Pages

17 July 2014

Tuhan Tidak Dapat Mencegah Manusia Untuk Berbuat Jahat?- Bagian 20

Oleh : Martin Simamora


Tuhan Tidak Dapat Mencegah Manusia Untuk Berbuat Jahat?


Bacalah lebih dulu bagian19
Sebuah episode terdahulu  menjadi penting dikemukakan kembali, untuk   menjaga alur perjalanan artikel serial ini, secara khusus pada bagaimana semua malapetaka yang aktual dan alami itu sekaligus merupakan sebuah peristiwa dalam bingkai  penetapan atau penentuan sebelumnya” oleh Allah untuk sebuah peristiwa yang akan datang, atau dikenal sebagai pre-destinasi (coba baca misal : Efesus 1:1-5,11, Roma 8:28-29 dan 9:11,16 sebagai sebuah navigasi sederhana untuk mengenali keberadaan predestinasi didalam Alkitab). Ketika saya menuliskan “aktual” dan “alami,” berdampingan dengan “pre-destinasi,” maka diharapkan, sekali lagi, dapat menangkap kenyataan predestinasi sesungguhnya; sebagaimana telah kerap coba dikemukakan dalam  sejumlah ruang peristiwa yang penting. Penetapan  atau penentuan sebelumnya bukanlah sebuah perobotan apalagi penakdiran hidup yang melucuti kodrat manusia yang memiliki kemampuan berprestasi dan bercita-cita, untuk  mewujudkan hal yang lebih baik dalam segenap pemahaman dan dayanya.  Saya akan memperlihatkan juga pada kesempat ini, mengapa “penetapan atau penentuan sebelumya” bukanlah sesuatu yang menggelinding kemanapun dia hendak menggelinding, tanpa sebuah tujuan dan maksud spesifik. Sekarang, inilah episode terdahulu yang saya maksudkan; ini adalah sebuah alur peristiwa yang penting, bernuansa  penentuan sebelumnya” yang sangat kental namun sekaligus “aktual” dan “alami”:

Lukas 22:14-23 “(14) Ketika tiba saatnya, Yesus duduk makan bersama-sama dengan rasul-rasul-Nya.(15) Kata-Nya kepada mereka: "Aku sangat rindu makan Paskah ini bersama-sama dengan kamu, sebelum Aku menderita.(16) Sebab Aku berkata kepadamu: Aku tidak akan memakannya lagi sampai ia beroleh kegenapannya dalam Kerajaan Allah."(17) Kemudian Ia mengambil sebuah cawan, mengucap syukur, lalu berkata: "Ambillah ini dan bagikanlah di antara kamu.(18) Sebab Aku berkata kepada kamu: mulai dari sekarang ini Aku tidak akan minum lagi hasil pokok anggur sampai Kerajaan Allah telah datang."(19) Lalu Ia mengambil roti, mengucap syukur, memecah-mecahkannya dan memberikannya kepada mereka, kata-Nya: "Inilah tubuh-Ku yang diserahkan bagi kamu; perbuatlah ini menjadi peringatan akan Aku."(20) Demikian juga dibuat-Nya dengan cawan sesudah makan; Ia berkata: "Cawan ini adalah perjanjian baru oleh darah-Ku, yang ditumpahkan bagi kamu. (21) Tetapi, lihat, tangan orang yang menyerahkan Aku, ada bersama dengan Aku di meja ini.(22) Sebab Anak Manusia memang akan pergi seperti yang telah ditetapkan, akan tetapi, celakalah orang yang olehnya Ia diserahkan!"(23) Lalu mulailah mereka mempersoalkan, siapa di antara mereka yang akan berbuat demikian.


Sebetulnya bukti paling otentik bahwa predestinasi bukanlah sebuah peristiwa dan oknum-oknum yang dirobotkan, ada didalam teks ini. Namun yang  luar biasa, kita melihat bahwa “penentuan sebelumnya” atau “predestinasi” tidak bisa sama sekali dimaknai sebagai  “hidup ditentukan oleh takdir- takdir yang tak diketahui kemana dan apakah kesudahannya.” Penentuan sebelumnya dalam pewujudanjustru semakin memperlihatkan adanya perencanaan dari Allah atas kehidupan di dunia ini, bahwa perencanaan Allah tidak didikte oleh bagaimanapun dunia ini sedang bergejolak- seresisten apapun dunia terhadap kehendak Allah.

Mari perhatikan  dua ekspresi Yesus yang akan memaksa anda untuk merenungkan siapakah Yesus bagi anda. Yesus berkata : Aku sangat rindu dan perbuatlah ini menjadi peringatan akan Aku. Apakah yang dirindukan oleh Yesus? Makan paskah! Tentu saja ini adalah paskah Yahudi. Perbuatlah  ini menjadi peringatan akan Aku – akan hal apakah yang diperingati akan Yesus terkait jamuan Paskah itu; apakah menyenangkan atau menyedihkan? Ketika Yesus berkata “Aku sangat rindu makan paskah ini,” Dia segera mengaitkannya dengan  dirinya sendiri dan penderitaan; Dia sedang mengaitkan  jamuan makan Paskah dengan peristiwa kelam- penderitaan yang akan menimpa dirinya sebagai  peristiwa dan dirinya yang AKAN DATANG. Namun, berbicara  “penentuan sebelumnya” atau “predestinasi” bukan sekedar “peristiwa dan oknum yang akan datang” namun juga “sebuah kepastian” bukan probabilitas. Melalui teks ini, kita bisa melihat bahwa Predestinasi bukan sebuah probabilitas, secara kuat didemonstrasikan oleh Yesus dengan berkata “perbuatlah ini menjadi peringatan akan Aku.“ Hanya ada satu hal pasti agar sesuatu dapat diperingati, yaitu, jika sudah terjadi, bukan sebelum terjadi. Namun, lihatlah Yesus, berkata “perbuatlah ini menjadi PERINGATAN akan Aku,” kala “siapa dan apa”  yang  hendak diperingati, sama sekali belum terjadi.
“Penentuan sebelumnya” tak hanya terkait peristiwa yang akan datang dan pasti terjadi, namun juga peristiwa yang ada dalam kedaulatan Tuhan  atas bagaimana sejarah manusia akan terjadi; Dia bahkan menggambarkan bagaimana kejadian itu berlangsung dengan menggunakan  roti dan anggur JAMUAN PASKAH, dia berkata terkait “rotiInilah tubuh-Ku yang diserahkan bagi kamu, selanjutnya terkait “anggurCawan ini adalah perjanjian baru oleh darah-Ku, yang ditumpahkan bagi kamu. Yesus sedang menggambarkan bagaimana dia harus dikenang melalui JAMUAN PASKAH. Apa yang luar biasa dalam “predestinasi” adalah SELALU memiliki Tujuan yang memuliakan Allah, dan akan selalu bersentral pada diri Allah walau  terjadi didalam  haribaan dunia ini. JAMUAN PASKAH dengan demikian, KELAK SETELAH SEMUA YANG DIPREDESTINASIKAN OLEH YESUS terjadi atau berlangsung di dalam sejarah manusia, mengalami penggenapan maksud simbolis pada Paskah yang dikenal oleh bangsa Yahudi. Oleh Yesus “roti” dikatakan "inilah tubuh-Ku yang diserahkan bagi kamu; “anggur” dikatakan: cawan ini adalah PERJANJIAN BARU oleh darah-Ku yang ditumpahkan bagi kamu. Predestinasi ini  telah menghasilkan PERJANJIAN BARU, kala destinasi yang telah ditetapkan sebelumnya telah tercapai. Destinasi yang telah ditetapkan sebelumnya bagi Yesus adalah: datang ke dunia untuk MATI, namun kematian itu sendiri BUKAN DESTINASI FINAL, apa YANG FINAL dari DESTINASI itu adalah lahirnya PERJANJIAN BARU, yang diadakan oleh ALLAH bagi anak-anak Allah! Predestinasi Kelam ini menjadi dapat dipahami dan tidak perlu  menjadi bingung  manakala Yesus berkata “Aku Sangat Rindu,apakah Yesus  merindukan penderitaan ini seolah penderitaan bukan penderitaan? Demikiankah? Bukan! Penderitaan Yesus adalah aktual sehingga menghasilkan kematian yang menghasilkan ratap tangis dan kedukaan bagi setiap yang mengasihinya kal itu. Apa yang Yesus rindukan adalah apa yang dilahirkan oleh Kematiannya sendiri, sehingga kematian bukan Destinasi Final yang dirindukan dalam penentuan Alah, namun apa yang dilahirkan oleh kematiannya sebagaimana  telah ditentukan Allah sebelumnya, yaitu “ PERJANJIAN BARU” bagi anak-anak Allah—perhatian, bagi anak-anak Allah!

Maka kita melihat, bahwa ketika Yesus berkata “sebelum Aku menderita,” maka penderitaan memang adalah penderitaan yang memang benar-benar akan meremukan dirinya; sebab Yesus tidak akan mendustai sedikitpun tentang dirinya dan apa yang dia rasakan kepada murid-muridnya! Terbangunnya Perjanjian Baru bagi anak-anak Allah adalah dasar kokoh bagi Yesus untuk merindukan penderitaan dan kematiannya yang sangat aktual dan alami itu. Ketika  Yesus berkata “Demikian juga dibuat-Nya dengan cawan sesudah makan; Ia berkata:"Cawan ini adalah perjanjian baru oleh darah-Ku, yang ditumpahkan bagi kamu ,” maka sebuah masa depan  yang penuh harapan telah tercipta dalam durasi waktu yang belum terjadi atau tiba. Predestinasi dengan demikian bukanlah fatalisme, tetapi Allah yang berencana, berkehendak sebelum segala sesuatu ada dan terjadi, bertindak mewujudkannya dalam dunia manusia, secara aktual dan alamiah melalui kematian dan penderitaan yang diakibatkan oleh tindakan-tindakan manusia yang "merdeka" untuk berbuat apapun yang dimaui dagingnya. Sejauh Allah memberi ruang bagi para manusia.

