Pages

10 February 2015

TUHAN Tidak Mahatahu Karena “Sang Juru Selamat Bukan Dipilih Sebelumnya??” (Bagian 3)



Oleh: Martin Simamora

TUHAN Tidak Mahatahu Karena “Sang Juru Selamat Bukan  Dipilih  Sebelumnya??”
(Bagian 3)


1 Petrus 1:20  Ia telah dipilih sebelum dunia dijadikan, tetapi karena kamu baru menyatakan diri-Nya pada zaman akhir.



Bacalah lebih dulu bagian 2B


“Ia Telah Dipilih Sebelum... (proegnōsmenou)”
Teks ini  sendiri sudah demikian luar biasa sebab sedang membicarakan “hal” masa depan atau akan datang nun jauh di sana namun dalam bingkai sebelum dunia dijadikan atau diciptakan. 


Ketika berbicara “pengetahuan Allah  sebelumnya”  maka haruslah diketahui bahwa tidak ada hal apapun yang dapat kita ketahui terkait jenis  pengetahuan ini selain  dari informasi yang disingkapkan oleh Tuhan sendiri, dalam Alkitab saya dan anda. Teks ini juga menjadi sebuah peringatan bahwa pengetahuan sebelum pada Tuhan tidaklah sama  dengan manusia memiliki pengetahuan sebelumnya. Pada manusia “pengetahuan sebelumnya” dapat terjadi karena terlebih dahulu memiliki atau menggali informasi berdasarkan data aktual atau pada peristiwa aktual dan bahkan perlu mengalami interaksi dengan orang aktual agar dapat memiliki semacam “pengetahuan sebelumnya” secara cukup baik dan spesifik. Misal saja, seorang kandidat pegawai harus terlebih dahulu mengirimkan CV agar perusahaan atau bagian SDM dapat memiliki pengetahuan sebelumnya atas diri anda, untuk kemudian dapat menentukan apakah kira-kira anda akan dipanggil untuk wawancara sebab dinilai layak dan bernilai berdasarkan  "pengetahuan sebelumnya" tersebut. Pengetahuan sebelumnya semacam ini, penting bilamana kandidat tertentu  pada akhirnya dipilih dan diterima. Sedari awal perusahaan mengupayakan dapat mengukur sejumlah kemungkinan terkait bagaimana kandidat tersebut akan berkontrubusi memenuhi pengharapan perusahaan. Pada Tuhan, tidak demikian dan sama sekali tidak demikian sebab “pengetahuan sebelum yang dimilikinya” tak memerlukan keberadaan aktual subyek dan peristiwa aktual yang dilakukan subyek dan sebagai sebuah peristiwa didalam sejarah. Allah tidak perlu lebih dahulu melihat anda secara visual sepemandangan mata untuk berbuat sesuatu baru kemudian Dia dapat tahu dan berencana untuk bertindak. Faktanya tidak! Bahkan Dia memutuskan tindakan kasihNya bukan karena Dia tahu manusia akan menerimaNya, tetapi karena tahu bahwa manusia akan menyalibkanNya! Kasih KaruniaNya berdasarkan kemauanNya sendiri!

Sebab terkait Sang Penebus yang muncul dalam proginosko atau pengetahuan Allah sebelumnya, maka kemunculan Sang Penebus bukan sekedar sebuah pengetahuan sebelumnya  untuk hal akan datang  namun.Sang Penebus itu sendiri secara aktual telah ada, sudah ada  sebagaimana Allah ada. Pengetahuan Allah sebelumnya terkait hal di masa mendatang menjadi lebih dari sekedar pengetahuan namun sudah mengandung rencana dan kehendak pada hal yang paling substansi: Sang Penebus telah ada sementara bumi, waktu, manusia dan sejarah pun belum ada. Apalagi dosa.


Pelibatan Sang Penebus didalam proginosko atau pengetahuan Allah sebelumnya pada konteks 1Petrus 1:20 dengan demikian sekalipun adalah pengetahuan sebelumnya, namun jelas menjadi bukan belaka “pengetahuan Allah sebelumnya” manakala Sang Penebus telah menjadi  “SIAPA” yang definitif manakala bumi, waktu, manusia dan sejarah belum merupakan sebuah kedefinitifan dalam perspektif manusia. 


