Pages

17 August 2015

Tinjauan Pengajaran Pdt. Dr.Erastus Sabdono “Keselamatan Diluar Kristen” (2B):



Tinjauan Pengajaran Pdt. Dr.Erastus Sabdono “Keselamatan Diluar Kristen” (2B):

“Tidak Ada Keselamatan Di Luar Kristus Tetapi Ada Keselamatan Di Luar Agama Kristen”


Oleh: Martin Simamora



Bacalah lebih dulu Bagian 2A
Masih menyorot paragraf 1 :
“Pada bab sebelumnya, walaupun tidak ditulis secara eksplisit tetapi penjelasannya cukup jelas disinggung bahwa tidak ada keselamatan di luar Kristus tetapi ada keselamatan di luar agama Kristen. Mengapa?”
Namun kali ini akan melihat secara lebih istimewa, penyebaran agama Kristen  yang dilakukan oleh jemaat purba dan bagaimana hal itu dilakukan sebagai hal yang dikhendaki Kristus. Apakah jemaat purba ada menunjukan kebedaan ekslusifitas keselamatan hanya pada Yesus Kristus, sebagaimana diajarkan oleh Kristus, dengan ketakeksklusifan keselamatan pada agama Kristen, bahwa di luar agama Kristen ada keselamatan?

Dalam Alkitab, kita mendapatkan 2 sumber yang  sangat kuat dan menjadi jiwa penginjilan didalam gerakan orang-orang percaya  yang disebut  beragama Kristen, pertama adalah Kisah Para Rasul [yang telah saya sentuh pada bagian sebelumnya] dan epistel-epistel atau surat-surat Rasul.


Apa yang perlu menjadi catatan penting, bahwa pemberitaan Injil adalah jiwa jemaat perdana, mereka pada awalnya sangat kecil dan dianggap sesat, sehingga  penolakannya sangat keras, dan perlu ditegaskan bahwa situasi semacam ini tetap berlangsung hingga kini. Mari kita  memperhatikan bagaimana rasul Paulus menyatakan situasi ini:



Pemberitaan Injil  Sejak Mula Dihadang Penolakan Keras, Agama Kristen Adalah Agama Yang Dinilai Sebagai Agama Yang mengajarkan Kebodohan


1Korintus 1:23 tetapi kami memberitakan Kristus yang disalibkan: untuk orang-orang Yahudi suatu batu sandungan dan untuk orang-orang bukan Yahudi suatu kebodohan,

Perhatikan baik-baik, bahwa pemberitaan injil oleh gereja perdana dan oleh orang-orang yang disebut [beragama] Kristen, tak hanya menjangkau orang-orang Yahudi, tetapi menjangkau orang-orang bukan Yahudi.


Juga, harus dicamkan, bahwa pemberitaan  Injil, bukan berisikan  bagaimana  membangun moralitas yang baik atau bagaimana membangun manusia yang berkarakter atau bagaimana memenuhi kebenaran-kebenaran Taurat, sebab jika demikian, maka kemungkinan para pendengar berita Injil berkonflik dengan pemberitaan Injil oleh para rasul atau agama Kristen, tidak akan mengalami resistensi yang begitu besar: batu sandungan. Perhatikan, yang menjadi batu sandungan bukan orang-orang Kristen atau agama Kristen atau para rasul- para misionarisnya tetapi pada apa yang menjadi isi berita Injil: Yesus Kristus yang disalibkan. Pemberitaan Injil adalah jiwa Kristus dan juga jiwa agama Kristen sejak mulanya.


Pemberitaan Injil yang bersentralkan pada satu-satunya pusat pemberitaan  Yesus Kristus dan karya keselamatannya, secara penuh disadari oleh para rasul akan menghadapi resistensi dan ancaman bahaya. Dalam hal ini tak ada sedikitpun diupayakan modifikasi atau membangun kompromi pada isi pemberitaan injil agar lebih elok pada pemandangan manusia-manusia atau agama-agama lain, sehingga memudahkan mereka untuk menjadi orang-orang atau para penganut agama Kristen. Para rasul memberitakan Injil yang isinya pasti akan dicemooh, mencemooh Yesus dan karya penebusannya:


