Pages

24 April 2014

Tuhan Tidak Dapat Mencegah Manusia Untuk Berbuat Jahat?- Bagian 14

Oleh : Martin Simamora



Tuhan Tidak Dapat Mencegah Manusia Untuk Berbuat Jahat?
Ilustrasi dari " I’ve Loved You So Long" deep-focus.com


Bacalah  lebih dulu bagian13
Kita sudah melihat dari jarak yang amat dekat, dari Yesus sendiri bagaimana dia menyatakan apa-apa saja yang  HARUS terjadi; kita baru  saja melihat sebuah penggenapan atas apa yang telah ditetapkan untuk harus terjadi :

Matius 26:31 “Maka berkatalah Yesus kepada mereka: "Malam ini kamu semua akan tergoncang imanmu karena Aku. Sebab ada tertulis: Aku akan membunuh gembala dan kawanan domba itu akan tercerai-berai.”

Sebuah indikator teramat vital bahwa apa yang baru saja terjadi, para murid yang   meninggalkan dia bahkan melarikan diri, bukanlah sebuah indikasi bahwa Yesus takluk kepada sejarah manusia! Sebaliknya sejarah manusia telah menjadi OBYEK KEDAULATAN ALLAH yang berdiam didalam manusia Yesus melalui “ketetapan Allah yang telah ditetapkan jauh sebelum semua pelaku bahkan ada di dunia ini”. SEJARAH MANUSIA TIDAK PERNAH  MENETAPKAN APA YANG HARUS DIALAMI OLEH YESUS, sebaliknya: KEDAULATAN ALLAH YANG BERDIAM DIDALAM YESUS TELAH MENETAPKAN BAGAIMANA SEJARAH MANUSIA BERLANGSUNG. Kita melihat betapa Allah sepenuhnya berdaulat, tidak ada satupun peristiwa KEJUTAN yang dihadapi Yesus; tidak ada satu peristiwa boleh terjadi di dunia ini tanpa dia menghendaki. Termasuk boleh tidaknya telinga seseorang terputus oleh pedang:

Lukas 22: 49  : “Ketika mereka, yang bersama-sama dengan Yesus, melihat apa yang akan terjadi, berkatalah mereka: "Tuhan, mestikah kami menyerang mereka dengan pedang?" Dan seorang dari mereka menyerang hamba Imam Besar sehingga putus telinga kanannya. Tetapi Yesus berkata: "Sudahlah itu." Lalu Ia menjamah telinga orang itu dan menyembuhkannya.”


Apa yang dapat anda katakan dalam hal ini? Yesus yang sedang dikepung; Yesus  yang tidak memberikan restu bagi para muridnya untuk menyerang dengan pedang, telah memberikan impresi yang melemahkan  para murid dan melemahkan citra atau reputasinya sebagai Mesias-Anak Allah- Dia dan Bapa satu?

Apa yang Yesus sedang perlihatkan dalam situasi dimana Anak Domba Allah tidak boleh melawan seturut kehendak Bapa-Nya? Dia sedang memperlihatkan sebagai PENETAP ATAS SEJARAH MANUSIA; Dia  tidak pernah menjadi OBYEK SEJARAH MANUSIA atau menjadi  YANG DITETAPKAN OLEH PARA MANUSIA. Ketika seorang dari muridnya MEMUTUSKAN TELINGA SEORANG LAWAN, YESUS MALAH MENYEMBUHKANNYA! Yesus masih tetap Mesias yang berkuasa penuh- memiliki kuasa mulia yang memang dia miliki dalam realita yang amat lemah dan buruk dalam pandangan manusia!

Saya diingatkan  oleh  sebagian kecil dari doa Yesus yang luar biasa terkait kemuliaan yang dimiliki Yesus, dalam Yohanes 17:

Yohanes 17:4-5 “Aku telah mempermuliakan Engkau di bumi dengan jalan menyelesaikan pekerjaan yang Engkau berikan kepada-Ku untuk melakukannya. Oleh sebab itu, ya Bapa, permuliakanlah Aku pada-Mu sendiri dengan kemuliaan yang Kumiliki di hadirat-Mu sebelum dunia ada.”

[Dan anda HARUS juga membaca ini untuk direnungkan : Yohanes 6:62 “Dan bagaimanakah, jikalau kamu melihat Anak Manusia naik ke tempat di mana Ia sebelumnya berada?”]


