Pages

19 November 2014

1 1 1



Oleh: Martin Simamora

1 1 1

Jikalau bahaya mengepungmu atau keputusasaan menyelimuti jiwamu atau orang-orang jahat merancang dan berupaya  hebat merampas nyawamu dari tubuhmu, apakah kita sebagai orang-orang percaya masih benar-benar percaya kepada pertolongan Tuhan dalam sebuah derajat yang sangat vulgar tanpa keraguan?

Akankah anda dan saya  dapat berkata seperti ini:

Mazmur 11:1 Pada TUHAN aku berlindung, bagaimana kamu berani berkata kepadaku: "Terbanglah ke gunung seperti burung!"

Daud, sang pemazmur berkata “pada TUHAN!” Bukan pada kekuatanku, bukan pada kecerdikanku, bukan pada apa yang dapat kulakukan, bukan pada keyakinan hatiku, bukan pada hikmat dan kebenarannya atau pada kekuatan dunia yang dapat diakses atau dimilikinya.

Daud menjelaskan bagaimana dia dapat  kokoh untuk menjadikan TUHAN sebagai tempat perlindungannya, tidak berhenti dan tidak berputus asa dalam pengharapan kala situasi bahaya yang dihadapi tidak dapat diatasi begitu saja bahkan oleh kekuatan  manusia.


Tidak Ada Yang Lain, Selain Dia Saja Perlindunganku

Seberapa kuatkah kekuatan yang dapat anda akses atau anda miliki dapat melindungi dirimu dan seberapa andalkah perlindungan atau proteksimu memiliki skalabilitas (atau rentang jangkauan untuk mencakup) yang mustahil  tak terhingga dalam menghadapi varian-varian bahaya.  Daud bukanlah seseorang yang tidak mengenal kekuatan  yang dimiliki oleh seorang laki-laki. Saya berpendapat dia sangat mengenalnya dalam usia yang belia malahan. Ada baiknya kita melihat sebuah peristiwa fenomenal yang sangat bernilai dalam kehidupan Daud atau pengalamannya mengandalkan TUHAN dalam sebuah peristiwa yang  amat bersejarah saat dia berduel melawan Goliat.  Berikut ini adalah dialog antara Daud dengan raja Saul dan Daud dengan Goliat:

1Samuel 17:33-47  “(33) Tetapi Saul berkata kepada Daud: "Tidak mungkin engkau dapat menghadapi orang Filistin itu untuk melawan dia, sebab engkau masih muda, sedang dia sejak dari masa mudanya telah menjadi prajurit."(34) Tetapi Daud berkata kepada Saul: "Hambamu ini biasa menggembalakan kambing domba ayahnya. Apabila datang singa atau beruang, yang menerkam seekor domba dari kawanannya,(35) maka aku mengejarnya, menghajarnya dan melepaskan domba itu dari mulutnya. Kemudian apabila ia berdiri menyerang aku, maka aku menangkap janggutnya lalu menghajarnya dan membunuhnya.


(36) Baik singa maupun beruang telah dihajar oleh hambamu ini. Dan orang Filistin yang tidak bersunat itu, ia akan sama seperti salah satu dari pada binatang itu, karena ia telah mencemooh barisan dari pada Allah yang hidup."(37) Pula kata Daud: "TUHAN yang telah melepaskan aku dari cakar singa dan dari cakar beruang, Dia juga akan melepaskan aku dari tangan orang Filistin itu." Kata Saul kepada Daud: "Pergilah! TUHAN menyertai engkau."(38) Lalu Saul mengenakan baju perangnya kepada Daud, ditaruhnya ketopong tembaga di kepalanya dan dikenakannya baju zirah kepadanya.(39) Lalu Daud mengikatkan pedangnya di luar baju perangnya, kemudian ia berikhtiar berjalan, sebab belum pernah dicobanya. Maka berkatalah Daud kepada Saul: "Aku tidak dapat berjalan dengan memakai ini, sebab belum pernah aku mencobanya." Kemudian ia menanggalkannya.