Teks Lukas 22:14-23 dengan demikian menunjukan dua macampenentuan atau penetapan sebelumnya “ oleh Allah: negatif (peristiwa kelam atau kelabu atau tragedi) dan positif (peristiwa menyenangkan, bahagia, berkat dan sejenisnya). Peristiwa kematian Yesus merupakan predestinasi negatif ,sementara itu “Perjanjian Baru” adalah  predestinasi positif. Faktanya, nyaris sukar untuk membuat pemilahan secara tajam pada kedua hal ini, sebab dari predestinasi negatif (kematian Yesus) maka “munculah” apa yang disebut sebagai predestinasi positif (Perjanjian Baru). Ketika saya menuliskan hal ini, semata untuk membuktikan bahwa manusia tidak pernah bisa melihat keberadaan Allah dalam peristiwa-peristiwa buruk, ya seperti halnya Asaf atau isteri Ayub dalam serial-serial terdahulu yang akan langsung memvonis Allah absen atau tidak hadir, atau  seperti judul artikel berseri ini “Tuhan tidak dapat mencegah manusia untuk berbuat jahat.” Apa yang esensi bukan Predestinasi negatif melahirkan predestinasi positif, sebab jika ini yang dijadikan esensi maka penjelasan yang harus saja sajikan harus lebih mendalam dan meluas lagi. Apa, jika demikian? Bahwa Allah tidak pernah memiliki itikad dan maksud jahat dalam  setitik apapun. Predestinasi negatif, bukan tentang Allah yang berdarah dingin menikmati kematian manusia akibat dosa. Predestinasi negatif adalah KEALAMIAN DUNIA INI dimana Allah menetapkan dan menentukan setiap peristiwa yang merupakan buah-buah alami yang dihasilkan oleh dunia yang dikuasai kegelapan, Allah dalam hal ini mengetahui dan berdaulat di dalam  dunia  kegelapan untuk menghalangi, untuk memberikan ruang, untuk membiarkannya berbiak sebagai sebuah tindakan kedaulatannya atas SEJARAH MANUSIA DI DUNIA. Dan, semestinya hanya ada Predestinasi negatif dan itu adalah sebuah keadilan bahwa semua manusia berdosa akan mengalami pengadilan Allah dan dihukum akibat dosa-dosa itu, dengan sebuah kemustahilan bagi seorang pun sejak permulaan abad hingga pada abad-abad mendatang hingga kesudahannya! Hanya karena Allah memilih untuk mengasihi dunia; masih memberikan kasih kepada  dunia yang telah dijatuhi hukuman sejak peristiwa Eden  maka masih ada pengharapan Allah memilih untuk menyelamatkan mereka yang Dia kasihi- ya Allah pada dasarnya mengasihi para bandit dunia- para manusia dalam kegelapan yang tak bisa menghargai dan memahami Dia secara benar (bahkan 12 muridnya, pada dasarnya pergi meninggalkan dia setelah ditangkap di taman Getsemani, di taman Getsemani para murid meninggalkan dia sendirian!).

Sejatinya, Yesus pun mengamanatkan Amanat Agung kepada para murid-muridnya agar kabar baik ini sampai kepada seluruh manusia. Para bandit-para manusia diberikan kabar baik, dan hanya anugerah Allah saja yang membuat seseorang dapat diselamatkan. Anda percaya dengan anugerah Allah? Apakah anugerah bermakna  kewajiban pada pihak pemberi anugerah? Jelas tidak! Anda  dapat datang  kepada Yesus- percaya kepada Yesus  dikatakan sebagai anugerah sebab hendak mengatakan bahwa percayanya anda kepada Yesus disebabkan oleh Allah, bukan oleh diri anda yang pintar dalam memahami firman. Kita akan melihat hal ini  pada sepanjang ulasan seri ini.[Mengapa manusia dapat menjadi percaya atau beriman kepada Yesus?, bacalah "Tinjauan Pengajaran Pdt.Dr. Erastus Sabdono "Kemerdekaan Diluar Kristen 1E"]

Dalam kalimat sederhana, maka terkait judul artikel berseri ini, saya sekali lagi ingin mengatakan bahwa Predestinasi atas peristiwa kelam atau kelabu, tidak sama sekali menunjukan bahwa “Tuhan Tidak Dapat Mencegah Manusia Untuk Berbuat Jahat.” Ya...... sebagaimana yang telah secara terang dan kuat diperlihatkan pada bagian 19.



SEKALI LAGI, PREDESTINASI BUKAN MANUSIA DIROBOTKAN
Tidak perlu menjadi dirobotkan atau menjadi kehilangan eksistensi kemanusiaan dalam cara yang bagaimanapun, agar predestinasi jamuan makan Paskah  itu tergenapi! oleh sebab  dua hal amat mendasar: (1) manusia memang disesaki oleh keinginan-keinginan daging atau dosa sehingga manusia manusia tidak mematuhi atau melawan perintah Tuhan ( Kejadian 6:5, Kejadian 8:21,Mazmur 51:5, Pengkhotbah 9:3, Yeremia 13:23, Markus 7:21-23, Yohanes 3:19, Roma 3:10-20, Efesus 4:17-19, Titus 1:15, Titus 3:3) dan (2) manusia dan dunia ini  pada dasarnya memang berperilaku dalam kealamiannya sebagai obyek terhadap Allah.

Predestinasi termegah di seluruh jagat ini, tentu saja terkait diri Yesus Kristus, yang dapat  kita jumpai di sepanjang Perjanjian Lama. Bahkan pada diri Yesus sendiri, kemegahan itu sungguh sukar untuk dipandang oleh mata manusia, beginilah rasul Paulus menggambarkan siapakah Yesus sesungguhnya : Roma 1:3-4 melukiskannya secara megah : “tentang Anak-Nya, yang menurut daging diperanakkan dari keturunan Daud, dan menurut Roh kekudusan dinyatakan oleh kebangkitan-Nya dari antara orang mati, bahwa Ia adalah Anak Allah yang berkuasa, Yesus Kristus Tuhan kita. “

Bagaimana memahami 2 realita yang saling berlawanan satu sama lain  dalam benak manusia, namun hadir dalam sebuah harmoni yang tak perlu bertentangan satu sama lain ketika itu berlangsung pada diri Yesus Kristus? Sekalipun Roma 1:3-4 memperlihatkan kemegahan Kristus dalam sebuah deskripsi yang tegas tanpa  ragu, tetaplah hal yang tak dapat dikunyah oleh semua  manusia yang  hatinya dipenuhi dengan kejahatan dan kebebalan  di sepanjang usia hidupnya ( Pengkhotbah 9:3). Maka tak perlu heran, jika pada akhirnya, Yesus Kristus secara alamiah mengalami penolakan oleh bangsanya sendiri; secara alamiah menghadapi persekongkolan jahat sebab memang benar adanya  penuturan Yesus sendiri: ”Terang telah datang ke dalam dunia, tetapi manusia lebih menyukai kegelapan dari pada terang, sebab perbuatan-perbuatan mereka jahat (Yohanes 3:19).” Yesus sendiri sudah mengetahui dalam kesempurnaan dan kemahatahuannya sejak mulanya, bahwa manusia lebih menyukai kegelapan dari pada terang; dan Dia telah datang ke dunia ini untuk berjumpa dengan manusia-manusia yang jelas-jelas lebih memilih  kegelapan dari pada terang, dan ini berujung pada penolakan terhadap Yesus dalam sebuah totalitas  yang tak main-main dari dalam diri manusia. Manusia-manusia  yang seumur hidupnya terbiasa dengan kejahatan tak berdaya untuk memilih Yesus, sekalipun mereka melihat kemegahan dan kebesaran Yesus kala Dia mengajar; kala Dia mengadakan mujizat; kala dia menumpahkan kasih-Nya yang agung. Pun semuanya itu hanya menunjukan ketakberdayaan manusia untuk sanggup memilih secara benar, bahwa sepatutnyalah manusia-manusia memilih terang bukan memilih gelap.



MENOLAK TERANG DUNIA MEMASTIKAN HUKUMAN   BAGI MANUSIA

Jika pada faktanya, Yesus  telah berkata “manusia lebih menyukai kegelapan dari pada terang” kala Dia di muka bumi, bahkan bukan hanya berkata, malahan  Dia mengalami sendiri akan apa yang Dia telah kemukakan, kala Yesus Barabas lebih didam-idamkan untuk dibebaskan dan Yesus Kristus lebih diinginkan untuk mati! Setelah semua kebaikan dan kemurahan yang Dia tumpahkan kepada mereka! MAKA, haruskah menjadi heran dan merasa  janggal dengan apa yang dikatakan Rasul  Paulus : “Tidak ada seorangpun yang berakal budi, tidak ada seorangpun yang mencari Allah “(Roma 3:11)? Fakta semacam ini, tidak hanya dahulu kala, namun pun masa kini dan akan datang, bahwa manusia lebih menyukai kegelapan dari pada terang dalam sebuah kualitas yang mencengangkan: memilih Yesus Barabas ketimbang Yesus Kristus! 
Betapa malangnya manusia itu jika keselamatan itu harus dimulai dari kemampuan manusia itu untuk memilih, sebab bagaimana mungkin mengandalkan akal budi sementara didalam  kegelapan! 