Apa yang  tidak bisa kita abaikan namun juga sukar untuk dipercayai menyangkut realitas sehari-hari Yesus di dunia ini? Yesus menyingkapkan sebuah rahasia siapa dirinya terutama terkait kemuliaan dirinya. Tidakkah pernah terpikir kala bicara kemuliaan Yesus itu, semulia apakah dia atau apakah kemuliaan dia berkelas Sorga atau sebatas kemuliaan dia sebagai Mesias di dunia ini saja. Terkait  hal ini dalam doanya pada ayat 4-5 ini saja Yesus menyatakan bahwa: (1) Yesus memiliki kemuliaanya, artinya kemuliaan yang dia miliki bukan berasal dari luar dirinya seolah dia tidak memiliki atau kalaupun dia memiliki seolah berhutang pada pihak lain; (2) Kemuliaan Yesus dimiliki olehnya bahkan sejak SEBELUM dunia ada , artinya kemuliaan miliknya bersifat kekal; (3) Kumiliki di hadirat-Mu, sebuah indikasi bahwa Yesus berasal dari Sorga dan sekalipun dia saat itu berada di bumi dalam rupa seorang manusia/hamba, tidak sama sekali  berarti dia KEHILANGAN KEMULIAANYA; Yesus masih memilikinya dalam kekekalan. Dengan kata lain, tidak pernah kemuliaannya berakhir dalam bagaimanapun juga.


Apa pentingnya hal ini, saya mengemukakan  peristiwa taman Getsemani; peristiwa para murid meninggalkan  Yesus dan melarikan diri;  peristiwa  Yesus  menyembuhkan telinga yang ditebas oleh pedang seorang muridnya?

Peristiwa Yesus menyembuhkan  telinga yang putus oleh pedang, jelas tidak  memiliki arti atau kemegahan yang berkemilauan di mata para muridnya; dan tentu saja dimata anda para pembaca. Namun sebetulnya Yesus ,bahkan di dalam peristiwa yang sedemikian kelam, tetap memperlihatkan dirinya sebagai seorang pemilik kemuliaan yang dimiliki di hadirat Bapa- bahkan dikatakan dimiliki sebelum dunia ini ada. Yesus masih melakukan sebuah mujizat; Yesus masih memperlihatkan bahwa dialah yang berkuasa atas peristiwa keji ini sekalipun menghantam dirinya; dia tidak membiarkan  telinga seorang musuhnya diputuskan oleh muridnya- dia menyembuhkannya. Mujizat dalam peristiwa kelam yang memperlihatkan bahwa dia adalah penguasa sejarah.

  • Yesus ditangkap sebagai Anak Domba Allah bukan sebagai seorang pecundang  oleh sejarah manusia tetapi sebagai Anak Domba Allah yang memiliki kemuliaannya sendiri yang ada dimilikinya di  hadirat Bapa. Dia tidak pernah kehilangan kemuliaannya di Sorga!


  • Yesus ditangkap sebagai Anak Domba Allah bukan sebagai pecundang  oleh sejarah manusia tetapi sebagai Anak Domba Allah yang sedang menyelesaikan pekerjaan yang diserahkan Bapa untuk dia lakukan! Sebuah pekerjaan yang telah ditetapkan Allah akan mempermuliakan-Nya melalui penyelesaian oleh Yesus. Ini bukan sebuah kondisi dimana Yesus menjadi OBYEK SEJARAH MANUSIA. Dalam hal ini, sungguh jelas bahwa SEJARAH MANUSIA TELAH MENJADI OBYEK KEMULIAAN YESUS!



Yesus dipermuliakan oleh Bapa bukan dengan kemuliaan Bapa tetapi dengan kemuliaan yang dimiliki oleh Yesus  sendiri : “ya Bapa, permuliakanlah Aku pada-Mu sendiri dengan kemuliaan yang Kumiliki di hadirat-Mu sebelum dunia ada.”


Jika anda bertanya siapakah Yesus dalam momen sekelam ini?
Tidak ada jawaban yang memuaskan rasio manusia. Bukankah pengakuan-pengakuan Yesus telah membuat dirinya dituding sebagai orang gila; sebagai orang kerasukan setan; sebagai orang yang menghujat Allah. Yesus memiliki kemuliaannya sendiri di sorga sebelum dunia ada, bukanlah makanan lunak! Apalagi melihat dia dalam peristiwa memilukan dan teramat kelabu. Para murid meninggalkan dia dan melarikan diri. Bagaimana dengan anda?