(40) Lalu Daud mengambil tongkatnya di tangannya, dipilihnya dari dasar sungai lima batu yang licin dan ditaruhnya dalam kantung gembala yang dibawanya, yakni tempat batu-batu, sedang umbannya dipegangnya di tangannya. Demikianlah ia mendekati orang Filistin itu.(41) Orang Filistin itu kian dekat menghampiri Daud dan di depannya orang yang membawa perisainya.(42) Ketika orang Filistin itu menujukan pandangnya ke arah Daud serta melihat dia, dihinanya Daud itu karena ia masih muda, kemerah-merahan dan elok parasnya.(43) Orang Filistin itu berkata kepada Daud: "Anjingkah aku, maka engkau mendatangi aku dengan tongkat?" Lalu demi para allahnya orang Filistin itu mengutuki Daud.(44) Pula orang Filistin itu berkata kepada Daud: "Hadapilah aku, maka aku akan memberikan dagingmu kepada burung-burung di udara dan kepada binatang-binatang di padang."


(45) Tetapi Daud berkata kepada orang Filistin itu: "Engkau mendatangi aku dengan pedang dan tombak dan lembing, tetapi aku mendatangi engkau dengan nama TUHAN semesta alam, Allah segala barisan Israel yang kautantang itu.(46) Hari ini juga TUHAN akan menyerahkan engkau ke dalam tanganku dan aku akan mengalahkan engkau dan memenggal kepalamu dari tubuhmu; hari ini juga aku akan memberikan mayatmu dan mayat tentara orang Filistin kepada burung-burung di udara dan kepada binatang-binatang liar, supaya seluruh bumi tahu, bahwa Israel mempunyai Allah,(47) dan supaya segenap jemaah ini tahu, bahwa TUHAN menyelamatkan bukan dengan pedang dan bukan dengan lembing. Sebab di tangan Tuhanlah pertempuran dan Iapun menyerahkan kamu ke dalam tangan kami.


Daud, bukan  seorang  pemain baru dalam dunia yang penuh dengan mara bahaya dan ancaman, kekerasan hingga bahaya maut. Sejak belia dia sudah  mengakrabinya, bahkan dalam pekerjaan yang terlihat ringan- menggembalakan ternak kambing domba- justru di bidang seperti inilah dia bertarung  dengan  singa dan beruang demi membela gembalaannya dan dirinya sendiri, sebuah resiko kematian telah dia hidupi hanya untuk binatang-binatang gembalaannya.  Hebatnya, dalam  hal ini pun Daud berkata “TUHAN yang melepaskan aku.” Daud tidak  mengatakan kehebatannya dalam berkelahi dalam melawan dua  hewan buas yang sangat bertenaga (tak hanya dulu, pun sekarang) atau bagaimana tangkasnya dia menaklukan  hewan buas itu. Daud sangat mengenali Tuhannya dalam sebuah cara yang vulgar tak main-main, melalui rangkaian-rangkaian momentum yang  kental dengan maut. Dalam keadaan seperti itulah dia mengandalkan Tuhannya dan tak tak tertahankan untuk dilontarkan  secara bulat kepada raja Saul.


Daud adalah seorang gagah perkasa, namun bukanlah sosok yang maskulin apalagi macho untuk dunia sekarang. Lihatlah, baik raja Saul dan Goliat kedua-duanya meremehkannya dan tidak melihat Tuhan yang diimani oleh Daud. Raja Saul berkata “tidak mungkin engkau dapat sebab masih muda!” Tak piawai berperang dan tak berotot untuk bertarung nyawa apalagi menghadapi Goliat yang terlahir sebagai petarung tangguh. Sementara  Goliat memandang Daud dengan hina sebab tampangnya yang “imut-imut nan culun.” Saya pikir, siapapun akan tergoda untuk bersikap sama. Dan lihatlah reaksi Goliat ketika Daud hanya datang dengan tongkat, itu membuat Goliat merasa terhina seolah-olah Daud sedang menghadapi seekor anjing?