Itu sebabnya Paulus berkata, bahwa kualitas manusia yang terbiasa hidup dalam kejahatan tidak akan pernah ada satu pun jua yang mencari Allah. Jangan tersinggung, sebab baik Yesus Kristus dan Rasul Paulus mengatakan hal yang sama!
Malang, sebab sejatinya manusia itu sendiri tidak  memiliki kehidupan-manusia itu mati; sementara hanya Yesus saja pemilik hidup dan memiliki Yesus adalah memiliki hidup :
  • Yohanes 1:4 “Dalam Dia ada hidup dan hidup itu adalah terang manusia.”
  • Yohanes 3:18-19 “Barangsiapa percaya kepada-Nya, ia tidak akan dihukum; barangsiapa tidak percaya, ia telah berada di bawah hukuman, sebab ia tidak percaya dalam nama Anak Tunggal Allah. Dan inilah hukuman itu: Terang telah datang ke dalam dunia, tetapi manusia lebih menyukai kegelapan dari pada terang, sebab perbuatan-perbuatan mereka jahat.



Orang  yang menolak terang sebab Terang ini adalah terang yang MEMBONGKAR SEGALA BENTUK KEBOBROKAN MANUSIA. Ini adalah terang  yang dapat menerangi kegelapan yang tak dapat disorot oleh teriknya terang matahari sekalipun! Ini adalah terang yang sekaligus menghadirkan standard kebenaran dan kekudusan Allah. Manusia yang baik; tokoh yang baik dan semua manusia-manusia budiman memang akan terlihat baik JIKA TIDAK DISOROT OLEH TERANG INI :
Yohanes 3:20 “Sebab barangsiapa berbuat jahat, membenci terang dan tidak datang kepada terang itu, supaya perbuatan-perbuatannya yang jahat itu tidak nampak;”


Jika sebuah kejahatan baru nampak setelah disorot oleh terang yang datang dari sorga (Yesus Kristus) maka jelas ini bukanlah kejahatan yang dapat diidentifikasi oleh seluruh perangkat norma, moral, dan hukum dunia. Ayat ini sedang memperlihatkan kemuliaan terang yang sanggup memperlihatkan kejahatan-kejahatan yang mustahil merupakan kejahatan bagi manusia-manusia. Teks diatas sedang membicara  perbuatan-perbuatan  jahat YANG HANYA AKAN DAPAT DINAMPAKAN OLEH TERANG DARI SORGA, bukan oleh “terang dunia” berupa perangkat hukum,  norma dan moral. Sehingga memang, ketika anda menuturkan seseorang yang memiliki moral baik, teladan baik, dan seluruh keunggulan-keunggulan jiwa dan moral maka memang bisa jadi benar dan tak terbantahkan. TETAPI bagaimana jika  orang tersebut diperhadapkan dengan Yesus atau terang itu, masihkah demikian?

Yohanes 3:21 “tetapi barangsiapa melakukan yang benar, ia datang kepada terang, supaya menjadi nyata, bahwa perbuatan-perbuatannya dilakukan dalam Allah."    

Yesus Kristus, ketika berbicara tentang melakukan yang benar, AKAN SELALU MENAUTKAN SECARA KETAT DENGAN ia datang kepada terang.” Yesus MENUNTUT bukan sebagai sebuah tuntutan kehormatan diri-Nya yang harus dituhan-tuhankan dalam moralitas manusia. BUKAN! Tetapi pada realita manusia berjalan dalam kegelapan, tidak akan sanggup menggapai standard kebenaran yang mulia itu. YANG MULIA itu tidak dapat dideteksi dengan mata alami anda; tidak dapat dideteksi dengan pemahaman anda; apalagi ditakar dengan nurani anda yang lemah.  Jika  secara demikian ukurannya, maka memang kita dengan mudah melihat ada manusia-manusia baik dan berbuat baik di di luar Yesus.
NAMUN Yesus menolak semua itu. YESUS pasti  meminta anda untuk melakukan perbuatan-perbuatan baik dan memiliki moralitas yang berkembang menuju arah yang baik, namun itu harus dilakukan didalam Yesus. Itu kata Yesus, bukan kata saya! [Mengapa didalam Yesus adalah kemutlakan? Ada apa jika pada manusia itu sendiri? Jawabannya dapat anda temukan pada "Tinjauan  Pengajaran Pdt.Dr. Erastus Sabdono "Keselamatan Diluar Kristen 1G"]

Jadi dapat dibayangkan, manusia yang menolak terang namun merasa orang baik, namun tidak pernah demikian di mata Yesus. Sebab kala diperhadapkan dengan Yesus maka apa yang tak nampak oleh manusia akan dinampakan oleh Allah—jenis-jenis kejahatan yang hanya dapat dinampakan oleh Allah! Maka manusia itu menjadi manusia jahat selama-lamanya sebab tidak pernah mengetahui kejahatan-kejahatannya.




Semua Manusia Berdosa Berinteraksi  Dengan Kedaulatan Allah dalam Pewujudan Pre-destinasi

Kita sudah melihat pada bagian sebelumnya bahwa Yesus yang  menyamakan dirinya dengan Allah sendiri, telah menjadi pemasti  bagi penolakan manusia-manusia yang berujung teriak salibkan Dia! Betapa mahalnya untuk percaya bahwa Yesus adalah memang demikian seperti digambarkan Roma 1:3-4.


Bahkan percaya bahwa Yesus memang demikian, akan mengakibatkan hal yang teramat fatal. Percaya atau beriman bahwa Yesus adalah Anak Allah yang berkuasa bukan hal sepele dan tidak mungkin lahir dari kemampuan diri manusia. Kita sudah melihat sebagaimana Yesus  menjelaskan dan dikemukakan kembali oleh Rasul Paulus.  Tak  perlu menjadi heran betapa Iman dalam  epistel Paulus adalah hal yang mahal dan mulia : “Sebab di dalamnya nyata kebenaran Allah, yang bertolak dari iman dan memimpin kepada iman, seperti ada tertulis: "Orang benar akan hidup oleh iman."

Paulus bahkan menggambarkan “kebenaran Allah” bertolak dari iman. Tidak dia mengatakan bertolak dari kecerdasan atau intelektual. Intelektualitasmu dan siapapun tidak akan sanggup untuk  menelantentang Anak-Nya, yang menurut daging diperanakkan dari keturunan Daud, dan menurut Roh kekudusan dinyatakan oleh kebangkitan-Nya dari antara orang mati, bahwa Ia adalah Anak Allah yang berkuasa, Yesus Kristus Tuhan kita. “ 

Sama halnya juga tidak akan sanggup intelektualitas dan jiwamu sendiri untuk menelan perkataan Yesus yang demikian :” Aku dan Bapa adalah satu" (Yoh 10:30).

Jika engkau berpikir intelektualitas dan jiwamu sanggup secara mandiri menelan kebenaran ini, maka mustahil  Yesus dilempari dengan batu oleh perkataannya yang demikian. “Sekali lagi orang-orang Yahudi mengambil batu untuk melempari Yesus. Akibat keterusterangan Yesus terhadap manusia bahwa antara dirinya dan Bapa adalah SATU, maka fatal akibatnya. SEKALI LAGI, Yesus dilempari batu, sebab itu  bukan kali pertama! Beriman kepada Yesus seperti yang Yesus maui bukanlah hal yang dapat tercapai karena intelektualitas dan kemurnian jiwamu apalagi kemahiran pendeta untuk menyajikan firman secara murni. Penyampaian firman adalah sarana  untuk membuka  jalan bagi si pendengar datang kepada Yesus; namun Allah yang menyebabkan seseorang ketika mendengar menjadi percaya atas pemberitaan semacam ini.

Siapa yang sanggup oleh akal budinya dapat menelan kebenaran semacam ini sebagai sebuah makanan lezat dan nikmat? Kebenaran dalam bahasa Roma 1:3-4 dan dalam bahasa Yesus bahwa Aku dan Bapa adalah satu; menyetarakan dirinya dengan Allah sekalipun dia manusia SAJA  dalam pandangan manusia-manusia yang dikunjunginya!

Maka ketika Rasul Paulus menuliskan Efesus 2:8-9, itu bukanlah hal yang murah dan gampangan atau sebuah kekristenan yang cetek dan gampangan, seperti dikatakan oleh beberapa pendeta dari atas mimbarnya yang megah dalam rupa khotbah yang memang cerdas namun ternyata menista Yesus Kristus dalam derajat yang teramat dalam!  Efesus 2:8-9  dan ayat-ayat senada lainnya bukan sedang berbicara tentang  kehidupan iman Kristen tanpa tanggung jawab, apalagi sampai berani berkata bahwa ini adalah Kristen yang tak akan  bertumbuh manakala Kristen menjadikan “diselamatkan oleh iman” sebagai fondasi hidup Kristen.

  • Efesus 2:8-9 “Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri.

Mengapa  Selamat oleh Iman adalah disebabkan Kasih Karunia? Mengapa dikatakan pemberian Allah? Mengapa dikatakan bukan hasil pekerjaanmu? Mengapa dikatakan bukan  hasil usahamu? Ini  tidak  boleh dipandang dari sudut harga diri manusia, kemampuan dan tanggung jawab manusia atau bahkan eksistensi manusia sebagai mahkluk berakal budi yang sanggup mengadakan pertimbangan-pertimbangan untuk membuat keputusan. Bukan soal ini dan Allah tidak sama sekali meragukan bahwa anda  memang dapat memilih dan membuat keputusan atas pertimbangan-pertimbangan yang anda lakukan.


Yesus Kristus tahu sekali problem manusia yang tak akan pernah bisa ditaklukan oleh manusia itu sendiri, bahwa manusia itu LEBIH MENYUKAI KEGELAPAN DARIPADA TERANG (Sekali lagi, bandingkan dengan Kejadian 6:5, Kejadian 8:21, Maz 51:5, Pengkhotbah 9:3, Yeremia 13:23, Yeremia 17:9, Markus 7:21-23, Yohanes 3:19, Roma 3:10-20, Efesus 4:17-19, Titus 1:15, Titus 3:3). Barang bukti utama adalah : Dia telah disalibkan oleh orang-orang yang telah merasakan dan menyaksikan  kasih dan tanda-tanda ajaib yang menyertai-Nya seperti belum pernah terjadi dan belum pernah didengarkan  oleh telinga orang-orang Yahudi yang  mendapatkan kehormatan untuk menerima kunjungan Allah dari sorga.


