan pikiran yang sehat maka kala mendengarkan sebuah perintah maka ia dapat memahami dan melakukanya berkat jiwa dan tubuh yang sehat. Ketika telinga berfungsi benar maka pikiran dan jiwa  harus berfungsi benar. Kita memahami hal ini dalam keseharian kita, namun tak selalu dapat menjelaskan mengapa ada juga mereka yang memiliki telinga, pikiran, jiwa dan tubuh yang sehat namun tak dapat  menghasilkan sebuah perilaku yang diharapkan.


Apakah jawaban Yesus terkait problem ini? Apalagi problem yang menyangkut keselamatan. Perhatikan pengajaran Yesus berikut ini:
Yohanes 15:1-3 Akulah pokok anggur yang benar dan Bapa-Kulah pengusahanya.(2) Setiap ranting pada-Ku yang tidak berbuah, dipotong-Nya dan setiap ranting yang berbuah, dibersihkan-Nya, supaya ia lebih banyak berbuah. Kamu memang sudah bersih karena firman yang telah Kukatakan kepadamu.
Perhatikan ada 2 macam ranting pada pokok anggur Kristus:
-yang berbuah
-yang tidak berbuah

Apakah dasar sebuah ranting itu dipotong atau tidak adalah berbuah atau tidak. Namun yang unik di sini, Yesus menyatakan saat itu juga, bahwa 12 murid-Nya adalah ranting yang berbuah, bahkan sudah dibersihkan. Siapa yang membersihkan? Yesus. Dengan apakah Yesus membersihkannya? Dengan firman yang diucapkan-Nya. Mengapa 12 murid itu berbeda sehingga dapat berbuah? Dibersihkan agar lebih banyak berbuah. Perhatikan,  kehendak Yesus agar setiap orang yang beriman [ harus dikatakan demikian, sehingga tak terbatas pada 12 murid, sebab pada Yohanes 17, Yesus berdoa dalam  kesatuan dirinya yang semacam ini dengan orang-orang Kristen masa depan yang pada saat itu belum eksis: Yohanes 17:20-21; Yohanes 17:9]


Apa yang gamblang terlihat adalah satu ranting menempel [memiliki relasi] pada pokok anggur Kristus dan tak berbuah, dan  satu ranting lagi yang memiliki relasi dengan pokok anggur Kristus dan berbuah. Pertama harus diperhatikan peran sentral  Yesus Kristus pada keberbuahan: dibersihkan-Nya, supaya ia lebih banyak berbuah. Ranting-rangting yang memiliki relasi dengan pokok anggur Yesus pasti memiliki  kehidupan yang bersumber dari pokok anggur itu. Tak ada  ranting yang dapat hidup dari dirinya sendiri. Namun, mengapa Yesus menunjukan ada  ranting-ranting tumbuh pada pokok pohon sama namun tak berbuah, sementara pokok pohon itu adalah Yesus Kristus sendiri? Hubungan dirinya dengan siapakah yang hendak ditunjukannya, dan mengapa itu terjadi?

Jika ditanyakan, apakah bisa ada ranting yang hidup dari dirinya sendiri atau tak menerima nutrisi dari pokok pohonnya? Maka ini, sama dengan: apakah ada pokok anggur yang adalah  Anak Manusia yang dapat memberikan hidup kepada manusia-manusia lainnya? Pengajaran  Yesus yang menggunakan perumpamaan semacam ini, harus diperlakukan sebagaimana Yesus menghendakinya dan bagaimana  Alkitab memaparkannya.


Pertanyaan yang harus diajukan, siapakah ranting yang tak berbuah itu? Indikasi pertama: pasti tidak menerima kehidupan dari  pokok anggur Yesus Kristus. Sekarang, kita juga harus mengetahui, apakah Yesus sendiri pernah mengindikasikan dirinya sebagai yang memberikan kehidupan bagi manusia-manusia lain? Dan bagaimana bisa terjadi? Perhatikan hal ini:

Yohanes 11:25 Jawab Yesus: "Akulah kebangkitan dan hidup; barangsiapa percaya kepada-Ku, ia akan hidup walaupun ia sudah mati,

Yohanes 5:24 Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa mendengar perkataan-Ku dan percaya kepada Dia yang mengutus Aku, ia mempunyai hidup yang kekal dan tidak turut dihukum, sebab ia sudah pindah dari dalam maut ke dalam hidup.