1Korintus 1:18  Sebab pemberitaan tentang salib memang adalah kebodohan bagi mereka yang akan binasa, tetapi bagi kita yang diselamatkan pemberitaan itu adalah kekuatan Allah.
Pemberitaan Injil adalah penting, bukan karena keyakinan pada Kristus adalah superioritas terhadap agama-agama lain. Malahan sebaliknya, ajaran Kristen sejak semula  memiliki popularitas yang, luar biasa minim dan penentangannya. Penting, karena, tanpa menerima dan percaya kepada Yesus- pusat dan satu-satunya isi pemberitaan Injil,  maka kebinasaan adalah konsekuensinya. Ini adalah hal yang sama sebagaimana telah diungkapkan oleh Yohanes Pembaptis dan Yesus Kristus sendiri. [lihatlah dan bacalah jika berkenan pada  renungan  harian pagi “mymorning dew  Hal Itu Terjadi Pada Pihak Tuhan, setelah akhir artikel bagian ini]


Memberitakan Injil yang berisikan Yesus Kristus yang disalibkan hanya membuat  para pemberita Injil adalah orang-orang bodoh:

1Korintus 4:10 Kami bodoh oleh karena Kristus, tetapi kamu arif dalam Kristus. Kami lemah, tetapi kamu kuat. Kamu mulia, tetapi kami hina.

Ini adalah kondisi yang sama dengan Kristus. Bukankah Kristus pun dinilai bodoh?

Matius 27:39-40 (39) Orang-orang yang lewat di sana menghujat Dia dan sambil menggelengkan kepala,(40) mereka berkata: "Hai Engkau yang mau merubuhkan Bait Suci dan mau membangunnya kembali dalam tiga hari, selamatkanlah diri-Mu jikalau Engkau Anak Allah, turunlah dari salib itu!"

Yesus menjadi terlihat begitu bodohnya, karena satu hal: keputusan dirinya sendiri untuk harus mengalami olok-olok dan mati dalam sengasara dahsyat di Yerusalem:
Matius 20:17-19 (17) Ketika Yesus akan pergi ke Yerusalem, Ia memanggil kedua belas murid-Nya tersendiri dan berkata kepada mereka di tengah jalan (18) Sekarang kita pergi ke Yerusalem dan Anak Manusia akan diserahkan kepada imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, dan mereka akan menjatuhi Dia hukuman mati.(19) Dan mereka akan menyerahkan Dia kepada bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah, supaya Ia diolok-olokkan, disesah dan disalibkan, dan pada hari ketiga Ia akan dibangkitkan."

Bahkan diolok-olok  atau dihina adalah salah satu yang ditetapkan Yesus harus terjadi bagi dirinya, sebagai salah satu bentuk penghinaan dan penghujatan yang harus dialaminya sebelum dia sendiri menetapkan dirinya akan dibangkitkan pada hari ketiga.


Itu sebabnya, Ia tidak turun dari Salib itu. Sekalipun ia memiliki kuasa, seperti dikatakannya:“Atau kausangka, bahwa Aku tidak dapat berseru kepada Bapa-Ku, supaya Ia segera mengirim lebih dari dua belas pasukan malaikat membantu Aku[Mat 26:53]?” Mengapa tak dilakukannya? Karena memang bukan saja dikehendaki oleh Yesus, namun juga oleh Bapa, sebagaimana diutarakannya:“Jika begitu, bagaimanakah akan digenapi yang tertulis dalam Kitab Suci, yang mengatakan, bahwa harus terjadi demikian [Mat 26:54]?"


Yesus yang nampak bodoh atau bahkan menjadi terlihat sangat dungu, sebab dia yang sanggup mengadakan  mujizat-mujizat bahkan dapat membangkitkan orang mati [Lukas 7:13-15] dan bahkan melakukannya pada  orang mati yang mayatnya sudah membusuk beberapa hari [Yohanes 11:17-44], kini terlihat tanpa kuasa, hal demikian hanya terjadi oleh satu hal atau untuk satu tujuan: merupakan dan pemenuhan kehendak Bapa dan penetapan oleh Bapa sejak sebelum dunia diciptakan, dan itu ditulis oleh para nabi: “Akan tetapi semua ini terjadi supaya genap yang ada tertulis dalam kitab nabi-nabi” [Matius 26:56].


Maka memang, memberitakan Yesus selain Yesus yang dihina-hina dan dihujat sejak semulanya adalah sebuah kesukaran teramat besar. Menutupi realita ini sama dengan melawan Bapa di sorga!


