Pages

12 March 2015

Penyaliban dan Kristologi Penderitaan Yesus Di Kayu Salib Tidak Nyata - Doketik (1)



Oleh: Edwin Yamauchi, Ph.D (Professor of History)

Penyaliban dan Kristologi Penderitaan  Yesus Di Kayu Salib Tidak Nyata  - Doketik (1)


I.Penyaliban
Kita kerap melupakan betapa tak harmoninya salib itu untuk menjadi sebuah simbol gerakan iman atau agama [Kristen]. Salib, sebetulnya, sarana hukuman mati atau capital punishment dalam dunia purba—seperti juga pada kursi listrik, kamar gas, atau hukum gantung. Sekalipun  kutuk Yahudi pada siapapun yang digantung pada sebuah “tiang”(Ulangan 21:22-23), rasul-rasul secara berani telah memberitakan atau mengkhotbahkan kebangkitan seorang Mesias yang telah dibunuh di atas sebuah salib (Kisah Para rasul 5:30; 10:39; Galatia 3:13, 1Petrus 2:24)[1]. Mengetahui benar bahwa baik orang-orang Yunani dan orang-orang Roma telah menilai Salib sebagai hukuman yang menghinakan, yang telah dipersiapkan khusus bagi para budak dan para pemberontak, Paulus telah memberitakan Kristus yang telah disalibkan dan bahkan telah mendeklarasikan bahwa Dia  yang sebetulnya setara dengan Allah telah merendahkan dirinya sendiri untuk mengalami kematian yang sungguh memalukan secara demikian (Filipi 2:6-11)[2]


A.Bukti  Bersifat Arkeologi
Realita yang sungguh tak mengenakan untuk didengar dan dilihat pada brutalitas penyaliban telah disajikan dan dihadirkan di hadapan kita oleh penemuan osuari-osuari atau tempat penyimpanan tulang belulang jenasah pada tahun 1968 di Giv’at ha-Mivtar tepat di  utara Yerusalem. Diantara tulang belulang  35 individu, ada bukti bahwa 9 diantaranya telah mati sebagai akibat-akibat kekerasan, termasuk seorang anak yang telah ditembak dengan sebuah panah, seorang pemuda yang telah  dibakar di atas sebuah rak, dan seorang perempuan tua yang tengkorak kepalanya telah  dihancurkan dengan sebuah pukulan benda keras[3]


Daya tarik terbesar ada pada satu osuari yang menyediakan bagi kita untuk pertama kalinya dengan bukti fisik penyaliban. Osuari itu  bertuliskan dengan nama “Yehohanan” yang diikuti oleh nama ayahnya atau patronymic “anak dari HGQWL[4]” Dengan mereinterpretasi ulang gimel sebaga sebuah ayin, Yadin membuat spekulasi bahwa kata berikutnya yang misterius itu bermakna “H’QWL” atau “dia yang telah digantung dengan  kedua lututnya terlepas,” itulah, dia yang telah digantung secara terbalik[5] Yehohanan adalah seorang pemuda berusia antara 24 dan 28 tahun, dengan tinggi kira-kira 5 kaki dan tinggi sekitar 165 sentimeter. Dia telah disalib  pada sekitar abad pertama Masehi. Setelah jasadnya mulai membusuk, sanak keluarganya mengumpulkan  tulang belulangnya dan tulang belulang seorang anak kecil dan menyimpannya kembali dalam sebuah  kotak batu gamping yang dikenal sebagai osuari[6].

 
credit: orthoinfo.
Tulang-tulang telapak kaki (calcanei) Yehohanan masih terpaku dengan sebuah paku besi berukuran 4,5 inchi, yang telah mulai membengkok kala paku itu mulai dipalukan kedalam salib yang terbuat dari kayu pohon zaitun[7]. Pada  tulang kering (tibia) kanan telah terjadi keretakan menjadi serpihan-serpihan akibat sebuah pukulan, ini adalah sebuah tindakan “coup de grace” atau pengakhiran penderitaan yang telah dilaksanakan untuk mempercepat kematian (bandingkan dengan  Yohanes 19:32 “Maka datanglah prajurit-prajurit lalu mematahkan kaki orang yang pertama dan kaki orang yang lain yang disalibkan bersama-sama dengan Yesus”).

