Pages

19 September 2013

Providence / Penentuan Dosa dan Tanggung Jawab Manusia (3)


Bacalah terlebih dahulu bagian 2

2)   Kemahatahuan Allah.

Bahwa Rencana Allah berhubungan dengan segala sesuatu, atau bahwa Allah telah menetapkan segala sesuatu, juga bisa terlihat dari kemaha-tahuan Allah.
 a)   Kemahatahuan Allah menunjukkan bahwa Ia menentukan segala sesuatu.
Penjelasan:

Bayangkan suatu saat (minus tak terhingga) dimana alam semesta, malaikat, manusia, dsb belum diciptakan. Yang ada hanyalah Allah sendiri. Ini adalah sesuatu yang alkitabiah, karena Alkitab jelas mengajarkan bahwa Allah adalah Pencipta segala sesuatu (Kej 1  Yoh 1:1-3). Pada saat itu, karena Allah itu maha tahu (1Sam 2:3), maka Ia sudah mengetahui segala sesuatu (dalam arti kata yang mutlak) yang akan terjadi, termasuk dosa. Semua yang Ia tahu akan terjadi itu, pasti terjadi persis seperti yang Ia ketahui. Dengan kata lain, semua itu sudah tertentu pada saat itu. Kalau sudah tertentu, pasti ada yang menentukan (karena tidak mungkin hal-hal itu menentukan dirinya sendiri). Karena pada saat itu hanya ada Allah sendiri, maka jelas bahwa Ialah yang menen­tukan semua itu.

Loraine Boettner:

  • “This fixity or certainty could have hadits ground in nothing outside of the divine Mind, for in eternity nothing elseexisted”(= Ketertentuan atau kepastian ini tidak bisa mempunyai dasar pada apapun diluar Pikiran ilahi, karena dalam kekekalan tidak ada apapun yang lain yang ada) - ‘The ReformedDoctrine of Predestination’, hal 45.
   



  • “Yet unless Arminianism denies the foreknowledge of God, it stands defenseless before the logical consistency of Calvinism; for foreknowledge implies certainty and certainty implies foreordination” (= Kecuali Arminianisme menyangkal /menolak pengetahuan lebih dulu dari Allah, ia tidak mempunyai pertahanan didepan kekonsistenan yang logis dari Calvinisme; karena pengetahuan lebih dulu secara tidak langsung menunjuk pada kepastian, dan kepastian secara tidak langsung menunjuk pada penetapan lebih dulu)- ‘The Reformed Doctrine of Predestination’,hal 44.

  • “The Arminian objection against foreordination bears with equal force against the foreknowledge of God. What God foreknows must, in the very nature of the case, be as fixed and certain as what is foreordained; and if one is inconsistent with the free agency of man,the other is also. Foreordination renders the events certain, while foreknowledge presupposes that they are certain” (= Keberatan Arminian terhadap penentuan lebih dulu mengandung / menghasilkan kekuatan yang sama terhadap pengetahuan lebih dulu dari Allah. Apa yang Allah ketahui lebih dulu pastilah sama tertentunya dan pastinya seperti apa yang ditentukan lebih dulu; dan jika yang satu tidak konsisten dengan kebebasan manusia, yang lain juga demikian. Penentuan lebih dulu membuat peristiwa-peristiwa pasti / tertentu, sedangkan pengetahuan lebih dulu mensyaratkan bahwa merekaitu pasti / tertentu) - ‘The Reformed Doctrine of Predestination’,hal 42.


b)  Dalam persoalan ini perlu saudara ketahui bahwa penentuan itu terjadi bukan karena Allah sudah tahu.
Roma 8:29 (NIV) - ‘For those He foreknew, He also predestined ...’ (= Karena mereka yang Ia ketahui lebih dulu, juga Ia tentukan ...).


Ayat ini sering dipakai oleh orang Arminian sebagai dasar untuk mengatakan bahwa Allah menentukan karena Dia sudah tahu bahwa hal itu akan terjadi. Jadi, Allah menentukan supaya si A menjadi orang beriman,karena Ia tahu bahwa orang itu akan menjadi orang beriman. Allah menentukan si B menjadi orang saleh, karena Ia tahu si B akan mentaati Dia, dsb.

Ada beberapa hal yang perlu disoroti dari penafsiran Arminian tentang Ro 8:29 ini:

1.  ‘Menentukan karena sudah tahu’ tidak bisa disebut sebagai ‘menentukan’, karena kalau Allah sudah tahu bahwa suatu hal akan terjadi, maka hal itu pasti akan terjadi. Lalu apa gunanya ditentukan lagi?

2.  Kalau kita menafsirkan Ro 8:29 sebagai ‘menentukan karena sudah tahu’, maka ini akan bertentangan dengan Ef 1:4,5,11.

a.   Ef 1:4 mengatakan bahwa kita dipilih supaya menjadi kudus /tak bercacat. Jadi, pemilihan itulah yang menyebabkan kita menjadi kudus / tak bercacat. Jadi, dalam pemikiran Allah, pemilihan itu yang ada dulu, dan tujuannya adalah supaya kita menjadi kudus dan tidak bercacat.  Sedangkan kalau diambil penafsiran tadi / penafsiran Arminian, maka ‘kudus / tak bercacat’ inilah yang ada dulu dalam pemikiran Allah, dan sebagai akibatnya maka kita dipilih. Ini jelas terbalik!



b.   Ef 1:5b,11b menunjukkan bahwa kita dipilih sesuai dengan kerelaan kehendak Allah (dalam bahasa Jawa / pasaran mungkin bisa dikatakan‘saksirnya Allah’). Jadi jelas bahwa pemilihan itu dilakukan oleh Allah bukan karena Ia melihat akan adanya sesuatu yang baik dalam diri kita!