Sangat jelas bahwa Yesus sendiri menyatakan dirinya  adalah sumber hidup, bahkan Ia menyatakannya bahwa itu ada pada dirinya sebagaimana pada Bapa:
Yohanes 5:26 Sebab sama seperti Bapa mempunyai hidup dalam diri-Nya sendiri, demikian juga diberikan-Nya Anak mempunyai hidup dalam diri-Nya sendiri


Ini adalah sebuah kehidupan yang berasal dari Bapa dan berdiam didalam Anak dalam sebuah kemuliaan yang sama. Sehingga, sebagaimana Bapa adalah sumber segala kehidupan alam semesta, maka Yesus pun memilikinya dan berkuasa untuk memberikan kehidupan bagi banyak orang yang dikehendaki Bapa [orang yang diserahkan Bapa kepada Yesus untuk menjadi percaya].

Bagaimanakah menurut Yesus untuk dapat memiliki hidup ini? Yesus berkata: barangsiapa mendengar perkataan-Ku dan percaya kepada Dia yang mengutus Aku, ia mempunyai hidup yang kekal, dan tidak turut dihukum, sebab ia sudah pindah dari dalam maut ke dalam hidup. Makna dan operasi hidup yang diberikan Kristus itu, berdasarkan percaya kepada perkataannya.


Murid-murid Yesus adalah mereka yang percaya kepada apa yang difirmankan Yesus.


Lalu, siapakah yang tak percaya itu namun merupakan ranting pada pokok anggur itu, sehingga tak berbuah?

Jelas ranting-ranting itu adalah orang-orang yang memiliki relasi khusus dengan sang Mesias namun jelas tak mempercayainya. Memiliki relasi khusus sebab dikatakan sebagai ranting yang sudah ada pada pokok anggur  Yesus, tak percaya, sebab  ranting itu mati sehingga tak berbuah atau memiliki kehidupan yang berbuah.

Mereka adalah orang-orang Israel:
Yohanes 6:27-36 Bekerjalah, bukan untuk makanan yang akan dapat binasa, melainkan untuk makanan yang bertahan sampai kepada hidup yang kekal, yang akan diberikan Anak Manusia kepadamu; sebab Dialah yang disahkan oleh Bapa, Allah, dengan meterai-Nya."(28) Lalu kata mereka kepada-Nya: "Apakah yang harus kami perbuat, supaya kami mengerjakan pekerjaan yang dikehendaki Allah?"(29) Jawab Yesus kepada mereka: "Inilah pekerjaan yang dikehendaki Allah, yaitu hendaklah kamu percaya kepada Dia yang telah diutus Allah."(30) Maka kata mereka kepada-Nya: "Tanda apakah yang Engkau perbuat, supaya dapat kami melihatnya dan percaya kepada-Mu? Pekerjaan apakah yang Engkau lakukan? (31) Nenek moyang kami telah makan manna di padang gurun, seperti ada tertulis: Mereka diberi-Nya makan roti dari sorga."(32) Maka kata Yesus kepada mereka: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya bukan Musa yang memberikan kamu roti dari sorga, melainkan Bapa-Ku yang memberikan kamu roti yang benar dari sorga.(33) Karena roti yang dari Allah ialah roti yang turun dari sorga dan yang memberi hidup kepada dunia."(34)Maka kata mereka kepada-Nya: "Tuhan, berikanlah kami roti itu senantiasa."(35) Kata Yesus kepada mereka: "Akulah roti hidup; barangsiapa datang kepada-Ku, ia tidak akan lapar lagi, dan barangsiapa percaya kepada-Ku, ia tidak akan haus lagi.(36) Tetapi Aku telah berkata kepadamu: Sungguhpun kamu telah melihat Aku, kamu tidak percaya.