Ketika Rasul Paulus menuliskan Efesus 2:8-9, itu bukan  doktrin kuno yang sudah ketinggalan zaman dan tidak sanggup mengikuti kompleksitas hidup. Sebab, tidak ada yang lebih kompleks dari pada soal “ Yesus dan Bapa adalah satu!” Dan anda harus  percaya kepada Yesus yang seperti ini!

Jika dan memang pada faktanya tidak mungkin manusia  itu sendiri menelan kebenaran ini, maka menjadi  rasional dan penting untuk sanggup beriman kepada Yesus yang adalah  Anak Allah yang berkuasa atau  Yesus dan Bapa adalah satu , harus merupakan PEMBERIAN Allah atau Kasih Karunia!


Sekarang, marilah  kita periksa iman kita? Apakah anda  memang benar beriman kepada Yesus sebagaimana Yesus adanya? Bahwa Dia  menurut daging diperanakkan dari keturunan Daud, dan menurut Roh kekudusan dinyatakan oleh kebangkitan-Nya dari antara orang mati, bahwa Ia adalah Anak Allah yang berkuasa, Yesus Kristus Tuhan kita. “  Ataukah bagi anda ini tidak penting? Jika demikian maka anda dalam masalah serius yang hanya Yesus saja dapat mengatasinya!


Jika pada faktanya Iman adalah pemberian Allah oleh karena ketidakberdayaan manusia dari kecenderungannya yang mematikan:  lebih menyukai kegelapan daripada terang. Maka realita Predestinasi atau kedaulatan Allah atas keselamatan manusia tak terelakan sama sekali, bukan sebagai sebuah “pemanjaan dalam keberimanan,” apalagi sampai mengatakan keberimananan adalah pemberian sebagai sebuah akar masalah kehidupan Kristen yang bermasalah,” malahan jika demikian, hanya membuktikan anda baik sebagai jemaat ataupun  pendeta selaras dengan perkataan Yesus bahwa “anda memang lebih menyukai kegelapan daripada terang.”

Pada titik ini maka dapat dipahami ketika Rasul Paulus menulis  demikian:
  • Roma 5: 6  “Karena waktu kita masih lemah, Kristus telah mati untuk kita orang-orang durhaka pada waktu yang ditentukan oleh Allah.”
  • Roma 8:29-30 “Sebab semua orang yang dipilih-Nya dari semula, mereka juga ditentukan-Nya dari semula untuk menjadi serupa dengan gambaran Anak-Nya, supaya Ia, Anak-Nya itu, menjadi yang sulung di antara banyak saudara. Dan mereka yang ditentukan-Nya dari semula, mereka itu juga dipanggil-Nya. Dan mereka yang dipanggil-Nya, mereka itu juga dibenarkan-Nya. Dan mereka yang dibenarkan-Nya, mereka itu juga dimuliakan-Nya.

Allah yang sedemikian dominan, bahkan dominasi Allah dalam keselamatan bukan sebatas pada karya keselamatan yang dikerjakan oleh Kristus, namun juga “pemberian Allah” kepada manusia dalam bingkai “dari semula.” Sebuah kerangka waktu yang tidak akan dipahami oleh dunia manusia manakala dari semula adalah sebelum dirimu ada, sebagaimana rasul Paulus menyatakannya dalam pembukaan epistel Efesus :

Efesus 1:1-5,11 “Dari Paulus, rasul Kristus Yesus oleh kehendak Allah, kepada orang-orang kudus di Efesus, orang-orang percaya dalam Kristus Yesus. Kasih karunia dan damai sejahtera dari Allah, Bapa kita dan dari Tuhan Yesus Kristus menyertai kamu. Terpujilah Allah dan Bapa Tuhan kita Yesus Kristus yang dalam Kristus telah mengaruniakan kepada kita segala berkat rohani di dalam sorga. Sebab di dalam Dia Allah telah memilih kita sebelum dunia dijadikan, supaya kita kudus dan tak bercacat di hadapan-Nya. Dalam kasih Ia telah menentukan kita dari semula oleh Yesus Kristus untuk menjadi anak-anak-Nya, sesuai dengan kerelaan kehendak-Nya,... (11) Aku katakan "di dalam Kristus", karena di dalam Dialah kami mendapat bagian yang dijanjikan--kami yang dari semula ditentukan untuk menerima bagian itu sesuai dengan maksud Allah, yang di dalam segala sesuatu bekerja menurut keputusan kehendak-Nya

Sebelum anda mulai melakukan isolasi terhadap epistel-epistel Rasul Paulus, atau mengatakannya sebagai doktrin yang dangkal,  oleh sebab kepurbaannya, sehingga dalam hal semacam ini anda sebagai orang Kristen atau bahkan pendeta sedang mengklaim memiliki kualitas cara untuk selamat lebih unggul dibandingkan Yesus dan  rasul Paulus, maka ada baiknya camkanlah dalam benak anda terhadap perkataan Yesus ini. Sebuah perkataan yang menjelaskan akar masalah mengapa Allah begitu dominannya sehingga ada merasa janggal :

  • Yohanes 3:19 -  “Dan inilah hukuman itu: Terang telah datang ke dalam dunia, tetapi manusia lebih menyukai kegelapan dari pada terang, sebab perbuatan-perbuatan mereka jahat.
Mengapa kondisi manusia lebih menyukai kegelapan dari pada terang, sekalipun terang telah datang dikatakan sebagai hukuman? Yohanes 3:19 dimulai dengan “Dan inilah hukuman itu.”
Atas perbuatan atau tindakan salah yang seperti apakah, sehingga Yesus mengatakan kondisi demikian adalah  hukuman? Sebab jika hal demikian adalah hukuman, maka memang ini adalah kondisi yang hanya dapat diatasi oleh si Pemberi hukuman.


Jawaban atas pertanyaan ini dapat ditemukan pada ayat sebelumnya- apakah penyebab hukuman itu :
  • Yohanes 3:18  Barangsiapa percaya kepada-Nya, ia tidak akan dihukum; barangsiapa tidak percaya, ia telah berada di bawah hukuman, sebab ia tidak percaya dalam nama Anak Tunggal Allah.

Yesus mengatakan bahwa tidak percaya dalam nama Anak Tunggal Allah, atau siapakah Yesus yang sesungguhnya (Roma 1:3-4) membuat orang tersebut TELAH (bukan AKAN)  berada di bawah hukuman. Hukuman ini MENGIKAT SECARA PASTI SEMUA MANUSIA yang tak memungkinkan baginya untuk menggapai kebenaran , dan ini dikatakan oleh Yesus sebagai HUKUMAN! Jika itu adalah hukuman yang telah ditetapkan sebelumnya oleh Allah, maka bukan sesuatu yang dapat dinegosiasikan.  Dengan kata lain, PERCAYA KEPADA YESUS ADALAH SEBUAH KEMUTLAKAN ABSOLUT, menurut Yesus Kristus!

Yesus berkata demikian bukanlah omong kosong sebab pertama-tama Dia sendiri mendeklarasikan dirinya sebagai TERANG dan Dia sendiri menyatakannya secara terbuka jati dirinya sebagai TERANG DUNIA :

Yohanes 8:12 “Maka Yesus berkata pula kepada orang banyak, kata-Nya: "Akulah terang dunia; barangsiapa mengikut Aku, ia tidak akan berjalan dalam kegelapan, melainkan ia akan mempunyai terang hidup."

Yesus secara publik-terbuka menyatakan dirinya sebagai TERANG DUNIA, hanya jika seseorang mengikut Dia, maka tidak akan berjalan dalam kegelapan. Satu kepastian  yang teramat jelas adalah fakta bahwa SEMUA MANUSIA TANPA KECUALI BERJALAN DALAM KEGELAPAN. Ketika Yesus menyatakan dirinya adalah TERANG DUNIA, Dia sedang menyatakan bahwa diri-Nya adalah solusi bagi dunia agar manusia tidak berjalan dalam kegelapan. Dirinya adalah solusi,  bersama Yesus atau tidak bersama dengan Yesus telah menempatkan anda sekarang ini juga pada kenyataan kekekalan yang sedang menantikan.


Fakta manusia berjalan dalam kegelapan adalah  realita tersukar bagi manusia untuk bisa menemukan kebenaran semacam ini oleh jiwa dan pikirannya. Sebuah kemustahilan bagi manusia untuk memahami dan mengakui, jika ternyata Yesus sendiri memosisikan dirinya sebagai solusi dalam tatar yang  universal (mengikat setiap manusia di manapun di dunia ini baik terkait konsekuensi penolakan dan berkat  akibat menjadi percaya atau menerimanya) melalui deklarasi dirinya sebagai Terang Dunia. Ini bukan sekedar Terang yang membuat tempat yang gelap gulita menjadi terang  benderang; ini bukan sekedarpencerahan jiwa dan pikiran.” BUKAN! Ini adalah terang yang mempunyai hidup. TERANG YANG MEMPUNYAI HIDUP, dengan memiliki Yesus, berarti anda tidak hanya tidak akan berjalan dalam kegelapan tetapi memiliki hidup.  Dengan demikian berdasarkan perkataan Yesus tersebut, Yesus hendak menyatakan bahwa SEMUA manusia tanpa Yesus tidak hanya berjalan dalam kegelapan, namun juga pada dasarnya MATI.



