Pages

07 January 2015

Karena Kuasa IlahiNya Telah Menganugerahkan (1)



Oleh: Martin Simamora


Karena Kuasa IlahiNya Telah Menganugerahkan (1)



Bacalah lebih dulu : "Tak Terkatakan"

Pengajaran-pengajaran yang melencengkan makna mulia dan penuh kuasa dari kasih karunia Allah yang begitu besar(Yohanes 3:16), nampak nyata semakin benderang sekaligus memperdaya, dan tanpa malu-malu tak memedulikan bagaimana sebetulnya kasih karunia Allah yang begitu besar tersebut diberitakan oleh para rasul yang sungguh setia kepada kebenaran sejati. Saya kuatir pendeta atau pengajar atau gembala atau penginjil tersebut sudah tidak lagi mengerti,  apa makna kasih karunia Allah yang begitu besar; kelihatannya bagi  mereka kasih karunia Allah tidaklah begitu besar. Dan yang paling mengerikan adalah ketakpercayaan pada kuasa Roh Kudus untuk menjadi sentral atau sumber tak terputus kekuatan, kebenaran,pengharapan dan kasih Tuhan (bacalah: Yohanes 14:16-17, Yohanes 14:26, Yohanes 16:7-15, Kisah Para Rasul 2:1-47, Roma 5:3-5, Roma 8:26, 1 Kor 3:16-17,1 Kor 6:19, 2 Kor 3:6 Yohanes 14:15-17, Yohanes 16:12-15, 1 Kor 2:13, Roma 15:13, Efesus 1:13, Roma 5:5, Roma 8:9, Efesus 4:30, 2 Korintus 5:5) di dalam  diri setiap orang percaya  sebagai orang-orang yang telah dikuduskan oleh darah Yesus (Ibrani 9:12, 9:14, 10:10,13:12, 1 Korintus 1:2, 1:30, 6:11), di dunia yang jahat dan beranak-pinakan dosa.Sungguh, para pengkhotbah yang menekankan sentralitas perjuangan daging untuk memastikan atau menyegel keselamatan itu, berbeda dengan kesaksian para rasul dalam epistel-epistel yang mereka tuliskan kepada jemaat-jemaat, seperti Petrus:

2 Petrus 1:3
Karena kuasa ilahi-Nya telah menganugerahkan kepada kita segala sesuatu yang berguna untuk hidup yang saleh oleh pengenalan kita akan Dia, yang telah memanggil kita oleh kuasa-Nya yang mulia dan ajaib.



Hidup  saleh yang tak lepas dari kuasa ilahiNya dan pengenalan kita dengan Yesus

Ketika para pendeta atau hamba Tuhan  berkata bahwa bergantung total pada kasih karunia melahirkan sebuah  penyakit  moral kronis dalam Kekristenan maka pertanyaannya adalah: apakah memang demikian?


Apakah bergantung total pada kasih karunia maka akan menghasilkan kekristenan yang bobrok. Menuding  kasih karunia pada derajat apapun sebagai dapat berkontribusi melahirkan borok moral Kristen dalam masyarakat, maka sama saja sedang mengatakan bahwa kasih karunia yang datang dari Tuhan  sama sekali tidak mengandung kekudusan Tuhan, dan dengan demikian Tuhan tidak kudus. Jadi dalam tatar gagasan saja, pandangan bahwa bergantung totalitas pada kasih karunia akan melahirkan penyakit moral kronis dalam kekristenan sudah merupakan sebuah penghujatan terhadap kasih karunia, secara tak main-main. Saya ingin berkata agar para pendeta atau pengajar Injil sedemikian untuk bertobat dan berhenti menjadi penyesat-penyesat yang menyesatkan begitu banyak orang-orang Kristen yang tulus hati dan memiliki kerinduan hati dan jiwa yang tinggi untuk dapat menghidupi sebuah kehidupan yang saleh dan selaras dengan Bapa sehingga namaNya dipermuliakan.


Sekarang Petrus (2 Petrus 1:3) sedang membantah dan membungkam, sekaligus menunjukan kefatalan penyimpangan pengajaran yang mencurigai kasih karunia mengandung benih-benih yang dapat membusukan moralitas seorang Kristen manakala dia hanya bergantung pada kasih karunia senantiasa dan senantiasa.