Hal ini membuat “pengetahuan” atau “informasi” pada level “proginosko Tuhan” memiliki nuansa rencana dan tindakan yang akan dilakukan sebagai sebuah kehendak yang dimauiNya pada  ranah sebelum dunia diciptakan. Pengetahuan semacam ini, membuat  masa depan di dalam “pengetahuan Allah sebelumnya” menjadi memiliki sebuah penyelesaian definitif pada sejarahnya kelak kala bumi, waktu, manusia dan sejarah telah eksis bahkan sejak di dalam “proginosko Tuhan.” Sudah ada Penebus  dalam proginosko Tuhan namun belum nyata di dalam sejarah :
tetapi karena kamu baru menyatakan diri-Nya pada zaman akhir – 1 Petrus 1:20


Inilah yang menjadi dasar pengharapan manusia pasca kejatuhan manusia di Eden untuk menantikan  rencana Allah yang terkandung di dalam “proginosko Allah” sebagai sebuah pengharapan yang pasti, sebagai sebuah iman keselamatan yang dinantikan baik oleh para nabi dan orang-orang benar di era Perjanjian Lama  mengenai “penyataan” sebuah rencana Allah di dalam “proginosko Allah.” Inilah yang dinantikan sejak dahulu kala dan inilah yang senantiasa dikemukakan Allah berulang-ulang kepada manusia-manusia yang dipilihnya untuk mendengarkan hal dahsyat bahkan sejak dunia ini belum diciptakan:

Ibrani 1:1-4
Setelah pada zaman dahulu Allah berulang kali dan dalam pelbagai cara berbicara kepada nenek moyang kita dengan perantaraan nabi-nabi, maka pada zaman akhir ini Ia telah berbicara kepada kita dengan perantaraan Anak-Nya, yang telah Ia tetapkan sebagai yang berhak menerima segala yang ada. Oleh Dia Allah telah menjadikan alam semesta. Ia adalah cahaya kemuliaan Allah dan gambar wujud Allah dan menopang segala yang ada dengan firman-Nya yang penuh kekuasaan. Dan setelah Ia selesai mengadakan penyucian dosa, Ia duduk di sebelah kanan Yang Mahabesar, di tempat yang tinggi, jauh lebih tinggi dari pada malaikat-malaikat, sama seperti nama yang dikaruniakan kepada-Nya jauh lebih indah dari pada nama mereka.



Kisah Para Rasul 3:20
agar Tuhan mendatangkan waktu kelegaan, dan mengutus Yesus, yang dari semula diuntukkan (prokecheirismenon) bagimu sebagai Kristus.


Terlibatnya Sang Penebus dalam proginosko Allah atau pengetahuan Allah sebelumnya  telah menjadikan adanya rencana tindakan yang kongkrit dan definitif dalam pelaksanaanya di dalam pengetahuan Allah sebelumnya. Allah  telah melihat dan telah memutuskan sebuah tindakan yang telah ditetapkan atas hal masa mendatang yang belum terjadi.


Bahwa terlibatnya Sang Penebus di dalam proginosko memang merupakan  rencanaNya. Allah tidak berencana melenyapkan dosa pada level pengetahuan sebelumnya, namun Allah berencana memberikan solusi dosa  dalam sebuah ketetapan bahwa solusi dosa adalah Penebusan Dosa yang pewujudannya harus berlangsung di dalam sejarah manusia, yang terkelam!


Pada ayat 1:18-19 kita tahu  bagaimana Sang Penebus dalam proginosko Allah itu akan bekerja, bahwa penebusan manusia berdosa adalah dengan darah Kristus yang tak bernoda dan tak bercacat. Allah merencanakan berdasarkan “pengetahuan sebelumnya” untuk menetapkan jalan keluar “masalah dosa” tersebut pada tatar “sebelum dunia dijadikan.” Dia tidak menghentikan atau mencegah “masalah dosa” yang masih dalam level “pengetahuan sebelumnya” sebaliknya berdasarkan “pengetahuan sebelumnya” –dalam kemahakuasan dan kemahatahuanNya- Dia memutuskan untuk memilih Penebus bagi dosa, sebagai yang diinginkan atau dikehendakinya agar  masalah dosa   yang bermula dari kesalahan nenek moyang kita ditanggulangi secar sempurna dengan sebuah tindakan dari Tuhan di dalam  diri Sang Penebus yang  telah ada didalam proginosko


1Petrus 1:18-19 Sebab kamu tahu, bahwa kamu telah ditebus dari cara hidupmu yang sia-sia yang kamu warisi dari nenek moyangmu itu bukan dengan barang yang fana, bukan pula dengan perak atau emas, melainkan dengan darah yang mahal, yaitu darah Kristus yang sama seperti darah anak domba yang tak bernoda dan tak bercacat.