3.   Ro 8:29 itu tidak mengatakan bahwa ‘Allah tahu lebih dulu tentang iman / perbuatan baik mereka’.


A. H. Strong:“The Arminian interpretation of ‘whom he foreknew’ (Rom8:29) would require the phrase ‘as conformed to the image of His Son’ to beconjoined with it. Paul, however, makes conformity to Christ to be the result,not the foreseen condition, of God’s foreordination” [= Penafsiran Arminian tentang ‘siapa yang diketahuiNya lebih dulu’ (Ro 8:29) mengharuskan kata-kata ‘untuk menjadi serupa dengan gambaran AnakNya’ dihubungkan dengannya. Tetapi Paulus membuat keserupaan dengan Kristus sebagai hasil, dan bukan sebagai syarat  yang dilihat lebih dulu, dari penetapan Allah] - ‘SystematicTheology’, hal 781.

Saya sangat setuju dengan kata-kata A.H. Strong ini! Orang-orang Arminian membaca / menafsirkan Ro 8:29-30 ini seakan-akan ayat itu berbunyi sebagai berikut:

“Karena mereka yang diketahuiNya lebih dulu akan menjadi serupa dengan gambaran AnakNya, lalu dipredestinasikanNya, supaya Ia menjadi yang sulung di antara banyak saudara. Dan mereka yang dipredestinasikanNya, juga dipanggilNya; mereka yang dipanggilNya, juga dibenarkanNya; mereka yang dibenarkanNya, juga dimuliakanNya”.

Bandingkan dengan bunyi Ro 8:29-30 yang asli (diterjemahkan dari NIV): “(29)Karena mereka yang diketahuiNya lebih dulu, juga dipredestinasikanNya  untuk menjadi serupa dengan gambaran AnakNya, supaya Ia menjadi yang sulung diantara banyak saudara. (30) Dan mereka yang dipredestinasikanNya, juga dipanggilNya;mereka yang dipanggilNya, juga dibenarkanNya; mereka yang dibenarkanNya, juga dimuliakanNya”.





  • Loraine Boettner:“Notice especially that Rom. 8:29 does not say that they were foreknown as doers of good works, but that they were foreknown as individuals to whom God would extend the grace of election” (= Perhatikan khususnya bahwa Ro 8:29 tidak berkata bahwa mereka diketahui lebih dulu sebagai pembuat kebaikan,tetapi bahwa mereka diketahui lebih dulu sebagai individu-individu kepada siapa Allah memberikan kasih karunia pemilihan)- ‘The Reformed Doctrine of Predestination’, hal 100.

  • Charles Haddon Spurgeon:“it is further asserted that the Lord foreknew who would exercise repentance, who would believe in Jesus, and who would persevere in a consistent life to the end. This is readily granted, but a reader must wear very powerful magnifying spectacles before he will be able to discover that sense in the text. Upon looking carefully at my Bible again I do not perceive such statement. Where are those words which you have added, ‘Whom he did foreknew to repent, to believe, and to persevere in grace’? I do not find them either in the English version or in the Greek original. If I could so read them the passage would certainly be very easy, and would very greatly alter my doctrinal views; but, as I do not find those words there, begging your pardon, I do not believe in them. However wise and advisable a human interpolation maybe, it has no authority with us; we bow to holy Scripture, but not to glosses which theologians may choose to put upon it. No hint is given in the text of foreseen virtue any more than of foreseen sin, and, therefore, we are driven to find another meaning for the word”



    (= Selanjutnya ditegaskan / dinyatakan bahwa Tuhan mengetahui lebih dulu siapa yang akan bertobat, siapa yang akan percaya kepadaYesus, dan siapa yang akan bertekun dalam hidup yang konsisten sampai akhir.Ini dengan mudah diterima, tetapi seorang pembaca harus memakai kaca mata pembesar yang sangat kuat sebelum ia bisa menemukan arti itu dalam teks  itu.Melihat dalam Alkitab saya dengan teliti sekali lagi, saya tidak mendapatkan arti seperti itu. Dimana kata-kata yang kamu tambahkan itu ‘Yang diketahuiNya lebih dulu akan bertobat, percaya, dan bertekun dalam kasih karunia’? Saya tidak menemukan kata-kata itu baik dalam versi Inggris atau dalam bahasa Yunani orisinilnya. Jika saya bisa membaca seperti itu, teks  itu pasti akan menjadi sangat mudah, dan akan sangat mengubah pandangan doktrinal saya; tetapi, karena saya tidak menemukan kata-kata itu di sana,maaf, saya tidak percaya padanya. Bagaimanapun bijaksana dan baiknya penyisipan/ penambahan manusia, itu tidak mempunyai otoritas bagi kami; kami membungkuk /menghormat pada Kitab Suci, tetapi tidak pada komentar / keterangan yang dipilih oleh ahli-ahli theologia untuk diletakkan padanya. Tidak ada petunjuk yang diberikan dalam teks  itu tentang kebaikan atau dosa yang dilihat lebih dulu, dan karena itu, kami didorong untuk mencari / mendapatkan arti yang lain untuk kata itu)
    - ‘Spurgeon’s Expository Encyclopedia’,vol 7, hal 22.

4.   Disamping itu, penafsiran Arminian ini menafsirkan kata foreknew’ (= mengetahui lebih dulu) sekedar sebagai suatu pengetahuan intelektual. Tetapi saya percaya bahwa penafsiranseperti itu adalah salah. Untuk itu mari kita melihat penjelasan di bawah ini:

a.  Pembahasan kata ‘know’ (= tahu / kenal) dalam Kitab Suci.

