Pages

22 September 2014

KRISTOLOGI XIV : THE HUMILIATION OF CHRIST (PERENDAHAN KRISTUS)




Rabu, tgl 17 September 2014, pk 19.00
Pdt. Budi Asali, M. Div.

 "A Soldier Pierces Christ's Side" by James Jacques Tissot (1836-1902)

Yohanes 19:32- 35"

Maka datanglah prajurit-prajurit lalu mematahkan kaki orang yang pertama dan kaki orang yang lain yang disalibkan bersama-sama dengan Yesus; tetapi ketika mereka sampai kepada Yesus dan melihat bahwa Ia telah mati, mereka tidak mematahkan kaki-Nya,tetapi seorang dari antara prajurit itu menikam lambung-Nya dengan tombak, dan segera mengalir keluar darah dan air.Dan orang yang melihat hal itu sendiri yang memberikan kesaksian ini dan kesaksiannya benar, dan ia tahu, bahwa ia mengatakan kebenaran, supaya kamu juga percaya."
THE HUMILIATION OF CHRIST
(PERENDAHAN KRISTUS)

kristologi (14)

Bacalah lebih dulu bagian13
B) Kristus menderita tubuh dan jiwa.

Seluruh manusia (tubuh dan jiwa) jatuh ke dalam dosa dan seluruh manusia dipengaruhi secara negatif oleh dosa. Karena itu Kristus harus mengalami penderitaan dalam tubuh dan jiwaNya, barulah Ia bisa menebus kita secara lengkap.

Pada waktu Ia dicambuki dan disalibkan, itu jelas merupakan penderitaan jasmani. Pada waktu Ia dihina, diludahi, nyaris ditelanjangi di depan umum, dan terutama ditinggalkan oleh BapaNya, itu merupakan penderitaan jiwa / rohani.


C) Penderitaan Kristus adalah unik.

1)  Karena kesucianNya, Kristus mengalami penderitaan akibat dosa di sekelilingNya dengan suatu perasaan yang tidak bisa dialami oleh orang lain.

2)  Allah menumpahkan kepada Kristus kejahatan kita sekalian (Yes 53:6,10). Ini tidak pernah dialami oleh siapapun juga.

Yes 53:6,10 - “(6) Kita sekalian sesat seperti domba, masing-masing kita mengambil jalannya sendiri, tetapi TUHAN telah menimpakan kepadanya kejahatan kita sekalian. ... (10) Tetapi TUHAN berkehendak meremukkan dia dengan kesakitan. Apabila ia menyerahkan dirinya sebagai korban penebus salah, ia akan melihat keturunannya, umurnya akan lanjut, dan kehendak TUHAN akan terlaksana olehnya.”.


Herman Hoeksema berkata:
“No one, therefore, even in hell, can even suffer what Christ suffered during His entire life and especially on the cross. For, in the first place, no one can possibly taste the wrath of God as the Sinless One. And, in the second place, no one could possibly bear the complete burden of the wrath of God against the sin of the world. Even in hell everyone will suffer according to his personal sin and in his personal position in desolation. But Christ bore the sin of all His own as the Sinless One.” [= Karena itu, tak seo­rangpun, bahkan dalam neraka, bisa menderita apa yang dide­rita oleh Kristus dalam sepanjang hidupNya dan terutama di kayu salib. Karena pertama, tak seorangpun bisa mera­sakan murka Allah sebagai orang yang tak berdosa. Dan kedua, tak seorangpun bisa memikul seluruh beban murka Allah terhadap dosa dunia. Bahkan dalam neraka setiap orang akan menderita sesuai dengan dosa pribadinya dan dalam posisi pribadinya dalam kesendirian. Tetapi Kristus memikul dosa dari semua milikNya sebagai Orang yang Tidak Berdosa.] - ‘Reformed Dogmatics’, hal 401.

 
III) Kematian Kristus.

A) The extent of His death [= Luas kematianNya].