Daud bukan pongah atau arogan atau sok beriman sehingga tak rasional dalam menghadapi realitas bahaya. Daud sebetulnya tak keberatan ketika Saul menyematkan senjata sepantasnya seorang pergi berperang :

1 Samuel 17:38-39 (38) Lalu Saul mengenakan baju perangnya kepada Daud, ditaruhnya ketopong tembaga di kepalanya dan dikenakannya baju zirah kepadanya.(39) Lalu Daud mengikatkan pedangnya di luar baju perangnya


Daud adalah seorang yang rasional dan menuruti apa yang dipandang  Saul benar dan penting untuk dikenakannya agar dia dapat berperang dengan baik. Daud pun turut memperhitungkannya. Daud menimbang kemampuan fisiknya dan efektifitas senjata perang yang paling tepat baginya, KETIKA dia memutuskan untuk pada akhirnya melucuti arsenal perangnya:


Ayat 39 kemudian ia berikhtiar berjalan, sebab belum pernah dicobanya. Maka berkatalah Daud kepada Saul: "Aku tidak dapat berjalan dengan memakai ini, sebab belum pernah aku mencobanya." Kemudian ia menanggalkannya.

Maka memang berdasarkan pertimbangan-pertimbangan paling rasional dan pilihan-pilihan terbaik atas keterbatasan-keterbatasannya maka yang terbaik baginya  adalah tidak membawa alat perang.

NAMUN apa yang dilakukan oleh Daud LEBIH DARIPADA pertimbangan rasional tersebut, pertimbangan-pertimbangan  rasionalnya itu bukanlah kunci kemenangan atau kesuksesannya. Mari kita  cermati perkataan Daud berikut ini:
(1) Dan orang Filistin akan sama seperti salah satu dari pada binatang .  Ini berbicara  sebagaimana Daud menghabisi hewan-hewan buas itu dengan tanpa senjata tajam, pun akan demikian dengan  Goliat.
(2) TUHAN yang melepaskan aku dari cakar Beruang dan cakar Singa, maka TUHAN juga  yang akan melepaskan aku dari  tangan orang Filistin itu.
(3) Engkau mendatangi aku dengan pedang dan tombak dan lembing, tetapi aku mendatangi engkau dengan nama TUHAN semesta alam
(4) Hari ini juga TUHAN akan menyerahkan engkau ke dalam tanganku


Daud tidak berkata-kata atas dasar sebuah pengandaian terkait perlindungan dan pembelaan Tuhan atas dirinya kala marabahaya mengintai jiwanya dengan ganas. Tidak! Bagi Daud pengalaman bersama Tuhan adalah jaminan untuk menghadapi masa depan, tidak ada dasar baginya untuk tidak berharap Tuhan melakukan hal yang sama kala situasi mencekam atau kala bahaya membuat dirinya  bagaikan mangsa empuk. Daud, ketika menghadapi bahaya yang melampaui daya tangkalnya sebagai manusia tak bisa tidak harus berkata TUHAN adalah tempat perlindunganku. Siapakah yang akan menolongnya di padang gurun kala Singa dan Beruang mengancam?



Kerap kali, kita harus sendirian dalam menghadapi dan menjalani mara bahaya yang terkadang siap menelan kita kapan saja dan dalam momen yang bahkan  paling kita anggap aman. Ada banyak momen-momen berbahaya, dan orang-orang yang paling kita andalkan, orang-orang yang paling kita kasihi tak sanggup atau tak kuasa untuk mengulurkan tangan pertolongan, oleh sebab bahaya yang mengintai bukanlah bahaya  yang berada dalam kekuasaan  tangan manusia untuk menahannya sehingga tak membahayakan nyawamu. Kadang dan kerap walau anda tidak di tengah-tengah padang belantara, namun sesungguhnya anda sendirilah yang harus berhadap-hadapan dengan bahaya itu. Mungkin itu terkait pekerjaanmu, mungkin itu terkait kesehatan dirimu yang kritis, mungkin itu terkait tanggungjawab yang menyangkut nyawa  banyak orang. Orang-orang dekat pasti memberikan semangat dan dukungan, pun orang-orang terkasih akan senantiasa mendoakan anda. Namun anda sendirilah yang menghadapi cakar Beruang dan cakar  Harimau. Apakah anda menjadikan Tuhan sebagai tempat perlindunganmu kala situasi ini menderamu?

