Pages

13 December 2013

Datangnya Raja Damai Kedalam Dunia Yang Gemar Berperang

Oleh : Dr. Allen Ross


Datangnya Raja Damai Kedalam Dunia  Yang Gemar Berperang
War is normally measured by its final outcome, but many individual heroes gave up their lives for the Arab side during the 1967 Six-Day War. (Image courtesy AP)

Pengantar Editor
Kalau saya mengatakan  Dunia  Yang Gemar Berperang, tidak hendak mengatakan seolah  perang adalah sebuah  kegemaran populis layaknya sebuah hal yang menyehatkan apalagi menyejukan hati dan pikiran. Ada satu pepatah  latin  kuno yang berbunyi  Si vis pacem, para bellum  yang  artinya ‘If you want peace, prepare for war’ atau ‘jika anda ingin damai, bersiaplah untuk perang’, tak kecuali bagi  negara kita melalui mantan Panglima  Republik Indonesia TNI Djoko Santoso, dalam sebuah  kesempatan strategis terpaksa mengumandangkannya. Sederhananya, perang adalah instrumen  vital, strategis dan lekat dengan nilai patriotisme bela negara.  [ si vis pacem para  bellum ini dikaitkan dengan  Flavius Vegetius Renatus, yang menulis  "De re militari" (390 B.C.E.) : "Qui desiderat pacem, bellum praeparat; nemo provocare ne offendere audet quem intelliget superiorem esse pugnaturem , dalam bahasa Inggris  berarti : "Whosoever desires peace prepares for war; no one provokes, nor dares to offend, those who they know know to be superior in battle]

Bahkan dalam perkembangannya di era  perang moderen dengan instrumentasi elektronik yang memampukan persenjataan-persenjataan menjadi cerdas, perang telah dimungkinkan menjadi intrumen utama yang kadang mengabaikan diplomasi dalam politik internasional, saat diplomasi dianggap tidak manjur. Ya… perang kini telah berubah menjadi alat “diplomasi berdarah atau diplomasi non damai” atau dikenal sebagai “pre-emptive strike” atau sebuah serangan yang terukur pada target-target spesifik dan strategis, dilakukan untuk merespon atau menetralisir ancaman  sebelum menjadi kenyataan! Untuk melumpuhkan kapabilitas sebuah negara untuk menjalankan niatnya yang dinilai membahayakan keamanan sebuah kawasan atau sekutu dari negara-negara kuat. Itulah mengapa judul yang saya munculkan berbunyi demikian. Tentu   perang bukanlah indikator minimal dalam mengukur derajat damai, sebab pertama-tama tentulah konflik adalah sebuah hal minimal yang mendahului sebuah kondisi menuju (potensi) perang.
***


Sekalipun kini peradaban manusia telah mengalami berbagai kemajuan-kemajuan, pun tak  mengurungkan dunia kita ini  masih dipenuhi  dengan sebuah  hasrat untuk damai dan sebuah  takut akan perang. Ketika  orang-orang  mengamati berbagai konflik-konflik dan rumor-rumor perang ( seperti konflik Syria, rumor perang Korsel-Korut, atau China terhadap sejumlah negara di Asia Timur dan Asia  Tenggara terkait klaim Negara China yang menyentuh kedaulatan Vietnam dan Filipina di Laut Cina Selatan- editor Anchor), kemurungan dan  keputusasaan kerap  menggulung mereka seperti kegelapan yang pekat. Apalagi kalau kita menengok titik-titik panas di Timur Tengah.


A Chinese ship launches a missile during a military exercise in the South China Sea on 29 July 2010
Both China and the US have increased naval drills in the Asian region Vietnam has said it will hold live-fire exercises in the South China Sea amid escalating tensions with China over disputed waters.
credit: ibn.tv



Damai telah dikejar selama berabad-abad untuk dimiliki. Meskipun memang telah dicapai kemajuan dalam upaya-upaya untuk mewujudkan damai antara Israel dan Syria dan  rakyat Palestina, tak seorang pun akan terkejut jika perang pecah esok.

Gerakan-gerakan damai dan negosiasi-negosiasi damai dilangsungkan di seluruh dunia. Negara-negara yang lebih kuat yakin bahwa damai harus dinegosiasikan dari sebuah posisi kekuasaan; kelompok-kelompok radikal  percaya bahwa teror akan memaksa isu ini. Tetapi kita  masih menyisakan sebuah dunia yang lebih berbahaya dan lebih menakutkan daripada sebelumnya. Dan kita tinggal terhenyak andai siapapun juga benar-benar tertarik dengan damai dan kebenaran dan keadilan bagi semua, atau cuma mengamankan kepentingan-kepentingannya sendiri?


Problemnya adalah masih pada  hadirnya kejahatan. Kejahatan membuat saudara melawan saudara, dan bangsa bangkit melawan bangsa. Pada puncaknya, kemuraman dan keputusasaan dunia terkait dengan kegelapan rohani.


Alkitab menghibur dan mengingatkan semua kita yang telah menjadi percaya  kepada Kristus untuk tidak putus asa seolah tiada harapan. Kita memiliki pewahyuan dari Tuhan kita bahwa tidak hanya  mengumumkan kedaulatan-Nya memerintah tetapi juga memetakan perjalanan peristiwa-peristiwa dunia. Salah satu pewahyuan yang paling signifikan ditemukan dalam Yesaya 9.


Terhadap latar belakang nubuat perang dan pembinasaan, kegelapan dan kemuraman ( bab 8), Yesaya telah  menyampaikan nubuat mengenai Mesias—raja mulia yang akan datang.

“Mesias” adalah sebuah istilah Ibrani yang berarti “dia yang diurapi,” yakni, raja yang diurapi. Dalam sebuah pengertian, setiap raja yang telah diurapi di Yerusalem adalah seorang keturunan Daud akan disebut seorang “mashiah” (diucapkan mah-she-ack), seorang messiah. Tetapi Alkitab mengatakan bahwa Yesus Kristus adalah Mesiah itu. Kata Perjanjian Baru “Kristus” adalah translasi Yunani dari kata Ibrani “Mesiah.” Nubuat  Mesianik ini, kemudian, menggenggam pengharapan akan damai dan kebenaran melalui  pemerintahan Yesus sang Mesiah.

Teks ini dapat dibagi menjadi dua bagian:   Terbitnya  era Mesianik ( ayat 1-6) dan   Pemerintahan Mesias yang Adil ( ayat  7-8). Meskipun keseluruhan nas ini  menyajikan informasi yang berguna untuk pesan ini, ayat-ayat yang fokus pada  natur  Mesias adalah kritikal, karena pada ayat-ayat tersebut terletak pengharapan kita  untuk damai yang kekal. Sehingga   perhatian kita yang paling utama akan diberikan pada makna-makna nama sang Anak, memperlihatkan bagaimana deskripsi-deskripsi ini pas secara sempurna dengan natur Tuhan kita  Yesus Kristus.