Allah Yang Berdaulat Tak Berdaulat Untuk Mencegah Dosa?
Apakah ada problem kedaulatan Allah dalam kemahatahuanNya dengan demikian? Bahwa Dia memang memiliki pengetahuan sebelumnya atau informasi sebelumnya, namun-di mata manusia- kelihatannya tak berdaulat, sebab manusia tetap saja melakukan dosa. MenudingNya tak berdaulat sebab di dalam pengetahuan Allah sebelumnya bahkan Dia dengan demikian dianggap manusia sebagai tak dapat mencegahNya atau tak berdaya oleh kehendak manusia yang memilih untuk melanggar  perintah Allah ketimbang mematuhinya di taman Eden?


Padahal Dia dinyatakan berdaulat  bahkan menetapkan sebelumnya  apa yang menjadi kehendakNya? Sebetulnya, tudingan ini, Allah yang berdaulat ternyata tak berdaulat mencegah dosa, menjadi  tudingan omong kosong atau tak berdasar. Memang manusia akan tergoda untuk berpikir begini: jika Allah diterima atau dikatakan sebagai memiliki pengetahuan sebelumNya pada level sebelum penciptaan, dan jika Allah dipercaya selain mahatahu juga mahakuasa, maka bukankah seharusnya dan selogisnya Ia sebagai Allah yang membenci dosa dan kejahatan dapat  dengan mudahnya menghentikannya sebab pengetahuan Allah sebelumnya dimilikiNya sebelum dunia diciptakan. Sang Penebus dan proginosko Allah adalah kunci untuk menyanggah semua ini. “Pengetahuan Allah sebelumnya” terkait Yesus adalah Dia menjadi Penebus. Bahwa proginosko semacam ini menjelaskan dua hal ketika Penebusan oleh Penebus adalah jantung informasi yang sifatnya proginisko berlevel sebelum penciptaan. Dua hal itu adalah (1)dosa, bahwa dosa ada tak bermakna Allah tak berdaulat sebab bahkan Allah lebih dahulu sudah memiliki Penebus yang eksis sebelum segala sesuatu ada dan (2)Penebus, inilah wujud kedaulatan Allah terhadap dosa dalam sebuah cara  penaklukan dosa dengan kasih Allah yang begitu besar ( Anda harus membaca dan memperhatikan cermat :Yohanes 3:16, Yohanes 3:18, Yohanes 6:40, Yohanes 11:25, Yohanes 5:8,Efesus 2:4) bahwa Allah yang berdaulat itu sekalipun dunia ini berdosa panjang sabarnya membuat dosa tak dapat mendikte Allah untuk memusnahkan manusia begitu saja; Allah tak menjadi gagal dan tak dapat merestorasi maksud baik semulanya pada manusia; ini adalah kedaulatan yang tak gelisah kala dosa berdansa dan berpikir menang. 


Saat anda berpikir Allah yang berdaulat dan menetapkan segala sesuatu tak berdaulat menaklukan dosa, maka selain anda berpikir bukankah Dia Mahakudus, dan Dia Mahakuasa maka juga lihatlah bahwa Dia Mahakasih dan Dia Panjang sabar:


Efesus 2:4 Tetapi Allah yang kaya dengan rahmat, oleh karena kasih-Nya yang besar






Mengapa Dosa  Yang Telah DilihatNya Sebelum Dunia Diciptakan Tidak Dilenyapkan. Ditetapkan?