Petrus memberikan sebuah pernyataan kokoh bagaikan sebuah parade yang memancarkan kemuliaan dan kuasa yang bekerja  di dalam kasih karunia Allah yang begitu besar tersebut:


ayat 3nya : KARENA KUASA ilahi-Nya telah menganugerahkan kepada kita segala sesuatu yang berguna untuk hidup yang saleh oleh pengenalan kita akan Dia, yang telah memanggil kita oleh kuasa-Nya yang mulia dan ajaib.


Pada kesempatan yang sederhana ini, mari kita melihat lebih  medalam pada epistel Petrus ini, untuk memahami apa yang hendak dikatakan oleh Petrus terkait kuasa ilahi yang menganugerahkan. 


Ini adalah sebuah pernyataan yang mengandung kedaulatan mutlak Tuhan dalam bertindak, sekaligus sebuah  penjaminan ilahi atas  terselengaranya sebuah kehidupan umat Tuhan yang memancarkan kekudusan dan kemuliaan Tuhan oleh karya Tuhan di dalam diri orang percaya, dan bukan karya manusia yang lahir dari upaya  yang dibangun secara mandiri atau terlepas dari kasih karunia yang penuh kuasa itu. Sambil mengingat bahwa ketika kita membicarakan kasih karunia maka kita harus juga tahu bahwa kasih karunia adalah sebuah tindakan kuasa Tuhan yang dilimpahkan pada manusia yang dikehendakinya:



2 Petrus 1:1-2
(1) Dari Simon Petrus, hamba dan rasul Yesus Kristus, kepada mereka yang bersama-sama dengan kami memperoleh iman oleh karena keadilan Allah dan Juruselamat kita, Yesus Kristus.(2) Kasih karunia dan damai sejahtera melimpahi kamu oleh pengenalan akan Allah dan akan Yesus, Tuhan kita.


Pada kata pembukaan ini, kita menemukan apa yang menjadi pilar tunggal keselamatan di dalam iman Kristen:  memperoleh iman oleh karena keadilan Allah dan Juruselamat kita, Yesus Kristus.”

Mengapa anda  dapat atau menjadi beriman kepada Kristus  sehingga anda disebut pengikut Kristus atau seorang Kristen? Atas upaya apa dan oleh siapa atau atas jasa siapa dan dengan apa? Saya sendiri dengan upaya saya sendiri sehingga saya beriman? Petrus mengatakan tegas dan gamblang : “oleh karena keadilan Allah dan Juruselamat kita Yesus Kristus.”  Tidak ada “karena” yang mengalir dari  pihak manusia. Dengan kata lain keselamatan manusia di dalam kebenaran iman Kristen tidak dimulai oleh kesepakatan-kesepatan antarpihak yang berkepentingan, yaitu Tuhan sebagai pihak pertama dan manusia sebagai pihak kedua, dimana ada semacam kewajiban yang harus dipenuhi pihak manusia, sebaliknya keselamatan datang sama sekali dari Allah tanpa melibatkan manusia terkait bagaimana seharusnya  kondisi dan ketentuan bekerja agar keselamatan tersebut dapat dimiliki dan kemudian efektif dan terjamin kokoh. Semua kondisi dan ketentuan yang harus dipenuhi oleh pihak manusia pada faktanya dikerjakan juga oleh Tuhan sebagai pihak pertama bagi manusia sebagai pihak kedua, oleh Yesus di kayu salib!  Juruselamat KITA, menunjukan Yesus melakukan tindakan penyelamatan secara mutlak dan independen. Kata Juruselamat  dalam hal ini juga menunjukan sebuah dependensi total manusia pada Tuhan dan bukan interdependensi antarpihak yaitu manusia dan  Tuhan Penyelemat. Selalu dan senantiasa manusia bergantung total pada Tuhan. Manusia tak berdaya untuk mengupayakan apapun.