Era  Mesianik
I.Damai Akan Datang Dengan Terbitnya Era Mesianik ( 9:1-5)


Yesaya mendeklarasikan  bahwa sangat berbeda dengan  eranya yang perang, muram, dan putus asa, ada sedang datang sebuah era ketika damai akan memerintah secara universal. Itu akan dimulai dengan datangnya sang Mesias, raja masa datang yang telah dijanjikan. Sehingga kita menyebutnya  periode Abad Mesianik. Nabi Yesaya disini memperlihatkan bagaimana abad ini digulirkan.



Karena perangm seorang guru perempuan Syria menjadi penembak jitu
Kredit: telegraph.co.uk


A.Perubahan Dalam Situasi-Situasi Akan Mengakhiri Keputusaasaan ( ayat 1,2)


Nas ini mulai dengan pengumuman perubahan
: “Tetapi tidak untuk selamanya negeri itu mengalami kesesakan. Daerah yang didiami suku-suku Zebulon dan Naftali pernah dianggap rendah oleh TUHAN. Tetapi di masa yang akan datang, Ia akan memberi kehormatan kepada seluruh wilayah dari Laut Tengah ke timur sampai seberang Sungai Yordan, bahkan sampai Galilea yang didiami orang asing.


Mengapa? Itu tempat dimana Mesiah akan pertama kali tampil—Galilea tempat orang-orang asing –bukan  Yahudi [rujukan untuk “orang asing”  dapat dijelaskan dengan mengetahui kebijakan Asyria yang membawa banyak orang dari  negeri-negeri yang berlainan. Galilea  sejak dulu selalu merupakan area kosmopolitan karena terletak di rute-rute perdagangan, tetapi berbagai perang telah  membuat Galilea dipenuhi orang-orang asing. Pada masa Yesus, Galilea   memiliki reputasi demikian diamana orang-orang Yahudi yang yang sangat saleh dan benar berperan sangat kecil dalam hal itu.], sebuah tempat  yang dipandang rendah untuk waktu yang panjang, kurang suci dibandingkan dengan Yudea.




Penjelasan peninggian Yudea ditemukan dalam ayat2. “Bangsa yang berjalan di dalam kegelapan telah melihat terang yang besar; mereka yang diam di negeri kekelaman, atasnya terang telah bersinar.” Bahasanya puitis: kegelapan menggambarkan kejahatan, kemuraman, keputusasaan dan kejahatan, dan terang menggambarkan kemakmuran, damai dan sukacita [gambaran ini  bersifat hypocastasis/substitusi. Alkitab suka menggunakan “malam” dan ”kegelapan” untuk menggambarkan kejahatan dan pembinasaan dan keputusasaan, dan terang atau siang untuk  menggambarkan kebenaran, sukacita dan pengharapan. Itu adalah gambar alami untuk mengeksprersikan terbitnya sebuah  hari baru—sebuah permulaan baru setelah kesusahan.].


Bahasa  semacam ini digunakan di bagian lain terkait era Mesianik—Maleakhi berkata bahwa “bagimu akan terbit surya kebenaran dengan kesembuhan pada sayapnya” (4:2). Sehingga peduduk di utara yang telah menderita sedemikian berat memiliki prospek/pengharapan akan sebuah permulaan baru yang mengagumkan.


Kita harus  memperhatikan sambil lalu bahwa kata kerja-kata kerjanya dalam bentuk lampau—dia menuliskannya seolah itu telah terjadi. Itu adalah bahasa profetik. Nabi adalah seorang ‘pelihat” atau visioner. Dia  telah menerima pewahyuan dan  telah merekam apa yang telah dia lihat. Sejauh yang telah dia perhatikan, jika itu  memang telah diperlihatkan  kepada dia dari Allah,  peristiwa itu  sama dengan atau dapat dikatakan telah terjadi. Itu telah pasti, bahkan walau itu belum  berlangsung dalam sejarah.Sehingga “terang” akan   menyinari bangsa yang berjalan dalam “kegelapan,” (ayat 2).


Penggenapan awal nubuat ini terlampau jelas untuk diragukan. Matius mengutip teks ini  (Lihat Matius 4:16)dalam  rangkaian dengan permulaan  pelayanan Yesus di Galilea. Dia adalah terang sejati dunia yang menerangi setiap orang [ini adalah sebuah metafora dimana Yesus diperbandingkan dengan sebuah terang. Gagasan menyinari setiap orang  membawa banyak konotasi; pada jantung  ungkapan, ini pastilah  gagasan tentang menginsafkan dosa, karena Perjanjian Baru menggunakan kegelapan untuk menunjukan kejahatan, dan terang untuk kebenaran].

Dia membawa masuk ke sebuah dunia yang gelap  pekat, anugerah dan kebenaran, dan sebuah janji damai yang pasti. Ketika Dia mulai melayani di  Galilea dengan pengajaran-pengajaran dan mujizat-mujizat-Nya, Dia telah mendemonstrasikan bahwa Dia memang  benar-benar  Mesias ini.



Proklamasi-Nya akan kerajaan melalui  keselamatan adalah apa yang menyudahi keputusasaan, bagi orang-orang percaya pada Dia tidaklah terhilang dalam kemuraman dan keputusasaan, karena mereka tahu  bahwa apa yang telah Dia janjikan akan  terwujud pada kedatangan-Nya yang kedua [Yesaya, seperti nabi-nabi lain, hanya mengatakan apa yang Mesiah akan lakukan, bukan kapan dia akan melakukannya. Mereka memang tidak mengetahui dua hal yang akan terjadi, satu hal tentang  hal mati, dan satu hal lagi  terkait memerintah. Tetapi tidak dapat ada hal memerintah kecuali keselamatan ditegakan pertama-tama].



B. Sang  Mesiah Membawa Sukacita dan Kemakmuran (ayat 3)

Si nabi kini  beralih mengulas TUHAN secara langsung. Kata-katanya menjelaskan apa maknanya bahwa terang akan  melenyapkan kegelapan—sukacita dan  makmur. Si nabi  tidak memberi petunjuk apapun terkait  seberapa segera hal ini akan terjadi [memang benar, transisi dari  bab 8 ke bab 9 dibaca sebagai sebuah kontinuitas langsung, tetapi itu mencakup lebih dari 700 tahun. Kronologi yang pasti tidak mungkin dalam membaca nas-nas profetik. Sang “terang” muncul di Galilea sekitar 2.000 tahun, tetapi kulminasi  dari kata-kata profetik ini masih menanti.]. Tetapi kita memiliki  pewahyuan penuh mengenai Allah tahu bahwa Yesus membuat jelas bahwa dia adalah sang Mesiah,dan era damai dan keadilan masih merupakan hal di masa depan.