Pada akhirnya kekuatan dan sarana rasional  yang tersedia di dunia ini memang berguna, namun terbatas. Terbatas baik pada sarana-sarana rasional itu dan terbatas pada manusia untuk menggunakannya secara baik dalam menghadapi atau mengatasi momen-momen kritis itu. Ya...seperti Daud yang justru harus melepaskan sarana-sarana rasional. Jika demikian, apakah manusia harus berhenti dan menyerah? TIDAK! Daud tetap maju.


Daud maju dengan apa yang bisa dia lakukan dan apa yang dia kuasai. Itu bisa saja sangat tak tepat di mata dunia atau tak sepadan untuk menghadapi masalahnya. Pilihan Daud  bagaikan memilih sebuah obeng untuk menghancurkan sebuah tembok. Daud memilih mengambil sebuah tongkat, alat yang sangat dia kuasai sebagai seorang penggembala.  Tentu saja di mata Goliat ini sungguh menggelikan dan dalam kadar tertentu adalah sebuah penghinaan: “Anjingkah aku? Daud mendatangi Goliat hanya dengan tongkat kayu seperti hanya menghadapi seekor anjing bagi Goliat. Kita tahu bahwa Daud memiliki keyakinan akan sebuah masa depan gemilang bahwa sebagaimana Tuhan  TELAH melindungi dari binatang-binatang buas maka Tuhan pun dapat diandalkan untuk   bahaya yang dapat mengancam dirinya di MASA MENDATANG.

Perhatikan! Daud tidak meremehkan masalah atau ancaman atau musuhnya yang gagah perkasa. Kita sudah melihat mengapa Daud mendatangi Goliat dengan senjata sangat remeh itu. Ya..karena Daud terbatas untuk menggunakan arsenal perang yang sepantasnya! Dan Daud bukan orang yang  konyol, sebab  Daud tahu sekali SIAPAKAH TUHANNYA dan APA YANG DAPAT DILAKUKAN OLEH TUHANNYA. Daud  begitu memercayakan masa depan dirinya berdasarkan masa lalu yang telah Tuhan hadirkan bagi dirinya. Masa lalu yang membuat dia bertumbuh sebagai sosok yang mengenal dan percaya bahwa  Tuhannya akan melakukan hal yang sama untuk masa-masa mendatang bagi dirinya. Dalam peristiwa-peristiwa yang membahayakan nyawanya. Daud, bahkan, sebetulnya, sangat dekat dengan maut sebab tubuhnya begitu dekat dengan maut dan harus demikian agar dia dapat menghajarnya. Dengan kata lain, dalam kehidupan Daud, mara bahaya tidak berlalu tanpa dirinya harus menghadapinya atau dalam kehidupan Daud, marabahaya selalu ada bahkan sekalipun ia berada di dalam perlindungan Tuhan. Perlindungan Tuhan tidak mengeliminasi bahaya-bahaya dalam keseharian hidupnya. Menarik untuk membandingkan kesaksian Daud pada Mazmur 23:

(4) Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman, aku tidak takut bahaya, sebab Engkau besertaku; gada-Mu dan tongkat-Mu, itulah yang menghibur aku.(5) Engkau menyediakan hidangan bagiku, di hadapan lawanku; Engkau mengurapi kepalaku dengan minyak; pialaku penuh melimpah.