Bagaimana mungkin manusia yang berjalan didalam gelap dan mati dapat berupaya secara mandiri memperjuangkan keselamatan atas usahanya sendiri?
Kalau anda jujur pada diri anda, bila Yesus mengatakan : Setiap orang yang berada di luar Kristus  ada dalam  2 kondisi ini :
(1) Berjalan dalam kegelapan
(2) Mati atau tidak memiliki hidup
Apakah ada kemungkinan dan daya bagimu untuk  memperjuangkan dan mempertahankan keselamatanmu sedikit saja berjangkar pada dirimu sendiri, sementara anda dalam kegelapan dan mati- ujar Yesus Kristus?


Jika anda menyadari dan mengakui kondisi diri manusia yang sesungguhnya, sebagaimana Yesus telah nyatakan, maka  menjadi dapat dimengerti ketika Rasul Paulus  menuliskan hal yang akan membuat banyak orang mengajukan protes keras :
Roma 3:10  seperti ada tertulis: "Tidak ada yang benar, seorangpun tidak. Tidak ada seorangpun yang berakal budi, tidak ada seorangpun yang mencari Allah.”



Segera saja  Rasul Paulus, jika dia hidup di zaman ini, akan menerima begitu banyak protes dan makian untuk dua hal setidak-tidaknya: (1) merendahkan martabat manusia sebab mengatakan tak seorangpun  yang berakal budi, dan (2) menghina berbagai  religiusitas yang ada dan  sangat kaya di dunia ini sebab berkata “tidak ada seorangpun yang mencari Allah.”

Kalau saja Yesus tidak menyatakan dirinya sebagai TERANG DUNIA dan  tidak berkata kecuali mengikut Dia akan tetap berjalan dalam kegelapan dan tidak memiliki hidup (Yohanes 8:12) maka memang benar, Rasul Paulus sungguh mengada-ada.


Menjadi dapat dipahami juga, ketika Rasul Paulus menuliskan Efesus 2:8-9 bahwa diselamat oleh Iman adalah kasih karunia atau pemberian Allah bukan sama sekali usahamu! Ini bukan tentang Kristen yang santai atau Kristen yang setelah selamat, lantas hidup sesuka-sukanya menjalani hidup, tanpa adanya pertumbuhan menuju manusia-manusia Kristen yang dewasa, bertanggungjawab dan menjadi teladan atau pelita bagi lingkungannya. Berpikir demikian sungguh menyesatkan sebab, Efesus 2:8-9 berbicara apa yang tidak dimiliki dunia dan manusia; apa yang tidak dapat diupayakan dan dicari manusia di dunia ini mengingat sumber Iman itu sendiri bukanlah dari dunia ini. Manusia tidak memiliki kapasitas apapun untuk menggapainya sebab dalam hal ini manusia itu berada dalam kegelapan dan tidak memiliki hidup alias mati!


Apakah Allah tidak kasih? Tidak mengasihi manusia? Mari kita lihat ayat yang begitu populer namun tidak pernah dipahami sebagaimana adanya , Yohanes 3:16 “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya  setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.”


Mengapa Yesus harus datang? Sebab setiap orang didalam dunia ini berjalan didalam kegelapan. Jika anda dalam  kegelapan maka anda mustahil memenuhi TUNTUTAN  Yohanes 3:16 yang paling mendasar  bahwa “Setiap YANG tidak percaya: Binasa.”  Kita sudah melihat Yesus mendeklarasikan dirinya sebagai Terang Dunia yang diperlukan manusia. Jika manusia pada faktanya ada dalam kegelapan- dalam ketakberdayaan sebab tidak memiliki terang yang memberi  hidup, apakah rasional untuk mengandalkan manusia untuk dapat memiliki kemampuan memilih terang sementara dia buta! Perhatikan! Allah kasih, sehingga menganugerahkan Anak-Nya kepada dunia yang berdosa atau  pada dasarnya senantiasa memusuhi-Nya! Ini, pemberian Anak-Nya, satu-satunya, adalah tindakan Kasih, bukan gagasan belaka.

Yesus pun memberikan  indikasi ketakberdayaan manusia untuk memilih diri-Nya; Ini adalah satu masalah tersendiri pada diri manusia itu sendiri yang tak bisa dikatakan sebagai disebabkan Allah! Penghadiran Yesus ke dunia itu saja, sudah merupakan tindakan  kasih aktual oleh Allah, memberi ruang bagi manusia untuk memandang, mendengar dan mempertimbangkan setiap kata atau firmannya. Problemnya, mengandalkan manusia yang  berada dalam kegelapan untuk melihat kebenaran, tanpa memiliki Terang dunia, adalah sebuah hal Mustahil. Yesus sudah menawarkan dirinya kepada manusia sebagai terang dunia untuk diterima, dipercayai dan diikuti. Kasih Allah kepada dunia secara global telah dipertontonkan, sehingga setiap manusia bisa membuat keputusan terhadap diri Yesus. Namun, Allah harus terlebih dahulu melakukan sesuatu didalam diri manusia itu, agar manusia itu dapat BERJALAN MENDATANGI YESUS  atau BERPALING KEPADA YESUS DAN MENGIMANINYA. Tindakan Kasih ini, bukan tindakan kasih global, namun tindakan kasih yang sangat personal kepada siapa dia mau "jatuh cinta"  kepada manusia-manusia buta tertentu :

  • Yohanes 6: 44  Tidak ada seorangpun yang dapat datang kepada-Ku, jikalau ia tidak ditarik oleh Bapa yang mengutus Aku, dan ia akan Kubangkitkan pada akhir zaman.”

  • Yohanes 6:65 “Lalu Ia berkata: "Sebab itu telah Kukatakan kepadamu: Tidak ada seorangpun dapat datang kepada-Ku, kalau Bapa tidak mengaruniakannya kepadanya."

Jikalau ia tidak ditarik oleh Bapa atau dengan kata lain Kalau Bapa tidak mengaruniakannya kepadanya. Untuk apa? Untuk datang kepada Yesus; untuk percaya kepada Yesus.
Ketika anda berbicara keselamatan dan iman percaya kepada Yesus maka ini lebih dari sekedar anda memilih; anda memiliki pengetahuan yang benar; anda mendengarkan khotbah firman yang murni. BUKAN!



Mari perhatikan apa yang Yesus singkapkan mengenai mengapa tidak percaya, sekaligus membuktikan bahwa manusia memang membutuhkan kasih karunia dari Allah untuk selamat dan  beriman :
  • Yohanes 8:43-44  Apakah sebabnya kamu tidak mengerti bahasa-Ku? Sebab kamu tidak dapat menangkap firman-Ku. Iblislah yang menjadi bapamu dan kamu ingin melakukan keinginan-keinginan bapamu. Ia adalah pembunuh manusia sejak semula dan tidak hidup dalam kebenaran, sebab di dalam dia tidak ada kebenaran. Apabila ia berkata dusta, ia berkata atas kehendaknya sendiri, sebab ia adalah pendusta dan bapa segala dusta.
Pada dasarnya, tindakan Allah yang sedemikian, tidak dapat dikatakan sebagai tindakan yang kurang kasih, sebab kasih tentulah harus merupakan tindakan mencintai dan mencintai bukanlah sebuah tindakan yang bergerak dari sebuah kewajiban atau keharusan  pada diri Allah. Ini adalah catatan penting dan krusial!

Sekarang, Yesus sedang menyingkapkan sebuah   akar masalah yang mustahil untuk disolusikan oleh manusia. Akar masalah yang menyebabkan seseorang tidak mengerti perkataan Yesus, menangkapnya sehingga menjadi percaya. Apakah akar masalahnya? Yesus berkata : IBLIS!

“Iblislah yang menjadi bapamu!” Biang kerok mengapa  manusia menolak Yesus bukan pada manusia itu sendiri, bukan pada kualitas jiwa manusia itu, bukan pada kualitas  intelektualitas manusia itu sendiri, bukan pada faktor seberapa  hebat anda sanggup menyajikan firman Tuhan yang murni. Anda tidak bisa mendisain sebuah metode pengajaran yang  menjamin kemurnian firman yang hendak disampaikan, sebab jika ini adalah fondasi anda maka anda terlebih dahulu harus membentuk pola pikir jemaat anda, dan bila demikian maka jemaat dan gereja anda bukanlah gereja yang bersumber dari kuasa Yesus Kristus yang menerangi dunia, tetapi kemampuan anda melakukan pencerahan pikiran dan jiwa manusia!


Tak hanya menjadi selamat dan beriman, Allah begitu mendominasi. Tetapi menjadi anak-anak Allah pun tidak bisa bersumber dari kekuatan manusia itu sendiri, tetapi harus bersumber dari Allah. Anda dituntut secara total untuk bergantung pada-Nya; anda harus benar- benar MENUHANKANNYA dalam setiap aspek perjalanan dan perjuangan anda dalam beriman –dalam memerangi keinginan-keinginan daging yang rajin  menggempurmu selama di dunia ini! Seperti dinyatakan Injil Yohanes :

  • Yohanes 1: 12 “Tetapi semua orang yang menerima-Nya diberi-Nya kuasa supaya menjadi anak-anak Allah, yaitu mereka yang percaya dalam nama-Nya


Rasul Paulus berkata OLEH KASIH KARUNIA KAMU DISELAMATKAN OLEH IMAN,  BUKAN USAHAMU!  Sebagaimana dia kemukakan dalam Efesus 2:8-9.