Suka cita digambarkan disini luar biasa. Ini adalah jenis suka cita yang  datang saat menuai/panen, atau saat  membagi barang rampasan hasil perang. Menuai adalah sebuah saat suka cita  yang terjadi secara teratur pada Israel; setelah  saat yang lama berjerih lelah di ladang-ladang,mereka akan berkumpul untuk makan dan minum dan merayakan. Alkitab kerap menggunakan analogi menuai untuk menggambarkan kedatangan TUHAN (lihat Matius 3:12 karena panen dan menampi adalah imajiner). Itu adalah sebuah perayaan pengucapan syukur  untuk  penyelesaian panen.


Membagi barang jarahan, adalah penggambaran lain disini, ini agak lebih pedih karena peperangan akan membawa pada kesudahan era  ini. Gambaran ini tentang kemenangan-kemenangan setelah peperangan berakhir, membagikan barang rampasan. Hal semacam ini akan menjadi sebuah perayaan kemenangan yang paling mencemaskan/mendebarkan yang akan mengantarkan pada sebuah era damai.


C. Suka Cita Datang Melalui Penghentian Perang ( ayat 4,5)

Gambaran suka cita saat pembagian barang rampasan membawa secara langsung kedalam penjelasan: si nabi telah melihat lebih dulu waktu ketika TUHAN akan  menghancurkan intimidasi musuh-musuh. Yesaya menarik analogi dengan saat kemenangan  Israel atas orang Midian melalui Gideon oleh kuasa TUHAN [Kiasan pada Midian bertautan dengan nas di Hakim-Hakim. Implikasi utamanya adalah, bahwa Allah akan menyudahi penindasan; tetapi ada juga pandangan bahwa Mesiah akan datang seperti  tokoh Gideon]. Sehingga akan terjadi  lagi.



1967 and 6 days war

Tetapi kemenangan ini akan menjadi  kemenangan yang lebih besar. Ayat 5 berkata bahwa setiap pelaku perang akan habis terbakar  [kalimat yang digunakan  disini bersifat synecdoche; hal –hal yang disebutkan   mewakili  jenis-jenis elemen atau bagian yang lebih besar dalam perang].


Ini tidak akan ada peredaan dalam tindakan, tidak ada perjanjian damai sesaat. Perang akan berakhir. Di tempat lain, Yesaya telah berkata “mereka akan menempa  pedang-pedangnya menjadi mata bajak” (Yesaya 2:4),” yakni, persenjataan-persenjataan militer tidak akan dibutuhkan dalam sebuah damai abadi.



Bagaimana dapat hal-hal ini, mengacu pada situasi dunia yang kita kenal kini?Jawaban atas pertanyaan ini ditemukan dalam bagian kedua dari nubuat yang menggambarkan natur Mesias yang akan  mewujudkan pemerintahan damai dan adil. Jika damai semacam ini datang, seseorang   harus memiliki kemampuan untuk memproduksi dan menghasilkannya.




II Damai Akhirnya Akan Datang Dengan Pemerintahan Mesiah Yang Adil ( 9:6-7)


Yesaya kini beralih memperkenalkan Dia yang akan metransformasi kemuraman dan keputusasaan perang menjadi suka cita dan damai pada  sebuah masa  keadilan-Mesiah.



A. Tuhan Akan  Menyebabkan Kedatangan  Sang Mesiah (Yesaya 9: 6A)

Bagian pertama nubuat sangat akrab bagi orang-orang Kristen: “Sebab seorang anak telah lahir untuk kita, seorang putera telah diberikan untuk kita; lambang pemerintahan ada di atas bahunya.”


Yesaya sangat jitu disini, sebagaimana sekarang kita tahu. Seorang  anak akan dilahirkan kedalam keluarga Daud, dan bahwa ada sebuah kelahiran di Betlehem yang tidak perlu dipertanyakan; tetapi Mesias juga akan menjadi Anak sebagaimana telah dikemukakan, dan bahwa Yesus tidak memperoleh eksistensinya (maksudnya Yesus itu bukan baru ada dalam keberadaan saat di Betlehem. Dia ada sejak kekekalan) di Bethlehem  adalah jelas dari Alkitab.



Mengacu pada Kovenan Davidik (2 Samuel 7:14), istilah “anak” adalah gelar untuk raja [bahasanya bersifat metafora, baik dalam Samuel dan dalam Mazmur 2].  Raja akan  menjadi seperti seorang  anak, seorang anak laki-laki yang diadopsi, untuk  Allah,  mewarisi kerajaan [ Tentu saja ini metafora “anak”  kala diaplikasi pada Yesus juga membawa bersamanya makna bahwa Dia turut berbagi natur Allah—kekal dan ilahi].  Sama  benarnya dengan penglihatan Daniel dimana ekspresi “ Anak Manusia” digunakan ( 7:9-14). Penglihatan Daniel memperlihatkan raja mulia dalam hadirat Yang Maha Kuasa, Yang Lanjut Usianya ( maksudnya secara simbolik menunjukan Yesus telah ada sejak kekekalan, sebuah gelar  bagi sang Anak- editor Anchor), bahwa Dia akan diberikan kerajaan damai. Yesaya mengumumkan bahwa anak  yang akan dilhairkan tersebut akan  menjadi Anak sebagaimana  yang  telah dinyatakan. Ide ini kemudian  telah diklarifikasi oleh Paulus: “Tetapi setelah genap waktunya, maka Allah mengutus Anak-Nya …” (Galatia 4:4).


Perjanjian Baru  membawa kesaksian bahwa Yesus ini adalah Anak yang telah datang  ke dunia. Faktanya, Yesus sendiri mulai  membuktikan asal-usulnya di Surga, bukan di Bethlehem.


Ketika Dia hendak membangkitkan Lazarus dari kematian, dia telah berdoa dan telah memasukan kata-kata ini dalam doa-Nya: ”Aku mengatakannya, supaya mereka percaya, bahwa Engkaulah yang telah mengutus Aku” ( Yohanes 11:42).


Dengan ini Dia  memaksudkan bahwa Dia dari atas (surga), dan mereka dari bawah (dunia). Atau dalam berdebat dengan pemimpin-pemimpin agama, Yesus bertanya bagaimana Daud dapat  memanggil keturunannya “Tuan”-nya, secara jelas memperlihatkan bawa “Anak Daud,” sang Mesiah, adalah lebih besar daripada Daud ( Markus 12:35,36, menimbang Mazmur 110).



Dan tentu saja, kepada perempuan di sumur, Yesus secara jelas telah menyingkapkan diri-Nya: dia berkata, “Ketika Mesias datang, Dia akan menyatakan semua hal kepada kita.” Yesus berkata,” Akulah Dia, yang sedang berkata-kata dengan engkau” (Yohanes 4:25,26).


Jelas. Kemudian, bahwa Yesus telah mengklaim menjadi Mesias, sang Kristus, anak  yang telah lahir kedalam  kaum Daud, Anak yang telah diberikan oleh Allah untuk menjadi Raja yang telah lama ditunggu-tunggu.


Kedatangan Pertama Yesus telah menegakan identitas-Nya; akan tetapi, kedatangan yang pertama tidak  memulai pemerintahan-Nya, karena Dia  belum menyudahi/mengakhiri semua musuh-musuh.