Kematian yang dialami oleh Kristus mencakup:

1)  Kematian jasmani: yaitu perpisahan tubuh dengan jiwa / roh.

2)  Kematian rohani: perpisahan dengan Allah.
Ini terjadi pada saat Kristus berkata: ‘ELI, ELI, LAMA SABAKHTANI?’ (Mat 27:46).

Ada beberapa pandangan tentang arti kalimat ini:

a)  Yesus tidak sungguh-sungguh ditinggal / mengalami keterpisahan dengan Allah, karena kata-kata yang Ia ucapkan itu hanyalah:
1.   Perasaan Yesus saja (bahasa Jawa: Yesus kroso-kroso­en), atau,
2.   Doa Yesus sambil mengutip Maz 22, atau,
3.   Perenungan Yesus tentang firman Tuhan dalam Maz 22.

Keberatan terhadap pandangan ini:
Kalau demikian Yesus tidak sungguh-sungguh memikul hukuman dosa kita, karena keterpisahan dengan Allah merupakan hukuman dosa! Bdk. Yes 59:1-2  2Tes 1:9.


Yes 59:1-2 - “(1) Sesungguhnya, tangan TUHAN tidak kurang panjang untuk menyelamatkan, dan pendengaranNya tidak kurang tajam untuk mendengar; (2) tetapi yang merupakan pemisah antara kamu dan Allahmu ialah segala kejahatanmu, dan yang membuat Dia menyembunyikan diri terhadap kamu, sehingga Ia tidak mendengar, ialah segala dosamu.”.

2Tes 1:9 - “Mereka ini akan menjalani hukuman kebinasaan selama-lamanya, dijauhkan dari hadirat Tuhan dan dari kemuliaan kekuatanNya,”.


b)  Allah Anak meninggalkan Yesus sebagai manusia.
Alasannya: Biasanya Yesus selalu menyebut Allah dengan sebutan Bapa, tetapi kali ini Yesus berkata Allah­Ku, bukan BapaKu. Ini dianggap menunjukkan bahwa saat itu Yesus betul-betul berbicara sebagai manusia biasa kepada AllahNya.

Keberatan terhadap pandangan ini:

1.   Dalam Luk 23:34,46 Yesus tetap menyebut Bapa, padahal ini adalah kalimat pertama dan terakhir di kayu salib.


Luk 23:34a,46a - “(34a) Yesus berkata: ‘Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat.’ ... (46a) Lalu Yesus berseru dengan suara nyaring: ‘Ya Bapa, ke dalam tanganMu Kuserahkan nyawaKu.’”.


2. Dalam inkarnasi, Anak Allah mengambil hakekat manu­sia, yang lalu mendapatkan kepribadiannya dalam diri Anak Allah itu. Kalau terjadi perpisahan antara Allah Anak dan manusia Yesus, ini berarti bahwa Hypostati­cal / Personal Union hancur, maka yang tertinggal di atas kayu salib hanyalah hakekat manusia itu. Ini tidak mungkin!

3.   Andaikata Yesus memang mati sebagai manusia saja, maka penebusan yang Ia lakukan tidak bisa mempunyai kuasa yang tidak terbatas!

Maz 49:8-9 (NIV - Ps 49:6-7):
“No man can redeem the life of another, or give to God a ransom for him; the ransom for a life is cost­ly, no payment is ever enough” (= Tak seorang manusiapun bisa menebus nyawa orang lain,  atau memberi­kan kepada Allah tebusan untuk dia; tebusan untuk suatu nyawa sangat mahal, tak ada pembayaran yang bisa mencukupi).

Catatan: untuk ayat ini Kitab Suci Indonesia salah terjemahan!