Yesus menunjukan relasi istimewa yang dimiliki orang-orang Israel dengan dirinya, melalui peristiwa pemberian makan roti manna dari sorga pada era Nabi Musa, dengan menyatakan bahwa  Ia adalah roti hidup dari sorga yang diberikan kepada mereka.[Camkan, sekalipun konteks kehadiran Yesus dalam nubuat dan penggenapannya dapat dikatakan dalam koteks budaya dan keberimanan yang Yahudi, Kristen itu sendiri dan Yesus Kristus yang Yahudi itu sendiri bukanlah keberimanan atau spiritualitas yang Yahudi, mengenai perihal ini bacalah tinjauan bagian 2L dan tinjauan bagian 3B]

Orang-orang Israel ini tidak percaya sekalipun Yesus datang bagi mereka, sebagai yang jauh lebih sempurna daripada roti manna, sebab memakan roti Kristus :tidak akan lapar lagi dan  tidak akan haus lagi. Ini berbicara kehidupan kekal dan Allah di dalam Kristus yang menjadi sumber kehidupan kekal mereka, bukan bersumber dari dunia ini:
Yohanes 6:41 Maka bersungut-sungutlah orang Yahudi tentang Dia, karena Ia telah mengatakan: "Akulah roti yang telah turun dari sorga."

Yohanes 6:42 Kata mereka: "Bukankah Ia ini Yesus, anak Yusuf, yang ibu bapanya kita kenal? Bagaimana Ia dapat berkata: Aku telah turun dari sorga?"

Mereka, orang-orang Israel pada dasarnya  yang pertama-tama berhak atas keselamatan kekal ini. Pada dasarnya mereka pemilik janji ini, sehingga dikatakan sebagai ranting yang sudah menempel pada pokok anggur Kristus. Coba juga perhatikan pernyataan Yesus ini:
Yohanes 5:39-40 Kamu menyelidiki Kitab-kitab Suci, sebab kamu menyangka bahwa oleh-Nya kamu mempunyai hidup yang kekal, tetapi walaupun Kitab-kitab Suci itu memberi kesaksian tentang Aku, namun kamu tidak mau datang kepada-Ku untuk memperoleh hidup itu.

Yohanes 5:46-47 Sebab jikalau kamu percaya kepada Musa, tentu kamu akan percaya juga kepada-Ku, sebab ia telah menulis tentang Aku. Tetapi jikalau kamu tidak percaya akan apa yang ditulisnya, bagaimanakah kamu akan percaya akan apa yang Kukatakan?"

Mengapa Israel dinyatakan Yesus sebagai ranting yang menempel  pada  pokok anggur Kristus? Karena Yesus sendiri atau kabar baik keselamatan didalam Kristus sudah diberitakan sejak era Musa, dan telah dituliskan Musa didalam kitab-kitab yang diselidiki mereka, namun tetap saja tidak mau percaya dan tidak mau datang kepada Kristus.

Sekarang, kita mengetahui siapakah yang digambarkan ranting yang menempel pada  pokok anggur  Kristus, namun tidak memiliki kehidupan  atau tidak berbuah. Ini juga menjawab, apakah memang mungkin, ada ranting yang menempel pada Yesus namun tak hidup? Ada, sebab ini menunjuk pada sebuah bangsa yang memilik janji  keselamatan Mesianik, namun kala  digenapi, malah tak menerimanya:
Yohanes 1:11 Ia datang kepada milik kepunyaan-Nya, tetapi orang-orang kepunyaan-Nya itu tidak menerima-Nya.


Tentu saja,  tak semua Israel menolaknya, 12 murid itu adalah Israel-Israel yang beriman dan menerima kehidupan kekal dari Yesus. Namun pada dasarnya sebagai sebuah bangsa yang memiliki janji atau kepada siapakah Mesias itu pertama-tama diberikan, telah menolaknya:
Yohanes 12:37 Dan meskipun Yesus mengadakan begitu banyak mujizat di depan mata mereka, namun mereka tidak percaya kepada-Nya


Sehingga jelas, siapakah ranting yang tidak berbuah itu. Pada dasarnya, Yesus berkata mengenai orang-orang Israel itu sebagai mati:
Yohanes 8:24 Karena itu tadi Aku berkata kepadamu, bahwa kamu akan mati dalam dosamu; sebab jikalau kamu tidak percaya, bahwa Akulah Dia, kamu akan mati dalam dosamu."