Nubuat yang berbunyi “lambang pemerintahan ada di atas bahunya” (Yesaya 9:5) akan   menjadi kenyataan seutuhnya pada kedatangan-Nya yang kedua—sebuah aspek nubuat-nibuat Mesianik bahwa nabi-nabi tersebut tidak melihat (lihat  1 Petrus 1:10,11). Rujukan pada bahu berangkali sebuah rujukan pada pengenaan  sebuah lencana jabatan pada pundak - lihat
Yesaya 22:22.


Friday, March 22, 2013 file photo provided by the French Army Communications Audio Visual Office, French soldiers arrive at Bangui airport in the Central African Republic. France will send 1,000 troops to the Central African Republic under an expected U.N.-backed mission to keep growing chaos at bay, the defense minister said Tuesday, Nov. 26, 2013, boosting the French military presence in Africa for the second time this year. (AP Photo/Elise Foucaud, ECPAD, File)

[penggambaran dalam Yesaya 22:22 kemudian dapat menjadi  gaya bahasa metonymy atau  menggantikan  satu kata atau frasa dengan  yang lain dimana penggantinya memiliki keterhubungan yang dekat, misal “mahkota” untuk “anggota keluarga kerajaan” atau gaya bahasa hypocatastasis -gaya bahasa yang  menyatakan  sebuah kemiripan, representasi atau perbandingan-lebih kuat daripada  simile ( majas pertautan/persamaan, membandingkan 2 hal yang secara hakiki berbeda, namun dianggap mengandung segi yang serupa, dinyatakan secara eksplisit-menggunakan “seperti”- contoh : mukanya merah seperti kepeting rebus- dan metafora. Kamu  seperti seekor binatang- ini adalah simile, kalau “kamu adalah binatang” ,ini adalah metafora. Namun ketika  hanya   dikatakan , “Binatang!” maka ini adalah hypocatastasis-: penggambaran ini –Yesaya 22:22- dapat menjadi metonymy jika dia benar-benar akan menggunakan lencana, dan  hypocatastasis jika tidak. Yang terakhir berangkali pandangan yang  lebih baik, karena pemerintahan Mesias nampaknya tidak semuanya terjebak secara literal dalam monarki dunia. Yesaya mengatakan bahwa  raja memiliki kunci  Daud di pundaknya.].



Akan  tiba sebuah waktu ketika Anak ini akan memerintah sebagai raja.
Kita dapat berkata bahwa Yesus sekarang memerintah di atas-surga, dan  hal ini secara pasti benar. Tetapi  Yesaya  menyajikan penglihatan sebuah  masa damai dan keadilan universal dalam dunia ini. Ini belum terjadi. Ibrani 1 menyatakan bahwa  peninggian ini akan lengkap ketika Bapa membawa kembali anak sulung-Nya kedalam dunia. Sehingga Yesaya tidak tahu kapan semua  hal ini akan terwujud; hanya tahu bahwa semuanya akan terjadi karena Firman TUHAN telah mendeklarasikannya.



B. Mesias Akan  Menjadi Seorang  Raja Ajaib ( 6b)
Natur sang Mesias sekarang  digambarkan dalam  pendaftaran nama-nama takhtanya. Harus diperhatikan bahwa ini bukanlah nama-nama  dalam pengertian  bahwa kita memiliki nama-nama. Semua ini adalah deskripsi-deskripsi karakter. Nama-nama tersebut dimaksudkan untuk memberikan natur atau signifikansi  pribadi yang dinamai tersebut. Kita menggunakan kata “nama” terkadang  dalam cara ini. Kita dapat  berkata, “Dia  membuat sebuah nama  bagi dirinya sendiri,” yakni, sebuah reputasi. Nama-nama dalam bagian ini  menggambarkan natur sang raja mulia.


Terlebih lagi, pada masa purba raja-raja Timur Dekat dahulu memiliki kebiasaan  mengambil nama-nama takhta ketika mereka menduduki takhta  tersebut. Mereka mengambil   gelar-gelar dan telah menambahkan dan telah menambahkan julukan-julukan bagi nama-nama mereka. Biasanya julukan-julukan  yang mereka pilih terlampau besar atau hebat  bagi manusia-manusia fana. Sebagai contoh, Kerajaan Tengah Mesir, para penguasanya mengambil lima gelar ketika dimahkotai—setiap nama menunjuk pada sejumlah dewa, negeri,  sejumlah ambisi yang ingin mereka capai bagi pemerintahan mereka. Seorang raja  yang telah dimahkotai mendengarkan imam yang berkata. “Biarlah nama-nama hebat  dewa yang baik dan gelar-gelarnya menjadikan mereka [dewa]: merujuk pada: Banteng Perkasa, Dia Yang Mampu Merencanakan, Dipenuhi Dengan Kebenaran, Anak “dewa” yang kepadanya kehidupan diberikan.” Sehingga dalam julukan-julukan para raja akan dipuji  secara sangat megah sebagai  tempat bersemayamnya keperkasaan, hikmat, keajaiban-keajaiban, kebenaran, dan seluruh kehidupan. Semua hal ini, dipastikan, agak  ambisius.



Ada bukti akan gelar-gelar semacam ini di Israel, khususnya dalam kasus-kasus dimana Allah memberikan nama-nama pada raja-raja baru. Mazmur 2,  Mazmur pemahkotaan, mengatakan, “Anak-Ku engkau! Engkau telah Kuperanakkan pada hari ini” (Mazmur 2:7). Sehingga pada hari itu, raja telah menaiki takhta,dia telah dideklarasikan menjadi Anak, yakni, Raja yang telah diurapi Allah. Demikian  juga  dalam 2 Samuel 23:1 ,kita menemukan sebuah pertambahan cepat nama-nama bagi Daud : “Daud, anak/bin Isai, orang yang telah ditinggikan oleh  Yang Maha Tinggi, orang yang telah diurapi oleh Allah Yakub, pemazmur Israel.” Dan kemudian kita melihat TUHAN mengutus nabi-nabi untuk menamai kembali raja-raja, seperti menyebut  Salomo, Yedija-yang dikasihi Allah (2 Samuel 12:25).

Tetapi tidak  ada yang dapat dibandingkan dengan tipe nama-nama yang ditemukan dalam Yesaya 9. Hanya nama-nama ini dapat dibandingkan dengan gelar-gelar kehormatan para raja Mesir. Semua itu adalah nama-nama yang  megah dan ambisius bagi takhta. Setiap nama memiliki sebuah  gelar permanen dan kemudian sebuah elemen penjelasan yang bermacam-macam. Demikian juga dalam Yesaya: Penasehat, Allah, Bapa, dan Raja Damai adalah gelar-gelar permanen; ajaib, perkasa, kekal dan damai adalah elemen-elemen penjelasan yang dapat diganti atau  merupakan variabel.