Berangkali anda tidak meninggalkan dia, tetapi berangkali anda tidak akan mengakui dia sebagai Yesus yang memiliki kemuliaanya sendiri di sorga bahkan sebelum dunia ada! ( Bandingkan dengan Yohanes 1:1-2, Yohanes 3:13, Yohanes 6:33,38,62, Yohanes 8:23, Yohanes 16:28,).


Anda sangat mungkin akan  mempertanyakan Yesus itu siapakah ketika dia bergumul dan ditangkap di taman Getsemani. Mungkin juga bertanya siapakah Yesus ketika tergantung di salib yang berteriak “Allahku,Allahku mengapa engkau meninggalkan aku? (Matius 27:46)” TETAPI, apakah ketika anda  mempertanyakan  siapa Yesus kala itu-- ( sebab terlihat dia yang disalibkan itu sangat manusia dan tidak ada sedikitpun “berkas” dia adalah Ilahi, seolah Ilhinya pergi meninggalkannya tak berbekas)—adakah anda juga merenungkan sama seriusnya sebuah peristiwa yang juga megah di kayu salib yang sama?


Apakah anda juga memberikan pertimbangan yang segenap pada hal- hal ini:

  1. Pada hari ini engkau akan  bersama denganku di firdaus” (Lukas 23:43),kepada salah satu penjahat. 
  2. Sudah selesai” (Yohanes 19:30) 
  3. Bapa, kedalam tanganmu Aku menyerahkan nyawaku”(Lukas 23:46)


Padahal, jika saja anda mau memberikan pertimbangan yang “adil”- sama besar dan sama obyektifnya  pada perkataan Yesus :”Bapa, kedalam tanganmu Aku menyerahkan nyawaku,” MAKA anda dan saya akan memiliki sebuah KAWAL atas perspektif manusiawi kita kala membaca “Allahku,Allahku mengapa engkau meninggalkan aku?

Apalagi jika anda mau dalam rendah hati menimbang  catatan pada Injil Matius atas peristiwa penyaliban :
Yesus berseru pula dengan suara nyaring lalu menyerahkan nyawa-Nya” Matius 27:50
Dan kemudian mempertimbangkan keterangan Yesus sendiri:

Yohanes 10:18 “Tidak seorangpun mengambilnya dari pada-Ku, melainkan Aku memberikannya menurut kehendak-Ku sendiri. Aku berkuasa memberikannya dan berkuasa mengambilnya kembali. Inilah tugas yang Kuterima dari Bapa-Ku."


Apakah Yesus, ketika berteriak “Allahku, Allahku mengapa Engkau meninggalkanku,” telah menunjukan bahwa dia sebagai tidak berkuasa; tidak memiliki atau kehilangan kemuliaannya di sorga; atau malah menunjukan bahwa saat itu dia ternyata manusia biasa atau itu adalah momen dia HANYA manusia?

Melalui Yohanes 10:18, akan membuat anda sukar untuk mengabaikan Yesus yang sungguh berkuasa atas maut, sekaligus sukar menerimanya kala melihat Yesus dalam keseharian yang dia harus lalui, kecuali anda sungguh-sungguh orang percaya, bukan sekedar mengaku dengan mulut bahwa Yesus adalah Tuhan sebagai sebuah  ritual LAHIRIAH menerima Yesus. Sebab via Yohanes 10:18,  dengan demikian, ketika Yesus mati di kayu salib merupakan kematian sebagai pribadi yang berkuasa- Kematian adalah Obyek Kedaulatan Allah, sebagaimana telah saya jelaskan pada 2 seri sebelum  bagian ini!


Saya sengaja merangkaikan peristiwa yang jauh kedepan, kisah yang semestinya  baru akan  saya sampaikan setelah saya menyampaikan pemeriksaan, pengadilan dan penyiksaan-penyiksaan yang mendahului kisah salib dan kematian.  Ini  sebuah cukilan, yang  juga sangat berguna sebagai sebuah kawal bagi pikiran anda yang sangat manusiawi ketika membaca peristiwa kelam di taman Getsemani ini, menemukan pergumulan yang berat bahkan digambarkan dalam sebuah cara yang dapat melahirkan  pertanyaan  meragukan  akan siapakah Yesus, Lukas 22”42-: “Ya Bapa-Ku, jikalau Engkau mau, ambillah cawan ini dari pada-Ku; tetapi bukanlah kehendak-Ku, melainkan kehendak-Mulah yang terjadi. Maka seorang malaikat dari langit menampakkan diri kepada-Nya untuk memberi kekuatan kepada-Nya. Ia sangat ketakutan dan makin bersungguh-sungguh berdoa. Peluh-Nya menjadi seperti titik-titik darah yang bertetesan ke tanah.” Apakah Yesus masih seorang yang berkuasa atau seorang pecundang?