Daud sejak belia melihat Tuhan melindungi dia tepat saat bahaya itu sendiri asyik membelai-belai tubuhnya yang kecil. Tuhan memperlakukan dia secara khusus dan mengajarkan kepada dirinya untuk menjadi orang percaya yang tangguh dan paling realis. Seorang realis yang tahu sekali bahwa senjata pamungkas dalam menghadapi marabahaya  bukanlah apa yang paling baik  dalam pandangan dunia, namun apa yang Tuhan telah ajarkan dan perlihatkan pada dirinya. Daud melihat perlindungan Tuhan adalah “berjalan dalam lembah kekelaman sementara Tuhan menyertai diabukanberjalan dalam   jalan yang damai dan tenang sebab Tuhan menyertai dia.” Bagi Daud perlindungan Tuhan adalah “Tuhan menyediakan hidangan baginya, sementara lawannya tetap ada berdiri di hadapannyabukanTuhan menyediakan hidangan baginya dan karenanya lawannya lenyap dari hadapannya.”


Daud berjalan bersama Tuhan dalam iman yang  realistis bukan fantasi. Dia tidak pernah mengenal sebuah penyertaan Tuhan yang mengakibatkan kehidupan sorga lantas menyelimuti dunianya. Tidak! Dalam hal ini pun kita melihat, dari dirinya lahir mazmur-mazmur yang indah, dari seorang yang mengalami Tuhan secara dahsyat dalam sebuah cara keringat yang mengucur deras, dalam sebuah cara yang mencekam, dalam sebuah cara yang menggidikan nyali siapapun. 

Apakah kita merasakan ancaman atau marabahaya atau ketidakpastian atau masalah-masalah tetap tak berangsur surut dalam hidup ini, tak  ada perubahan? Meski telah berdoa namun bahaya tetap eksis? Meski telah memuji Tuhan namun musuh tetap tegak gagah perkasa? Meski telah mengandalkan Tuhan namun masalah malah menghantam bertubi-tubi? Jika ya... jangan putus asa dan jangan salah menuding, Tuhan tidak dapat berbuat sesuatu untuk meluputkanmu dari deret masalahmu! Sebab Tuhan memiliki sejarah hebat dalam membela orang-orang yang dikasihinya dalam cara yang tak dapat anda bayangkan: “Tuhan menyertai namun anda berjalan dalam lembah kekelaman.” Bahwa didalam lembah kekelaman itu anda harus mengandalkan  gada dan tongkat Tuhan sementara bahaya tetap menyelimutimu. Bahaya tetap menyelimutimu tetapi bahaya itu tidak dapat meremukan hidupmu oleh sebab gada dan tongkat  Tuhan adalah perlindunganmu, itulah satu-satunya penghiburanmu sementara anda harus menjalaninya tak peduli sejauh apa perjalanan itu dan tak peduli setajam apa cakar yang hendak mencabik-cabik dirimu dan masa depanmu; tak peduli apakah kekuatan lawan atau musuh atau masalah lebih kuat daripada seekor beruang atau singa.


Kokoh dan Tegar  Dalam  Selimut Bahaya
Menjadi dapat dipahami dengan demikian jika Daud kemudian lantang berkata :

bagaimana kamu berani berkata kepadaku: "Terbanglah ke gunung seperti burung!"

Sekali lagi, dalam  hal ini Daud tidak sedang berpongah  ria atas resiko atau ancaman, namun dia sedang mengambil sebuah sikap yang benar untuk memulai sebuah perjalanan untuk menghadapi dan mengatasi bahaya. Daud memulainya dengan memandang kepada Tuhan sebagai satu-satunya sumber  kehidupan dan pertolongan bagi setiap orang percaya. Adakah yang lebih baik selain memandang kepada Tuhan, jika saya dan anda mengaku sebagai orang yang PERCAYA kepada Tuhan. Percaya, berarti anda melepaskan diri anda kedalam apapun kebijakan atau apapun langkah yang Tuhan putuskan dan lakukan atas dirimu.

Daud menghadapi masalah yang sangat serius dan dia sangat paham akan kekuatan musuhnya yang demikian mematikan:

Mazmur 11: 2 Sebab, lihat orang fasik melentur busurnya, mereka memasang anak panahnya pada tali busur, untuk memanah orang yang tulus hati di tempat gelap.