Dan pastilah, tak terelakan, pemberitaan Injil yang  berisikan Yesus Kristus yang disalibkan pasti akan terlihat sangat bodoh. Kepercayaan atau keberimanan yang bodoh bagi siapapun yang menolak Kristus, untuk mengatakan bahwa  pengolok-olokan Yesus dan penyaliban dia secara sangat terhina adalah kehendak Bapa?? Para nabi telah menubuatkanya?? Dan kebodohan dan penghinaan  terhadap Yesus menegaskan kebodohannya dalam pandangan manusia:
Matius 27:41-42 (41)Demikian juga imam-imam kepala bersama-sama ahli-ahli Taurat dan tua-tua mengolok-olokkan Dia dan mereka berkata: (42) Orang lain Ia selamatkan, tetapi diri-Nya sendiri tidak dapat Ia selamatkan! Ia Raja Israel? Baiklah Ia turun dari salib itu dan kami akan percaya kepada-Nya.


Bagaimana mungkin orang beragama Kristen begitu percaya dengan Juruselamat yang bahkan tak kuasa untuk membebaskan dirinya dari hinaan? Atau, bagaimana mungkin pemberitaan Injil, melulu mengenai Kristus dan salib; mengenai keselamatan hanya di dalam dia; mengenai tanpa dia maka kebinasaan adalah keniscayaan. Tuhan yang seperti apakah itu?


Sekali lagi adalah sulit untuk menentang hal sukar dan kelam ini dan dikatakan sebagai sumber keselamatan? Oleh sebab Kristus telah menyatakan itu adalah kehendaknya beserta kehendak Bapa. Jika demikian, apalagi alasan untuk tak menyatakan  Kristus dan karya penebusannya adalah sentral dan satu-satunya kebenaran dalam pemberitaan Injil?


Mengapa Ia harus mendahului kebangkitannya pada hari ketiga, dengan penghinaan. Bukan dalam sebuah kematian yang   bermartabat? Mati dalam eksekusi seorang penjahat, disandingkan dengan para penjahat? Bagaimana bisa Allah mempredestinasikan kematiannya jauh dari kemuliaan-Nya? Tetapi, bagaimanapun, Kitab suci yang sama, yang memberitakan kehinaan Yesus yang demikian, juga memberitakan kebangkitan Yesus dari kematian, tepat sebagaimana Ia sudah menentukannya untuk terjadi. Mengapa tak mempercayainya juga?? Karena itu adalah sebuah kebodohan yang amat dungu untuk dipercayai oleh manusia  manapun. Sentralitas dan absolutitas Injil pada Yesus dan karyanya adalah hal yang sangat sukar bagi manusia manapun, untuk membangun pemikiran yang positif atas predestinasi  yang demikian dungu. Bukankah anda berpikir bahwa predestinasi demikian adalah sebuah kedunguan? Apa yang ada katakan dungu adalah apa yang Yesus sendiri ucapkan dan dicatat oleh  injil-injil!


Agama Kristen perdana adalah agama Kristen yang mengajarkan  hal-hal bodoh di hadapan manusia. Boleh dikatakan, pemberitaan Injil oleh agama Kristen pada jemaat purba adalah sebuah kebodohan kelas wahid, tidak tahu apa obat yang dapat membuat seseorang dapat menerima berita baik yang berisikan mengenai seseorang yang sejak di bumi telah diolok-olok oleh rakyat banyak. Ini sebuah kesukaran, memberitakan Injil sebagaimana yang Yesus maksudkan. Tetapi, obatnya ada, dan itu hanya ada pada dan dari Allah:

1 Korintus 2:7-8,10,12,14,16 (7)Tetapi yang kami beritakan ialah hikmat Allah yang tersembunyi dan rahasia, yang sebelum dunia dijadikan, telah disediakan Allah bagi kemuliaan kita.(8) Tidak ada dari penguasa dunia ini yang mengenalnya, sebab kalau sekiranya mereka mengenalnya, mereka tidak menyalibkan Tuhan yang mulia.... (10) Karena kepada kita Allah telah menyatakannya oleh Roh, sebab Roh menyelidiki segala sesuatu, bahkan hal-hal yang tersembunyi dalam diri Allah.... (12) Kita tidak menerima roh dunia, tetapi roh yang berasal dari Allah, supaya kita tahu, apa yang dikaruniakan Allah kepada kita.... (14) Tetapi manusia duniawi tidak menerima apa yang berasal dari Roh Allah, karena hal itu baginya adalah suatu kebodohan; dan ia tidak dapat memahaminya, sebab hal itu hanya dapat dinilai secara rohani.... (16) Sebab: "Siapakah yang mengetahui pikiran Tuhan, sehingga ia dapat menasihati Dia?" Tetapi kami memiliki pikiran Kristus.