Adam Clarke (tentang Mat 27:46):
“Some suppose ‘that the divinity had now departed from Christ, and that his human nature was left unsupported to bear the punishment due to men for their sins.’ But this is by no means to be admitted, as it would deprive his sacrifice of its infinite merit, and consequently leave the sin of the world without an atonement. Take deity away from any redeeming act of Christ, and the redemption is ruined.” (= Sebagian orang menganggap ‘bahwa keilahian sekarang telah pergi dari Kristus, dan bahwa hakekat manusiaNya ditinggalkan tanpa dukungan untuk memikul hukuman yang seharusnya bagi manusia untuk dosa-dosa mereka’. Tetapi ini sama sekali tidak boleh diterima, karena itu akan mencabut / menghilangkan manfaat yang tidak terbatas dari pengorbananNya, dan sebagai akibatnya dosa dari dunia ditinggalkan tanpa penebusan. Ambillah keilahian dari tindakan penebusan Kristus, dan penebusan itu dihancurkan.).

Catatan: kalau saya katakan Yesus bukan mati sebagai manusia saja, itu tidak berarti bahwa saya mengatakan bahwa Allah bisa mati. Hakekat Ilahi tidak bisa mati! Tetapi Yesus sebagai Pribadi (the God-man) itulah yang mati.


c)   Allah Bapa meninggalkan Yesus sebagai Allah dan manu­sia.

Keberatan terhadap pandangan ini:
Terjadi perpisahan dalam diri Allah Tritunggal.

Jawaban atas keberatan ini:

1.   Ini memang merupakan misteri yang tidak bisa kita mengerti sepenuhnya.

2.  Perpisahan Allah Bapa dengan Allah Anak bukan bersi­fat lokal, seakan-akan yang satu ada di sini dan yang lain ada disana. Perpisahan secara lokal ini tidak mungkin terjadi karena baik Bapa maupun Anak adalah Allah yang maha ada. Jadi perpisahan ini hanyalah dalam persoalan hubungan / persekutuan saja.

Perlu diingat bahwa kalau nanti orang berdosa masuk ke neraka, ia bukannya berpisah secara lokal dengan Allah, karena Allah yang mahaada itu ada dimanapun juga termasuk di neraka. Jadi, perpisahan yang terja­di antara orang berdosa dengan Allah di neraka, adalah rusaknya hubungan / persekutuan antara mereka secara kekal. Dan hukuman inilah yang dipikul oleh Kristus pada saat itu!


Yes 59:1-2 - “(1) Sesungguhnya, tangan TUHAN tidak kurang panjang untuk menyelamatkan, dan pendengaranNya tidak kurang tajam untuk mendengar; (2) tetapi yang merupakan pemisah antara kamu dan Allahmu ialah segala kejahatanmu, dan yang membuat Dia menyembunyikan diri terhadap kamu, sehingga Ia tidak mendengar, ialah segala dosamu.”.

2Tes 1:9 - “Mereka ini akan menjalani hukuman kebinasaan selama-lamanya, dijauhkan dari hadirat Tuhan dan dari kemuliaan kekuatanNya,”.


Penerapan:
Karena Kristus sudah mengalami keterpisahan dengan Allah, maka orang yang sudah percaya kepada Yesus dipersatukan / diperdamaikan kembali dengan Allah, dan tidak akan pernah berpisah dengan Allah / ditinggal oleh Allah, baik dalam hidup ini maupun dalam kekekalan! (Bdk. Yoh 14:16  Ibr 13:5).


Yoh 14:16 - “Aku akan minta kepada Bapa, dan Ia akan memberikan kepadamu seorang Penolong yang lain, supaya Ia menyertai kamu selama-lamanya,”.

Ibr 13:5 - “Janganlah kamu menjadi hamba uang dan cukupkanlah dirimu dengan apa yang ada padamu. Karena Allah telah berfirman: Aku sekali-kali tidak akan membiarkan engkau dan Aku sekali-kali tidak akan meninggalkan engkau.’.