Kasih karunia, istilah ini hanya ada oleh sebab satu-satunya penyebab dan itu adalah Yesus.Demikian juga dengan Damai Sejahtera ada oleh sebab satu-satunya dan itu adalah Yesus. Sebagaimana kasih karunia hanya ada oleh sebab tunggal yaitu Yesus, maka demikian juga  damai sejahtera terjadi oleh sebab tunggal yaitu apa yang telah dikerjakan Yesus terkait keselamatan orang percaya. Karena datang dan dikerjakan oleh Allah dan dipenuhi segala ketentuan dan kondisi oleh  Kristus dimana kedua-duanya adalah pihak pertama: Tuhan, maka tidak perlu mempertanyakan keandalan karya, kualitas mutu karya dan kekekalan karya. Karena Tuhan yang melakukan  baik  bagi pihak pertama dan pihak kedua maka jelas keabadian saja label yang senantiasa melekat pada hasil-hasilnya dalam spektrum kemuliaan yang megah dan kompleks (misal bacalah: 2 Korintus 12:8-10).


Sekarang, apakah kasih karunia berhenti berkarya pada tahap penyelamatan dan keselamatan saja? Atau sebaliknya bahwa kasih karunia Allah yang besar itu masih terus bekerja pasca menerima pemberian keselamatan yang datang dari Tuhan? Karena jika jawabannya adalah TIDAK, sebagaimana  marak diajarkan maka memang bergantung total pada kasih karunia dan merendahkan kemandirian manusia terlepas dari Tuhan, memang akan menghasilkan penyakit moral yang menakutkan, sebab ketika pandangan yang menyatakan: anda telah percaya oleh tindakan Allah dan kemudian Allah akan meninggalkan manusia itu sendirian dalam keadaan vakum dari kasih karunia Allah, sehingga pada momen itu dia berdiri di atas kekuatan sendiri untuk: (1) bertahan dalam imannya (2)memperjuangkan sebuah kehidupan yang selaras dengan Bapa. Ini, jika memang demikian pada faktanya, adalah sebuah kondisi yang teramat malang dan menyedihkan sebab dibiarkan dirimu sendirian di dunia ini menjadi anak sebatang kara tanpa Tuhan menjadi sumber pengharapan dan kekuatanmu.  Jika pada mulanya manusia membutuhkan pertolongan Tuhan apakah pada kelangsungannya manusia menjadi tidak membutuhkan campur tangan Tuhan yang total sebagaimana pada mulanya?


Petrus menyanggahnya secara telak. Begini Petrus menyatakannya:

2Petrus 1:3
Karena kuasa ilahi-Nya telah menganugerahkan kepada kita segala sesuatu yang berguna untuk hidup yang saleh (1)oleh pengenalan kita akan Dia, yang telah memanggil kita oleh kuasa-Nya yang mulia dan ajaib (2).


Ini sangat hebat pada dua lini sekaligus:(1)membantah tanpa ampun tudingan bahwa bergantung total kepada hanya kasih karunia hanya akan menghasilkan kekristenan yang bobrok moral dan tandus akan keteladanan dan (2) menegaskan selalu dan senantiasa bahwa  dibuat mengenal Tuhan sehingga memiliki keselamatan senantiasa adalah tindakan Allah saja dan absolut oleh kuasa Tuhan yang mulia dan ajaib.

(1)Petrus ketika menuliskan “karena kuasa IlahiNya telah menganugerahkan segala sesuatu untuk hidup yang saleh,” sedang memparadekan apa yang terjadi pada kehidupan Kristen sejati. Bahwa seorang Kristen sejati pasti mampu untuk menjalani kehidupan yang saleh, dengan sebuah penegasan bahwa sumber untuk mampu menjalankan kehidupan yang sedemikian berasal darikuasa ilahi Tuhan” bukan kuasa jiwa manusia atau kuasa mental manusia atau kuasa pikiran manusia yang didisiplinkan sedemikian rupa sehingga menjadi mata air atau  pancuran perilaku-perilaku saleh. Petrus mengatakan bahwa mata air atau  pancurannya adalah Kuasa Ilahi Tuhan. Sehingga seorang Kristen dapat  memiliki dorongan-dorongan hidup saleh yang senantiasa bergerak dan bertumbuh untuk menjadikan orang Kristen itu seorang dewasa, sebagai  sebuah akibat karya kuasa Tuhan. Sekali lagi, ini adalah tindakan Allah semata pada diri manusia untuk menimbulkan dorongan-dorongan didalam diri manusia, sehingga lahirlah sebuah kehidupan saleh sesuai dengan yang dianugerahkan Tuhan baginya. Mengapa saya mengatakan dianugerahkan? Sebab Petrus sendiri mengatakan bahwa “kuasa ilahiNya telah MENGANUGERAHKAN kepada kita segala sesuatu yang berguna untuk kehidupan yang saleh.”

