Pages

08 November 2013

Pemerkosaan Dina

Oleh :Pdt. Budi Asali, M.Div



Pemerkosaan Dina
Kebaktian   G. K. R. I. ‘GOLGOTA’
Minggu, tgl 3 Nopember 2013, pk 08.00

 
Credit : thehollywoodreporter



 Kej 34:1-31 - “(1) Pada suatu kali pergilah Dina, anak perempuan Lea yang dilahirkannya bagi Yakub, mengunjungi perempuan-perempuan di negeri itu. (2) Ketika itu terlihatlah ia oleh Sikhem, anak Hemor, orang Hewi, raja negeri itu, lalu Dina itu dilarikannya dan diperkosanya. (3) Tetapi terikatlah hatinya kepada Dina, anak Yakub; ia cinta kepada gadis itu, lalu menenangkan hati gadis itu. (4) Sebab itu berkatalah Sikhem kepada Hemor, ayahnya: ‘Ambillah bagiku gadis ini untuk menjadi isteriku.’ (5) Kedengaranlah kepada Yakub, bahwa Sikhem mencemari Dina. Tetapi anak-anaknya ada di padang menjaga ternaknya, jadi Yakub mendiamkan soal itu sampai mereka pulang. (6) Lalu Hemor ayah Sikhem, pergi mendapatkan Yakub untuk berbicara dengan dia. (7) Sementara itu anak-anak Yakub pulang dari padang, dan sesudah mendengar peristiwa itu orang-orang ini sakit hati dan sangat marah karena Sikhem telah berbuat noda di antara orang Israel dengan memperkosa anak perempuan Yakub, sebab yang demikian itu tidak patut dilakukan. (8) Berbicaralah
Hemor kepada mereka itu: ‘Hati Sikhem anakku mengingini anakmu; kiranya kamu memberikan dia kepadanya menjadi isterinya (9) dan biarlah kita ambil-mengambil: berikanlah gadis-gadis kamu kepada kami dan ambillah gadis-gadis kami. (10) Tinggallah pada kami: negeri ini terbuka untuk kamu; tinggallah di sini, jalanilah negeri ini dengan bebas, dan menetaplah di sini.’ (11) Lalu Sikhem berkata kepada ayah anak itu dan kepada kakak-kakaknya: ‘Biarlah kiranya aku mendapat kasihmu, aku akan memberikan kepadamu apa yang kamu minta; (12) walaupun kamu bebankan kepadaku uang jujuran dan uang mahar seberapa banyakpun, aku akan memberikan apa yang kamu minta; tetapi berilah gadis itu kepadaku menjadi isteriku.’ (13) Lalu anak-anak Yakub menjawab Sikhem dan Hemor, ayahnya, dengan tipu muslihat. Karena Sikhem telah mencemari Dina, adik mereka itu, (14) berkatalah mereka kepada kedua orang itu: ‘Kami tidak dapat berbuat demikian, memberikan adik kami kepada seorang laki-laki yang tidak bersunat, sebab hal itu aib bagi kami. (15) Hanyalah dengan syarat ini kami dapat menyetujui permintaanmu: kamu harus sama seperti kami, yaitu setiap laki-laki di antara kamu harus disunat, (16) barulah kami akan memberikan gadis-gadis kami kepada kamu dan mengambil gadis-gadis kamu; maka kami akan tinggal padamu, dan kita akan menjadi satu bangsa. (17) Tetapi jika kamu tidak mendengarkan perkataan kami dan kamu tidak disunat, maka kami akan mengambil kembali anak itu, lalu pergi.’ (18) Lalu Hemor dan Sikhem, anak Hemor, menyetujui usul mereka. (19) Dan orang muda itu tidak bertangguh melakukannya, sebab ia suka kepada anak Yakub, lagipula ia seorang yang paling dihormati di antara seluruh kaum keluarganya. (20) Lalu pergilah Hemor dan Sikhem, anaknya itu, ke pintu gerbang kota mereka dan mereka berbicara kepada penduduk kota itu: (21) ‘Orang-orang itu mau hidup damai dengan kita, biarlah mereka tinggal di negeri ini dan menjalaninya dengan bebas; bukankah negeri ini cukup luas untuk mereka? Maka kita dapat mengambil gadis-gadis mereka menjadi isteri kita dan kita dapat memberikan gadis-gadis kita kepada mereka. (22) Namun hanya dengan syarat ini orang-orang itu setuju tinggal bersama-sama dengan kita, sehingga kita menjadi satu bangsa, yaitu setiap laki-laki di antara kita harus disunat seperti mereka bersunat. (23) Ternak mereka, harta benda mereka dan segala hewan mereka, bukankah semuanya itu akan menjadi milik kita? Hanya biarlah kita menyetujui permintaan mereka, sehingga mereka tetap tinggal pada kita.’ (24) Maka usul Hemor dan Sikhem, anaknya itu, didengarkan oleh semua orang yang datang berkumpul di pintu gerbang kota itu, lalu disunatlah setiap laki-laki, yakni setiap orang dewasa di kota itu. (25) Pada hari ketiga, ketika mereka sedang menderita kesakitan, datanglah dua orang anak Yakub, yaitu Simeon dan Lewi, kakak-kakak Dina, setelah masing-masing mengambil pedangnya, menyerang kota itu dengan tidak takut-takut serta membunuh setiap laki-laki. (26) Juga Hemor dan Sikhem, anaknya, dibunuh mereka dengan mata pedang, dan mereka mengambil Dina dari rumah Sikhem, lalu pergi. (27) Kemudian datanglah anak-anak Yakub merampasi orang-orang yang terbunuh itu, lalu menjarah kota itu, karena adik mereka telah dicemari. (28) Kambing dombanya dan lembu sapinya, keledainya dan segala yang di dalam dan di luar kota itu dibawa mereka; (29) segala kekayaannya, semua anaknya dan perempuannya ditawan dan dijarah mereka, juga seluruhnya yang ada di rumah-rumah. (30) Yakub berkata kepada Simeon dan Lewi: ‘Kamu telah mencelakakan aku dengan membusukkan namaku kepada penduduk negeri ini, kepada orang Kanaan dan orang Feris, padahal kita ini hanya sedikit jumlahnya; apabila mereka bersekutu melawan kita, tentulah mereka akan memukul kita kalah, dan kita akan dipunahkan, aku beserta seisi rumahku.’ (31) Tetapi jawab mereka: ‘Mengapa adik kita diperlakukannya sebagai seorang perempuan sundal!’”.