Menjadi  anak-anak Allah sejatinya adalah karya Allah, anak-anak Allah tidak dihasilkan oleh pendeta yang sanggup menyampaikan firman Allah yang murni. Itu lebih tepat dikatakan omong kosong. Mengapa? Kalau anak-anak Allah harus ditautkan secara primer oleh kemampuan seorang pendeta untuk menyampaikan firman Tuhan yang murni maka jelas  lebih tepat disebut sebagai anak-anak  rohani pendeta x. Lagian, klaim bahwa pendeta tersebut sebagai penyaji firman Tuhan yang murni, apakah hendak mengatakan hanya dia dan tidak ada yang lain diberikan anugerah untuk menyampaikan firman Tuhan yang murni? Namun, bukan ini yang hendak saya sorot, tetapi siapakah sesungguhnya yang melahirkan orang-orang percaya itu sehingga mereka disebut anak –anak Allah? Demikian Injil Yohanes menjelaskannya:

  • Yohanes 1:13 “orang-orang yang diperanakkan bukan dari darah atau dari daging, bukan pula secara jasmani oleh keinginan seorang laki-laki, melainkan dari Allah.”


Karena sebelum menjadi percaya, maka tentu saja bapa kita adalah Iblis, hanya karena Allah bertindak atas diri kita yang berada dalam  kegelapan dan tidak memiliki hidup, maka kita dapat menjadi  menerima Yesus atau percaya kepada Yesus dan diberi kuasa untuk menjadi anak-anak Allah. Dahulu anak iblis sekarang anak Allah. Adakah manusia atau pendeta yang dapat melakukan perubahan radikal semacam ini?

Percaya kepada Yesus bukan sekedar pada percaya itu sendiri, sehingga anda menilainya murahan. Percaya adalah hasil karya Allah yang spektakuler: Allah melahirkan anda sehingga menjadi anak-anak Allah! Anda sebagai pendeta sehebat apapun, semurni apapun firman yang anda sampaikan tak akan sanggup mengerjakan ini! Anda percaya adalah sebuah KASIH ALLAH YANG TOTAL PADA DIRIMU!Memampukan anda untuk menjalani kehidupan sebagai anak-anak yang dilahirkan Allah. Jika anda berasal dari Allah--anak-anakNya maka anda dapat membangun diri anda dalam kualitas sebagai anak-anak Allah!

Allah melahirkan anda sehingga menjadi anak-anak Allah dan bukan anda sebagai gereja atau pendeta yang membentuk manusia-manusia menjadi manusia Kristen yang sungguh-sungguh anak-anak Allah! Anda manusia, bukan Allah! Dan untuk membentuk jemaat anda menjadi anak-anak Allah yang berkualitas dan unggulan maka ANDA HARUS MEMANDANG KEPADA ALLAH, bukan dirimu!


Yesus menegaskan  bahwa tanpa anda dilahirkan oleh Allah maka mustahil juga anda untuk melihat kerajaan Allah:
  • Yohanes 3:3-6 “Yesus menjawab, kata-Nya: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika seorang tidak dilahirkan kembali, ia tidak dapat melihat Kerajaan Allah." Kata Nikodemus kepada-Nya: "Bagaimanakah mungkin seorang dilahirkan, kalau ia sudah tua? Dapatkah ia masuk kembali ke dalam rahim ibunya dan dilahirkan lagi?" Jawab Yesus: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika seorang tidak dilahirkan dari air dan Roh, ia tidak dapat masuk ke dalam Kerajaan Allah. Apa yang dilahirkan dari daging, adalah daging, dan apa yang dilahirkan dari Roh, adalah roh.

Menjadi selamat oleh percaya kepada Yesus karena kasih karunia atau karena pemberian Allah, seharusnya tidak dipandang sebagai sebuah kehidupan beriman yang “dangkal” oleh orang-orang Kristen yang menekankan aspek kemanusiaan sebagai kunci untuk membangun anak-anak Allah yang berkualitas. Jika sejak semula adalah pemberian maka seterusnya pasti merupakan anugerah. Sekali anugerah tetap anugerah selama-lamanya. Dalam durasi kehidupan orang Kristen di dunia ini, maka anugerah bukan saat anda dilepaskan dari  kegelapan dan memiliki hidup, namun perjalananan anda selama menjadi  orang-orang percaya yang dilahirkan Allah akan tetap dalam pemeliharaan Allah yang melahirkan anda. Sebagaimana Yesus  memberikan kepastian akan hal ini :

  • Matius 18:12-14 “Bagaimana pendapatmu? Jika seorang mempunyai seratus ekor domba, dan seekor di antaranya sesat, tidakkah ia akan meninggalkan yang sembilan puluh sembilan ekor di pegunungan dan pergi mencari yang sesat itu?.... (14) Demikian juga Bapamu yang di sorga tidak menghendaki supaya seorangpun dari anak-anak ini hilang."


Menjadi dapat dipahami ketika Paulus dalam Filipi 1:6 menulis demikian “Akan hal ini aku yakin sepenuhnya, yaitu Ia, yang memulai pekerjaan yang baik di antara kamu, akan meneruskannya sampai pada akhirnya pada hari Kristus Yesus.”


Gereja dan pendeta memang harus menggembalakan domba-domba yang Bapa berikan dan percayakan untuk diberi makanan dengan firman, untuk diajarkan segala sesuatunya sehingga benar-benar menjadi domba-domba yang bertumbuh dan dewasa. Anda sebagai pendeta wajib menabur, namun Tuhanlah yang memberikan pertumbuhan, bukan anda!
1 Korintus 3:5 – “Jadi, apakah Apolos? Apakah Paulus? Pelayan-pelayan Tuhan yang olehnya kamu menjadi percaya, masing-masing menurut jalan yang diberikan Tuhan kepadanya. Aku menanam, Apolos menyiram, tetapi Allah yang memberi pertumbuhan. Karena itu yang penting bukanlah yang menanam atau yang menyiram, melainkan Allah yang memberi pertumbuhan.

Bahkan  Rasul Paulus dalam suratnya ini kembali menggaungkan bahwa anda menjadi selamat oleh iman adalah PEMBERIAN ALLAH: “kamu menjadi percaya, masing-masing menurut jalan yang diberikan Tuhan kepadanya ,“ dalam hal menjadi percaya Paulus menekankan SENTRALITAS ALLAH kepada masing-masing  ORANG PERCAYA. Dan dalam PERTUMBUHAN pun Paulus mengatakan Allah yang memberikan pertumbuhan bukan dirinya “Aku menanam, Apolos menyiram, tetapi Allah yang memberi pertumbuhan.”   Anda sebagai hamba Tuhan atau pendeta memang harus menaburkan benih, menanamkan firman-firman yang murni, bukan berdasarkan keinginan manusia, namun camkanlah dalam hal ini pun tetap Allah yang memberikan pertumbuhan.


Mengapa bukan  gereja dan pendeta yang memberikan pertumbuhan? Sebab orang-orang percaya itu dilahirkan dari Allah dan dengan demikian hanya Allah yang memiliki kuasa memberikan pertumbuhan bagi jemaat anda menjadi berkualitas. Bukan karena faktor anda memberikan firman yang murni. Faktor Primernya adalah Tuhan, dan tidak pernah anda pendeta hebat dan berkualitas, tidak pernah manusia bisa menelurkan anak-anak Allah yang berkualitas!

Jika Allah sedemikian totalnya melibatkan diri dalam sejarah keselamatan dan perjalanan keselamatan manusia-manusia yang diberikan Karunia, maka menjadi sangat berdasar Paulus pun teramat dominan dalam menempatkan Allah sebagai faktor Primer yang  bergerak dalam sebuah  totalitas yang tak dapat disekat oleh upaya manusia. Demikian Paulus menggambarkan keselamatan itu berlangsung pada manusia :

Roma 8:29 – 30 “Sebab semua orang yang dipilih-Nya dari semula, mereka juga ditentukan-Nya dari semula untuk menjadi serupa dengan gambaran Anak-Nya, supaya Ia, Anak-Nya itu, menjadi yang sulung di antara banyak saudara. Dan mereka yang ditentukan-Nya dari semula, mereka itu juga dipanggil-Nya. Dan mereka yang dipanggil-Nya, mereka itu juga dibenarkan-Nya. Dan mereka yang dibenarkan-Nya, mereka itu juga dimuliakan-Nya.



Totalitas Allah dalam sejarah keselamatan manusia yang Dia inisiasikan dan dilakukan-Nya sendiri, memiliki maksud BUKAN SEKEDAR MEMULIHKAN KEADAAN MANUSIA YANG MEMILIKI HUBUNGAN BAIK SAAT TAMAN EDEN BELUM TERCEMAR DOSA! BUKAN ini tujuan keselamatan itu, supaya manusia memiliki kembali  hubungan dengan Allah. TETAPI tujuannya adalah: AGAR ORANG YANG DISELAMATKAN MENJADI SERUPA DENGAN GAMBARAN ANAK-NYA.


Wah..jelas tak ada satu hamba Tuhan  atau pendeta yang sanggup mewujudkan ini! Hanya Allah! Dengan memahami bahwa tujuan utama seseorang diselamatkan oleh karena pemberian Allah adalah untuk menjadi serupa dengan gambaran Anak-Nya maka kita akan dengan rendah hati dan tersungkur memberi hormat kepada Bapa!

Pendeta dan Gereja harus bersumber kepada Yesus Kristus untuk  dapat menjadi instrumen di tangan  Allah untuk mengajar dan mendidik jemaat sebagai anak-anak Allah yang belajar dan bertumbuh!
Ada 2 komponen yang MUSTAHIL untuk dilakukan manusia dalam teks Roma diatas: (1) dipilih-Nya dari semula dan (2) ditentukan-Nya dari semula.  Jenis kemustahilan yang sama  untuk dikerjakan oleh manusia ketika Yesus berkata “Tidak ada seorangpun dapat datang kepada-Ku, kalau Bapa tidak mengaruniakannya kepadanya “ dalam Roma 6:65.

Apa yang dimaksud Paulus dengan “dari semula?” Mari kita lihat dalam surat Paulus yang lain ketika berbicara hal yang senada :
Efesus 1: 4-5  “Sebab di dalam Dia Allah telah memilih kita sebelum dunia dijadikan, supaya kita kudus dan tak bercacat di hadapan-Nya. Dalam kasih Ia telah menentukan kita dari semula oleh Yesus Kristus untuk menjadi anak-anak-Nya, sesuai dengan kerelaan kehendak-Nya.