Orang-orang pemilik janji Mesianik dalam Kitab Musa mereka, pada dasarnya adalah ranting-ranting yang menempel pada pohon janji keselamatan didalam Yesus.Dan ketika Yesus datang, atau janji kedatangan Mesias itu digenapi, maka mereka tentu adalah ranting-ranting pada pokok anggur Yesus. Perhatikan, bahwa ranting di sini menunjukan pada orang-orangnya dan sekaligus  relasi. Relasi ranting-ranting yang tak berbuah itu berdasarkan janji Mesianik yang mereka miliki sebagai bangsa Israel atau milik kepunyaan Allah, namun, relasi semacam ini tak boleh berhenti pada tatar profetik belaka, namun, harus bergerak masuk kedalam penggenapan, yaitu menerima Yesus: Sebab jikalau kamu percaya kepada Musa, tentu kamu akan percaya juga kepada-Ku- Yoh 5:46; jika percaya kepada  Mesias dalam kitab-kitab Nabi, mutlak harus juga percaya kepada Mesias dalam kedatangan Yesus sebagai Sang Kristus. Jika Israel tak mengalami ini maka terjadilah hal yang teramat janggal untuk terjadi [ranting pohon tak menerima kehidupan menghasilkan buah, perhatikan  penyebab tak berbuah bukan pada batang pohon], namun, hal ini pada saat yang sama, justru menjelaskan bahwa relasi yang hendak ditunjukan Yesus adalah relasi keberimanan pada janji dan pada penggenapan janji.


Dua belas murid yang percaya itu kemudian menerima kehidupan dan berbuah, dan kelebatan berbuah dalam  kehidupan mereka sangat ditentukan oleh perkataan yang diucapkannya. Firmannya itu membersihkan kehidupan ranting itu dari segala penghalang untuk berbuah lebih lebat.

Beriman dan menerima Yesus Kristus akan mengakibat seseorang menjadi ranting pada pokok anggur Yesus Kristus. Itu adalah sebuah kehidupan yang bersumber dari Yesus, sebuah relasi yang melampaui segala bentuk hubungan termulia yang dapat dibayangkan  untuk dialami oleh manusia.


Pada dasarnya, beriman adalah memiliki relasi kehidupan pada Yesus Kristus yang diselenggarakan oleh Bapa [Bapaku adalah Pengusahanya- Yohanes 15:1], bukan sekedar beriman dalam tatar konsepsi atau belaka abstraksi keselamatan. Keselamatan didalam Kristus memiliki sebuah keaktual didalam kehidupan yang diadakan oleh Kristus:
Yohanes 15:4 Tinggallah di dalam Aku dan Aku di dalam kamu. Sama seperti ranting tidak dapat berbuah dari dirinya sendiri, kalau ia tidak tinggal pada pokok anggur, demikian juga kamu tidak berbuah, jikalau kamu tidak tinggal di dalam Aku.

Yohanes 15:5 Akulah pokok anggur dan kamulah ranting-rantingnya. Barangsiapa tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia, ia berbuah banyak, sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa.

Hanya jika menerima-Nya akan memiliki hidup, tak menerimanya maka ia tak akan memiliki hidup kekal:
Yohanes 6:47 Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa percaya, ia mempunyai hidup yang kekal.

Yohanes 6:50 Inilah roti yang turun dari sorga: Barangsiapa makan dari padanya, ia tidak akan mati.

Yohanes 6:54-55 Barangsiapa makan daging-Ku dan minum darah-Ku, ia mempunyai hidup yang kekal dan Aku akan membangkitkan dia pada akhir zaman. Sebab daging-Ku adalah benar-benar makanan dan darah-Ku adalah benar-benar minuman.

Yohanes 6:56 Barangsiapa makan daging-Ku dan minum darah-Ku, ia tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia.

Yohanes 6:57 Sama seperti Bapa yang hidup mengutus Aku dan Aku hidup oleh Bapa, demikian juga barangsiapa yang memakan Aku, akan hidup oleh Aku.

Beriman kepada Yesus Kristus berarti memiliki kesatuan hidup Kristus di dalam diri orang beriman. Hidup Kristus adalah kekal dan berkuasa memberikan kehidupan kepada siapapun yang menjadi percaya atau dibuat menjadi percaya, seperti halnya  batang pohonlah yang menumbuhkan dan memberikan makan dan kehidupan pada ranting-rantingnya sehingga dapat berbuah:
Yohanes 15:6 Barangsiapa tidak tinggal di dalam Aku, ia dibuang ke luar seperti ranting dan menjadi kering, kemudian dikumpulkan orang dan dicampakkan ke dalam api lalu dibakar. [ bandingkan dengan Yohanes 8:24]