Seberapa besar kasihNya? Kita baru saja melihat bahwa Allah telah menetapkan sebuah solusi definitif didalam “pengetahuan Allah sebelumnya” pada level “sebelum dunia diciptakan” (saya tidak hendak mengatakan bahwa ada level-level tertentu ketika saya menggunakan level. Saya menggunakan kosa kata ini hanya sebagai sebuah penekanan pada pra dan pasca dunia diciptakan) sehingga kita melihat semacam kompleksitas kerja kemuliaan Allah yang akan membuat “roda-roda mekanika” logika manusia kita tak dapat berputar mulus bahkan antar “roda-roda mekanika” logika manusia menjadi berputar secara tak sinkron dan memacetkan kemampuan manusia untuk memahaminya. Itu memang sebuah problem tersendiri namun harus disadari ini terjadi sebab sangatlah sukar untuk memahami pekerjaan Allah dari semula hingga kesudahannya. Bahkan juga taklah mudah bagi  rasio manusia sendiri :


Pengkhotbah 3:11 Ia membuat segala sesuatu indah pada waktunya, bahkan Ia memberikan kekekalan dalam hati mereka. Tetapi manusia tidak dapat menyelami pekerjaan yang dilakukan Allah dari awal sampai akhir.


Parsialitas dalam berpikir dan memahami Tuhan menjadi kecenderungan manusia dalam memahami Tuhan. Menolak satu hal sekalipun ada demi harmoni di dalam jiwa dan pikiran. Menolak satu hal sekalipun ada sebagaimana ada dikemukakanNya demi harmoni di dalam kerasionalan beriman yang berperikemanusiaan dan adab. Seolah Tuhan ada kekurangannya, minimal Dia kurang humanis dan terlampau kasar dalam menjalankan kemegahan tindakanNya. Dia kurang berempati pada hati dan pikiran manusia. Tuhan dianggap tidak berpikir bahwa ada di dalam Tuhan hal-hal yang membuat manusia menjadi gentar dan takut oleh sebab kemegahannya yang sedemikian. Tetapi benarkah menjadi takut akan Tuhan pada aspek kasih yang terlampau besar dan kompleks ini adalah sebuah kesalahan pada Tuhan?  


Coba beri waktu dirimu untuk membaca dan merenungkan hal ini:


Pengkhotbah 3:14 Aku tahu bahwa segala sesuatu yang dilakukan Allah akan tetap ada untuk selamanya; itu tak dapat ditambah dan tak dapat dikurangi; Allah berbuat demikian, supaya manusia takut akan Dia.
bacalah ayat 1-10 sebelumnya sehingga anda dapat memahami kemegahan Tuhan yang bisa membuat roda-roda mekanika logika anda menjadi tak bergerak sinkron pada setiap rodanya oleh sebab anda sukar untuk menerima  pada bagia-bagian tertentu dan dinilai adalah lebih baik jika hal itu ditiadakan saja, misal : “waktu membunuh??” “waktu untuk berperang??” “waktu untuk menghancurkan??”)


Demikian juga saat kita memahami proginosko Allah yang melibatkan Penebus. Maka gampang juga untuk mengajukan pertanyaan semacam ini: mengapa Allah berpikir tentang adanya Penebus dan bukannya pelenyapan dosa yang masih dalam tahap “benih-benih” yang lagi masih dalam taraf “pengetahuan sebelumnya” dalam level “dunia belum diciptakan?” Solusi Allah di dalam proginosko Allah adalah menghadirkan Dia yang ada sebagaimana Allah ada menjadi Penebus terhadap  obyek penebusan yang belum juga ada, masih belum diciptakan! Ini akan menyakitkan kerja roda-roda mekanika logika anda sebab  roda-roda itu akan saling bergesek tajam sebab tidak lagi  berputar di dalam sinkronisasi  nalar manusia.


Dosa dalam hal ini dapat dikatakan “ditetapkan” oleh Allah, bukan karena Dia bersukacita dan bukan karena ada sesuatu yang busuk dari dalam diriNya. Dosa dengan demikian dikatakan “ditetapkan” ada oleh Allah, sebab memang Allah tidak menghentikan benih-benih dosa di dalam proginosko Allah sebelum dunia diciptakan, sebaliknya Allah memilih untuk tetap menunjukan kasihNya dan berkeinginan kasihNya itu masuk kedalam sejarah manusia. Kasih Allah sudah ada di dalam Sang Penebus sejak proginosko sebelum dunia diciptakan dan Sang Kasih yang sudah eksis bahkan sejak proginosko itu dikehendakiNya masuk. Ketika benih-benih dosa dibiarkan ada bahkan sejak proginosko Allah sebelum dunia diciptakan tak dapat dikatakan sebagai kesenangan Allah sekalipun dengan demikian Dia menetapkan untuk tetap ada didalam proginosko dan mewujud didalam sejarah yang lahir dari kehendak manusia Adam dan Hawa untuk memilih melawan perintah ketetapan Allah di taman Eden, sebab sama sekali ini bukan lahir dari dalam diri Allah tetapi manusia yang membuat pilihan dan mewujudkan didalam  ruang perwujudan sejarah yang memang telah ditetapkan Allah kala Dia menetapkan Sang Penebus sebagai solusi penebusan yang lahir dari kasih Allah yang begitu besar. 