Pemberitaan Injil yang bersentralkan pada Yesus Kristus beserta karya penebusannya melalui penghinaan, penghujatan dan penyaliban  layaknya seorang bandit, dengan demikian:
[] tak bisa dikatakan :
-Pemberitaan Injil  itu tak dapat bernilai tinggi selama-lamanya, sebab dibatasi zaman dan konteks waktu serta peradaban.

-Pemberitaan  Yesus dan karya keselamatan  tidak bisa dijadikan hal tertinggi, sebab hanya akan membuat orang banyak menjauhi kekristenan dan kasih Bapa [bagaimana bisa mengatakan Bapa itu kasih tetapi membiarkan utusan-Nya atau Anak-Nya harus menderita, disalibkan dan mati??]. Faktanya, penerimaan iman kepada Kristus yang bodoh itu bukan bergantung pada manusia, tetapi hanya jika Allah menyatakan  melalui Roh kepada manusia.


-Keuniversalan kebenaran  keselamatan hanya pada Yesus dalam karya salibnya dibatasi oleh; era, budaya, dinamika sosiologi, dan judaisme yang kala itu sangat kuat mengurung kekristenan awal. Sebab  harus dicamkan, Allah adalah perancang  kedatangan Yesus dan karya keselamatan Allah kepada manusia yang dikehendakinya sejak di kekekalan, yang dirancang didalam dan dikerjakan oleh Yesus Kristus.

[] tak bisa diukur berdasarkan nilai dan pertimbangan manusia:
-Yesus sendiri menyatakan, bahwa itu adalah ketetapan Bapa di kekekalan sebelum dunia ada, bukan dirinya sendiri, sehingga dengan demikian, berita Yesus yang disalibkan dengan didahului penghinaan dan penderitaan hebat, tidak bisa dikatakan sebagai kepentingan peristiwa sejarah penyelamatan oleh Allah di dunia semata, yang  terkurung di dalam sejarah dan memiliki keterpisahan dengan manusia-manusia  moderen di sepanjang masa kini serta  yang akan datang.

-Rasul Paulus sendiri mengatakan, bahwa  obat atas masalah krusial dan mematikan [batu sandungan] dalam memberitakan Yesus yang bodoh dan dungu dalam karyanya, adalah Roh Tuhan sendiri. Untuk dapat memahami apa yang Kristus lakukan adalah memiliki pikiran Kristus, dan untuk dapat memiliki pikiran Kristus, hanya jika Allah telah menyatakannya melalui Roh. Masalahnya bukan pada bagaimana anda lebih menekankan moralitas dan pembangunan manusia yang baik dan mengsekunderkan Yesus. Injil Bapa, bukan injil moralitas dan injil perbuatan baik, tapi Kristus yang dikecam dunia sebagai bodoh dan di dalam dia saja ada keselamatan dan diluar dirinya adalah kebinasaa.


-Yesus yang datang dengan karya penebusannya yang harus melalui cemooh, penderitaan dan penyaliban, bukan hal temporer dalam pemberitaan injil, namun hal yang bersifat kekal di sepanjang zaman dunia ini, sebab merupakan rencana Allah yang telah ditetapkan di dalam kekekalan untuk terjadi di dunia. Sehingga dengan demikian menjadi rahasia karena tak ada satupun manusia yang dilibatkan. Tidak dilibatkan karena rencana itu dibuat Allah bahkan sebelum penciptaan   dunia beserta isinya berlangsung: “yang kami beritakan ialah hikmat Allah yang tersembunyi dan rahasia, yang sebelum dunia dijadikan.“ Yesus dan karyanya bernilai kekekalan, berlangsung di dunia temporer namun bersumber dari kekekalan dan berdampak pada kekekalan. Tak main-main dan  berhati-hatilah  dengan sangat dalam, kala anda atau siapapun  mereduksi hal ini, sebagai belaka sejarah yang dapat mengalami keusangan dan dengan demikian bukan jantung iman yang mulia serta bernilai pada kekekalan.