I) Sikhem dan Hemor.

1)   Sikhem memperkosa Dina (ay 2).

a)Ini bermula dari kesalahan Dina.
Kalau ini dikatakan sebagai ‘kesalahan’, maka maksudnya bukan suatu kesalahan secara moral, tetapi suatu kecerobohan atau ketidak-hati-hatian. Dina berjalan-jalan / pergi sendirian, bahkan pergi sendirian ke tengah-tengah orang kafir / mengunjungi perempuan-perempuan kafir (ay 1).

Credit: listtoptens.com
Dari Kej 12:15  20:2  26:7 dimana Sara / Ribka ‘disambar’ dan mau diperistri oleh Firaun / Abimelekh, sebetulnya sudah terli­hat bahwa pada jaman itu merupakan suatu hal yang berbahaya bagi seorang perempuan untuk berjalan-jalan sendirian. Dina seharusnya tahu akan hal itu, tetapi ia tetap melakukannya.


  • Calvin menambah kesalahan Dina ini dengan membandingkan dengan Tit 2:4-5, yang berbunyi: “(4) dan dengan demikian mendidik perempuan-perempuan muda mengasihi suami dan anak-anaknya, (5) hidup bijaksana dan suci, rajin mengatur rumah tangganya, baik hati dan taat kepada suaminya, agar Firman Allah jangan dihujat orang”.
Ayat ini menunjukkan bahwa seorang perempuan seharusnya ada di rumah untuk mengurus rumah tangga / keluarga, dan bukannya keluyuran di jalanan!


Penerapan:
 1.  Jangan berpikir bahwa Tuhan tidak mungkin membiarkan anakNya diperkosa!


Nyatanya di sini Tuhan membiarkan Dina diperkosa! Tidak ada dasar Kitab Suci apapun yang bisa dipertanggung-jawabkan yang menjamin bahwa seorang anak Tuhan tidak mungkin bisa diperkosa. Menyatakan hal seperti itu bisa memberi penderitaan tambahan bagi seorang gadis kristen yang diperkosa. Sudah diperkosa masih dianggap tidak kristen!
-

Dalam jaman perang dunia II, ada banyak gadis kristen diperkosa oleh Nazi Jerman, seperti terlihat dari film Hiding Place, yang merupakan suatu film yang berdasarkan fakta. Karena itu gadis-gadis kristen wajib berhati-hati, supaya tidak menjadi korban perkosaan! Hati-hati dalam hal apa saja?


a.Tempat kemana saudara pergi (tempat sunyi / gelap, daerah rawan, kamar tidur, bahkan rumah orang yang tidak terlalu dikenal).

b.Saat saudara pergi (malam hari, jamnya bubaran sepakbola).
c.Pakaian yang saudara pakai untuk pergi (pakaian yang merang­sang).
d. Makanan dan minuman yang disuguhkan kepada saudara oleh orang yang tidak terlalu dikenal (mengandung obat bius dsb).
e.   Cara duduk.
Biarpun saudara sebetulnya tidak memakai pakaian yang merangsang, tetapi kalau saudara duduk secara sembarangan, itu bisa mengundang kekurang-ajaran atau bahkan keinginan memperkosa.

"ilustrasi"

f.    Sikap (sikap genit, bicara dengan jarak terlalu dekat dengan seorang laki-laki dsb).
g.   Orang dengan siapa saudara pergi, baik laki-laki maupun perempuan.
Kalau saudara pergi dengan orang yang tidak bermoral, orang akan beranggapan saudara juga tidak bermoral, dan itu lebih memungkinkan dia kurang ajar, memperkosa dsb.
 
Credit: arabianbusiness.com
Catatan:

  • bagaimanapun salahnya seorang gadis (pergi malam-malam, pergi sendirian ke tempat sunyi / daerah rawan, mengenakan pakaian yang merangsang, dsb), tetapi kalau terjadi perkosaan, jangan pernah menyalahkan / memarahi gadis itu (bdk. ay 26 - Dina diambil kembali tetapi tidak dimarahi / dihukum). Seorang gadis yang diperkosa sudah cukup menderita, dan jangan sekali-kali menambah penderitaan itu dengan memarahi / menghukumnya.
 
  • pembahasan kesalahan Dina sama sekali tidak bertujuan untuk mengurangi kesalahan dari Sikhem! Seorang mengatakan: tidak ada gadis dalam sikon apapun yang layak (deserve) untuk diperkosa!
 
 

2.   Kehamilan karena perkosaan.


Karena sekarang ini banyak dibicarakan tentang kehamilan karena perkosaan yang terjadi pada tanggal 14 Mei 1998, dan boleh tidaknya melakukan pengguguran kandungan dalam kasus seperti itu, maka saya akan membahasnya di sini. Saya heran mendengar adanya hamba-hamba Tuhan yang ‘top’ yang mengijinkan pengguguran kandungan dalam kasus seperti itu! Saya berpendapat bahwa dalam kasus seperti itupun tetap dilarang melakukan abortus / pengguguran kandungan!