Kita semakin kokoh dapat mengetahui bahwa Allah dalam menetapkan dosa untuk masuk kedalam sejarah bukan merupakan kesukaan-Nya sekalipun  Dia menghendaki dan menetapkan masuk ke dalam sejarah dengan mengetahui bahwa Sang Logos sudah ada di dalam proginosko Allah. Allah dengan demikian tidak membiarkan dosa menang dan merajai perjalan sejarah seluruh ciptaannya, sebaliknya Allah dengan demikian menetapkan dosa  untuk takluk  pada Sang Penebus didalam sejarah atau kala proginoskoNya masuk ke dalam sejarah manusia yang takluk kepada dosa!


Mengatakan Allah menetapkan dosa, tidaklah berarti Dia menghendaki dosa ada sebagai sebuah kebahagiaan dan kegemilangan Sukacita Allah yang berbinar-binar. 



Allah yang menetapkan dan menghendaki Sang Penebus didalam proginosko Allah sebelum dunia dijadikan masuk kedalam sejarah secara telak menegaskan bahwa dosa yang telah dilihat Allah ada didalam proginosko sebelum dunia diciptakan memang ditetapkan masuk ke dalam sejarah manusia untuk “berjumpa” dengan Sang Penebus dalam sebuah cara yang juga tak menyukakan roda-roda mekanika logika  manusia, perlukah Tuhan melakukan penyelamatan yang berdarah-darah seperti ini dimana kedaulatannya nampak dalam sebuah sinar yang teramat redup  tak sebenderang cahaya sebuah lilin di dalam kegelapan, bagi manusia:




Ibrani 9:27-28
Dan sama seperti manusia ditetapkan untuk mati hanya satu kali saja, dan sesudah itu dihakimi, demikian pula Kristus hanya satu kali saja mengorbankan diri-Nya untuk menanggung dosa banyak orang. Sesudah itu Ia akan menyatakan diri-Nya sekali lagi tanpa menanggung dosa untuk menganugerahkan keselamatan kepada mereka, yang menantikan Dia.


2Korintus 5:21
Dia yang tidak mengenal dosa telah dibuat-Nya menjadi dosa karena kita, supaya dalam Dia kita dibenarkan oleh Allah.

Ibrani 9:22
Dan hampir segala sesuatu disucikan menurut hukum Taurat dengan darah, dan tanpa penumpahan darah tidak ada pengampunan.

Roma 5:8
Akan tetapi Allah menunjukkan kasih-Nya kepada kita, oleh karena Kristus telah mati untuk kita, ketika kita masih berdosa.

Roma 6:23
Sebab upah dosa ialah maut; tetapi karunia Allah ialah hidup yang kekal dalam Kristus Yesus, Tuhan kita.

Kisah Para Rasul 17:30-31
Dengan tidak memandang lagi zaman kebodohan, maka sekarang Allah memberitakan kepada manusia, bahwa di mana-mana semua mereka harus bertobat. Karena Ia telah menetapkan suatu hari, pada waktu mana Ia dengan adil akan menghakimi dunia oleh seorang yang telah ditentukan-Nya, sesudah Ia memberikan kepada semua orang suatu bukti tentang hal itu dengan membangkitkan Dia dari antara orang mati."



Allah memang memiliki rencana sehingga  proginosko Allah bukan sekedar pengetahuan sebelumnya. Yesus sebagai penebus, BUKAN sekedar pengetahuan sebelumnya oleh sebab Dia adalah Sang Firman yang ada bersama-sama dengan Allah. Dalam hal ini justru Dia satu-satunya yang  sudah eksis sebelum proginosko itu sendiri ada!