Rasul Petrus juga memperlihatkan secara terus-terang, problem pemberitaan Injil yang bersentralkan hanya pada Yesus dan karyanya:

1Petrus 2:7 (7)Karena itu bagi kamu, yang percaya, ia mahal, tetapi bagi mereka yang tidak percaya: "Batu yang telah dibuang oleh tukang-tukang bangunan, telah menjadi batu penjuru, juga telah menjadi batu sentuhan dan suatu batu sandungan."(8) Mereka tersandung padanya, karena mereka tidak taat kepada Firman Allah; dan untuk itu mereka juga telah disediakan.


Yesus dengan segala dirinya dan dengan segala sabdanya yang kerap membuat para murid apalagi orang-orang menjadi sangat dibingungkan dan sangat diberatkan untuk menerimanya, oleh kata-katanya sendiri seperti ucapan mengenai predestinasinya sendiri, bahwa di harus mati dalam kebodohan selain penderitaan. Memang bagi yang menolak dia menjadi batu yang  telah dibuang dan menjadi batu sentuhan dan sandungan.


Yesus adalah batu sandungan dalam pemberitaan Injil kepada semua manusia. Ini sebuah pernyataan dan  fakta yang menegaskan bahwa siapapun manusia tak akan pernah bisa menjadi percaya atau beriman kepadanya oleh dirinya sendiri dan daya dirinya sendiri, selain menjadi tersandung sebagai sebuah finalitas. Yesus menjadi sentral masalah [BATU SANDUNGAN] bagi orang-orang mau beriman kepadanya. Mereka tidak taat pada firman Allah agar beriman kepadanya, dengan demikian, disebabkan oleh diri Yesus sendiri yang sukar untuk diterima. Seperti orang Yahudi, tadi di atas, yang berkata: jika engkau turun dari salib, kami akan percaya [ Mat 27:42 Orang lain Ia selamatkan, tetapi diri-Nya sendiri tidak dapat Ia selamatkan! Ia Raja Israel? Baiklah Ia turun dari salib itu dan kami akan percaya kepada-Nya.], inilah finalitas setiap manusia ketika berhadapan dengan fakta Yesus yang begitu dungunya harus mati dalam cara yang sangat menista diri seorang utusan Allah??


Lalu, apakah obat dari masalah yang merupakan finalitas tanpa ada satu saja kemungkinan adanya resolusi pada diri manusia? Mari kita melihat apa yang dikatakan oleh Rasul Petrus:

1Petrus 2:9-10 Tetapi kamulah bangsa yang terpilih, imamat yang rajani, bangsa yang kudus, umat kepunyaan Allah sendiri, supaya kamu memberitakan perbuatan-perbuatan yang besar dari Dia, yang telah memanggil kamu keluar dari kegelapan kepada terang-Nya yang ajaib: kamu, yang dahulu bukan umat Allah, tetapi yang sekarang telah menjadi umat-Nya, yang dahulu tidak dikasihani tetapi yang sekarang telah beroleh belas kasihan.

Sama seperti pada penjelasan rasul Paulus, maka penjelasan rasul Petrus bersumber dari Allah, agar manusia dapat percaya pada pemberitaan bodoh itu, agar manusia dapat lepas dari finalitasnya yang tak berdaya untuk percaya kepada Kristus yang menjadi cemooh masyarakat, utusan Allah tetapi mati dalam cara yang sangat nista dan memalukan.Allah yang bertindak adalah obat  terhadap batu sandungan itu.

Apakah itu “bersumber dari Allah”? Jawabnya:
-Allah Memilih
-Allah Memanggil Keluar Dari Kegelapan
-Allah Membawa  Kepadada Terang-Nya yang ajaib
-Allah menjadikannya umat Allah
-Allah mengasihaninya

Sehingga kita melihat, bahwa baik Kristus dan agama Kristen yang disebarkan oleh para rasul adalah sama. Tak ada perbedaan, baik Yesus dan para rasul perintis apa yang disebut dunia sebagai agama Kristen,  bukan saja sama-sama menekankan sentralitas diri Yesus dan karyanya sebagai bukan saja eksklusif dalam fakta biblikal, bahwa hanya Yesus yang diperkenan Allah sebagai  jalan kebenaran dan keselamatan, namun juga  sama-sama memakukan eksklusifitas biblikal pada bagaimana seseorang itu dapat percaya pada sentralitas dan absolutitas Yesus yang sejak mulanya dicemooh dalam penistaan yang sangat keji: “Jika engkau turun dari salib itu kami akan percaya,” hanya jika Allah bertindak!