  • John Stott: “Or perhaps her pregnancy is due to adultery or incest or rape, and these tragedies are great enough in themselves without adding to them an unplanned, unwanted child. ... All these cases, and many more, cause great personal suffering, and arouse our sincere Christian compassion. It is easy to understand why some women in such situations opt for the abortion which seems to them the only escape, ... But Christians who confess Jesus as Lord, and who desire to live under the authority of his truth, justice, and compassion, can never be pure pragmatists. We have to ask ourselves what principles are involved. Our compassion needs both theological and moral guidelines. If it is expressed at the expense of truth or justice, it ceases to be genuine compassion”


    (= Atau mungkin kehamilannya disebabkan oleh perzinahan atau incest / perzinahan dalam keluarga atau pemerkosaan, dan tragedi ini sudah cukup besar tanpa ditambahi dengan anak yang tak direncanakan dan tak dikehendaki. ... Semua kasus ini, dan banyak lagi kasus lain, menyebabkan penderitaan pribadi yang hebat, dan membangkitkan belas kasihan Kristen kami. Mudah untuk dimengerti mengapa beberapa perempuan dalam situasi seperti itu memilih untuk melakukan abortus / pengguguran, yang bagi mereka merupakan satu-satunya jalan keluar, ... Tetapi orang Kristen yang mengakui Yesus sebagai Tuhan, dan yang ingin hidup di bawah otoritas kebenaran, keadilan dan belas kasihanNya, tidak pernah bisa menjadi pragmatis yang murni. Kita harus bertanya kepada diri kita sendiri prinsip-prinsip apa yang terlibat. Belas kasihan kita membutuhkan pedoman theologia maupun pedoman moral. Jika belas kasihan itu dinyatakan dengan mengorbankan kebenaran atau keadilan, maka itu bukan belas kasihan yang benar)
    - ‘Involvement vol II’, hal 192-193.

Catatan: ‘pragmatis’ adalah orang yang hanya mementingkan hasil akhir / tujuan. Asal tujuannya baik, ia menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuan itu.


Bahwa saya mengatakan bahwa dalam kasus kehamilan karena perkosaanpun pengguguran tetap dilarang, tidak berarti bahwa saya tidak berbelas kasihan kepada gadis yang diperkosa dan lebih-lebih yang mengandung karena perkosaan itu! Tetapi bagaimanapun kita tidak boleh hanya memikirkan si gadis, kita juga harus memikirkan bayi dalam kandungannya itu! Bayi itu juga adalah manusia dan melakukan pengguguran terhadap bayi itu sama dengan melakukan pembunuhan! Si pemerkosa / ayah bayi itu memang orang bejat yang layak dihukum mati, tetapi bayi itu tidak salah, dan karenanya tidak boleh digugurkan.



  • John Stott: “we have to learn to think of mother and unborn child as two human beings at different stages of development. Doctors and nurses have to consider that they have two patients, not one, and must seek the well-being of both” (= kita harus belajar berpikir tentang ibu dan anak yang belum dilahirkan itu sebagai dua manusia / orang pada tingkat perkembangan yang berbeda. Dokter dan suster / perawat harus menganggap / mempertimbangkan bahwa mereka mempunyai dua pasien, bukan satu, dan harus mencari kesejahteraan / kesehatan dari keduanya) - ‘Involvement vol II’, hal 206.

Saya berpendapat bahwa si gadis itu harus tetap melahirkan anak itu, dan lalu ia bisa memelihara sendiri anak itu, atau kalau ia tidak mau memeliharanya, ia bisa memberikannya kepada panti asuhan / orang yang mau mengadopsinya. Ia memang akan tersiksa / menderita selama sedikitnya 9 bulan, tetapi kalau ia melakukannya dengan bersandar kepada Tuhan, Tuhan pasti akan memberinya kekuatan.



b) Sikhem melihat Dina (ay 2a).
Betapa banyak dosa yang terjadi gara-gara mata! Bandingkan dengan Kej 3:6  2Sam 11:2.
Karena itu kita harus hati-hati dalam menggunakan mata, baik dalam memandang seorang gadis / wanita yang bukan istri kita, maupun dalam memandang hal-hal duniawi yang lain seperti uang, barang-barang lux, rumah, mobil, handphone dsb. Itu bisa membawa saudara ke dalam perzinahan, kecintaan pada uang / dunia, dsb.

c) Sikhem melarikan dan lalu memperkosa Dina (ay 2b).