Sehingga memang  rencana keselamatan Allah dengan demikian bukan sebuah afterthought atau sebuah  pemikiran dan atau perencanaan tambahan yang muncul setelah  Adam dan Hawa benar-benar ada didalam sejarah melanggar ketetapan Tuhan! Seolah Allah tidak mahatahu atau Allah tidak memiliki pengetahuan sempurna dan kemahakuasaan yang lemah sebagai Tuhan terhadap dosa dan kehendak manusia yang memang dapat mengekspresikan pemberontakan dan ketakpatuhanNya kepada Tuhan. Bahkan lebih memilih mendengarkan hasutan Setan.




Telah dipilih sebelumnya berkaitan dengan pengetahuan sebelumnya berdasarkan pad pertimbangaNya sendiri. Ini Penting sebab sebetulnya tak perlu Allah menyiapkan Penebus sebab sudah jelas tak ada pengharapan dari diri manusia yang bagaimanapun, sampai-sampai pengharapan itu hanya ada didalam  proginóskó (Aku tahu sebelumnya), tak akan pernah muncul di dalam sejarah manusia! Dan kerap dikatakan bahwa pengetahuan sebelumnya  tak terkait dengan tindakan Tuhan menetapkan sebelumnya atas peristiwa yang akan datang dan pelaku-pelaku sejarahnya. Memang proginosko bukan predestinasi namun pengetahuan sebelumnya.  NAMUN manakala proginosko  dilekatkan pada Yesus atau Sang Penebus maka proginosko sekalipun berbicara  pengetahuan sebelumnya, namun tak terbantahkan dari pengetahuan sebelumnya itu juga Tuhan bertindak dalam  penentuan  atau penetapan sebelumnya.


Sekalipun memang “Ia telah dipilih sebelum dunia dijadikan”  adalah sebuah pengatahuan Allah sebelumnya, namun didalamnya ada sebuah kepastian yang tak perlu menantikan sejarah berjalan. Ada bagian di dalam pengetahuan Allah sebelumnya sebuah kepastian dan sudah ada bahkan sebelum sejarah itu sendiri ada. Hal ini yang membuat pengetahuan Allah sebelumnya lebih dari sekedar berada di level kekekalan namun juga mengandung kepastian terkait apa yang akan dilakukanNya. Dikatakan pasti sebab Sang Penebus yang melakukan ini:


kamu telah ditebus dari cara hidupmu yang sia-sia yang kamu warisi dari nenek moyangmu itu bukan dengan barang yang fana, bukan pula dengan perak atau emas, melainkan dengan darah yang mahal, yaitu darah Kristus yang sama seperti darah anak domba yang tak bernoda dan tak bercacat. “(18-19)


Merupakan Penebus yang sudah ada sebelum sejarah ada. Penebus yang sudah ada sekalipun saat itu belum diperlukan atau rasional dalam pandangan manusia untuk menetapkan seorang Penebus, seolah dosa adalah sebuah kepastian bagi Tuhan dalam benak manusia yang mencurigaiNya.

Ketika Sang Penebus ada didalam proginosko Allah sebelum dunia diciptakan maka tak bisa sekedar belaka pengetahuan Allah sebelumnya, sebab Penebus sudah ada di dalam kekekalan itu sendiri.  Itu sebabnya proginosko semacam ini tidak lagi diartikan semata-mata pengetahuan Allah sebelumnya tetapi sudah bergerak pada pengetahuan Allah sebelumnya yang mengandung  rencana keselamatan yang bersentral pada SIAPA yang ditunjuk untuk melakukan penebusan atas sebuah peristiwa dosa yang sama sekali belum menjadi sejarah. Dalam sejumlah versi Alkitab bahasa Inggris kita akan melihat proginosko telah dibahasakan menjadi “telah dipilih”, “telah ditetapkan sebelumnya”, “telah ditunjuk sebelumnya”, “telah diketahui secara pasti seperti memang telah terjadi sekalipun belum terjadi pada titik sejarah yang diketahui pasti walau sejarah itu belum berlangsung.”