Bagusnya pandangan ini:

a.   Kristus betul-betul memikul hukuman dosa.

b.   Karena Kristus memikul hukuman dosa itu sebagai Allah dan manusia, maka penebusannya mempunyai kuasa / nilai yang tak terbatas!
Catatan: Ini tidak bertentangan dengan doktrin Limited Atonement [= Penebusan Terbatas] dari Calvinisme, karena dalam doktrin Limited Atonement itu, yang dianggap terbatas bukanlah kuasa / nilai penebusan Kristus, tetapi design / rancangan penebusan Kristus.

c.   Hypostatical / Personal Union tetap terjaga.



d)  William G. T. Shedd menggabungkan pandangan b) dan c).
Ia berkata sebagai berikut:
“The Logos at this moment did not support and comfort the human soul and body of Jesus. This may be regarded equally as desertion by the Father or by the Logos, because of the unity of es­sence. ... God the Father deserted the human nature, and God the Logos also deserted it” [= Pada saat ini Logos tidak menopang dan menghibur jiwa dan tubuh manusia dari Yesus. Ini bisa dianggap secara sama sebagai ditinggal oleh Bapa atau ditinggal oleh Logos, karena adanya kesatuan hakekat. ... Allah Bapa mening­galkan hakekat manusia, dan Allah Logos juga meninggal­kannya] - ‘Shedd’s Dogmatic Theology’, vol II, hal 278.

Keberatan terhadap pandangan Shedd ini sama dengan keberatan pada pandangan b) di atas, point ke 2 dan 3.

Penerapan:
Bagi orang yang tidak percaya, kematian Yesus secara jasma­ni maupun rohani ini tak ada gunanya. Mereka akan mengalami kematian jasmani dan rohani (dalam neraka).
Sedangkan orang yang percaya hanya akan mengalami kematian jasmani, dan itupun bukan lagi sebagai hukuman dosa, tetapi sebagai jalan masuk ke surga! Karena itulah orang kristen yang sejati tidak perlu, bahkan tidak boleh, takut pada kematian. Sama seperti Paulus, kitapun bisa berkata: “Bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan.” (Fil 1:21).




B) The judicial character of His death [= Sifat hukum dari kematianNya].

1) Kristus tidak boleh mati wajar atau akibat kecelakaan / pembunuhan (bdk. Yoh 7:1,19,25-26,30,44  Yoh 8:59  Mat 12:14-15a).

Yoh 7:1,19,25-26,30,44 - “(1) Sesudah itu Yesus berjalan keliling Galilea, sebab Ia tidak mau tetap tinggal di Yudea, karena di sana orang-orang Yahudi berusaha untuk membunuhNya. ... (19) Bukankah Musa yang telah memberikan hukum Taurat kepadamu? Namun tidak seorangpun di antara kamu yang melakukan hukum Taurat itu. Mengapa kamu berusaha membunuh Aku?’ ... (25) Beberapa orang Yerusalem berkata: ‘Bukankah Dia ini yang mereka mau bunuh? (26) Dan lihatlah, Ia berbicara dengan leluasa dan mereka tidak mengatakan apa-apa kepadaNya. Mungkinkah pemimpin kita benar-benar sudah tahu, bahwa Ia adalah Kristus? ... (30) Mereka berusaha menangkap Dia, tetapi tidak ada seorangpun yang menyentuh Dia, sebab saatNya belum tiba. ... (44) Beberapa orang di antara mereka mau menangkap Dia, tetapi tidak ada seorangpun yang berani menyentuhNya.”.
Yoh 8:59 - “Lalu mereka mengambil batu untuk melempari Dia; tetapi Yesus menghilang dan meninggalkan Bait Allah.”.
Mat 12:14-15a - “(14) Lalu keluarlah orang-orang Farisi itu dan bersekongkol untuk membunuh Dia. (15a) Tetapi Yesus mengetahui maksud mereka lalu menyingkir dari sana.”.


2)  Kristus harus mati karena hukuman mati yang dijatuhkan oleh pengadilan. Ia harus diperhitungkan / dianggap sebagai pelanggar hukum dan dihukum sebagai seorang krimi­nil.