 1)   Sikhem  jatuh cinta kepada dian dan melamar dina (aya 3b-4, 6-12)


a)  Berbeda dengan Amnon, yang setelah memperkosa saudara tirinya, lalu membencinya
(2Sam 13:1-17), Sikhem sebaliknya justru lalu jatuh cinta kepada Dina. Ia lalu berusaha menenangkan / menghi­bur Dina, dan meminta ayahnya untuk melamar Dina (ay 3-4).
Sekalipun ini lebih baik dari apa yang dilakukan oleh Amnon, tetapi ini tentu tetap tidak bisa membenarkan perkosaan yang ia lakukan!


b)  Kesalahan Hemor (ayah Sikhem) adalah: ia tidak memarahi / meng­hukum anaknya, tetapi menuruti saja kemauan anaknya dengan melamarkan Dina untuknya (ay 6-12).

Ada banyak anak yang menjadi rusak, gara-gara orang tua yang tidak berani memarahi / menghukum mereka, pada waktu mereka bersalah. Jangan menjadi orang tua seperti itu! Tirulah Bapa yang di sorga yang tidak segan-segan menghajar kita sebagai anak-anakNya pada waktu memang dibutuhkan (Ibr 12:5-11).


  • Bandingkan dengan Amsal 13:24 yang berbunyi: Siapa tidak mengguna­kan tongkat, benci kepada anaknya; tetapi siapa mengasihi anak­nya, menghajar dia pada waktunya.
  • Bandingkan juga dengan:
Amsal 19:18 - Hajarlah anakmu selama ada harapan, tetapi jangan engkau menginginkan kematiannya.”.

Amsal 23:13-14 - (13) Jangan menolak didikan dari anakmu ia tidak akan mati kalau engkau memukulnya dengan rotan. (14) Engkau memukulnya dengan rotan, tetapi engkau menyelamatkan nyawanya dari dunia orang mati.”.

Amsal 29:15 - Tongkat dan teguran mendatangkan hikmat, tetapi anak yang dibiarkan mempermalukan ibunya.”.


c)   Kesalahan lain dari Hemor dan Sikhem adalah bahwa mereka tidak mengaku salah  ataupun meminta maaf kepada Dina dan keluarganya (ay 6-12).

Penerapan: setiap saudara sadar bahwa saudara bersalah kepada seseorang (termasuk kepada anak saudara, pegawai / pembantu saudara, dsb), maulah mengaku salah / meminta maaf.

Catatan:

Ay 7: “Sementara itu anak-anak Yakub pulang dari padang, dan sesudah mendengar peristiwa itu orang-orang ini sakit hati dan sangat marah karena Sikhem telah berbuat noda di antara orang Israel dengan memperkosa anak perempuan Yakub, sebab yang demikian itu tidak patut dilakukan.”.
NIV: ‘in Israel’ (= di Israel).

Ini aneh, karena sekalipun nama Israel sudah diberikan kepada Yakub dalam Kej 32:28, tetapi nama Israel itu belum digunakan, baik bagi tempat itu maupun bagi keturunan Yakub, sampai lama sesudah peris­tiwa ini. Karena itu, ada yang menterjemahkan ‘against Israel’ (= terhadap Israel), dimana kata ‘Israel’ menunjuk kepada Yakub.


II) Sikap Yakub dan anak-anaknya.

1)   Pada waktu Yakub mendengar tentang peristiwa itu, anak-anaknya tidak di rumah sehingga Yakub mendiamkan saja persoalan itu sampai mereka pulang (ay 5).