Dalam Perjanjian Lama.


Kata ‘know’ (=tahu) dalam bahasa Ibrani adalah YADA.  Sekalipun YADA memang bisa diartikansebagai ‘tahu secara intelektualtetapi seringkali kata YADA tidak bisa  diartikan demikian. Saya akan memberikan beberapa contoh dimana kata YADA tidak bisa diartikan sekedar sebagai ‘tahu secara intelektual’:
Kej 4:1 (KJV/Lit): ‘Adam knew Eve his wife, and she conceived’ (= Adam tahu / kenal Hawa istrinya, dan ia mengandung).

Di sini jelas bahwa YADA tidak mungkin diartikan ‘tahu secara intelektual’! Tidak mungkin Adam hanya mengetahui Hawa secara intelektual, dan itu menyebabkan Hawa lalu mengandung! Jelas bahwa YADA / ‘to know’ di sini tidak sekedar berarti‘tahu’, tetapi ada kasih / hubungan intim di dalamnya.

Karena itu kalau Ro 8:29 mengatakan Allah tahu / kenal,lalu menentukan, maksudnya adalah Allah mengasihi, lalu menentukan. Jadi penekanannya adalah: penentuan itu didasarkan atas kasih. Bdk. Ef 1:5 - ‘Dalam kasih Allah telah memilih kita...’.

Catatan: tafsiran ini saya ambil dari buku tafsiran kitab Roma oleh John Murray (NICNT).

Dalam Kej 18:19,  kata YADA ini diterjemahkan ‘memilih’ oleh Kitab Suci Indonesia.
“Sebab Aku telah memilih  dia, supaya diperintahkannya kepada anak-anaknya dan kepada keturunannya supaya tetap hidup menurut jalan yang ditunjukkan TUHAN, dengan melakukan kebenarandan keadilan, dan supaya TUHAN memenuhi kepada Abraham apa yang dijanjikanNyakepadanya”.

RSV, NIV, NASB menterjemahkan seperti Kitab Suci Indonesia! ASV/KJV/NKJV tetap menterjemahkan ‘know’,tetapi kalimatnya jadi aneh.

Kej 18:19 (KJV): ‘For I know him, that he will command his children and his household after him, and they shall keep the way of the LORD, to do justice and judgment; that the LORD may bring upon Abraham that which he hath spoken of him’ (= Karena Aku mengetahui / mengenalnya, bahwa ia akan memerintahkan anak-anaknya dan seisi rumahnya / keturunannya, danmereka akan hidup menurut jalan TUHAN, melakukan keadilan dan penghakiman;supaya TUHAN memenuhi kepada Abraham apa yang dikatakanNya kepadanya).

Dalam Amos 3:2, kata YADA diterjemahkan ‘kenal’ oleh Kitab Suci Indonesia.
“Hanya kamu yang Kukenal  dari segala kaum di muka bumi, sebab itu Aku akan menghukum kamu karena segala kesalahanmu”.

KJV/ASV/RSV tetap menterjemahkan ‘know’, tetapi NIV/NASB menterjemahkan ‘choose’(= memilih).
Tentang kata YADA dalam Amos 3:2 ini B. B. Warfield berkata: “what is thrown prominently forward is clearly the elective love which has singled Israel out for special care”(= apa yang ditonjolkan ke depan secara menyolok jelas adalah kasih yang memilih yang telah memilih / mengkhususkan Israel untuk perhatian istimewa) - ‘Biblical andTheological Studies’, hal 288.

Loraine Boettner:“The word ‘know’ is sometimes used in a sense other than that of having merely an intellectual perception of the thing mentioned. It occasionally means that the persons so ‘known’ are the special and peculiar objects of God’s favor, as when it was said of the Jews, ‘You only have I known of all the families of the earth,’ Amos 3:2.” [= Kata ‘tahu’ kadang-kadang digunakan bukan dalam arti sekedar pengetahuan intelektual tentang hal yang disebutkan. Kadang-kadang kata ini berarti bahwa orang yang ‘diketahui’ merupakan obyek istimewa dan khusus dari kemurahan / kebaikan hati Allah, seperti pada waktu dikatakan tentang orang-orang Yahudi: ‘Hanya kamu yang Kukenal / Kuketahui  dari segala kaum di muka bumi’ (Amos 3:2)] - ‘The ReformedDoctrine of Predestination’, hal 100.
  • Kel 2:25 -diterjemahkan ‘memperhatikan’. 
  • Maz 1:6 -diterjemahkan ‘mengenal’. 
  • Maz 101:4 -diterjemahkan ‘tahu’. 
  • Nahum 1:7 -diterjemahkan ‘mengenal’.
Dalam semua ayat-ayat di atas ini kata YADA tidak mungkin diartikan sebagai sekedar tahu secara intelektual.

Dalam Perjanjian Baru.


Kata ‘know’ (=tahu) dalam bahasa Yunani adalah GINOSKO, dan digunakan dalam ayat-ayat dibawah ini:


  • Mat 7:23- “Pada waktu itulah Aku akan berterus terang kepada mereka dan berkata: Aku tidakpernah mengenal kamu! Enyahlah dari padaKu, kamu sekalian pembuat kejahatan!”.
  • Yoh 10:14,27- “Akulah gembala yangbaik dan Aku mengenal domba-dombaKu dan domba-dombaKu mengenal  Aku. ... Domba-dombaKu mendengarkan suaraKu dan Aku mengenal mereka danmereka mengikut Aku”.