Ini lawan yang luar biasa mematikan sebab anda tidak dapat mengetahui keberadaanya atau siapa sesungguhnya musuhmu, selain anda hanya tahu ada orang yang jahat kepadamu. Lawanmu memiliki daya bunuh dari tempat yang jauh dan memiliki posisi strategis untuk melancarkan pembunuhan. Ini adalah situasi yang memusingkan dan membutuhkan ekstra kekuatan dan ekstra intelijen dalam menangkal ancaman-ancaman yang sedang berada dekat dengan dirinya namun memiliki jarak  ideal untuk melancarkan niat jahatnya tanpa anda ketahui.

Ini musuh hebat yang menggentarkan. Tetapi apakah Daud menjadi terhancurkan dan teremukan jiwanya dalam menghadapi tantangan maut yang tak bisa dia hadapi dengan tangan  bersenjata sekalipun? Terhadap musuh  atau masalah yang mengintai dari tempat tersembunyi, Daud memiliki dasar yang lebih kokoh untuk mengusir kemencekaman  yang siap melahirkan keraguan dan ketakpercayaan kepada Tuhan :


Mazmur 11:4 TUHAN ada di dalam bait-Nya yang kudus; TUHAN, takhta-Nya di sorga; mata-Nya mengamat-amati, sorot mata-Nya menguji anak-anak manusia.(5) TUHAN menguji orang benar dan orang fasik, dan Ia membenci orang yang mencintai kekerasan.(6) Ia menghujani orang-orang fasik dengan arang berapi dan belerang; angin yang menghanguskan, itulah isi piala mereka.


  • Lihat! Bagi Daud, TUHAN yang ada di dalam bait-Nya yang kudus bukan tandingan yang dapat diimbangi sama sekali oleh musuhnya yang berada dalam tempat tersembunyi dan memiliki cara tembak untuk membunuhnya secara presesi tanpa perlu takut untuk diketahui.
  • Lihat! Bagi Daud, TUHAN yang takhta-Nya di sorga dan yang mata-Nya mengamat-amati dengan sorot mata yang menyapu bersih kedalaman jiwa manusia bukanlah tandingan yang dapat diimbangi sama sekali oleh persembunyian musuh Daud. Daud tahu bahwa dia tidak mengetahui keberadaan lawannya, namun tidak bagi Tuhannya!
  • Lihat! Bagi Daud, TUHAN tidak akan mendiamkan kejahatan bermukim dan melahirkan kejahatan tanpa Tuhan pada akhirnya melakukan perhitungan atas kejahatan tersebut.


Ingat, Daud adalah sosok yang  dibentuk untuk memiliki iman yang kokoh dan tegar sebab dia akan selalu melihat marabahaya berjalan beriring-iringan dengan penyertaan Tuhan atas dirinya. Kekokohan imannya dan ketegaran imannya terletak pada pengenalannya akan Tuhan. Dan Daud mengatakan bahwa  PENGENALAN SEMACAM ITU hanya dapat terjadi jika Tuhan saja yang menuntunya:

Mazmur 23:1-3 (1) TUHAN adalah gembalaku, takkan kekurangan aku.(2) Ia membaringkan aku di padang yang berumput hijau, Ia membimbing aku ke air yang tenang;(3) Ia menyegarkan jiwaku. Ia menuntun aku di jalan yang benar oleh karena nama-Nya.


Daud tahu sekali bahwa dia tidak bisa menggembalai dirinya sendiri, hikmatnya dan kekuatannya bukan hal yang patut untuk diperhitungkan sama sekali; Daud tahu sekali bahwa hanya Tuhan yang dapat membaringkan  dirinya di padang yang berumput hijau dimana dirinya menjadi permai dan dikenyangkan oleh kesegaran dari Tuhan; Daud tahu sekali bahwa hanya Tuhan yang dapat membimbing dirinya untuk dapat melenyapkan kedahagaan jiwanya kala dunia ini menguras jiwanya menjadi kering; Daud tahu sekali bahwa dia tidak bisa dia tidak dapat menuntun dirinya sendiri ke jalan yang benar dan dia pun tidak tahu sama sekali mana jalan yang  harus dia tempuh.