Sudah pasti iapun sedih dan marah, tetapi ia bisa menguasai diri. Ini sesuatu yang harus dipuji dari diri Yakub. Kalau kita bertindak pada saat marah, maka biasanya kita melaku­kan hal-hal yang bodoh. Adalah bijaksana kalau kita bisa menunda tindakan itu, dan baru bertindak setelah kemarahan itu reda.
Bandingkan dengan:

  • Amsal 12:16 - “Bodohlah yang menyatakan sakit hatinya seketika itu juga, tetapi bijak, yang mengabaikan cemooh.”.

  • Amsal 14:29 - “Orang yang sabar besar pengertiannya, tetapi siapa cepat marah membesarkan kebodohan.”.

  • Amsal 17:27 - “Orang yang berpengetahuan menahan perkataannya, orang yang berpengertian berkepala dingin.”.

  • Amsal 20:3 - “Terhormatlah seseorang, jika ia menjauhi perbantahan, tetapi setiap orang bodoh membiarkan amarahnya meledak.”.
  • Amsal 25:28 - “Orang yang tak dapat mengendalikan diri adalah seperti kota yang roboh temboknya.”.

2)   Pada waktu anak-anak Yakub pulang, dan mendengar peristiwa itu, mereka menjadi sangat marah (ay 7).

Sampai di sini mereka sebetulnya tidak salah! Marah menghadapi hal seperti itu adalah wajar dan bahkan harus ada dalam diri orang percaya!

3)   Perwujudan kemarahan anak-anak Yakub, khususnya Simeon dan Lewi (ay 13-29).

a)   Mereka menjawab Sikhem dan Hemor dengan tipu muslihat (ay 13-17).

1.  Bahwa Sikhem dan Hemor adalah orang brengsek, tidak berarti bahwa anak-anak Yakub berhak / boleh melakukan tipu daya seperti ini.

Penerapan: pada waktu saudara menghadapi orang yang tidak layak mendapatkan kejujuran saudara, sadarilah bahwa Tuhan tetap layak mendapat kejujuran saudara itu! Jadi, tetaplah jujur, bukan demi orang itu tetapi demi Tuhan!

2.   Mereka berkata bahwa mereka tidak boleh kawin dengan orang yang tidak bersunat. Sebetulnya kata-kata ini benar kalau mereka tidak mengucapkannya sebagai tipu muslihat. Tetapi jelas bahwa di sini mereka mengucapkannya sebagai tipu muslihat, dan ini jelas salah, karena mereka menggunakan nama Tuhan / agama / sakramen sebagai tipu daya untuk membunuh orang.

Penerapan:

  • Janganlah saudara menggunakan nama Tuhan, Firman Tuhan, agama, gereja, dsb sebagai tipu daya!
  • Hati-hatilah supaya saudara tidak tertipu oleh orang yang menipu dengan menggunakan nama Tuhan, Firman Tuhan, gereja, agama dsb. Tidak semua orang yang ‘mulutnya rohani’ mempunyai ‘hati yang rohani’!



3.   Mereka berkata bahwa kalau Hemor, Sikhem dan semua rakyat mereka disunat, maka bolehlah Sikhem mengawini Dina. Ini salah, bukan hanya karena ini adalah tipu daya, tetapi juga karena kata-kata itu sendiri adalah salah! Mengapa? Karena sekedar disunat tidak menjadikan mereka umat Allah, sehingga tetap tidak menyebabkan mereka boleh mengawini umat Tuhan.

Ingat bahwa yang penting bukanlah sunat secara lahiriah, tetapi pertobatan mereka!