  • 1Kor 8:3- “Tetapi orang yang mengasihi Allah, ia dikenal oleh Allah”.

  • Gal 4:9- “Tetapi sekarang sesudah kamu mengenal Allah, atau lebih baik, sesudah kamu dikenal  Allah, bagaimanakah kamu berbalik lagi kepada roh-roh dunia yang lemah dan miskin dan mau mulai memperhambakan diri lagi kepadanya?”.

  •  2Tim 2:19a- “Tetapi dasar yang diletakkan Allah itu teguh dan meterainya ialah: ‘Tuhan mengenal  siapa kepunyaanNya’”.
Dalam semua ayat-ayat ini kata GINOSKO itu tidak mungkin diartikan sekedar ‘mengetahui secara intelektual’.


b.   Pembahasan kata ‘foreknow’  (= mengetahui lebih dulu) / ‘foreknowledge’(= pengetahuan lebih dulu).


Ayat-ayat yang mengandung kata-kata foreknowledge, foreknew,dsb:

  • Kis 2:23a- “Dia yang diserahkan Allah menurut maksud dan rencanaNya”.


    NASB: ‘this Man, delivered up by the predetermined plan and foreknowledge of God (= Orang ini, diserahkan oleh rencana yang ditentukan lebih dulu dan pengetahuan lebih dulu dari Allah).

Jelas bahwa ‘foreknowledge’ (= pengetahuan lebih dulu) di sini tidak sekedar berarti pengetahuan intelektual, karena Allah menyerahkan Anak Manusia untuk mewujudkan ‘foreknowledge’itu. Karena itu tidak heran Kitab Suci Indonesia menerjemahkan seperti itu.
  • Ro 11:2a- “Allah tidak menolak umatNya yang dipilihNya”.


    NASB
    : ‘God has not rejected His people whom He foreknew (= Allah tidakmenolak umatNya yang diketahuiNya lebih dulu).


Ini lagi-lagi menunjukkan secara jelas bahwa ‘foreknew’ tidak bisa diartikan ‘mengetahui lebih dulu secara intelektual’.

Loraine Boettnermenghubungkan Ro 8:29 dengan Ro 11:2a ini dengan berkata: “Those in Romans 8:29 are foreknown in the sense that they are fore-appointed to be the special objects of His favor. This is shown more plainly in Rom. 11:2-5,where we read, ‘God did not cast off His people whom He foreknew’ (= Mereka dalam Ro 8:29 diketahui lebih dulu dalam arti bahwa mereka ditetapkan lebih duluuntuk menjadi obyek khusus kemurahan hatiNya. Ini ditunjukkan lebih jelas dalamRo 11:2-5, dimana kita membaca: ‘Allah tidak menolak / membuang umatNyayang dipilihNya / diketahuiNya lebih dulu) - ‘The ReformedDoctrine of Predestination’, hal 100.

  • 1Pet 1:2a- “yaitu orang-orang yang dipilih, sesuai dengan rencana Allah, Bapa kita”.



    NASB
    : ‘who are chosen according to the foreknowledge of God the Father’ (= yang dipilih sesuai dengan pengetahuan lebih dulu  dari Allah Bapa).


  • 1Pet 1:20- “Ia telah dipilih  sebelum dunia dijadikan, tetapi karena kamu baru menyatakan diriNya pada zaman akhir”.



    NASB
    : ‘For He was foreknown before the foundation of the world, but has appeared in these last times for the sake of you’(= Karena Ia  diketahui lebih dulu sebelum penciptaan dunia, tetapi menampakkan diri pada jaman akhir karena kamu).

Melihat ayat-ayat di atas ini, saya berpendapat bahwa bukan tanpa alasan Kitab Suci Indonesia tidak pernah mau menterjemahkan ‘tahu lebih dulu’ atau ‘pengetahuan lebih dulu’, tetapi menerjemahkan dengan kata ‘pilih’atau ‘rencana’. Karena itu, sekalipun Ro 8:29 versi Kitab Suci Indonesia itu memang bukan terjemahan yang hurufiah, tetapi saya berpendapat bahwa Kitab Suci Indonesia memberikan arti yang benar!

Barnes’ Notes (tentang Kis 2:23): “‘Foreknowledge.’ This word denotes ‘the seeing beforehand of an event yet to take place.’ It implies: 1. Omniscience; and, 2. That the event is fixed and certain. To foresee a contingent event, that is, to foresee that an event will take place when it may or may not take place, is an absurdity. Foreknowledge, therefore, implies that for some reason the event will certainly take place. What that reason is, the word itself does not determine. As, however, God is represented in the Scriptures as purposing or determining future events; as they could not be foreseen by him unless he had so determined, so the word sometimes is used in the sense of determining beforehand, or as synonymous with decreeing, Rom.8:29; 11:2. In this place the word is used to denote that the delivering up of Jesus was something more than a bare or naked decree. It implies that God did it according to his foresight of what would be the best time, place, and manner of its being done. It was not the result merely of will; it was will directed by a wise foreknowledge of what would be best. And this is the case with al lthe decrees of God”