Ada sepasang ketaksanggupan total yang sedang diungkapkan Petrus di sini dengan demikian:

(1)Ketaksanggupan total manusia untuk secara mandiri menjadi diselamatkan Tuhan
(2)Ketaksanggupan total manusia untuk secara mandiri melahirkan kehidupan atau perilaku saleh seperti yang diinginkan atau dimaui Tuhan.




Mengapa saya mengatakan total seolah-olah manusia itu tak berdaya, sebab Petrus menyatakannya dalam sebuah ungkapan yang sangat vulgar:


(1)Terkait keselamatan, Petrus menyatakan demikian: “kepada mereka yang bersama-sama dengan kami memperoleh iman oleh karena keadilan Allah dan Juruselamat kita, Yesus Kristus

(2)Terkait kehidupan saleh, Petrus menyatakan demikian: “Karena kuasa ilahi-Nya telah menganugerahkan kepada kita segala sesuatu yang berguna untuk hidup yang saleh


Kehidupan saleh dapat lahir dari dalam diri seorang Kristen secara mutlak ditentukan oleh kuasa ilahiNya yang menganugerahkan, juga ditegaskan oleh Petrus tak bisa lepas dari Kasih Karunia yang membuat seseorang menjadi Kristen atau menjadi percaya atau menjadi kenal dengan Yesus: “oleh pengenalan kita akan Dia, yang telah memanggil kita oleh kuasa-Nya yang mulia dan ajaib. “ Selanjutnya pada poin (2) :


(2)Kasih karunia Tuhan memang tak pantas untuk dikatakan pantas untuk “digelayuti” namun absoulut untuk “digelayuti” oleh sebab anda mengenal  atau percaya pada Yesus dikarenakan semata oleh Dia telah memanggil anda oleh kuasaNya yang mulia dan ajaib. Tindakan Allah memanggil sehingga anda percaya ternyata bukan seperti anda memanggil sahabat anda sehingga menoleh kepadamu dan mendatangi dirimu lalu mendengarkan penjelasan anda untuk kemudian dia oleh pertimbangan rasio dan nuraninya lantas memutuskan untuk mempercayai anda dan penjelasan anda. Petrus menjelaskan bahwa percayanya seseorang dan mengenalnya seseorang kepada Yesus bukan oleh sebuah panggilan yang bernuansa kognitif dan mental namun sepenuhnya bernuansa KUASA yang dikatakan oleh Petrus sebagai  MULIA dan AJAIB. Dan kuasa yang mulia dan ajaib itu hanya bekerja kala Yesus memanggilmu! Ketika Petrus melakukan pemuliaan pada kata “kuasa” dengan MULIA dan AJAIB, Petrus sedang menunjukan bahwa proses yang melibatkan Kuasa Ilahi itu sama sekali melampaui tatar kognitif atau penalaran dan tatar jiwa. Mulia dan Ajaib ketika  kedua kata ini dilekatkan pada KUASA milik Tuhan maka implikasinya sangat tak terselami dan sangat tak terduga untuk mengakibatkan seseorang pasti percaya tanpa menolak sebagai konsekuensi kuasa mulia dan ajaib. Tak ada kejaiban  jika masih dapat menolak panggilan Yesus! Saya dan anda dapat mengatakan bahwa peristiwa Allah memanggil seseorang menjadi percaya adalah peristiwa mulia sekaligus ajaib, supernatural bukan natural sekalipun tampilannya  natural (misal pemberitaan injil).


Tentu jika anda pernah membaca  Injil, peristiwa seseorang percaya adalah peristiwa ajaib tak perlu mengagetkan, sebagaimana dari salah satu pernyataan Yesus sendiri:

Yohanes 6:65 Lalu Ia berkata: "Sebab itu telah Kukatakan kepadamu: Tidak ada seorangpun dapat datang kepada-Ku, kalau Bapa tidak mengaruniakannya kepadanya."


dan menariknya Yohanes menuliskan sebuah peristiwa penting yang langsung membuktikan kebenaran perkataan Yesus sendiri:

Yohanes 6:66 Mulai dari waktu itu banyak murid-murid-Nya mengundurkan diri dan tidak lagi mengikut Dia.