Apakah ini Predestinasi? Ya, Allah telah menetapkan sebuah destinasi  untuk diarungi oleh orang-orang percaya; sebuah destinasi yang telah ditetapkan jauh sebelum keberadaan kita untuk untuk diarungi dan dicapai! Apa yang menjadi PRE-DESTINASI bagi orang-orang yang DIBERI KARUNIA KESELAMATAN? Pre-destinasinya adalah  MENJADI SERUPA DENGAN GAMBARAN ANAK-NYA. Ya...untuk menjadi anak-anak-Nya adalah menuju ke keserupaan dengan gambaran Anak-Nya. Orang-orang yang diselamatkan memiliki Predestinasi  oleh sebab Allah menetapkan destinasi yang harus diarungi dan diraih oleh orang percaya itu jauh sebelum dunia ini ada; jauh sebelum orang-orang pemberontak  terhadap Allah itu dipilih atau ditarik oleh Bapa atau diberi karunia untuk percaya atau datang kepada Kristus, ada atau eksis di dunia ini – bahkan dalam keadaannya yang memberontak terhadap Allah! Bukan oleh karena Allah tahu bahwa dia akan percaya, sebab Yesus telah mengatakan, bahwa manusia lebih  menyukai kegelapan daripada terang; Yesus telah mengatakan, bahwa semua manusia ada dalam kegelapan! Jika demikian, maka pemilihan Allah memang bukan karena manusia itu mampu membuat pilihan baik/tepat kelak, namun semata karena Allah MEMBERIKAN  atau Bapa menarik atau Bapa mengaruniakannya!

Memahami hal ini akan sangat membantu untuk memahami Pilatus dan orang-orang Israel yang lebih MEMILIH  Yesus Barabas daripada Yesus Kristus untuk dibebaskan. Sekaligus memperlihatkan bahwa Predestinasi pada dasarnya dan jantungnya,  justru memperlihatkan bahwa manusia memang adalah tawanan Iblis yang secara sukarela memilih dalam kesadaran penuh untuk menolak terang. Bukan sebuah paksaan. Predestinasi atau tindakan Bapa MEMILIH untuk menyelamatkan siapa yang Dia kehendaki atas manusia yang MENOLAK DIA, memperlihatkan sebuah kasih yang besar dalam diri Allah tanpa melenyapkan keadilan yang tetap harus berlangsung penuh. Tak ada kewajiban bagi diri-Nya untuk menyorotkan terang kepada seorang manusia agar dia lepas dari kegelapan sehingga dapat datang kepada Dia.

Yesus memang secara terus terang berkisah tentang pemilihan yang erat hubungannya dengan Predestinasi baik dalam hal yang positif dan yang negatif, seperti digambarkan secara lugas dalam teks ini :
  • Yohanes 13:18 “Bukan tentang kamu semua Aku berkata. Aku tahu, siapa yang telah Kupilih.” Tetapi haruslah genap nas ini: Orang yang makan roti-Ku, telah mengangkat tumitnya terhadap Aku.

dan tentu saja ayat-ayat lainnya yang telah saya sajikan sebelumnya, dalam bagian ini terkait “Bapa mengaruniakan” bagi siapa yang dapat datang kepada Yesus.


Predestinasi Negatif, Allah Yang Tak Adil & Bengis ?
Hal ini sebetulnya sudah  terjawab kala saya secara  padat menjelaskan perjamuan paskah penderitaan yang dirindukan oleh Yesus. Pada teks yang saya rujuk itu, pun Yesus bukan hanya membuat predestinasi  negatif terkait kematiannya, namun juga terkait pengkhianatan Yudas, salah seorang muridnya. Saya   sudah ulaskan secara khusus kasus Yudas ini pada bagian-bagian terdahulu.

Saya akan mengambil kasus Yudas untuk memberikan jawaban apakah Allah tidak adil dan bengis terkait predestinasi negatif. Saya hanya mengutarakan kembali dari apa yang telah saya sajikan pada seri-seri sebelumnya. 

Peristiwa penghianatan oleh Yudas adalah peristiwa yang telah dipredestinasikan atau telah ditentukan sebelumnya HARUS terjadi, namun sekaligus merupakan peristiwa alamiah yang dilaksanakan oleh Yudas Iskariot dalam kemerdekaannya sebagai manusia yang berpikir dan dapat menimbang apa yang harus dia lakukan. Kita bahkan  telah melihat secara  vulgar keambisiusan Yudas dalam balutan semangat berapi-api untuk mewujudkan skenario dan persekongkolannya dengan para lawan Yesus yang tak kalah ambisius. YESUS yang tahu sekali akan siapa-siapa yang dipilih dan akan apa yang sedang berlangsung MEMILIH untuk MEMPERSILAHKAN YUDAS MELAKUKAN apa yang perlu dilakukannya. Yesus tidak melakukan apapun yang membuat Yudas menjadi jahat; Yudas menjadi jahat sebab dia berada dalam kegelapan dan bapanya adalah Iblis.



Jika anda meyakini bahwa manusia sanggup membuat pilihan atas dirinya sendiri, maka anda tidak dapat mengecam Predestinasi negatif semacam ini, sebagai Allah yang tidak adil, sebab apa yang dilakukan Yesus hanya memberikan kehendak bebas Yudas untuk melakukan pilihan-pilihan menjadi tuannya. Allah tidak merampas kehendak bebas Yudas, sebab Yesus berdiam saja tak mencegah Yudas, sebagai sebuah kehendaknya dalam mengorkestrasi sejarah-sejarah manusia yang direnangi oleh manusia itu sendiri. Dan seperti saya katakan dalam seri-seri sebelumnya, Predestinasi memang tidak memberangus kehendak bebas atau eksistensi manusia dalam kemanusiaannya.

Predestinasi negatif sekalipun, memberikan penghormatan setinggi-tingginya kepada kehendak bebas manusia untuk membuat pilihan. Malangnya, pilihan manusia yang lebih menyukai kegelapan daripada terang, telah merupakan pilihan mematikan bagi dirinya sendiri!


Saya tidak memilik dasar yang bagaimanapun untuk membuang predestinasi negatif, sebagai hal yang membuat Tuhan bagaikan monster dan bengis, faktanya tidak membuat Tuhan demikian, sebab, justru saya melihat bahwa dalam predestinasi negatif pun, setiap manusia memiliki ruang untuk merenung, memikirkan dan merencanakan pilihan dan apakah tindakan yang hendak dilakukan. Hanya saja dalam Predestinasi negatif, Allah tidak melakukan intervensi atau membiarkan/memberikan ruang bagi hikmat dan pertimbang manusia menjadi tuhan atas dirinya sendiri, sehingga berkuasa untuk sepenuhnya menjalankan apa yang telah menjadi niatan manusia tersebut, sebagai sebuah hal yang dikehendaki-Nya dan direncanakan-Nya untuk terjadi sebagai sebuah kepastian.


Itu sebabnya, pada kesempatan ini, saya mengatakan bahwa Predestinasi baik positif ataupun negatif justru memperlihatkan ketakberdayaan manusia untuk menyelamatkan diri sendiri dan memperlihatkan bahwa pada dasarnya manusia adalah manusia yang berdosa-melawan Allah dalam nafsu yang menyala-nyala.

Ketika berbicara atau menyerang predestinasi negatif, maka pertimbangkanlah seksama hal-hal ini :
  • 1 Korintus 2:14 “Tetapi manusia duniawi tidak menerima apa yang berasal dari Roh Allah, karena hal itu baginya adalah suatu kebodohan; dan ia tidak dapat memahaminya, sebab hal itu hanya dapat dinilai secara rohani.”

  • Efesus 2:1-2 “Kamu dahulu sudah mati karena pelanggaran-pelanggaran dan dosa-dosamu. Kamu hidup di dalamnya, karena kamu mengikuti jalan dunia ini, karena kamu mentaati penguasa kerajaan angkasa, yaitu roh yang sekarang sedang bekerja di antara orang-orang durhaka.



PILATUS BERINTERAKSI DENGAN YESUS DALAM PREDESTINASI NEGATIF

Yohanes 19:16-27  “(16) Akhirnya Pilatus menyerahkan Yesus kepada mereka untuk disalibkan. (19-16b) Mereka menerima Yesus.(17) Sambil memikul salib-Nya Ia pergi ke luar ke tempat yang bernama Tempat Tengkorak, dalam bahasa Ibrani: Golgota.(18) Dan di situ Ia disalibkan mereka dan bersama-sama dengan Dia disalibkan juga dua orang lain, sebelah-menyebelah, Yesus di tengah-tengah.(19) Dan Pilatus menyuruh memasang juga tulisan di atas kayu salib itu, bunyinya: "Yesus, orang Nazaret, Raja orang Yahudi."(20) Banyak orang Yahudi yang membaca tulisan itu, sebab tempat di mana Yesus disalibkan letaknya dekat kota dan kata-kata itu tertulis dalam bahasa Ibrani, bahasa Latin dan bahasa Yunani.(21)Maka kata imam-imam kepala orang Yahudi kepada Pilatus: "Jangan engkau menulis: Raja orang Yahudi, tetapi bahwa Ia mengatakan: Aku adalah Raja orang Yahudi."(22) Jawab Pilatus: "Apa yang kutulis, tetap tertulis."(23) Sesudah prajurit-prajurit itu menyalibkan Yesus, mereka mengambil pakaian-Nya lalu membaginya menjadi empat bagian untuk tiap-tiap prajurit satu bagian--dan jubah-Nya juga mereka ambil. Jubah itu tidak berjahit, dari atas ke bawah hanya satu tenunan saja.(24) Karena itu mereka berkata seorang kepada yang lain: "Janganlah kita membaginya menjadi beberapa potong, tetapi baiklah kita membuang undi untuk menentukan siapa yang mendapatnya." Demikianlah hendaknya supaya genaplah yang ada tertulis dalam Kitab Suci: "Mereka membagi-bagi pakaian-Ku di antara mereka dan mereka membuang undi atas jubah-Ku." Hal itu telah dilakukan prajurit-prajurit itu.(25) Dan dekat salib Yesus berdiri ibu-Nya dan saudara ibu-Nya, Maria, isteri Klopas dan Maria Magdalena.(26) Ketika Yesus melihat ibu-Nya dan murid yang dikasihi-Nya di sampingnya, berkatalah Ia kepada ibu-Nya: "Ibu, inilah, anakmu!"(27) Kemudian kata-Nya kepada murid-murid-Nya: "Inilah ibumu!" Dan sejak saat itu murid itu menerima dia di dalam rumahnya.