Penerapan:
Ada banyak orang kristen yang mempunyai pandangan demikian: ‘asal pacar saya mau dibaptis dan pergi ke gereja, saya boleh menikah dengan dia! Bertobat sungguh-sunguh atau tidak, tidak jadi soal!’.
Ingat bahwa sekalipun pernikahan antar orang kristenpun tidak dijamin bahagia, tetapi pernikahan campuran dijamin tidak bahagia! Karena itu janganlah pacaran / menikah dengan orang yang tidak sungguh-sungguh percaya kepada Kristus (bdk. 2Kor 6:14).

4.   Ternyata Hemor dan Sikhem termakan oleh tipu muslihat itu, dan menyetujui usul itu, demikian juga semua rakyatnya (ay 18-24).

a.  Kebodohan Hemor dan Sikhem adalah: mau ‘pindah agama’ demi pernikahan. Ini adalah orang yang jelas tidak menghargai agama / kerohanian.

Penerapan: kalau ada orang yang demi menikahi saudara mau pindah agama, sadarilah bahwa ia adalah orang yang justru tidak menghargai agama / kerohanian. Pindah agama hanya sah / benar kalau orang itu pindah agama karena yakin bahwa agama yang baru lebih benar dari agama yang lama.
b.  Kata-kata Hemor dan Sikhem kepada rakyat (ay 20-23) adalah half truth (= setengah kebenaran) yang dicampur dengan dusta, karena mereka tidak menceritakan bahwa tujuan utama penyunatan itu sebetulnya adalah supaya Sikhem bisa mengawini Dina. Sebaliknya mereka berkata bahwa itu memberi keuntungan kepada rakyat (ay 21b,23a).

Penerapan: penggede sering memberi usul seakan-akan demi kepen­tingan orang banyak, tetapi menyembunyikan kepentingan diri sendiri yang sebetulnya merupakan tujuan utama. Kalau sauda­ra menjadi penggede, baik dalam pemerintahan, perusahaan, ataupun gereja, jangan bersikap seperti itu.

c.   Rakyat menyetujui usul tersebut karena:

  • yang mengusulkan orang gede (bdk. ay 2,19b).
Penerapan: jangan hanya ‘mbebek’ terhadap orang gede, khususnya di dalam gereja.

  • usul itu menguntungkan (ay 21b,23a).
Penerapan: banyak orang mau pindah agama demi keuntungan duniawi / kekayaan. Tidak heran Theologia Kemakmuran laris!


b)   Simeon dan Lewi membunuh mereka semua (ay 25-26a).

1.   Hari yang ketiga.

a.  Ini adalah saat dimana mereka paling merasa sakit dan betul-betul tidak berdaya karena penyunatan itu (ingat bahwa pada jaman itu tidak ada antibiotik, obat untuk mematikan rasa sakit, dsb).

b.   Juga bandingkan ‘hari ke 3’ ini dengan Ef 4:26 yang menyuruh kita memadamkan amarah sebelum matahari terbenam (artinya jangan menyimpan dendam / kemarahan). Mereka ternyata tetap menyimpan dendam / kemarahan mereka, bahkan melampiaskannya pada hari ke 3.

2.   Simeon dan Lewi disebut ‘kakak-kakak Dina’ (ay 25) karena sama seperti Dina mereka juga adalah anak-anak Lea, dan karenanya merupakan ‘saudara penuh’ dengan Dina (demikian juga Ruben, Yehuda, Isakhar dan Zebulon). Yang lain hanya setengah saudara dengan Dina.

3.   Kebanyakan penafsir beranggapan bahwa Simeon dan Lewi tidak hanya berdua saja membunuhi seluruh kota. Mereka pasti diban­tu oleh hamba-hamba mereka, dan / atau dibantu oleh anak-anak Yakub yang lain. Tetapi hanya nama mereka yang disebut, karena mereka pemimpinnya / penggeraknya.

4.   Kesalahan mereka bukan hanya karena mereka membalas dendam atau menjadi hakim terhadap Sikhem dan Hemor (bdk. Ro 12:14, 17,19-21), tetapi juga karena mereka membunuhi seluruh kota yang tak bersalah.


c)  Mereka mengambil Dina kembali (ay 26b).