 -

garis atau semacam kerutan pada tulang radial pada  tangan kanan mengindikasikan bahwa korban telah diikat ketat pada lengan bawah, bukan pada kedua tangan sebagaimana dalam penggambaran-penggambaran tradisional penyaliban Kristus[8]. Kata Yunani cheiras dalam Lukas 24:39-40 dan Yohanes 20:20,25,27 biasanya diterjemahkan ‘tangan-tangan,” dapat dan seharusnya diterjemahkan “lengan-lengan” dalam nas-nas ini[9]


Fakta bahwa kedua tulang telapak kaki dipaku oleh sebuah paku tunggal telah merumitkan rekonstruksi-rekonstruksi postur tubuh korban. Hass mengajukan pendapat bahwa orang tersebut disediakan dengan sebuah dudukan tempat kaki berpijak pada kayu salib (sedile), dan sehingga kedua kakinya menjadi dalam posisi menekuk ketika kedua telapak kaki dipakukan pada kayu salib[10] Dengan kata lain, Moller-Christensen telah memberikan spekulasi bahwa sebuah bingkai segi empat telah dibuat bagi kaki orang yang disalibkan sehingga kedua kakinya tidak menekuk dan saling menjauh atau memisah ke sisinya masing-masing[11]



B.Teks-Teks Yahudi
Karena kutuk Mosaik (Ulangan 21:22-23) seorang Mesias yang telah disalibkan telah menjadi sebuah batu sangungan bagi orang-orang Yahudi (1Korintus 1:23).



Ulangan 21:22-23 Apabila seseorang berbuat dosa yang sepadan dengan hukuman mati, lalu ia dihukum mati, kemudian kaugantung dia pada sebuah tiang, maka janganlah mayatnya dibiarkan semalam-malaman pada tiang itu, tetapi haruslah engkau menguburkan dia pada hari itu juga, sebab seorang yang digantung terkutuk oleh Allah; janganlah engkau menajiskan tanah yang diberikan TUHAN, Allahmu, kepadamu menjadi milik pusakamu."

1Korintus 1:23  tetapi kami memberitakan Kristus yang disalibkan: untuk orang-orang Yahudi suatu batu sandungan dan untuk orang-orang bukan Yahudi suatu kebodohan.



Kita dapat merasakan kesukaran-kesukaran akut pada orang-orang Yahudi dari respon Trypho kepada Justin Martir (awal abad ke 2):


Trypho telah berkata,”Nas-nas firman semacam ini, tuan, memaksa kami untuk menantikan Dia  yang, sebagai Anak manusia, menerima dari har-hari purba kerajaan kekal. Tetapi ini yang disebut Kristus kalian telah sungguh tak dapat dihormati dan tak mulia, sebegitu tak pantasnya sehingga kutuk terakhir yang terkandung di dalam hukum Tuhan telah menimpa atas dirinya, karena dia telah disalibkan[12]


Sebagai tambahan untuk rujukan-rujukan teks rabinik[13], kami memiliki dua teks dari Qumran yang terlihat merujuk pada penyaliban. J.M. Allegro pertama-tama meminta perhatian pada Nahum Commentary yang mana terlihat  mengarah pada Alexander Jannaeus, yang telah menyalibkan 800 musuh-musuhnya[14]. Lebih baru Y. Yadin telah membuat terang pada “Temple Scroll,” yang terbaca sebagai berikut (kolom 64 baris 6 dan seterusnya): “Jika seorang pria telah diberitahukan melawan rakyatnya dan telah diserahkan kepada rakyatnya kepada sebuah bangsa asing dan telah melakukan hal jahat terhadap rakyatnya, engkau akan menggantungnya pada sebuah tiang dan dia akan mati[15]” Sekalipun argumen-argumen Baumgarten menunjukan hal sebaliknya, kata kerja tlh‘gantung’ dalam teks-teks ini akan terlihat menunjukan pada penyaliban[16] Fitzmyer menunjukan bahwa demonstrasi-demonstrasinya bahwa bahkan sebelum Kekristenan, orang-orang Yahudi  sendiri telah menerapkan Ulangan 21:22-23 untuk penyaliban[17


Sejarahwan Yahudi Josephus mengisahkan kembali sejumlah insiden penyaliban, tak ada satupun yang memilukan seperti sebuah kejadian yang terjadi selama pengepungan Machaerus (War VII. 202-203). Komandan Roma telah menangkap seorang anak muda pemberani bernama Eleazar.