Jadi Petrus sedang mengatakan bahwa kasih karunia Allah yang besar itu bukanlah sebuah kasih karunia yang bekerja dalam sebuah cinta yang enggan atau tak sepenuh hati dan tak memiliki kuasa yang ajaib,namun kasih karunia yang bekerja dalam sebuah cinta yang sepenuh hati, jiwa dan pikiran TUHAN! Ini adalah kasih karunia yang mengandung cinta sampai mati dan cinta yang tak mau berpisah dan cinta yang karena dahsyatnya sanggup mendatangkan sebuah perubahan  ilahi pada yang yang dikasihinya. Maka demikianlah yang didemonstrasikan Petrus dalam suratnya ini bahwa  kasih karunia Tuhan bukan hanya membuat anda percaya namun kemudian Dia berdiam di dalam diri anda (bandingkan dengan membaca 2 Korintus 13:5, Efesus 3:17, Roma 8:10-11). Jadi Kristus yang memanggil seseorang untuk percaya adalah sangat esensial atau mutlak dan ini senilai dengan Yesus yang berdiam di dalam dirimu untuk  menganugerahkan sebuah kehidupan yang saleh dalam dirimu yang tak bisa dan tak mungkin secara mandiri tanpa pertolongan kuasa Roh dapat memerangi keinginan-keinginan dagingmu. Bandingkan dengan Roma 8:11:


Dan jika Roh Dia, yang telah membangkitkan Yesus dari antara orang mati, diam di dalam kamu, maka Ia, yang telah membangkitkan Kristus Yesus dari antara orang mati, akan menghidupkan juga tubuhmu yang fana itu oleh Roh-Nya, yang diam di dalam kamu.


Sehingga kita dimungkinkan (oleh anugerah) untuk melahirkan kehidupan yang saleh atau memiliki oleh anugerah  keuatan dan KUASA untuk berjuang menaklukan kedagingan oleh kuasa Roh yang memberikan dorongan-dorongan yang memiliki kuasa dari Tuhan untuk dapat melahirkan sebuah kehidupan yang memuliakan Tuhan dan bukan mempermalukan Tuhan. Bandingkan dengan Roma 8:12


Jadi, saudara-saudara, kita adalah orang berhutang, tetapi bukan kepada daging, supaya hidup menurut daging.


Sehingga sejauh ini, kita mempelajarinya, kita dapat menegaskan kembali betapa tudingan busuk yang mengatakan bahwa bergantung total pada kasih karunia adalah sebuah malapetaka atau biang keladi kebobrokan moral Kristen adalah sebuah tudingan menyesatkan sama sekali.

Kita  telah melihat bahwa kasih karunia Tuhan bukan kasih karunia yang bisa anda permainkan (bacalah Galatia 6:7-8) sebab kasih karunia itu datang dari Tuhan dan Dia adalah Tuhan yang hidup yang berkehendak didalam diri setiap orang percaya. KehendakNya bukan menuruti kedagingan orang percaya tetapi mendidik orang percaya di dalam tubuh  yang masih daging itu mengabdikan dirinya pada kehendak Tuhan sehingga lahirlah kemuliaan Tuhan di dalam kelemahan manusia itu. Sebab Tuhan yang bekerja di dalam setiap diri orang percaya.


Pada bagian kedua, kelak kita akan melihat bagaimana kasih karunia Tuhan itu memberikan sebuah garansi yang ilahi bagi setiap orang percaya di sepanjang hidupnya di dunia ini,sehingga Petrus di akhir hayatnya dapat memiliki ketenangan atau damai sejahtera Tuhan terkait masa depan jemaatnya walau kelak dia tidak dapat lagi mendidik dan menasehatinya (bacalah 2 Petrus 1:1-4 untuk melihat siapa penjamin masa depan jemaatnya)


Filipi 2:12-13
Hai saudara-saudaraku yang kekasih, kamu senantiasa taat; karena itu tetaplah kerjakan keselamatanmu dengan takut dan gentar, bukan saja seperti waktu aku masih hadir, tetapi terlebih pula sekarang waktu aku tidak hadir, karena Allahlah yang mengerjakan di dalam kamu baik kemauan maupun pekerjaan menurut kerelaan-Nya.


Amin
Segala Kemuliaan Hanya Bagi Tuhan

bersambung ke bagian 2

No comments:

Post a Comment