  • NIV : He was chosen before the creation of the world, but was revealed in these last times for your sake. 
  • KJ Who verily was foreordained before the foundation of the world, but was manifest in these last times for you,
  • Aramaic Bible in Plain English He was appointed beforehand to this before the foundation of the world and was manifested at the end of times for you;
  • NASB For He was foreknown before the foundation of the world, but has appeared in these last times for the sake of you. (perhatikan foreknow dalam bentuk past perfect tense yang berbicara tindakan masa lalu yang telah selesai namun masih  berdampak hingga kini)
  •  


Ketika Yesus menjadi sentral maka ini bukan lagi sekedar pengetahuan sebelumnya,  namun telah berubah menjadi desain keselamatan yang pasti walau bumi belum diciptakan dan dosa belum terjadi. Sebab manakala Sang Logos terlibat didalam  proginosko, maka ini bukan lagi belaka pengetahuan sebelumnya yang masih terbuka untuk berbagai-bagai kemungkinan kala proginosko Allah semacam ini mengalami pewujudannya di dalam bumi dan sejara!  Bahkan ini pada elemen terpentingnya : Sang Penebus sudah ada didalam “pengetahuan sebelumnya.”  Bandingkan dengan:


Yohanes 1:1-3,14 Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah. Ia pada mulanya bersama-sama dengan Allah. Segala sesuatu dijadikan oleh Dia dan tanpa Dia tidak ada suatupun yang telah jadi dari segala yang telah dijadikan.....  Firman itu telah menjadi manusia



Pada teks utama kita, ada satu dalam pengetahuan Allah sebelumnya yang telah ada bahkan sebelum dunia diciptakan. Dalam pengetahuan Allah sebelumnya telah ada sebuah kepastian akan Siapakah yang akan melakukan penebusan, yaitu Sang Firman yang bersama-sama turut di dalam penciptaan:


Kolose 1:15
Ia adalah gambar Allah yang tidak kelihatan, yang sulung, lebih utama dari segala yang diciptakan, karena di dalam Dialah telah diciptakan segala sesuatu, yang ada di sorga dan yang ada di bumi, yang kelihatan dan yang tidak kelihatan, baik singgasana, maupun kerajaan, baik pemerintah, maupun penguasa; segala sesuatu diciptakan oleh Dia dan untuk Dia. Ia ada terlebih dahulu dari segala sesuatu dan segala sesuatu ada di dalam Dia.


Pada proginosko atau pengetahuan Allah sebelumnya ada Sang Firman. Dialah sentral “pengetahuan sebelumnya” sehingga  Dialah sentral “penetapan sebelumnya.” Andaikan saja dalam proginosko ini tiada Sang Firman dan hanya ada pengetahuan sebelumnya terkait  penyelamatan  pada manusia-manusia, maka memang penyelamatan tanpa subyek pelaku membuat proginosko tetaplah proginosko belaka. Membuat  bagaimana keselamatan itu harus menunggu aktualisasinya kala dosa telah terjadi di dalam sejarah manusia.  Bagi Allah “pengetahuan sebelumnya” telah menjadi sebuah keniscayaan yang sudah harus menumpahkan darah di dalam proginoskonya. Allah tak perlu menantikan bukti bahwa memang benar proginoskonya terjadi agar Sang Penebus memang aktual dibutuhkan. Sang Penebus sudah ada di dalam  proginosko dan Sang Penebus adalah Sang Firman yang telah ada bersama-sama dengan Allah.


Pada proginosko bukan sekedar “pengetahuan Allah sebelumnya” yang sekedar menyiratkan keadaan manusia yang memerlukan keselamatan, namun sudah pasti ada seorang penyelamat yaitu Sang Firman, sekalipun dosa  belum terjadi .  


Apa yang membedakan manusia dan Tuhan adalah: Tuhan ketika dikatakan memiliki informasi, Dia tak perlu menantikan dosa terwujud dahulu baru kemudian Dia berencana dan bertindak terkait menebus manusia. Pengetahuannya yang bersifat “sebelumnya” dalam tatar “sebelum dunia diciptakan” sudah menunjukan jangkauan hikmatnya yang tak dapat dijangkau manusia dan membuat Dia  BEBAS untuk menentukan apa yang akan dilakukan selanjutnya.

Manusia dapat memiliki informasi dan berencana namun pasti rentang perencanaannya sangat terbatas dan tidak kekal dan tidak berkuasa untuk memastikan perencanaannya terwujud sekalipun berdasarkan info atau data yang terbaik sekalipun. Bandingkan dengan:

Amsal 16:1
Manusia dapat menimbang-nimbang dalam hati, tetapi jawaban lidah berasal dari pada TUHAN.