...dia telah memerintahkan sebuah salib untuk ditegakan, seolah-olah dimaksudkan untuk membuat  Eleazar tergantung dalam sekejab; dimana pandangan mereka di dalam benteng telah dipenuhi dengan kecemasan yang lebih mendalam dan dengan jerit teriakan  yang menghujam bahwa  tragedi itu tak dapat diterima. Pada titik waktu ini, lebih lanjut, Eleazar memohon mereka untuk tidak meninggalkan dirinya sendirian menjalankan  kematian yang paling menyedihkan...


Memperhatikan permohonannya, orang-orang Yahudi mulai menyerahkan benteng tersebut.



C.Teks-Teks Klasik
Jurgen Moltmann  menyatakan dalam kebenaran yang timpang  pada kasus ini secara hebat ketika dia berkata”bagi humanisme kuno, Yesus yang telah disalibkan dan pemujaan pada Yesus telah merupakan sebuah hal yang memalukan...dalam pencarian manusia  pada yang baik, yang benar dan yang indah, Kristus yang telah disalibkan bukanlah sebuah simbol estetis/keindahan yang bernilai”[18]


Martin Hengel dalam monografnya yang sangat terpelajar pada subyek laporan-laporan  bahwa  orang-orang Yunani tak pernah menggunakan konsep penyaliban dalam sebuah pengertian  yang bersifat metafora.

Dalam pemikiran purba, misal diantara orang-orang (Roma) penganut filsafat Stoic, sebuah  interpretasi bersifat etika dan simbol pada penyaliban masih mungkin, tetapi untuk menyatakan bahwa Tuhan sendiri telah menerima kematian dalam wujud seorang Yahudi buruh kasar  dari Galilea yang  telah disalibkan untuk tujuan menghancurkan kuasa kematian dan membawa keselamatan bagi semua manusia hanya dapat membuat terlihat menjadi kebodohan dan kegilaan bagi orang-orang era purba[19]



Dalam sebuah teks  pidatonya yang terkenal untuk membela Rabirus pada 63 SM, Cicero secara tajam telah menggambarkan horor penyaliban yang diadakan bagi kalangan orang-orang Roma:


Tetapi sang eksekutor, kepalanya yang  diselubungi kain dan kata yang bertuliskan salib (nomen ipsum crucis) seharusnya disingkirkan jauh tidak hanya dari pribadi seorang warga Roma tetapi dari pikiran-pikirannya, mata-matanya dan telinga-telinganya. Karena eksekutor, selubung dan kata salib  tidak hanya kejadian yang nyata akan hal-hal ini atau ketahanan mereka, tetapi pertanggungan jawab bagi mereka, pengharapan, benar bahwa menyebutkan saja  semua hal itu, itu adalah tak layak bagi seorang warga Roma dan seorang manusia merdeka[20]


Salah satu keuntungan  kewargaan Roma adalah, kecuali dalam kasus yang jarang, Roma melindungi warganya dari penyaliban.

Diantara horor-horor penyaliban ada penderitaan berkepanjangan yang dipotret oleh  Paulus  kontemporer, Seneca:

Dapatkah siapapun telah didapati lebih menyukai terbuang tersia-sia dalam penderitaan anggota tubuh demi anggota tubuh, atau membiarkan mengucur nyawanya tetes demi tetes, ketimbang mengalaminya sekaligus sama sekali? Dapatkan siapapun orangnya telah didapati mengalami sakit panjang, telah tidak dikenali rupanya, membengkak dengan bilur-bilur buruk pada pundak-pundaknya dan dada, dan menarik nafas kehidupan  di tengah-tengah   tarikan penderitaan panjang? Dia akan memiliki banyak alasan untuk mati bahkan sebelum  digantung di salib[21]


Sebab penyaliban-penyaliban telah ditujukan sebagai penggentar-penggentar, orang-orang Roma telah memasangkan salib-salib di hampir semua tempat publik, sebagaimana telah dicatat oleh Quintillian: “kapanpun kamu menyalibkan yang bersalah, jalan-jalan paling  ramai telah dipilih, dimana pada tempat itu  kebanyakan orang dapat melihat dan digerakan oleh ketakutan semacam ini. Karena hukuman-hukuman  tak sepenuhnya berkaitan dengan hukuman setimpal, dengan maksud untuk  menjadi efek peringatan  mereka.”[22