(= ‘Pengetahuan lebih dulu’. Kata ini menunjukkan ‘melihat suatu peristiwa sebelum peristiwa itu terjadi’. Ini secara implisit menunjukkan: 1. Kemahatahuan; dan, 2. Bahwa peristiwa itu tertentu dan pasti.Melihat lebih dulu suatu peristiwa yang bisa terjadi bisa tidak, berarti melihat lebih dulu bahwa suatu peristiwa akan terjadi, pada saat itu bias terjadi atau bisa tidak terjadi, merupakan sesuatu yang menggelikan. Karena itu, pengetahuan lebih dulu, menunjukkan secara implisit untuk alasan tertentu peristiwa itu pasti akan terjadi. Tetapi karena Allah digambarkan dalam Kitab Suci sebagai merencanakan atau menentukan peristiwa-peristiwa yang akan datang;karena hal-hal itu tidak bisa dilihat lebih dulu olehNya kecuali Ia lebih dulu menentukannya demikian, maka kata itu kadang-kadang digunakan dalam arti ‘menentukan lebih dulu’, atau sinonim dengan ‘menetapkan’, Ro 8:29; 11:2. Ditempat ini kata itu digunakan untuk menunjukkan bahwa penyerahan Yesus merupakan sesuatu yang lebih dari pada sekedar suatu ketetapan semata-mata atau biasa. Ini secara implisit menunjukkan bahwa Allah melakukannya sesuai dengan penglihatan lebih duluNya tentang apa yang akan merupakan saat, tempat dan cara yang terbaik, tentang pelaksanaan hal itu. Itu bukan semata-mata akibat / hasil dari kehendak; itu merupakan kehendak yang diarahkan oleh suatu pengetahuan lebih dulu yang bijaksana tentang apa yang terbaik. Dan ini adalah kasus dari semua ketetapan-ketetapan Allah)
.


c)   Hubungan yang benar tentang kemahatahuan Allah dan penetapan Allah.
Penafsiran Arminian mengatakan bahwa Allah menetapkan karena Ia telah lebih dulu mengetahui bahwa hal itu akan terjadi, dan saya telah menunjukkan kesalahan pandangan ini. Sekarang saya ingin menunjukkan bahwa pandangan Reformed adalah sebaliknya, yaitu: Allah menetapkan, dan karena itu Ia mengetahui.

  • Louis Berkhof: “A distinction is made between the ‘necessary’ and ‘free’ knowledge of God. The former is the knowledge which God has of Himself  and of all things possible, a knowledge resting on the consciousness of His omnipotence. It is called ‘necessary knowledge’,because it is not determined by an action of the divine will. ... ‘The freeknowledge of God’ is the knowledge which He has of all things actual,that is, of things that existed in the past, that exists in the present, or that will exist in the future. It is founded on God’s infinite knowledge of His own all-comprehensive and unchangeable eternal purpose, and is called ‘free knowledge’, because it is determined by aconcurrent act of the will



    (= Suatu pembedaan dibuat antara pengetahuan yang ‘perlu / harus’ dan ‘bebas’ dari Allah. Yang pertama adalah pengetahuan yang dimiliki Allah tentang DiriNya sendiri dan tentang segala sesuatu yang mungkin akan terjadi, suatu pengetahuan yang didasarkan pada kesadaran akan kemaha-kuasaanNya. Itu disebut  ‘pengetahuan yang perlu / harus’, karena itu tidak ditentukan oleh suatu tindakan dari kehendak ilahi. ... ‘Pengetahuan yang bebas dari Allah’ adalah pengetahuan yang Ia miliki tentang segala sesuatu yang sungguh-sungguh, yaitu tentang hal-hal yang ada pada masa lalu, yang ada pada masa ini, dan yang akan ada pada masa yang akan datang. Ini didasarkan pada pengetahuan yang tak terbatas dari Allah tentang rencana kekalNya yang tak berubah dan mencakup segala sesuatu, dan disebut ‘pengetahuan bebas’, karena itu ditentukan oleh suatu tindakan bersamaan dari kehendak)
    - ‘SystematicTheology’, hal 66-67.

  • Louis Berkhof:“Actions that are in noway determined by God, directly or indirectly, but are wholly dependent on the arbitrary will of man, can hardly be the object of divine foreknowledge” (=Tindakan-tindakan yang tidak ditentukan oleh Allah dengan cara apapun, secara langsung atau tidak langsung, tetapi sepenuhnya tergantung pada kehendak manusia yang mutlak, tidak mungkin bisa merupakan obyek dari pra-pengetahuan ilahi) - ‘SystematicTheology’, hal 68.

Catatan: kata ‘hardly’ di sini tidak boleh diterjemahkan ‘hampir tidak’ seperti biasanya, tetapi harus diterjemahkan ‘improbable’(= ‘tidak mungkin’) atau ‘not at all’(= ‘sama sekali tidak’). Arti seperti ini memang diberikan dalam Webster’s New World Dictionary (College Edition).

  • Loraine Boettner:“Foreordination in general can not rest on foreknowledge; for only that which is certain can be foreknown, and only that which is predetermined can be certain” (= Secara umum, penentuan lebih dulu tidak bisa didasarkan pada pengetahuan lebih dulu; karena hanya apa yang tertentu yang bisa diketahui lebih dulu, dan hanya apa yang ditentukan lebih dulu yang bisa tertentu) - ‘The ReformedDoctrine of Predestination’, hal 99.

  • William G. T. Shedd:“The Divine decree is the necessary condition of the Divine foreknowledge. If God does not first decide what shall come to pass, he can not know what will come to pass. An event must be made certain, before it can beknown as a certain event. ... So long as anything remains undecreed, it is contingent and fortuitous. It may or may not happen. In this state of things,there cannot be knowledge of any kind” (= Ketetapan ilahi adalah syarat yang perlu dari pengetahuan lebih dulu dari Allah.  Jika Allah tidak lebih dulu menentukan apa yang akan terjadi, Ia tidak bisa mengetahui apa yang akan terjadi. Suatu peristiwa / kejadian harus dipastikan, sebelum peristiwa itu bisa diketahui sebagai peristiwa yang tertentu. ... Selama sesuatu tidak ditetapkan, maka sesuatu itu bersifat tergantung / mungkin dan kebetulan. Itu bisa terjadi atau tidak terjadi. Dalam keadaan demikian, tidak bisa ada pengetahuan apapun tentang hal itu) - ‘Shedd’s Dogmatic Theology’, vol I, hal396-397.