Jika anda mau memberikan pertimbangan yang  sama porsinya pada “Yesus berseru pula dengan suara nyaring lalu menyerahkan nyawa-Nya.” Maka anda dan saya tahu bahwa sampai dititik Yesus berteriak “Allahku,Allahku mengapa engkau meninggalkan aku,” kita tahu ini bukan  sebuah indikasi bahwa disini, dia hanya manusia saja, sebuah ungkapan bahwa dia  hanyalah manusia fana tiada bedanya dengan manusia manapun yang tanpa pengharapan dalam derita dan kematian. Sama halnya dengan peristiwa yang memalukan reputasinya di taman Getsemani, tidak menunjukan bahwa dia sekalipun dalam kemanusiaanya, hanyalah manusia fana seperti halnya saya dan anda. Kalau saja anda mau melihat dan terpesona dengan tindakan mujizat Yesus menyembuhkan telinga yang ditebas oleh pedang muridnya? Sebuah bukti tak tersanggahkan bahwa Yesus pada titik manapun tidak pernah menjadi obyek kemanusiaannya, tidak pernah menjadi obyek sejarah manusia. Yesus tidak pernah kehilangan kekuasaannya dalam peristiwa kelam sekalipun. Apa yang terjadi sebenarnya dia mengendalikannya seturut apa yang menjadi kehendak Bapa!

Saya juga ingin mengatakan bahwa sebetulnya ini kabar baik bagi kita, sebagai orang percaya, bahwa dalam setiap peristiwa kelam kita dapat yakin teguh bahwa Tuhan ada bersama dengan kita-mendampingi kita, lebih lagi dia  telah merasakan kelemahan kita dan bahkan kita dapat menantikan pertolongan dari Dia dalam sebuah keyakinan yang sempurna :

Ibrani 4:14-16 “Karena kita sekarang mempunyai Imam Besar Agung, yang telah melintasi semua langit, yaitu Yesus, Anak Allah, baiklah kita teguh berpegang pada pengakuan iman kita. Sebab Imam Besar yang kita punya, bukanlah imam besar yang tidak dapat turut merasakan kelemahan-kelemahan kita, sebaliknya sama dengan kita, Ia telah dicobai, hanya tidak berbuat dosa. Sebab itu marilah kita dengan penuh keberanian menghampiri takhta kasih karunia, supaya kita menerima rahmat dan menemukan kasih karunia untuk mendapat pertolongan kita pada waktunya.”


Apa yang terlihat di mata kita sebagai terlampau manusia dan tidak ada berkas-berkas Ilahi pada Yesus bukan sebuah kelemahan yang memalukan reputasinya, Justru sebaliknya Kemanusiaan Yesus mendatangkan  kemuliaan bagi dirinya sendiri sebab dengan demikian dia sungguh-sungguh menjadi Juru Selamat  kekal bagi kita, orang-orang percaya zaman ini dan bagi orang-orang percaya di  masa mendatang dapat mengandalkannya, dapat berseru padanya mengharapkan pertolongan diatas sebuah fondasi yang kokoh sekali : “Sebab Imam Besar yang kita punya, bukanlah imam besar yang tidak dapat turut merasakan kelemahan-kelemahan kita .“


Pertanyaan bagi kita semua adalah : MENGAPA KITA SELALU MELIHAT HAL-HAL YANG MELEMAHKAN YESUS DALAM BENAK KITA DAN BUTA MELIHAT KEMEGAHAN YANG MUNCUL SECARA BERSAMAAN?


Bagian ini memang tidak melanjutkan bagian sebelumnya. Tetapi ini adalah sebuah KAWAL bagi pikiran anda untuk memasuki bagian berikutnya. Selamat merenungkan dan semoga anda berjumpa dengan Yesus Kristus dalam perenungan ini.


Bersambung ke Bagian 15

***


No comments:

Post a Comment