D.Teks-Teks Kristen
Tambahan bagi tuduhan-tuduhan ateisme, amoralitas, dan kanibalisme yang disarangkan oleh para pagan untuk melawan orang-orang Kristen, gagasan menyembah seorang Juruselamat yang telah disalibkan mendatangkan hinaan-hinaan sebagaimana yang telah diungkapkan dalam Octavius (9:3) karya Minucius Felix :

Dan siapapun yang berkata bahwa obyek-obyek penyembahan mereka adalah seorang manusia yang telah menderita hukuman kematian karena kejahatannya dan kayu salib mematikan, menempatkan obyek-obyek tersebut pada altar-altar yang sepantasnya bagi seorang penjahat yang tak dapat diperbaiki lagi, sehingga dengan demikian mereka sebenarnya  beribadah kepada apa yang patut mereka terima.[23]



Anorbius melaporkan bahwa penganut  pagan telah berkata:

Dewa-dewa tidak memusuhimu karena anda  menyembah Tuhan yang mahakuasa tetapi karena kamu mempertahankan bahwa seorang manusia, terlahir sebagai seorang manusia, dan yang telah menderita hukum penyaliban, yang  bahkan bagi seorang paling hina adalah sebuah hukuman sungguh tak terpuji, adalah Tuhan...[24]


Anorbius dengan sukar menjawab tudingan tersebut, berpendapat bahwa cara kematian seseorang  tidak menggugurkan kata-kata dan perbuatan-perbuatannya, mengutip kematian Pythagoras dan Socrates.


Walaupun orang-orang Kristen tidak selalu dapat mengekspresikan dalam kata-kata dasar-dasar bagi iman mereka, mereka segera dipanggil untuk menjadi martir-martir, “saksi-saksi” oleh kematian, pada saat-saat di atas salib dalam aniaya-aniaya Nero pada 64 Masehi (Tacitus,Annals XV.44.6). Eusebius (H.E.II.25.5) melaporkan bahwa dalam masa Nero “Paulus telah dipenggal di Roma, dan Petrus kelihatanya telah disalibkan.” Sumber appkrifa Acts of Peter(37) berhubungan dengan apa yang diminta Petrus, “Aku memintamu karena itu, para eksekutor, untuk menyalibkanku dengan kepala menghadap ke bawah—dalam cara ini dan  tidak ada cara lain”[23]

Penggambaran grafis martyrdom atau kesyahidan Pionius dari  Smyrna, yang telah disalibkan dalam penganiayaan Decian (250 Masehi), telah tersimpan bagi kita dalam Acta Pionii:

Orang-orang terhukum telah dituntun oleh pejabat keamanan....ke tiang yang telah dipersiapkan bagi mereka di dalam arena. Atas permintaannya, Pionius seperti yang dikehendakinya sendiri merobek-robek pakaiannya...Dia kemudian membaringkan tubuhnya dan merentangkan tubuhnya di sepanjang tiang tersebut, dan membolehkan  prajurit untuk menghujamkan paku-paku...Lalu mereka membangkitkan tiang tersebut menjadi  dalam keadaan tegak berdiri, dan menurunkannya  kedalam sebuah lubang di tanah, menambah secara dahsyat rasa sakit dalam luka-luka si sengsara... bahan bakar kemudian dibawa ditumpukan di sekeliling kaki para korban, dan api dipantikan....selagi api menjilatinya, dengan wajah penuh sukacita dia mengatakan sebuah kata akhir “Amen”; dan menambahkan kata-kata: “Tuhan, terimalah jiwaku!” dia telah mengakhirinya.[26]



Bersambung ke Bagian 2 “Doketisme”


Diterjemahkan dan diedit oleh: Martin Simamora. Dari : The Crucifixion and Docetic Christology- Concordia Theological Quarterly, Volume 46 Number 1 January 1982