Tetapi Yesaya sedang meneguhkan bahwa  dia yang akan datang tidak cuma akan memiliki  gelar-gelar hebat, tetapi akan dalam kenyataannya mewujud apa yang diklaim  gelar-gelar itu. Apa  yang sejak lama telah menjadi sebuah harapan, sebuah mimpi liar, atau  monarki-monarki selama berabad-abad dambakan akan secara pasti menjadi sebuah realita pada suatu hari. Dengan seorang raja seperti ini, damai dijamin.



Tidak ada harapan dalam sejumlah raja Mesir pagan yang yang telah membuat klaim-klaim  hebat; satu-satunya harapan  adalah dalam Firman TUHAN yang telah dijanjikan Immanuel- tinggal beserta  kita [sehingga mungkin ada sebuah elemen yang bersifat polemik  disini karena orang-orang Israel tidak akan membuat  perjanjian-perjanjian dengan Mesir untuk keamanan. Sang nabi  berangkali merujuk atau mengiaskan pada gelar-gelar Mesir semata  untuk menunjukan bahwa gelar-gelar semacam itu akan menjadi benar/kenyataan dalam kasus Immanuel]




1. Penasehat Ajaib.
Kata pertama yang digunakan untuk menggambarkan Anak biasanya telah dipisahkan dalam  alkitab-alkitab bahasa Inggris untuk membentuk dua julukan. Tetapi Yesaya sendiri menggabungkan dua terminologi menjadi satu dalam Yesaya 28:29. Sehingga berangkali, terkait dengan gelar-gelar lain, satu kata berfungsi untuk mengualifikasikan kata lainnya—dia adalah seorang  yang ajaib  dari seorang penasehat – Dia ajaib, secara khusus sebagai seorang Penasehat.


Ajaib” adalah sebuah kata yang secara  utama menggambarkan TUHAN atau hal-hal ekstraordinari atau supernatural dalam Kitab suci; ini bermakna “ekstraordinari, melampaui, menakjubkan, ajaib.” Ini tidak digunakan dalam pengertian yang remeh, sebagaimana kita kerap  gunakan  kata Bahasa Inggris “wonderful.”



Sebagai contoh, dalam Kejadian 18 TUHAN telah  mengumumkan kelahiran Ishak kepada Abraham dan Sarah  yang  tua. Ketika Sarah tertawa dalam hatinya, TUHAN tahu dia telah tertawa, berkata,”adakah apapun  juga  terlampau sukar bagi TUHAN? “Sukar” adalah  bahasa kita—adakah apapun juga yang terlampau menakjubkan, ajaib, ekstraordinari, bagi TUHAN? Atau lagi, Daud, sedang merenungkan secara mendalam pada pengetahuan TUHAN, menjadi menyadari bahwa TUHAN mengetahui setiap hal tentang dirinya, pikiran-pikirannya,maksud-maksudnya, bahkan kata-kata yang dia sedang upayakan untuk tuturkan, semuanya (Mazmur 139:1-6). Dia kagum, “pengetahuan semacam itu terlampau ajaib bagiku!” atau lagi, ketika Malaikat TUHAN menampakan dirinya pada Manoah (Hakim-Hakim 13), Manoah menyelidiki, “Siapakah namamu?” jawab-Nya pada Manoah, “Mengapa engkau menanyakan namaku, lihatlah  bukankah namaku  Ajaib?” (Hakim-Hakim 13:18). Kemudian ketika api  pada mezbah naik ke atas, Malaikat Tuhan  yang namanya Ajaib itu naik ke Surga.



Untuk menggambarkan raja ini dengan kata Ibrani “ajaib” adalah melekatkan  pada dirinya  yang ekstraordinari, kemampuan-kemampuan supernatural. Yesus, oleh kata-katanya yang perkasa telah memperlihatkan diri-Nya menjadi Ajaib dalam pengertian ini. Dalam Yohanes 11:25 dia telah berkata, “Akulah kebangkitan  dan siapapun percaya padaku akan hidup, bahkan walaupun dia mati.”


Kemudian, untuk mengotentikan klaim-klaim-Nya, Yesus telah membangkitkan Lazarus dari kematian. Itu adalah  tindakan dan peristiwa ekstraordinari. Itu adalah hal yang melampaui menjakjubkan. Itu adalah ajaib. Kita harus mengatakan  sama dengan Nikodemus bahwa  tidak ada manusia dapat melakukan hal-hal ini terlepas dari Allah. Yesus memiliki kata-kata hidup karena Dia memiliki kuasa atas hidup dan mati.  Seorang  Raja yang seperti apakah Dia  jadinya kelak!



Kata kedua
dalam  gelar ini adalah “Penasehat.” Kata yang bermakna “dia yang memiliki rencana-rencana.” Kata ini bermakna dia memiliki hikmat untuk memerintah. Yesaya 11:2 akan menjelaskan bahwa raja ini, Immanuel ini, memiliki Roh Penasihat, yakni, hikmatnya untuk  memerintah adalah pemberian Allah (bandingkan dengan hikmat Salomo). Kata ‘raja’ juga seperti terminologi-terminologi terkait lainnya berkaitan dengan gagasan membuat keputusan. Raja-raja membuat keputusan-keputusan; mereka memberikan nasihat. Terkadang, raja-raja harus melibatkan diri mereka dengan para penasihat untuk membuat keputusan-keputusan yang benar. Tetapi raja ini akan menjadi seorang ajaib, secara khusus sebagai seorang penasehat.


  • Pengajaran-Pengajaran  dan penghakiman-penghakiman Yesus telah memperlihatkan bahwa Dia adalah seorang penasehat agung. Wawasannya adalah supernatural—Dia telah  mengetahui apa yang ada dalam diri orang.

  • Dalam Yohanes 1:48-51 Dia secara benar telah menganalisa Natanael; Yesus telah mengatakan, “Aku telah melihat engkau selahi kamu ada dibawah pohon ara sebelum Filipus memanggilmu.” Terhadap hal ini, Natanael telah menjawab,” Rabi, Engkau adalah Anak Allah, Engkau adalah Raja Israel.” Dia telah mengenali sang Penasehat Ajaib ketika Dia  tampil.  

  • Demikian juga perempuan  di sumur dalam Yohanes 4. Perempuan tersebut berkata, “Datang dan lihat orang itu telah mengatakan segala hal yang pernah aku lakukan. Tidakah  dia ini adalah Kristus? Atau lagi, ketika orang-orang Yahudi mengutus orang-orang untuk menangkap Yesus, mereka  kembali dengan tangan kosong.

  • Alasan mereka?  Tidak ada yang pernah bicara seperti orang ini” (Yohanes 7:26).  Kerja Tuhan kita terus berlanjut hingga hari ini, karena ketika Dia pergi   meninggalkan dunia ini (kembali ke surga), Yesus telah berjanji untuk mengirimkan Penasihat lainnya ( Yohanes 14:16), Roh Kudus, yang akan  terus memberikan nasihat melalui Firman-Nya, untuk menyadarkan, untuk mengajar, untuk menransformasi orang.