Bagaimana caranya dapat  tinggal didalam Kristus sehingga tidak dibuang ke luar seperti ranting untuk kemudian dibakar? Perhatikan penjelasan  Yesus ini:
Yohanes 15:16 Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi Akulah yang memilih kamu

Mengapa 12 murid itu dapat percaya kepada Kristus? Itu bukan karena upaya mereka yang sungguh-sungguh untuk mengerti Yesus dan pengajarannya sehingga menjadi percaya, tetapi, karena Allah melalui Kristus telah memilih mereka. Bandingkan dengan ini:
Yohanes 6:60-61 Sesudah mendengar semuanya itu banyak dari murid-murid Yesus yang berkata: "Perkataan ini keras, siapakah yang sanggup mendengarkannya?" Yesus yang di dalam hati-Nya tahu, bahwa murid-murid-Nya bersungut-sungut tentang hal itu, berkata kepada mereka: "Adakah perkataan itu menggoncangkan imanmu?

Yohanes 6:65 "Sebab itu telah Kukatakan kepadamu: Tidak ada seorangpun dapat datang kepada-Ku, kalau Bapa tidak mengaruniakannya kepadanya."

Mengapa ada orang-orang Israel yang dapat menjadi percaya dan juga ada yang tidak dapat percaya? Maka jawabnya: bergantung pada apakah Bapa mengaruniakan iman atau tidak!  Tak ada yang dapat beriman sebagaimana kehendak Bapa [Yohanes 6:36-40], tanpa kasih karunia pemberian iman  oleh Bapa, sehingga datang beriman kepada Yesus dan tidak ditolak oleh  Yesus [sebab, ada  jenis pengimanan yang ditolak oleh Yesus: Yohanes 6:14-15;Yohanes 6:26-27].


Tanpa ketetapan ini, maka  mereka akan pergi meninggalkan Yesus dan Yesus tidak berusaha untuk menahan mereka:
Yohanes 6:66 Mulai dari waktu itu banyak murid-murid-Nya mengundurkan diri dan tidak lagi mengikut Dia.

Kepada ke 12 murid itu Yesus menyatakan: "Bukankah Aku sendiri yang telah memilih kamu yang dua belas ini?[6:70]. Bahkan itu termasuk memilih Yudas yang akan menghianatinya: Namun seorang di antaramu adalah Iblis." Yang dimaksudkan-Nya ialah Yudas, anak Simon Iskariot; sebab dialah yang akan menyerahkan Yesus, dia seorang di antara kedua belas murid itu [Yohanes 6:70-71].

Ketika seseorang dipilih oleh Allah untuk beriman kepada Yesus, maka Yesus menetapkan mereka untuk berbuah lebat:
Yohanes 15:16 Dan Aku telah menetapkan kamu, supaya kamu pergi dan menghasilkan buah dan buahmu itu tetap

Itulah rencana Bapa dalam pemilihan yang dilakukan-Nya di dalam Yesus Kristus.


Beriman kepada Yesus adalah sebuah kehidupan yang diselenggarakan oleh Bapa pada seseorang yang dikehendakinya, di dalam Kristus. Mengapa didalam Kristus? Sebab manusia-manusia yang diselamatkan itu pada dasarnya tidak memiliki hidup, dan jika Ia hidup, itu bukan kehidupan dirinya sendiri. Sehingga, Ia harus berada didalam Kristus atau bersatu dengan Kristus yang terjadi akibat tindakan Bapa yang mempersatukannya [pengusaha pokok anggur]. Yesus menjadi penjamin dari Bapa bagi setiap orang yang telah diselamatkan-Nya untuk tidak binasa dan memperoleh hidup kekal.


Demikianlah harus dipahami  keberimanan itu, sebagaimana Kristus menyatakannya.


Bagaimana jika orang Kristen itu tidak mau mematuhinya? Jika ia adalah seorang Kristen sejati, maka ia sungguh mencintai Yesus. Dan mencintai-Nya adalah sebuah kehidupan yang datang dari Allah, sehingga ini bukan basa-basi, bukan filosofis, bukan jargon, bukan iman konsepsional. Ini adalah iman yang pada aktualnya Kristus didalammu dan saya dan anda berada di dalam Kristus. Kita harus memahami dan hidup dalam realita ini, untuk hidup sedemikian, tak bisa dengan cara membangun pengajaran yang filosofis, itu harus pengajaran yang berdasarkan pada apa yang telah diberitakan, dinyatakan dan digenapi atau diwujudkan oleh Allah melalui nabi-nabi dan Yesus Kristus. Perhatikan ini:
Yohanes 14:23 Jawab Yesus: "Jika seorang mengasihi Aku, ia akan menuruti firman-Ku dan Bapa-Ku akan mengasihi dia dan Kami akan datang kepadanya dan diam bersama-sama dengan dia.