Amsal 16:9
Hati manusia memikir-mikirkan jalannya, tetapi Tuhanlah yang menentukan arah langkahnya.

Yeremia 10:23
Aku tahu, ya TUHAN, bahwa manusia tidak berkuasa untuk menentukan jalannya, dan orang yang berjalan tidak berkuasa untuk menetapkan langkahnya.

Amsal 3:6
Akuilah Dia dalam segala lakumu, maka Ia akan meluruskan jalanmu.

Yesaya 30:20-21
Dan walaupun Tuhan memberi kamu roti dan air serba sedikit, namun Pengajarmu tidak akan menyembunyikan diri lagi, tetapi matamu akan terus melihat Dia, dan telingamu akan mendengar perkataan ini dari belakangmu: "Inilah jalan, berjalanlah mengikutinya," entah kamu menganan atau mengiri.


Sementara Dia adalah TUHAN, adalah sangat janggal untuk menyederajatkan Dia dengan kemampuan manusia. Melupakan kemahakuasaan dan kemahatahuan. Tak ada satu bahaya pun dari bumi ini yang dapat membahayakan kesuksesan rencananya berdasarkan pengetahuan sebelumnya, tidak ada! Bagaimana bisa kelemahan manusia bisa menggagalkan  kehendak Tuhan. Bagaimana bisa kematian manusia di kayu salib dapat dikatakan sebagai kegagalan Tuhan dalam menyelamatkan manusia? Bagaimana bisa anda berkata bahwa manusia yang berkehendak itu membuat Kedaulatan Tuhan tak berdaulat sebab walau Dia mampu menetapkan sebelumnya ternyata tak berdaya mengendalikan dosa?


Ini sama dengan berkata bagaimana mungkin Tuhan memberkatimu sementara anda miskin atau sakit? Bagaimana mungkin Allah kasih sementara bencana alam tak dicegahnya sehingga membunuh ratusan dan ribuan nyawa. Dan ada banyak hal yang dapat anda pertanyakan.


Ketika dikatakan Allah berdaulat bahkan dengan membiarkan dosa dalam proginoskoNya maka anda tak dapat mengatakan Dia tak berdaulat dan tak berdaya. Anda juga tak dapat mengatakan kedaulatan Allah tak berdaya terhadap kehendak manusia yang memilih untuk meberontak.  Bandingkan dengan:

Yeremia 4:22-28
Sungguh, bodohlah umat-Ku itu, mereka tidak mengenal Aku! Mereka adalah anak-anak tolol, dan tidak mempunyai pengertian! Mereka pintar untuk berbuat jahat, tetapi untuk berbuat baik mereka tidak tahu. Aku melihat kepada bumi, ternyata campur baur dan kosong, dan melihat kepada langit, tidak ada terangnya. Aku melihat kepada gunung-gunung, ternyata goncang; dan seluruh bukitpun goyah. Aku melihat, ternyata tidak ada manusia, dan semua burung di udara sudah lari terbang. Aku melihat, ternyata tanah subur sudah menjadi padang gurun, dan segala kotanya sudah runtuh di hadapan TUHAN, di hadapan murka-Nya yang menyala-nyala! Sebab beginilah firman TUHAN: "Seluruh negeri ini akan menjadi sunyi sepi, tetapi Aku tidak akan membuatnya habis lenyap. Karena hal ini bumi akan berkabung, dan langit di atas akan menjadi gelap, sebab Aku telah mengatakannya, Aku telah merancangnya, Aku tidak akan menyesalinya dan tidak akan mundur dari pada itu."



Malahan Allah menggunakan kehendak manusia yang bebas memberontak itu  untuk “menyudutkan” manusia pada sebuah fakta bahwa murka Allah tak main-main dan anda bisa melihat pada Yesus yang tersalib! Memang betul menjadi kealamian sejak  kejatuhan Eden, manusia-manusia secara alamiah terlahir untuk memberontak melawan kehendak Tuhan!


Selamat membaca dan merenungkannya.

Yakobus 1:17
Setiap pemberian yang baik dan setiap anugerah yang sempurna, datangnya dari atas, diturunkan dari Bapa segala terang; pada-Nya tidak ada perubahan atau bayangan karena pertukaran.

Amin
Segala Kemuliaan Hanya Bagi TUHAN

Kredit foto ilustrasi: peterpollock.com

No comments:

Post a Comment