Predestinasi Allah sejatinya bukanlah seperti penguasa otoriter yang berjalan dalam keperkasaan sambil memegangi cambuk dan tongkat pada kedua tangannya untuk memastikan bahwa manusia-manusia itu memenuhi apapun yang telah dipredestinasikan oleh Allah.  Allah tidak pernah menggunakan cambuk dan tongkat untuk memaksakan sebuah penggenapan apapun yang telah ditetapkan sebelumnya atau yang telah dinubuatkan sebelumnya.

Faktanya, Alkitab secara konsisten memperlihatkan bahwa  apapun yang telah dipredestinasi oleh Allah didunia manusia beserta dunianya telah berproses sebagai sebuah interaksi antarkeduanya, namun tentu interaksi yang sedemikian alamiah itu harus diberi sebuah peringatan keras sebagaimana Kristus memberikan peringatan kepada Pilatus “Yesus menjawab: "Engkau tidak mempunyai kuasa apapun terhadap Aku, jikalau kuasa itu tidak diberikan kepadamu dari atas. Sebab itu: dia, yang menyerahkan Aku kepadamu, lebih besar dosanya.(Yohanes 19:11).



Setiap predestinasi Allah, bukanlah sebuah pembodohan atau mempermainkan perasaan atau emosi atau pikiran  manusia-manusia yang  berintelektual dan mandiri; predestinasi Allah yang negatif secara luar biasa memberikan ruang kepada manusia untuk  melakukan apapun yang baik menurut pandangan dan pertimbangan manusia itu (memuaskan hasrat-hasrat dagingnya); pandangan dan pertimbangan manusia  yang asing dengan maksud dan kehendak Allah, yang juga buta untuk menangkap Allah yang kudus, apalagi jika dikatakan maha kudus, maha agung, maha mulia dan maha kasih.

Seluruh gerak tubuh dan pertimbangan dan keputusan Pilatus demikian juga dengan para prajurit  yang digambarkan Yohanes 19:16-27  secara nyata memperlihatkan hal itu. Cara pandang  mereka yang buta terhadap siapakah Yesus, telah mendorong diri mereka untuk melakukan kekejaman-kekejaman yang berujung pada penyaliban dan kematian Yesus, kemudian. dalam dunia sejarah manusia Allah tidak melakukan penghalangan dan sekaligus tidak perlu melakukan rekayasa apapun, sebab alami bagi manusia dalam kegelapan untuk melahirkan kejahatan-kejahatan. Dalam dunia sejarah mansia, setiap peristiwa bergulir dihadapannya, berdinamika dalam kehendak dan rencana kekalnya atas segenap bola dunia, tidak ada satu titik pun dalam semesta ini Allah terekecualikan atau Allah terlampau payah untuk memiliki rencana hingga pada setiap iota atau titik di dunia ini. Dalam tangis, dalam tawa; dalam duka, dalam bahagia; dalam pengharapan, dalam keputusasaan; dalam semangat, dalam patah semangat, tidakkah doa akan dipanjatkan dan  dikatakan Tuhan peduli dan tahu keadaanmu? Tidakkah  demikian akan terucap keluar dari mulut orang-orang beriman?


Predestinasi Allah ketika itu adalah negatif merupakan ketentuan atau ketetapan Allah sebelumnya untuk memberikan ruang terbuka bagi ekspresi manusia berdosa seturut dengan kehendak-Nya untuk terjadi (sebab hanya jika Dia memberi ruang untuk terjadi maka dapat terjadi). Dalam kasus  Yesus Kristus, kita mendapatkan mulai dari setiap individu yang "teragung"  hingga rakyat jelata tak kuasa untuk melepaskan diri dari jerat hasrat dagingnya yang jelas-jelas merupakan seteru terhadap Allah akibat dosa. Hanya  oleh sebuah  tindakan Allah saja manusia dapat ditolong atau diselamatkan dari kondisi yang sungguh celaka ini (baca  Roma 5:9-11, Yohanes 10:28-29, Ibrani 2:16-17; bandingkan dengan Imamat 6:30, 2 Tawarikh 29:24).

Akhirnya Pilatus menyerahkan Yesus, “akhirnya sang Pilatus yang mengetahui secara pasti bahwa tiada kesalahan yang beralasan pada Yesus (Yohanes 19:6) sehingga ada dasar  baginya untuk menjatuhkan hukuman atas Yesus pun  tak berdaya. Bahkan, telah kita lihat bersama-sama bahwa Pilatus berjuang keras untuk membebaskan Yesus, bahkan dengan wewenang politiknya untuk  mengajukan Yesus Barabas atau Yesus Kristus untuk dibebaskan (Matius 27:17,20-21). Pilatus yang  diberi kuasa oleh Allah untuk memiliki kuasa atas Yesus untuk menghakiminya (Yohanes 19:10-11), ternyata tak berdaya untuk menaklukan keinginan massa (Yohanes 19:12-15). Setiap orang dari kerumunan itu bukan tidak menyadari kemungkinan yang kuat bahwa Yesus tak bersalah sama sekali, seperti ditegaskan oleh Pilatus dalam cara yang tidak main-main (Markus 27:15-24), sehingga secara luar biasa mereka dapat berkata dalam cara yang tak akan terbayangkan oleh siapapun, mempertaruhkan masa depan keturunan mereka, dengan berkata  Biarlah darah-Nya ditanggungkan atas kami dan atas anak-anak kami!  Demi memuaskan nafsu untuk melihat Yesus Kristus yang disalibkan dan bukan Yesus Barabas, maka mereka merelakan tak hanya diri mereka mendapatkan ganjaran keras, namun juga anak-anak mereka! Para orang tua rela anak-anaknya jatuh kedalam sebuah ganjaran yang tak sepantasnya mereka tanggung, namun apa daya mulut para orang tua-para manusia yang dikuasai hasrat daging ini telah buta atas kebenaran-kebenaran alamiah sekalipun, bahwa orang tua seharusnya melindungi anak-anaknya.

Pilatus menyerahkan  Yesus adalah sebuah tindakan teramat final untuk terjadi dalam sebuah kepastian, sebab Yesus berkata bahwa Allah telah memberikan kuasa kepadanya; sama  derajatnya dengan aksi yang dilakukan oleh Yudas, sebab Yesus berkata haruslah genap apa yang tertulis. Baik Yudas dan Pilatus melakukan penyerahan Yesus sebagai manusia-manusia yang mandiri dalam keinginan, dalam pertimbangan dan dalam tindakan. Tidak terjadi  baik pada Yudas Iskariot dan Pilatus mereka menjadi robot. Predestinasi  negatif berinteraksi dengan manusia, dan dalam hal ini manusia-manusia memiliki kemerdekaan untuk melayani  nafsu-nafsunya. Nafsu-nafsu  yang telah membutakan nurani untuk melihat siapa yang penjahat, bahkan tak lagi mampu melindungi anak-anaknya dari sebuah konsekuensi yang tak sepantasnya ditimpakan oleh orang tua kepada anak-anaknya.


Predestinasi bukan sekedar penentuan sebelumnya atas manusia dan peristiwa, namun disaat yang bersamaan justru memperlihatkan realita terkelam dalam diri manusia bahwa manusia membutuhkan Juru selamat yang dapat menyelamatkan dalam kepastian atas  manusia-manusia yang berjalan dalam kegelapan dan mati, sesuai dengan kehendak-Nya.


Saya sudahi dulu bagian ini   sampai di sini, agar anda dapat mempelajari dan merenungkannya. Saya berdoa agar Tuhan menerangi pikiran dan jiwa anda sehingga dapat memandang kemuliaan dan kasih Allah yang agung bagi dunia dan manusia yang  berada dalam kegelapan.



Yohanes 3:18
Barangsiapa percaya kepada-Nya, ia tidak akan dihukum; barangsiapa tidak percaya, ia telah berada di bawah hukuman, sebab ia tidak percaya dalam nama Anak Tunggal Allah. Dan inilah hukuman itu: Terang telah datang ke dalam dunia, tetapi manusia lebih menyukai kegelapan dari pada terang, sebab perbuatan-perbuatan mereka jahat.


1 Yohanes 4:13-16
Demikianlah kita ketahui, bahwa kita tetap berada di dalam Allah dan Dia di dalam kita: Ia telah mengaruniakan kita mendapat bagian dalam Roh-Nya.  Dan kami telah melihat dan bersaksi, bahwa Bapa telah mengutus Anak-Nya menjadi Juruselamat dunia.  Barangsiapa mengaku, bahwa Yesus adalah Anak Allah, Allah tetap berada di dalam dia dan dia di dalam Allah. Kita telah mengenal dan telah percaya akan kasih Allah kepada kita. Allah adalah kasih, dan barangsiapa tetap berada di dalam kasih, ia tetap berada di dalam Allah dan Allah di dalam dia.


Bersambung ke Bagian 21

***



No comments:

Post a Comment