Apa yang telah membuat Yesus menjadi  seorang
penasehat ajaib? Dia telah mengetahui apa yang ada dalam diri manusia (Yohanes 2:25). Dia  memiliki pengetahuan yang ajaib yang  telah dikatakan Daud. Dan itu masih  berlanjut. Apakah yang ada dalam tujuh surat kepada jemaat-jemaat dalam  kitab Wahyu meruapakan tema konstan-Nya? Yesus berkata,” Aku tahu pekerjaan-pekerjaanmu.” Itu memerlukan sangat sedikit penjelasan; itu adalah jelas segamblang-gamblangnya.




2. Allah yang Perkasa. 

Tidak hanya Mesias itu  adalah ajaib dalam nasihat, dia  telah menjadi citra Allah yang belum pernah ada seperti dia sebelumnya. Istilah “Allah” dapat digunakan   raja-raja dan hakim-hakim dalam Perjanjian Lama [ Musa dalam Keluaran 7:1 disebuat sebagai seorang allah; dalam Mazmur 82 disebuat “para allah.”  Sehingga terminologi ini dapat digunakan untuk para pemimpin teokratis yang berbicara bagi Allah]


Tetapi Yesaya tidak menggunakan istilah tersebut dalam cara seperti ini, selain itu adalah satu-satunya makna disini. Pada setiap kesempatan lain, Yesaya menggunakan istilah “Tuhan” (‘el) yang dia maksudkan  ketuhanan. Faktanya, Yesaya baru saja mengumumkan dalam bab 7 dan 8 bahwa raja ini akan dikenal sebagai  Immanu-’el ‘, Tuhan berserta kita.” Untuk mengatakan ‘seorang raja bersama dengan kita’ akan memberikan efek kecil. Tetapi mengatakan bahwa seorang raja sedang  datang, yang memiliki kuasa, yang akan memperlihatkan bahwa Allah ada bersama dengan umat—itu adalah sebuah  Tanda.


Ada nas lain yang menggunaka “perkasa” dan “Allah” bersama-sama untuk menggambarkan Mesias. Mazmur 45:3,6 berkata, ” Ikatkan pedangmu di pinggang, hai raja perkasa,… Takhtamu, O Tuhan, selama-lamanya [ayat ini dikutip dalam Kitab Ibrani-Perjanjian Baru sebagai  yang telah digenapi dalam Yesus Kristus. Bahasa dalam Mazmur dapat dikenakan pada seorang raja manusia dalam cara umum, tetapi penulis Kitab Ibrani (Ibrani 1:8), mengambil banyak nas bersama-sama dalam  ulasan mendalam, telah melihat bagaimana pada puncaknya telah diterapkan secara literal pada Kristus]. Sehingga sang Raja akan dikenal sebagai yang berkuasa penuh, Allah yang perkasa.



Julukan ini, tak peduli bagaimanapun diterjemahkan, akan terlampau besar  untuk semata manusia biasa-fana. Gelar ini secara aktual membawa ideologi “divine kingship “ atau “penguasa yang menjadi representasi  ilahi” masuk kedalam  Yerusalem dan  memberlakukanya pada sejumlah raja masa mendatang.


Tetapi Yesus telah mengklaim hal semacam ini bagi diri-Nya sendiri juga. Dia telah menglaim menjadi ilahi.  Menurut Yohanes 8:58, Dia  telah mengidentifikasikan diri-Nya sendiri sebagai AKU ADALAH yang agung dari Perjanjian Lama, Tuhan Allah Israel yang berdaulat. Dalam Matius 24:30 dia telah mengumumkan, “Semua kuasa telah diberikan kepadaku. “ AKU ADALAH —“semua kuasa.” Singkatnya, Yesus adalah Allah yang Perkasa.


Para Rasul-rasul  bersaksi pada hal ini. Yohanes mendeklarasikan Dia adalah Allah dalam daging, agen penciptaan ( Yohanes 1:1-3). Dan Paulus mengingatkan kita akan keilahian-Nya dan kuasa-Nya dalam Efesus 1:18-21. Apa yang mungkin terlihat bagi pendengar Yesaya menjadi sebuah gelar yang  terhormat, atau sebuah deskripsi tentang dia yang akan memerintah sebagai “seorang penguasa dengan kuasa untuk bertindak, mewakili Bapa “, telah menjadi  benar dan literal dalam Yesus Kristus secara historis; karena Allah yang perkasa telah datang dalam manusia.




3.Bapa  yang Kekal


Gelar ketiga dalam banyak hal adalah yang paling luar biasa/menyolok. Kata ini secara literal ‘bapa yang  abadi,” yakni, sosok yang secara abadi menjadi bapak. Di kawasan  orang Kanaan, dewa  tinggi disebut “ bapa tahun-tahun,” dan   gelar ini dalam  Ibrani terlihat mengusung makna yang sama [teks Ugaritik memiliki kata ‘abu sanimi,’ yang artinya ‘bapa atas tahun-tahun.” Ekspresi-ekspresi orang Kanaan kerap sama dengan Ibrani; hanya saja mereka menerapkannya pada pribadi-pribadi yang salah]. Gelar ini menggambarkan orang yang menghasilkan, mengarahkan, dan adalah tuan atas abad-abad.


Gelar ini  mungkin diambil atau dikenakan untuk memaknakan bahwa raja ajaib ini memiliki daya tahan atau kekekalan untuk memerintah. Tetapi penggunaan terminologi-terminologi dalam Perjanjian Lama menganjurkan pandangan lainya. Sang Mesias—sang Raja—harus dikenal sebagai “Anak,” bukan Bapa, merujuk pada Kovenan atau Perjanjian Davidik. Kovenan ini mengatakan bahwa Allah akan menjadi Bapa bagi sang Raja, dan raja itu akan menjadi seorang anak bagi Dia ( 2 Samuel 7:14). Tetapi disini dalam Yesaya, Anak disebut Bapa. Poin dalam  kitab Yesaya ini adalah bahwa TUHAN  yang berdaukat yang telah selalu memahkotai raja-raja Davidik akan datang dan memerintah sebagai Mesias.



Ini kelihatan seperti  kebingungan pada “pribadi-pribadi” mengemuka dalam sepasang nubuat-nubuat lainnya. Dalam Yesaya 48:15-16, TUHAN Allah Mahakuasa sedang berbicara dan mengatakan “Aku, Akulah yang mengatakannya dan yang memanggil dia juga, Akulah yang mendatangkan dia, dan segala usahanya akan berhasil. Mendekatlah kepada-Ku, dengarlah ini: Dari dahulu tidak pernah Aku berkata dengan sembunyi dan pada waktu hal itu terjadi Aku ada di situ." Dan sekarang, Tuhan ALLAH mengutus aku dengan Roh-Nya”. 