Yohanes 14:24 Barangsiapa tidak mengasihi Aku, ia tidak menuruti firman-Ku; dan firman yang kamu dengar itu bukanlah dari pada-Ku, melainkan dari Bapa yang mengutus Aku.

Sebagaimana Allah mengasihi dengan memberikan sebuah kehidupan kekal pada orang beriman di dalam Yesus Kristus, maka ada sebuah kehidupan di dalam diri seorang beriman itu, bahwa ia akan memiliki kasih untuk mengasihi Kristus, dan mengasihi itu senilai dengan menuruti atau menaati firman atau perkataan yang disampaikan oleh Yesus.

Perhatikan ini:
1Yohanes 4:10  Inilah kasih itu: Bukan kita yang telah mengasihi Allah, tetapi Allah yang telah mengasihi kita dan yang telah mengutus Anak-Nya sebagai pendamaian bagi dosa-dosa kita.

1Yohanes 4:19 Kita mengasihi, karena Allah lebih dahulu mengasihi kita.

Senantiasa, beriman itu adalah kehidupan baru yang datang atau berasal dari Allah, yaitu kasih Allah. Dan kasih Allah adalah kasih yang memberikan sebuah perilaku hidup yang baru dan memuliakan Allah:

1Yohanes 4:20  Jikalau seorang berkata: "Aku mengasihi Allah," dan ia membenci saudaranya, maka ia adalah pendusta, karena barangsiapa tidak mengasihi saudaranya yang dilihatnya, tidak mungkin mengasihi Allah, yang tidak dilihatnya.

Kita semua, saat ini, adalah orang-orang percaya yang  tak pernah melihat Allah, bahkan sekedar melihat Yesus Kristus. Sangat berbeda dengan para rasul yang dapat membukakan suratnya dengan kesaksian berinteraksi dan hidup bersama Yesus, misalkan saja seperti ini:” Apa yang telah ada sejak semula, yang telah kami dengar, yang telah kami lihat dengan mata kami, yang telah kami saksikan dan yang telah kami raba dengan tangan kami tentang Firman hidup--itulah yang kami tuliskan kepada kamu- 1Yohanes 1:1” Yesus adalah Sang Firman Hidup [Yohanes 1:1,4], itulah yang dimaksud oleh rasul Yohanes saat membuka epistelnya, yang pernah berinteraksi dengannya.

Kita tak mungkin mengalami  semacam  ini pada saat ini. Kita beriman namun tak melihat, inilah era saya dan dan anda. Mengenai hal ini, Yesus berkata: “Berbahagialah mereka yang tidak melihat, namun percaya.” –Yohanes 20:29.


Lalu, apakah kekuatan kita untuk beriman apalagi  mematuhi firman sebagai orang-orang percaya? Pada  buku Alkitabkah? Pada pengajaran pendeta saya dan andakah? Itu memang dapat menjadi sarana, tetapi bagaimana jika pendeta anda malah menjauhkanmu dari kebenaran dan menyesatkanmu. Bukankah, dia pun tak pernah berjumpa dengan Yesus sebagaimana para rasul?


Bagaimana dapat berjumpa dengan Bapa dan Yesus?Bapa-Ku akan mengasihi dia dan Kami akan datang kepadanya dan diam bersama-sama dengan dia,”demikianlah menurut Yesus, bagaimana saya dan anda  dapat berjumpa dengan Bapa dan Yesus dan memiliki sebuah relasi yang luar biasa intim dimana Bapa dan Anak menjadi pemilik dirimu. Itulah dasar bagi saya dan anda  sebagai MANUSIA BARU untuk mematuhi-Nya dan didalam mematuhinya mengalami pembaharuan secara terus-menerus. Sebagai  manusia baru didalam Kristus, maka kita akan juga mengalami pengajaran dan  teguran, sehingga perjalanan kehidupan kita  tetap didalam kebenaran Tuhan [bacalah “tinjauan bagian3E”].