Dari sini terlihat bahwa tadinya Dina ditahan oleh Sikhem.

d)  Anak-anak Yakub menjarah seluruh kota (ay 27-29).

Mereka marah, lalu membunuh Sikhem dan Hemor; itu masuk akal (Catatan: saya tidak berkata bahwa tindakan mereka itu benar / dapat dibenarkan; saya hanya mengatakan bahwa itu merupakan sesuatu yang masuk akal). Mereka membunuh seluruh rakyat yang laki-laki; itu juga masih masuk akal, karena kalau tidak maka rakyat itu akan membalas dendam atas kematian raja mereka. Mereka mengambil Dina kembali; itu tentu juga masuk akal.
Tetapi mereka merampok / menjarah seluruh kota, apa alasannya?
Di sini terlihat bahwa:

  1. Kemarahan sering membuat orang bertindak tidak rasionil. 
  2. Dosa yang satu menarik pada dosa yang lain (marah ® benci / dendam ® berdusta / melakukan tipu daya ® membunuh ® merampok).

Penerapan: kalau setan membujuk saudara untuk melakukan suatu dosa ‘satu kali saja’, jangan menurut, karena dosa yang satu selalu menarik kepada dosa yang lain.


e)  Bandingkan perwujudan kemarahan mereka ini dengan Maz 37:1-11. Juga bandingkan dengan sikap Daud yang tidak mau membunuh Saul, tapi menyerahkannya kepada Tuhan (1Sam 24:1-16  26:7-12).




III) Sikap Yakub terhadap Simeon dan Lewi (ay 30).


Ada orang yang menyalahkan sikap Yakub ini karena ia memarahi anak-anaknya bukan karena menganggap bahwa tindakan itu menyakiti Tuhan / melanggar Firman Tuhan, tetapi karena tindakan itu memba­hayakan Yakub sekeluarga.
Tetapi kalau dilihat dalam Kej 49:5-7, maka terlihat bahwa Yakub mempunyai sikap yang keras terhadap kemarahan dan pembunuhan yang dilakukan oleh Simeon dan Lewi ini.

  • Kej 49:5-7 - “(5) Simeon dan Lewi bersaudara; senjata mereka ialah alat kekerasan. (6) Janganlah kiranya jiwaku turut dalam permupakatan mereka, janganlah kiranya rohku bersatu dengan perkumpulan mereka, sebab dalam kemarahannya mereka telah membunuh orang dan dalam keangkaraannya mereka telah memotong urat keting lembu. (7) Terkutuklah kemarahan mereka, sebab amarahnya keras, terkutuklah keberangan mereka, sebab berangnya bengis. Aku akan membagi-bagikan mereka di antara anak-anak Yakub dan menyerakkan mereka di antara anak-anak Israel.”.

Kesimpulan:

Sekalipun anak-anak Yakub, khususnya Simeon dan Lewi, mempunyai alasan yang benar untuk marah, tetapi karena perwujudan kemarahan itu terlalu berlebihan, maka mereka dikecam. Seperti yang dikatakan oleh Pulpit Commentary: “A just cause for anger does not excuse its excess” (= penyebab yang benar dari suatu kemarahan, tidak memaafkan kemarahan yang berlebihan).

Karena itu hati-hatilah dengan perwujudan yang berlebihan dari kemarahan saudara, seperti:
1.   Memukul / berkelahi.
2.   Merusak barang-barang di rumah, membanting pintu.
3.   Mencaci maki / mengeluarkan kata-kata kotor.
4.   Mogok dalam pelayanan, sekolah, kerja, dsb.
5.   Menyebarkan fitnah tentang orang kepada siapa saudara sedang marah.
6.   Memikir-mikirkan bagaimana bisa membalas dendam.
7.   Dsb.

-AMIN-
 

No comments:

Post a Comment