3) Allah mengatur sehingga Kristus diadili oleh pemerintah Roma, dinyatakan tidak bersalah, tetapi toh dijatuhi hukuman mati (Luk 23:4,14,15,22,24).


Luk 23:4,14,15,22,24 - “(4) Kata Pilatus kepada imam-imam kepala dan seluruh orang banyak itu: ‘Aku tidak mendapati kesalahan apapun pada orang ini.’ ... (14) dan berkata kepada mereka: ‘Kamu telah membawa orang ini kepadaku sebagai seorang yang menyesatkan rakyat. Kamu lihat sendiri bahwa aku telah memeriksaNya, dan dari kesalahan-kesalahan yang kamu tuduhkan kepadaNya tidak ada yang kudapati padaNya. (15) Dan Herodes juga tidak, sebab ia mengirimkan Dia kembali kepada kami. Sesungguhnya tidak ada suatu apapun yang dilakukanNya yang setimpal dengan hukuman mati. ... (22) Kata Pilatus untuk ketiga kalinya kepada mereka: ‘Kejahatan apa yang sebenarnya telah dilakukan orang ini? Tidak ada suatu kesalahanpun yang kudapati padaNya, yang setimpal dengan hukuman mati. Jadi aku akan menghajar Dia, lalu melepaskanNya.’ ... (24) Lalu Pilatus memutuskan, supaya tuntutan mereka dikabulkan.”.


Dengan demikian terlihat bahwa Ia mati / dihukum bukan karena dosaNya sendiri, tetapi untuk menebus orang lain.


4)  Hukuman dari Pontius Pilatus juga adalah hukuman dari Allah, tetapi dasar / alasan / motivasinya berbeda.
Allah memberikan hukuman mati kepada Yesus, supaya manusia berdosa bisa ditebus, tetapi Pontius Pilatus memberikan hukuman mati kepada Yesus, karena ia takut kepada orang-orang Yahudi.
Karena itu jangan pernah berpikir bahwa Pontius Pilatus berjasa karena membantu terlaksananya rencana Allah tentang penebusan dosa.

5)  Hukuman mati yang dijatuhkan bukanlah pemenggalan / perajaman dengan batu, dsb, tetapi penyaliban. Ini adalah cara Romawi yang paling hina.

Dengan kematian semacam itu Kristus memenuhi tuntutan hukum Taurat, dan Ia menjadi terkutuk karena kita (Ul 21:23  Gal 3:13).


Ul 21:23 - “maka janganlah mayatnya dibiarkan semalam-malaman pada tiang itu, tetapi haruslah engkau menguburkan dia pada hari itu juga, sebab seorang yang digantung terkutuk oleh Allah; janganlah engkau menajiskan tanah yang diberikan TUHAN, Allahmu, kepadamu menjadi milik pusakamu.’”.

Gal 3:13 - Kristus telah menebus kita dari kutuk hukum Taurat dengan jalan menjadi kutuk karena kita, sebab ada tertulis: ‘Terkutuklah orang yang digantung pada kayu salib!’”.


Alasan lain mengapa Kristus harus mati melalui penyaliban adalah karena Ia harus mencurahkan darahNya untuk menebus dosa manusia (bdk. Ibr 9:22) dan untuk menggenapi TYPE korban dosa dalam Perjanjian Lama.


Ibr 9:22 - “Dan hampir segala sesuatu disucikan menurut hukum Taurat dengan darah, dan tanpa penumpahan darah tidak ada pengampunan.”.


Kalau hanya untuk menggenapi Ul 21:23 (bdk. Gal 3:13), maka bisa saja Kristus dihukum mati dengan hukuman gan­tung, karena itu juga merupakan kematian terkutuk.
Tetapi perlu diingat bahwa hukuman gantung tidak menyebabkan Ia mencurahkan darah, dan karenanya tidak mungkin Kristus mati melalui hukuman gantung.

Jadi, penyaliban adalah satu-satunya cara melalui mana Kristus harus mati, kalau Ia memang mau menebus dosa-dosa kita.



No comments:

Post a Comment