Jika saya sudah ditegur namun tidak mendengarkan dan malah melawan? Apakah yang hendak dikatakan? Kasih karunia keselamatan harus ditopang dengan perjuangan manusia  beriman itu juga, bahwa tidak bisa membebankan keselamatan itu sepenuhnya pada kasih karunia Yesus? Tidak bermakna demikian! Karena Yesus berkata begini:

Matius 18:12-14 Bagaimana pendapatmu? Jika seorang mempunyai seratus ekor domba, dan seekor di antaranya sesat, tidakkah ia akan meninggalkan yang sembilan puluh sembilan ekor di pegunungan dan pergi mencari yang sesat itu? Dan Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya jika ia berhasil menemukannya, lebih besar kegembiraannya atas yang seekor itu dari pada atas yang kesembilan puluh sembilan ekor yang tidak sesat. Demikian juga Bapamu yang di sorga tidak menghendaki supaya seorangpun dari anak-anak ini hilang."

Matius 18:15 Apabila saudaramu berbuat dosa, tegorlah dia di bawah empat mata. Jika ia mendengarkan nasihatmu engkau telah mendapatnya kembali. Jika ia tidak mendengarkan engkau, bawalah seorang atau dua orang lagi, supaya atas keterangan dua atau tiga orang saksi, perkara itu tidak disangsikan. Jika ia tidak mau mendengarkan mereka, sampaikanlah soalnya kepada jemaat. Dan jika ia tidak mau juga mendengarkan jemaat, pandanglah dia sebagai seorang yang tidak mengenal Allah atau seorang pemungut cukai. [ bacalah “tinjauan bagian 3G’]

Tegoran terhadap tindakan atau perbuatan dosa harus disampaikan pada manusia baru yang  tidak sempurna itu, dasarnya adalah: maksud Allah agar tidak seorangpun anak-anak Allah itu hilang. Jika ia sungguh anak-anak Allah maka ada kuasa Allah di dalam dirinya untuk mematuhi dan hidup sebagai anak-anak taat, sehingga pada akhirnya bertobat. Jika pada akhir kesudahannya tidak juga bertobat dari dosa, maka itu menunjukan  bahwa pada dasarnya ia bukan orang-orang beriman berdasarkan kehendak Allah untuk menyerahkannya kedalam tangan Anak, sehingga akan dijagai. Ini satu hal realita yang harus diperhitungkan, jika mempertanyakan kasih karunia keselamatan dalam kaitannya dengan kepatuhan atau pemberontakan seorang yang disangkakan sebagai Kristen, harus memperhatikan bagaimana Yesus mengajarkan dan memperlakukan secara begitu berbeda pada yang diserahkan Bapa kepadanya, dibandingkan dengan yang mengikutnya berdasarkan karena telah menikmati makanan yang mengenyangkannya, yang diberikan oleh Yesus sebagai sebuah mujizat, namun tak bisa melihat dan memahami maksud Yesus. Menegor saudara yang berdosa, sejauh itu diketahui oleh  saudara seimannya harus dilakukan, dan tegoran umum dapat dilakukan kepada jemaat Kristen didalam  khotbah, pengajaran dan didikan atau nasihat sehingga melaluinya Roh Kudus dapat bekerja di dalam diri orang percaya itu  untuk mendatangkan pertobatan atau pembaharuan manusia baru secara terus-menerus [bandingkan dengan Roma 12:1-2, dan, dasar pembaharuan manusia baru itu bukan dalam upaya mendapatkan atau mempertahankan kasih karunia keselamatan, sebaliknya, pembaharuan manusia baru berlangsung di dalam kasih karunia yang sangat kokoh, bandingkan dengan: Roma 10:20-21; Roma 9:1-29]

Bersambung ke “Tinjauan Pengajaran Pdt. Dr.Erastus Sabdono “Keselamatan Diluar Kristen” (3K):“Tidak Ada Keselamatan Di Luar Kristen Tetapi Ada Keselamatan Di Luar Kristen”

AMIN
Segala Pujian Hanya Kepada TUHAN


The cross
transforms present criteria of relevance: present criteria of relevance do not transform
the cross




No comments:

Post a Comment