Catatan Kaki:
1H.M. Shires, Finding the Old Testament in the New (Philadelphia:Westminster, 1974). pp. 38, 58, 101.
2E.E. Ellis, "Christ Crucified." in Reconciliation and Hope, ed. R. Banks (Grand Rapids: Eerdmans, 1974), pp. 69-75.
3N. Haas, "Anthropological Observations on the Skeletal Remains from Giv'at ha-Mivtar," IEJ, 20 (1970), pp. 44-46, 48.
4J. Naveh. "The Ossuary Inscriptions from Giv'at ha-Mivtar." IEJ, 20 ( 1970), p. 35.
5Y. Yadin, "Epigraphy and Crucifixion," IEJ, 23 (1973), pp. 18-22.
6Cf. E.M. Meyers, Jewish Ossuaries: Reburial and Rebirth(Rome Biblical Institute, 1971).
7Cf. J.W. Hewitt, "The Use of Nails in the Crucifixion," HTR. 25 ( 1932). pp.29-45.
8Cf. plate 22. IEJ, 20 ( 1970).
9J.H. Charlesworth, "Jesus and Jehohanan: An Archaeological Note on Crucifixion," Expository Tinres, 84 ( 1973). p. 148, n. 16. comments: "The so-called Turin Shroud, which might have once contained a crucified man. apparently reveals nail wounds near the wrists and not in the palms." On the shroud, see further: C.J. McNaspy, "The Shroudof Turin." CBQ. 7 (1945), pp. 144-64; €.A. Wuenschel, "The Shroud of Turin and the Burial of Christ." CBQ, (1945), pp. 405-37; P.N. Vignon. Shroud of Christ (Secaucus: University Books, 1970); T. Humber. The Sacred Shroud (N.Y.: Pocket Books, 1977). The linen shroud which has been venerated since the fourteenth century was subjected to scientific tests in 1978 to determine its date. The results have not yet been published. See V. Rortin. "Science and the Shroud of Turin," BA, 43 (1980). 109-1 7.
10Haas, p 57. plate 24; cf. J.F. Strange, "Crucifixion. Method of." IDS-Supplement. p. 200.
11V. Moller-Christensen, "Skeletal Remains from Giv'at ha-mil tar." IEJ. 26 (1976), pp. 35-38.
12Justin Martyr und Athenagoras. tr. A. Roberts and J. Donaldson (Edinburgh: T. and T. Clark, 1892). # 132, p. 126: cf. Ft 89. p. 2 12.
13Martin Hengel. Crucfixion (London: SCM, 197uz. pp. 84-85,
14Cf. E.M. Yamauchi. "The Teacher of Righteousness from Qumran and Jesus of Nazareth," Christianity,: Today. I0 (May 13. 1966). pp. 8 16- 18.
15Cited in J.A Fitzmyer, "Crucifixion in Ancient Palestine. Qumran Literature, and the New Testament." ('BQ. 40 (1978). p. 503.
16J. M. Baumgarten, "Does TLH in the Temple Scroll Refer to Crucifixion?" JBL, 91 (1972): pp. 472-8 1. Cf. J. M. Ford," 'Crucify him. crucify him.' And the Temple Scroll." Bible and Spade. 6 ( 1977). pp. 49-55.
17Fitzmyer, p. 507.
18J. Moltmann, The Crucified God ([.ondon: SCM. 1974). p. 33.
19Hengel, p. 89.
20Cited in ibid., p. 42. As to the"weals" mentioned here, the head of a Roman scourging whip was found for the first time at Heshban; see .4 C;SS. 14 (1976), p. 216.
21Cited in Hengel, pp. 30-31.
22Cited in ibid., p. 50, n. 14.
23Tertullion, Apologetical Works; and Minucius Felix, Octavius, tr. R. Arbesmann. E.J. Daly. and E.A. Quain (Washington. D.C.: Catholic University of America, 1950). p. 336. A pagan had incised a cartoon on the Palatine Hill in Rome with the words. "Alexamenos worshipping his god" with the picture of a man with the head of an ass hanging on a cross.
24Arnobius of Sicca, The Case Against the Pagans, tr. G.E. McCracken (Westminster. Md.: Newman Press. 1949). 1.36. p. 84. Cf. Celsus' jibe. "You have had the presumption to . . . assert that a man who lived a most infamous life and died a most miserable death was a god" (Contra Celsum VlI, 53).
25E. Hennecke and W. Schneemelcher, eds.. New Testamenr Aprocrypha I1 [hereafter N TA II] (Philadelphia: Westminster. 1965). p. 3 19.
26C.J. Cadoux, Ancient Smyrna (Oxford: B. Blackwell. 1938). pp. 398-99.

No comments:

Post a Comment