  • B. B. Warfield:“... God foreknows only because He has pre-determined, and it is therefore also that He brings it to pass; His foreknowledge, in other words, is at bottom a knowledge of His own will” (= ... Alah mengetahui lebih dulu hanya karena Ia telah menentukan lebih dulu, dan karena itu juga Ia menyebabkannya terjadi; dengan kata lain, pengetahuan lebih dulu ini pada hakekatnya adalah pengetahuan tentang kehendakNya sendiri)- ‘Biblical and Theological Studies’,hal 281.

  • John Owen:“Out of this large and boundless territory of things possible, God by his decree freely determineth what shall come to pass, and makes them future which before were but possible. After this decree, as they commonly speak, followeth, or together with it, as others more exactly, taketh place, that prescience of God which they call ‘visionis,’ ‘of vision,’ whereby he infallibly seeth all things in their proper causes, and how and when they shall some to pass”(= Dari daerah yang besar dan tak terbatas dari hal-hal yang mungkin terjadi ini, Allah dengan ketetapanNya secara bebas menentukan apa yang akan terjadi,dan membuat mereka yang tadinya ‘mungkin terjadi’ menjadi  ‘akan datang’. Setelah ketetapan ini, seperti yang pada umumnya mereka katakan, berikutnya,atau bersama-sama dengan ketetapan itu, seperti orang lain katakan dengan lebih tepat, terjadilah ‘pengetahuan yang lebih dulu’ dari Allah yang mereka sebut VISIONIS, ‘dari penglihatan’, dengan mana Ia, secara tidak mungkin salah, melihat segala sesuatu dalam penyebabnya yang tepat, dan bagaimana dan kapan mereka akan terjadi) - ‘The Works of John Owen’, vol 10, hal23.

  • Louis Berkhof: “It is perfectly evident that Scripture teaches the divine foreknowledge of contingent events, 1Sam 23:10-13; 2Kings 13:19; Ps. 81:14,15; Isa. 42:9;48:18; Jer. 2:2,3; 38:17-20; Ezek. 3:6; Matt. 11:21” (= Adalah jelas bahwaKitab Suci mengajarkan pra-pengetahuan ilahi tentang peristiwa-peristiwa yang contingent, 1Sam 23:10-13; 2Raja 13:19; Maz 81:15,16; Isa. 42:9; 48:18; Jer.2:2,3; 38:17-20; Ezek. 3:6; Matt. 11:21) - ‘Systematic Theology’, hal 67.

1Sam 23:10-13 - “(10) Berkatalah Daud: ‘TUHAN, Allah Israel, hambaMu ini telah mendengar kabar pasti,bahwa Saul berikhtiar untuk datang ke Kehila dan memusnahkan kota ini oleh karena aku. (11) Akandiserahkan oleh warga-warga kota Kehila itukah aku ke dalam tangannya? Akan datangkah Saul seperti yang telah didengar oleh hambaMu ini? TUHAN, Allah Israel, beritahukanlah kiranya kepada hambaMu ini.’ Jawab TUHAN: ‘Ia akan datang.’ (12) Kemudian bertanyalah Daud: ‘Akan diserahkan oleh warga-warga kota Kehila itukah aku dengan orang-orangku ke dalam tangan Saul?’ Firman TUHAN: ‘Akan mereka serahkan.’ (13) Lalu bersiaplah Daud dan orang-orangnya, kira-kira enam ratus orang banyaknya, mereka keluar dari Kehila dan pergi ke mana saja mereka dapat pergi. Apabila kepada Saul diberitahukan, bahwa Daud telah meluputkan  diri dari Kehila, maka tidak jadilah ia maju berperang”.


2Raja 13:19 - “Tetapi gusarlah abdi Allah itu kepadanya serta berkata: ‘Seharusnya engkau memukul lima atau enam kali! Dengan berbuat demikian engkau akan memukul Aram sampai habis lenyap. Tetapi sekarang, hanya tiga kali saja engkau akan memukul Aram.’”.


Maz 81:12-16   - “(12) Tetapi umatKu tidak mendengarkansuaraKu, dan Israeltidak suka kepadaKu. (13) Sebab itu Aku membiarkan dia dalam kedegilan hatinya;biarlah mereka berjalan mengikuti rencananya sendiri! (14) Sekiranya umatKumendengarkan Aku! Sekiranya Israelhidup menurut jalan yang Kutunjukkan! (15) Seketika itu juga musuh mereka Akutundukkan, dan terhadap para lawan mereka Aku balikkan tanganKu. (16)Orang-orang yang membenci TUHAN akan tunduk menjilat kepadaNya, dan itulahnasib mereka untuk selama-lamanya”.


Yes 42:9 - Nubuat-nubuat yang dahulu sekarang sudah menjadi kenyataan, hal-hal yang baru hendak Kuberitahukan. Sebelum hal-hal itu muncul, Aku mengabarkannya kepadamu.’”.


Catatan: Rasanya ayat ini salah karena kelihatannya tak ada hubungannya dengan hal yang sedang dibahas.