Fenomena yang sama, TUHAN  yang berdaulat mengutus Mesias dan Mesias yang diutus, ditemukan dalam Malaekhi 3:1-5:

(1) Mendekatlah kepada-Ku, dengarlah ini: Dari dahulu tidak pernah Aku berkata dengan sembunyi dan pada waktu hal itu terjadi Aku ada di situ." Dan sekarang, Tuhan ALLAH mengutus aku dengan Roh-Nya. (2) Siapakah yang dapat tahan akan hari kedatangan-Nya? Dan siapakah yang dapat tetap berdiri, apabila Ia menampakkan diri? Sebab Ia seperti api tukang pemurni logam dan seperti sabun tukang penatu. (3) Ia akan duduk seperti orang yang memurnikan dan mentahirkan perak; dan Ia mentahirkan orang Lewi, menyucikan mereka seperti emas dan seperti perak, supaya mereka menjadi orang-orang yang mempersembahkan korban yang benar kepada TUHAN. (4) Maka persembahan Yehuda dan Yerusalem akan menyenangkan hati TUHAN seperti pada hari-hari dahulu kala dan seperti tahun-tahun yang sudah-sudah. (5) Aku akan mendekati kamu untuk menghakimi dan akan segera menjadi saksi terhadap tukang-tukang sihir, orang-orang berzinah dan orang-orang yang bersumpah dusta dan terhadap orang-orang yang menindas orang upahan, janda dan anak piatu, dan yang mendesak ke samping orang asing, dengan tidak takut kepada-Ku, firman TUHAN semesta alam.

Sekarang semuanya ini terlihat sedikit membingungkan, tetapi pernyataan-pernyataan Yesus mengonfirmasi fakta bahwa “Anak” yang diberikan juga dikenal sebagai Bapa. Yesus berkata, “Aku bukan dari dunia ini” (Yohanes 8:23). “Aku telah datang dalam nama Bapa-Ku” (Yohanes 5:43), dan akhirnya, Aku dan Bapa satu’-Yohanes 10:30 [Pernyataan-pernyataan individual kitab suci mengenai Mesias ( dalam Perjanjian Lama) dan  yang  Yesus buat ( dalam perjanjian lama) kerap dapat memunculkan satu atau dua interpretasi. Tetapi ketika  pernyataan-pernyataan tersebut diletakan bersama, maka secara jelas menunjuk dalam arah yang sama. Dan orang-orang Yahudi telah memahaminya dengan jelas, karena mereka telah menuduh Yesus menghujat.  Salah satu dari bukti-bukti terbaik makna dari apa yang Kristus telah katakan  adalah respon ini.].  Nama-nama semacam ini milik kepunyaan Tuhan, bukan hanya ciptaan  yang ilahi semata atau mahkluk spiritual, tetapi kepunyaan sang Allah.



4. RAJA  (Pangeran)  Damai.

Gelar terakhir ini bermakna bahwa Mesias akan menjadi sosok yang menjamin  berkat-berkat bagi umat-Nya. Dia akan menjadi seorang pangeran yang membawa damai.

Kata “damai” digunakan sebagai sebuah julukan bagi TUHAN serta juga bagi Raja. Dalam Hakim-Hakim 6:24 dikarenakan salam “damai” dari Malaikat TUHAN, tempat itu disebut ‘TUHAN adalah damai.”  Setiap kali TUHAN mengunjungi umatnya, apakah oleh Malaikat TUHAN atau oleh Mesias yang dijanjikan,  kunjungan itu untuk mengumumkan atau menjanjikan damai bagi dunia ( Yesaya 11:6-9; Mazmur 72:3,7).

Tetapi konsep Ibrani  mengenai “damai” lebih dari sekedar lenyapnya perang. Bagi Yesaya, damai adalah sebuah kondisi yang mana didalamnya semua hal mengikuti destini mereka tanpa  gangguan. Dibagian lain,  nabi ini  akan mengatakan  singa akan berbaring dengan anak domba, dan anak-anak akan bermain dekat sarang ular tedung  (Yesaya 11:7-8). Karena itu penglihatan Yesaya akan Era Mesianik akan berkulminasi dalam  nubuat langi baru dan sebuah bumi baru—akan ada sebuah ciptaan baru sepenuhnya!


  • Ini pada  poin ini dimana kita  menemukan sedikit kesulitan dalam Perjanjian Baru. Yesus telah mengklaim menjadi Mesias, tidak diragukan; tetapi pengajaran-pengajaran-Nya tentang damai terlihat menjadi  bersifat kontradiksi. Yesus berkata, “Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu … Aku akan memberi kelegaan kepadamu.” (Matius 11:28). Yesus juga telah  berkata, “Damai Aku berikan kepadamu”—tidak seperti yang dunia berikan ( Yohanes 14:27; 16:33).
  • Damai yang  Yesus bawa adalah sebuah damai yang melampaui semua pengertian. Tetapi Yesus juga telah berkata , “Aku datang bukan untuk membawa damai, tetapi sebuah pedang” (Matius 10:34); “Dalam hidup  ini kamu akan mengalami kesukaran dan penganiayaan”, Yohanes 16:33 :”Semuanya itu Kukatakan kepadamu, supaya kamu beroleh damai sejahtera dalam Aku. Dalam dunia kamu menderita penganiayaan, tetapi kuatkanlah hatimu, Aku telah mengalahkan dunia."
  • Jadi Yesus  menahan prospek damai yang  amat dekat seperti disampaikan Yesaya  kepada murid-murid-Nya. Yesus berkata bahwa Dia telah mengutus mereka  ke tengah-tengah serigala, bahwa saudara akan bangkit melawan saudara, dan orang-orang akan membenci mereka dan menyeret  mereka ke hadapan  para penguasa ( bandingkan dengan Lukas 21:12-19).



Kesimpulan sederhana dan  terlihat  jelas adalah, bahwa Yesus membawa damai dengan Allah melalui penebusan oleh kematian dan kebangkitan-Nya, dan pada akhirnya akan membawa damai  total melalui pemerintahan-Nya yang  ditinggikan atas seluruh bumi. Yesus telah berkata bahwa kerajaan itu telah ada didalam kita, dan bahwa kerajaan itu juga akan datang dengan   cahaya-cahaya kilat di langit ( Matius 24:27; Lukas 17:20-25). Sehingga kita masih menantikan penggenapan penglihatan Yesaya  tentang damai dalam dunia yang didera kesulitan.



C. Mesias  Akan Memerintah Dalam Keadilan (7)

Nabi Yesaya mendeklarasikan damai dan keadilan akan  menjadi karakteristik pemerintahan Mesias. Hal semacam ini belum terjadi sekarang, tetapi pasti  akan datang. Itu sebabnya orang-orang Kristen berdoa, “Datanglah  kerajaan-Mu, jadilah kehendak-Mu di  bumi seperti di surga” (Matius 6:10). Pemerintahan Mesias kemudian  menjadi keadaan yang kekal- 1 Korintus 15:23-25 :

(23) Tetapi tiap-tiap orang menurut urutannya: Kristus sebagai buah sulung; sesudah itu mereka yang menjadi milik-Nya pada waktu kedatangan-Nya. (24) Kemudian tiba kesudahannya, yaitu bilamana Ia menyerahkan Kerajaan kepada Allah Bapa, sesudah Ia membinasakan segala pemerintahan, kekuasaan dan kekuatan. (25) Karena Ia harus memegang pemerintahan sebagai Raja sampai Allah meletakkan semua musuh-Nya di bawah kaki-Nya.