Posisi Yesus dalam agama Kristen yang diajarkan oleh para rasul adalah sangat mulia dan sebuah ketunggalan dalam pemberitaan yang harus disampaikan kepada semua bangsa. Tak ada istilah atau gagasan sebagaimana dikatakan dan diajarkan oleh pendeta Dr.Erastus Sabdono: Keselamatan  versi Yesus dan agama Kristen berbeda; pada Yesus tak ada di luar dirinya, pada agama Kristen ada di luar Kristen. Ini dipakukan dalam sebuah ketakmungkinan untuk ditarik: bahwa hanya Allah yang dapat membuat seseorang menjadi beriman kepada Yesus. Ini adalah faktor termulia mengapa baik pada agama Kristen dan Yesus Kristus tak ada pola lain keselamatan, sebab Allah sendiri bertindak membawa orang untuk beriman kepada Kristus dengan memanggil orang tersebut dari kegelapan kepada terang-Nya yang ajaib. Epistel atau surat para pendiri agama Kristen, yaitu para rasul, dengan  tegas menyatakannya.


Para rasul dengan tekun dan penuh semangat memberitakan injil yang berisikan Yesus yang menderita dalam kehinaan itu,bukan saja kepada orang-orang Yahudi tetapi juga kepada orang-orang Yunani yang memiliki ratusan dewa:

Kisah Para Rasul 18:1 (1) Kemudian Paulus meninggalkan Atena, lalu pergi ke Korintus.(2) Di Korintus ia berjumpa dengan seorang Yahudi bernama Akwila, yang berasal dari Pontus. Ia baru datang dari Italia dengan Priskila, isterinya, karena kaisar Klaudius telah memerintahkan, supaya semua orang Yahudi meninggalkan Roma. Paulus singgah ke rumah mereka.(3) Dan karena mereka melakukan pekerjaan yang sama, ia tinggal bersama-sama dengan mereka. Mereka bekerja bersama-sama, karena mereka sama-sama tukang kemah.(4) Dan setiap hari Sabat Paulus berbicara dalam rumah ibadat dan berusaha meyakinkan orang-orang Yahudi dan orang-orang Yunani.(5) Ketika Silas dan Timotius datang dari Makedonia, Paulus dengan sepenuhnya dapat memberitakan firman, di mana ia memberi kesaksian kepada orang-orang Yahudi, bahwa Yesus adalah Mesias.


Paulus memberitakan Injil yang berisikan perkabaran siapakah Yesus, dia adalah Mesias, di rumah ibadat Yahudi, jelas dengan  cepat akan mencuatkan kebencian terliar yang bersemayam di dalam diri orang-orang tak percaya itu. Bukankah Yesus sang Mesias dimata orang-orang Yahudi adalah pelanggar Sabat [dalam sejumlah kesempatan Yesus dinilai melanggar Sabat dan Ia dengan sangat tegas menentang praktik Sabat ala orang Yahudi: Matius 12:1-2, Lukas 14:1-6; Yesus bahkan pada dasarnya membawa penyembahan Allah yang tak lagi berdasarkan pada hukum Taurat: Yohanes 4:20-24] sementara Paulus memberitakannya di bait suci pada hari Sabat. Betapa itu dipandang sebagai penistaan oleh orang-orang Yahudi dan inilah hasilnya:

Kisah Para Rasul 18:6 orang-orang itu memusuhi dia dan menghujat



Kisah Para Rasul 18:6 “....ia mengebaskan debu dari pakaiannya dan berkata kepada mereka: "Biarlah darahmu tertumpah ke atas kepalamu sendiri; aku bersih, tidak bersalah. Mulai dari sekarang aku akan pergi kepada bangsa-bangsa lain." 

Paulus pergi kepada bangsa-bangsa lain, non Yahudi, untuk memberitakan Injil. Inilah denyut nadi iman gereja perdana dan jantung kehidupan agama Kristen!