Yes 48:18 - Sekiranya engkau memperhatikan perintah-perintahKu, maka damai sejahteramu akan seperti sungai yang tidakpernah kering, dan kebahagiaanmu akan terus berlimpah seperti gelombang-gelombanglaut yang tidak pernah berhenti”.


Yer 2:2-3 - “(2) ‘Pergilah memberitahukan kepadapenduduk Yerusalem dengan mengatakan: Beginilah firman TUHAN: Aku teringat kepada kasihmu pada masa mudamu, kepada cintamu pada waktu engkau menjadi pengantin, bagaimana engkau mengikuti Aku di padang gurun, di negeri yang tiadatetaburannya. (3) Ketika itu Israelkudus bagi TUHAN, sebagai buah bungaran dari hasil tanahNya. Semua orang yang memakannya menjadi bersalah, malapetaka menimpa mereka, demikianlah firman TUHAN”.

Catatan: saya tak mengerti mengapa ayat ini digunakan di sini. Lagi-lagi kelihatannya tak ada hubungannya  dengan hal yang sedang dibahas.





Yer 38:17-20 - “(17) Sesudah itu berkatalah Yeremiakepada Zedekia: ‘Beginilah firman TUHAN, Allah semesta alam, Allah Israel: Jika engkau keluar menyerahkan dirikepada para perwira raja Babel, maka nyawamu akan terpelihara, dan kota ini tidak akan dihanguskan dengan api; engkau dengan keluargamu akan hidup.(18) Tetapi jika engkau tidak menyerahkan diri kepada para perwira raja Babel, maka kotaini akan diserahkan ke dalam tangan orang-orang Kasdim yang akanmenghanguskannya dengan api; dan engkau sendiri tidak akan luput dari tanganmereka.’ (19) Kemudian berkatalah raja Zedekia kepada Yeremia: ‘Aku takut kepada orang-orang Yehuda yang menyeberang kepada orang Kasdim itu; nanti aku diserahkan ke dalam tangan mereka, sehingga mereka mempermainkan aku.’ (20)Yeremia menjawab: ‘Hal itu tidak akan terjadi! Dengarkanlah suara TUHAN dalamhal apa yang kukatakan kepadamu, maka keadaanmu akan baik dan nyawamu akanterpelihara.


Yeh 3:6 - “bukan kepada banyak bangsa-bangsa yang berbahasa asingdan yang berat lidah, yang engkau tidak mengerti bahasanya. Sekiranya aku mengutus engkau kepada bangsa yang demikian, mereka akan mendengarkan engkau.


Mat 11:21 - “‘Celakalah engkau Khorazim! Celakalahengkau Betsaida! Karena jika di Tirus dan di Sidon terjadi mujizat-mujizat yang telah terjadi di tengah-tengah kamu, sudah lama mereka bertobat dan berkabung.


Kata-kata Louis Berkhof ini membingungkan bagi saya, karena bertentangan dengan kata-kata para ahli theologia Reformed yang lain, yang mengatakan bahwa Allahpun tidak mungkin bisa tahu tentang peristiwa-peristiwa yang contingent. Bahkan kata-kata Louis Berkhof di sini bertentangan dengan kata-kata Louis Berkhof sendiri selanjutnya, dimana ia berkata sebagai berikut:

  • Louis Berkhof: “His foreknowledge of future things and also of contingent events restson His decree” (= Pengetahuan lebih duluNya  tentang hal-hal yang akan datang dan juga tentang peristiwa-peristiwa yang contingent bersandar pada ketetapan-ketetapanNya) - ‘SystematicTheology’, hal 67,68.

  • LouisBerkhof: “Actions that are in noway determined by God, directly or indirectly, but are wholly dependent on the arbitrary will of man, can hardly be the object of divine foreknowledge” (= Tindakan-tindakan yang tidak ditentukan oleh Allah dengan cara apapun, secara langsung atau tidaklangsung, tetapi sepenuhnya tergantung pada kehendak manusia yang berubah-ubah,tidak mungkin bisa merupakan obyek dari pra-pengetahuan ilahi) -‘Systematic Theology’, hal 68.

Catatan: menurut saya kata ‘hardly’ di sini tidak boleh diterjemahkan ‘hampir tidak’ seperti biasanya, tetapi harusditerjemahkan ‘improbable’ (= ‘tidak mungkin’) atau ‘not at all’ (= ‘sama sekali tidak’). Arti  seperti ini memang diberikan dalam Webster’s New World Dictionary (College Edition).


Saya kira ada 3 kemungkinan untuk menafsirkan kata-kata Louis Berkhof yang membingungkan di atas.

a)  Di sana ia menggunakan kata ‘contingent’ dengan arti yang berbeda. Harus diakui kata ini memang sukar diterjemahkan. Dalam Websters New World Dictionary (College Edition) arti yang diberikan untuk kata ini bermacam-macam:
  1. “that may or may nothappen”(= yang bisa terjadi atau bisa tidak terjadi). 
  2. “possible” (= memungkinkan). 
  3. “happening by chance;accidental; fortuitous”(=kebetulan / terjadi secara kebetulan). 
  4. “dependent (on or uponsomething uncertain)”[= tergantung (pada sesuatu yang tidak pasti)]. 
  5. “conditional” (= bersyarat). 
  6. dsb.