Jika Daud demikian maka pun dengan setiap manusia pada sejatinya. 


Yesus adalah  Gembala Yang Baik
Yesus anak Daud, pewaris takhta Daud dan sang Mesias itu adalah  Gembala Yang Baik  itu. Gembala yang dapat diandalkan dan tidak  main-main untuk melindungi setiap dirimu yang adalah gembalaan-Nya:
Yohanes 10:11 Akulah gembala yang baik. Gembala yang baik memberikan nyawanya bagi domba-dombanya;


Yohanes 10:14-15 (14) Akulah gembala yang baik dan Aku mengenal domba-domba-Ku dan domba-domba-Ku mengenal Aku (15) sama seperti Bapa mengenal Aku dan Aku mengenal Bapa, dan Aku memberikan nyawa-Ku bagi domba-domba-Ku.


1 Petrus 2:25 Sebab dahulu kamu sesat seperti domba, tetapi sekarang kamu telah kembali kepada gembala dan pemelihara jiwamu.


1 Petrus 5:4 Maka kamu, apabila Gembala Agung datang, kamu akan menerima mahkota kemuliaan yang tidak dapat layu.


Wahyu 7:17 Sebab Anak Domba yang di tengah-tengah takhta itu, akan menggembalakan mereka dan akan menuntun mereka ke mata air kehidupan. Dan Allah akan menghapus segala air mata dari mata mereka."

Harus dicamkan dalam setiap diri orang yang mengaku bahwa dirinya adalah pengikut Yesus Kristus. Dirimu  tidak akan disterilkan dari segala kemungkinan untuk berhadap-hadapan dengan hal-hal yang dapat membuat air matamu menetes. Namun ingatlah selalu, bahwa dalam hal ini, TUHAN ada menyertaimu. Yesus sang Gembala Agung ada menyertaimu sekalipun saya dan anda sedang berjalan dalam lembah kekelaman ini.  Realitas hidup ini tidak selalu senang dan tidak selalu menyedihkan dan tidak selalu mencekam. Itu sebabnya air mata akan mewarnai tawamu dan air  matamu akan dialiri oleh  gelak tawa.


Sebagai orang percaya atau  mengaku  sebagai pengikut Yesus Kristus maka camkanlah bahwa TUHAN  harus selalu nomor SATU. Kalau anda tertawa maka TUHAN harus selalu nomor 1; kalau anda sedang bersedih maka TUHAN harus selalu nomor 1; bahkan kala bahaya mencekam sudah menyentuh kulitmu maka TUHAN harus nomor 1. Dia haruslah menjadi PEMULA dalam  kehidupan anda dan saya, entah sedang tertawa atau sedang bersedih atau bahaya sudah menyentuh kulitmu.

Bacalah dan renungkanlah. Jadikanlah TUHAN sebagai 1 dan 1 dan 1 entah anda sedang tertawa, sedang bersedih, bahkan kala maut menyentuh kulitmu.  Jangan pernah jadikan Dia sebagai nomor 2. Jangan pernah!



Mazmur 103:1-5  Pujilah TUHAN, hai jiwaku! Pujilah nama-Nya yang kudus, hai segenap batinku! Pujilah TUHAN, hai jiwaku, dan janganlah lupakan segala kebaikan-Nya! Dia yang mengampuni segala kesalahanmu, yang menyembuhkan segala penyakitmu, Dia yang menebus hidupmu dari lobang kubur, yang memahkotai engkau dengan kasih setia dan rahmat, Dia yang memuaskan hasratmu dengan kebaikan, sehingga masa mudamu menjadi baru seperti pada burung rajawali.

AMIN

Kredit Foto : Luke Burrage

No comments:

Post a Comment