Apa yang diberitakan oleh Paulus adalah  Injil sejati. Injil sejati pasti memberitakan kebenaran sebagaimana Yesus sendiri. Jika Paulus berusaha meyakinkan bahwa Yesus adalah Mesias sebagai satu-satunya kebenaran keselamatan dalam pemberitaan Injil, maka itu bersumber dari diri Kristus sendiri:

Yohanes 4:25-26 Jawab perempuan itu kepada-Nya: "Aku tahu, bahwa Mesias akan datang, yang disebut juga Kristus; apabila Ia datang, Ia akan memberitakan segala sesuatu kepada kami." (26) Kata Yesus kepadanya: "Akulah Dia, yang sedang berkata-kata dengan engkau."

Dan perempuan Samaria [ Yohanes 4:9] itu telah menjadi pemberita Injil sejati, memberitakan siapakah Yesus:

Yohanes 4:39 Dan banyak orang Samaria dari kota itu telah menjadi percaya kepada-Nya karena perkataan perempuan itu, yang bersaksi: "Ia mengatakan kepadaku segala sesuatu yang telah kuperbuat."

Orang Samaria memberitakan Injil, sementara orang-orang Yahudi menolaknya!?

Dan lihatlah hal terindah ini didalam pemberitaan Injil Yesus Kristus ini:
Yohanes 4:40-42 (40)Ketika orang-orang Samaria itu sampai kepada Yesus, mereka meminta kepada-Nya, supaya Ia tinggal pada mereka; dan Iapun tinggal di situ dua hari lamanya.(41) Dan lebih banyak lagi orang yang menjadi percaya karena perkataan-Nya, (42) dan mereka berkata kepada perempuan itu: "Kami percaya, tetapi bukan lagi karena apa yang kaukatakan, sebab kami sendiri telah mendengar Dia dan kami tahu, bahwa Dialah benar-benar Juruselamat dunia."
Ini sungguh menggembirakan mengingat bahwa Samaria dianggap  jauh lebih rendah daripada Israel, sehingga sekaligus menyedihkan. Mereka menyambut Yesus bukan sekedar Guru, sekedar Nabi, sekedar orang hebat, tetapi JURUSELAMAT DUNIA. Bahkan untuk saat ini, ada saja orang Kristen yang lebih buruk dibandingkan dengan orang Samaria, tak percaya Yesus Juruselamat dunia, katanya lagi, agama Kristen beda. Sejak  kapankah agama Kristen lebih mulia daripada Yesus dan sejak kapankah agama Kristen menaklukan ketetapan Allah yang dibuat sebelum dunia dijadikan. Bahkan sejak kapankah agama Kristen dapat menentang kebenaran Yesus sehingga berkata kalau agama Kristen mengakui ada keselamatan di luar Kristen. Agama Kristen yang  bertuhankan siapakah yang sedang diusungkan oleh pendeta Dr.Erastus Sabdono? Sementara para perintis kebenaran Tuhan yang disebut agama Kristen, tak sedikitpun menorehkannya di dalam  kitab suci, kebenaran semacam itu, yang menista diri Yesus  beserta segala sabddanya.


Bersambung ke “Tinjauan Pengajaran Pdt. Dr.Erastus Sabdono “Keselamatan Diluar Kristen”(2C):“Tidak Ada Keselamatan Di Luar Kristen Tetapi Ada Keselamatan Di Luar Kristen”

                                                                  AMIN
Segala Pujian Hanya Kepada TUHAN

mymorning dew  Hal Itu Terjadi Pada Pihak Tuhan, - 9 halaman, pada lembar ke 9 tertulis halaman 10, seharusnya halaman 9
-
Hal Itu Terjadi Pada Pihak Tuhan -hal 1/9




Hal Itu Terjadi Pada Pihak Tuhan -hal 2/9

 
Hal Itu Terjadi Pada Pihak Tuhan -hal 3/9




Hal Itu Terjadi Pada Pihak Tuhan -hal 4/9



Hal Itu Terjadi Pada Pihak Tuhan -hal 5/9



Hal Itu Terjadi Pada Pihak Tuhan -hal 6/9





Hal Itu Terjadi Pada Pihak Tuhan -hal 7/9



Hal Itu Terjadi Pada Pihak Tuhan -hal 8/9




Hal Itu Terjadi Pada Pihak Tuhan -hal 9/9


No comments:

Post a Comment