Semua ini akan diselesaikan oleh “semangat TUHAN” [Kata Ibrani untuk “semangat” menggambarkan sebuah kekuatan hasrat untuk  mempertahankan sebuah  institusi atau kepemilikan  yang  diancam. Ketika kata itu menggambarkan sebuah  hasrat yang bersemangat untuk hal yang salah, atau dengan  motivasi yang salah, kata itu dalam bahasa Ibrani  bermakna “kecemburuan, iri.” Tetapi ketika motifnya benar, maknanya adalah semangat.].


Pada satu sisi “semangat” disini mengindikasikan kebencian ilahi terhadap kehormatan yang  begitu lama diselewengkan; dan pada sisi lain,  kata  Ibrani tersebut bermakna  bahwa  Kasihnya menyala-nyala untuk menggenapi janji-janji-Nya bagi umat-Nya sendiri.



Kesimpulan
Gagasan sentral nubuat Yesaya adalah sebagai berikut: Damai  utuh dan kekal datang  dengan pemerintahan Mesias ilahi yang adil. Nabi Yesaya percaya akan terjadi di masa depan kelak  bahwa kemuraman  pada prospek perang akan digantikan oleh sukacita damai. Damai tersebut hanya dapat dituntaskan melalui seorang Raja yang adalah seorang Penasihat Ajaib, Allah Perkasa, Bapa  yang Kekal, dan Raja Damai. Keadilan dan damai adalah mustahil tanpa Dia; tidak ada yang mustahil bagi Dia.


Kata-kata nabi Yesaya memberikan pengharapan bagi generasinya. Allah tidak meninggalkan umat-Nya pada invasi dan  malapetaka, tetapi telah menjanjikan bahwa  meskipun  hidup dalam kemungkinan perang  pada hari-hari mendatang, ada sebuah masa depan gemilang didepan. Dan pada malam kelahiran Yesus, bangsa Israel juga mengalami   tekanan konflik dunia dan  itu membawa keputusasaan.


Kedalam dunia Yesus telah datang, secara jelas mengklaim menjadi Mesias Israel, Raja Ajaib ini. Tetapi kedatangan pertamanya adalah untuk meletakan dasar kemuliaan yang akan datang nantinya,  yakni, kematian-Nya di salib akan memperdamaikan orang-orang kepada  Allah, membawa mereka kedalam  tempat kekal bersama dengan Allah melalui pengampunan dosa-dosa. Dan demikian sekarang sebagaimana kita lihat kedepan  pada kedatangan-Nya kembali, kata-kata Yesaya memberikan pengharapan bagi kita juga. Perang-perang dan konflik-konflik memenuhi dunia; keputusasaan dan depresi menyertai takut akan  bahaya dan agresi. Tetapi Firman Tuhan jelas: ada datang sebuah  saat damai yang utuh dan abadi dengan datangannya sang Mesias. Ada harapan. Kita yang mengenal TUHAN  dengan iman tidak perlu putus asa seperti mereka yang tanpa pengharapan.


Tetapi apa kemudian yang harus kita lakukan selagi kita menantikan Raja ini?

Pertama, adalah tugas kita untuk meneruskan pelayanan Yesaya yang telah dia lakukan, untuk mengumumkan kepada dunia bahwa satu-satunya harapan adalah Yesus sang Mesias. Kepedulian utama kita adalah bahwa orang-orang menemukan damai kekal dengan Allah. Kita adalah duta-duta bagi Raja ini, memanggil orang-orang lain  untuk diperdamaikan dengan Allah. Dan  apakah yang menyertai  selama  masa ini? Kehidupan kita pasti dimurnikan dari dosa sehingga kita dapat menghadirkan bagi orang-orang lain, pengharapan dan keadilan. Upaya-upaya  kita harus  dilakukan tanpa lelah untuk mendeklarasikan pada dunia bahwa pengharapan damai terletak pada Yesus Kristus dan tidak ada siapapun yang  lain.  Dan pengedepanan  untuk memperkenalkan  damai dan keadilan harus konsisten dengan  pemberitaan diri kita, dalam keluarga-keluarga kita, komunitas-komunitas kita dan dunia kita.


Tetapi yang kedua, nas ini juga menginstruksikan kita mengenai sumber daya-sumber daya yang tersedia bagi kita bahkan sekarang dari Raja kita. Kita tahu bahwa:

  • Yesus adalah Penasehat Ajaib, sehingga kita dapat memperoleh instruksi dan panduan bagi kehidupan-kehidupan kita dari Dia dalam Firman-Nya.  
  • Dia adalah Allah yang perkasa, karena semua kuasa telah diberikan kepada Dia, sehingga kita dapat mempercayai Dia untuk menuntaskan hal hebat dalam dan melalui kita.  
  • Dia adalah Bapa  yang kekal, sehingga kita dapat menjadi tenang dalam stabilitas, mengetahui  apa yang dibawa oleh Tuhan kita yang berdaulat.
  • Dan, Dia adalah  Raja Damai kita, sehingga kita dapat  tinggal dalam Dia, tahu bahwa dikarenakan oleh Yesus Kristus semuanya baik antara kita dan Allah. Keyakinan diri yang lebih besar, dan pelayanan yang lebih hebat.


Referensi   

  • Bourke, Joseph. “The Wonderful Counselor.” CBQ 22 (1960):123-143.

  • Brodie, Louis. “The Children and the Prince: The Structure, Nature, and Date of Isaiah 6-12.” Bib. Theol. Bull. 9 (1979):27-31.

  • Carlson, R. A. “The Anti-Assyrian Character of the Oracle in Isaiah 9:1-6.” VT 24 (1974):130-135.

  • Crook, Margaret B. “Did Amos and Micah Know Isaiah 9:2-7 and 11:1-9?” JBL 73 (1954):144-151.

  • Driver, G. R. “Isaiah ix 5-6.” VT 2 (1952):356-357.

  • Rignell, Lars G. “A Study of Isaiah 9:2-7.” T Luth Q 7 (1955):31-35.

  • Snaith, Norman H. “The Interpretation of El Gibbor in Isaiah ix. 5 (EVV v. 6).” The Expository Times 52 (1940-41):36-37.

  • Treves, Marco. “Little Prince Pele-Joez.” VT 17 1967):464-77.

  • Wolf, Carl Umhau. “Luther on the Christmas Prophecy, Isaiah 9.” T Luth Q 5 (1953):388-90.



The Glorious Messiah and the Messianic Age Isaiah 9:1-7|diterjemahkan dan diedit oleh: Martin Simamora








No comments:

Post a Comment