Kalau dalam arti ke 2 maka saya percaya Allah mempunyai pra-pengetahuan. Tetapi kalau dalam arti pertama atau keempat, saya tidak percaya Allah bisa mempunyai pengetahuan lebih dulu.


b)   Louis Berkhof mungkin memaksudkan bahwa kalau dilihat sepintas lalu Kitab Suci secara jelas mengajar demikian. Tetapi kalau diteliti lebih jauh / mendalam, faktanya tidak demikian.


c)   Louis Berkhof berbicara tentang  2 macam ‘contingency’.
  • Yang pertama adalah contingency dari sudut pandang Allah. Ini menunjuk pada hal-hal yang betul-betul sama sekali tidak ditentukan terjadi atau tidak terjadinya dengancara apapun. Yang ini Allah tak mungkin bisa mempunyai foreknowledge (prapengetahuan).

  • Yang kedua adalah contingency dari sudut pandang manusia. Apa yang contingent menurut manusia belum tentu contingent menurut Tuhan! Misalnya sebelum undi dilemparkan, bagi manusia hasilnya bersifat contingent,tetapi bagi Tuhan tidak. Bdk Amsal 16:33.
Jadi, yang dikatakan oleh Louis Berkhof sebagai diketahui lebih dulu oleh Allah, jelas bukan hal-halyang contingent dalam arti pertama tetapi dalam arti kedua!


Dari 3 kemungkinan di atas ini, saya yakin yang benar adalah kemungkinan yang terakhir.

3)   Allah tidak terbatas oleh waktu, atau Allah ada di atas waktu.
Satu hal lagi yang menunjukkan bahwa Rencana / ketetapan Allah itu mencakup segala sesuatu, adalah bahwa Allah tidak terbatas oleh waktu, atau ada di atas waktu.

  • Loraine Boettner:“Much of the difficulty in regard to the doctrine of Predestination is due to the finite character of our mind, which can grasp only a few details at a time, and which understands only a part of the relations between these. We are creatures of time, and often fail to take into consideration the fact that God is not limited as we are. That which appears tous as ‘past,’ ‘present,’ and ‘future,’ is all ‘present’ to His mind. It is as eternal ‘now.’ He is ‘the high and lofty One that inhabits eternity.’ Is.57:15. ‘A thousand years in thy sight are but as yesterday when it is past, And as a watch in the night,’ Ps. 90:4. Hence the events which we see coming to pass in time are only the events which He appointed and set before Him from eternity. Time is a property of the finite creation and is objective to God. He is above it and sees it, but is not conditioned by it. He is also independent of space, which is another property of the finite creation. Just as He sees atone glance a road leading from New York to San Francisco, while we see only a small portion of it as we pass over it, so He sees all events in history, past,present, and future at one glance. When we realize that the complete process of history is before Him as an eternal ‘now,’ and that He is the Creator of al lfinite existence, the doctrine of Predestination at least becomes an easier doctrine”


    (= Banyak kesukaran berkenaan dengan doktrin Predestinasi disebabkan oleh sifat terbatas dari pikiran kita, yang hanya bisa menjangkau beberapa detail pada satu saat, dan yang mengerti hanya sebagian dari hubungan antara detail-detail itu. Kita adalah makhluk waktu, dan seringkali melupakan fakta bahwa Allah tidak terbatas seperti kita. Apa yang kelihatan bagi kita sebagai ‘lampau’,‘sekarang’, dan ‘akan datang’, semuanya adalah ‘sekarang’ bagi pikiranNya. Itu adalah ‘sekarang’ yang kekal. Ia adalah ‘Yang tinggi dan mulia yang mendiami kekekalan’ Yes 57:15. ‘Seribu hari dalam pandanganMu adalah seperti kemarin, pada waktu itu berlalu, dan seperti suatu giliran jaga pada malam hari’ Maz 90:4. Karena itu peristiwa-peristiwa yang kita lihat terjadi dalam waktu hanyalah merupakan peristiwa-peristiwa yang telah Ia tetapkan dan tentukan di hadapanNya dari kekekalan. Waktu adalah milik / sifat dari ciptaan yang terbatas dan terpisah dari Allah. Ia ada diatasnya dan melihatnya, tetapi tidak dikuasai / diatur olehnya. Ia juga tidak tergantung pada tempat, yang merupakan milik / sifat yang lain dari ciptaan yang terbatas. Sama seperti Ia melihat dalam sekali pandang jalanan dari New York ke San Francisco, sementara kita melihat hanya sebagian kecil darinya pada waktu kita melewatinya, demikianpula Ia melihat semua peristiwa-peristiwa dalam sejarah, lampau, sekarang, dan yang akan datang dalam satu kali pandang. Pada waktu kita menyadari bahwa proses lengkap dari sejarah ada di depanNya sebagai ‘sekarang’ yang kekal, dan bahwa Ia adalah Pencipta dari semua keberadaan yang terbatas, doktrin Predestinasi sedikitnya menjadi doktrin yang lebih mudah) - ‘The ReformedDoctrine of Predestination’, hal 44-45.
Catatan: Yes 57:15 dan Maz 90:4 di atas dikutip dan diterjemahkan dari KJV.

  • William G. T. Shedd:“For the Divine mind, there is, in reality, no future event, because all events are simultaneous, owing to that peculiarity in the cognition of an eternal being whereby there is no succession in it. All events thus being present to him are of course all of them certain events” (= Untuk pikiran ilahi, dalamkenyataannya tidak ada kejadian / peristiwa yang akan datang, karena semua peristiwa / kejadian adalah serempak, berdasarkan kekhasan dalam pemikiran /pengertian dari makhluk kekal untuk mana tidak ada urut-urutan di dalamnya.Semua peristiwa ‘bersifat present /sekarang’ bagiNya dan karenanya tentu saja semuanya merupakan peristiwa yang pasti) - ‘Shedd’s Dogmatic Theology’, vol I, hal402.


Bersambung ke Bagian 4

No comments:

Post a Comment