Pages

19 June 2013

Membunuh & Marah



Oleh :  Prof.Iain D. Campbell

etika Perjanjian Baru: kita harus menyingkirkan apa yang duniawi dalam diri kita—“kemarahan, murka, kedengkian, fitnah,” karena kamu “telah mengenakan manusia baru, yang  sedang diperbarui dalam pengetahuan yang seturut dengan  citra kreatornya (Kolose 3:5-10). Standard kehidupan yang Yesus  syaratkan bagi kita  hanya sebuah  standard yang Yesus sendiri hidupi dan jalani.  



Ada lima bagian utama pengajaran dalam injil Matius; pengajaran-pengajaran  ini tampil dalam bab-bab 5-7,10,13,18, dan 23-25. Beberapa pakar  mengutarakan pandangannya bahwa kelima bagian utama   ini berparalel dengan   lima Kitab Musa, dan oleh karena itu Yesus digambarkan sebagai Musa yang baru, nabi terahir yang  pasti datang.


Pastilah   tujuan Matius memang ingin menggambarkan Yesus sebagai Raja Davidik, yang pelayanannya dimulai dengan pesan: “Bertobatlah, sebab Kerajaan Sorga sudah dekat!" (Matius 4:17). Injil-Nya adalah injil kerajaan; Dia telah datang untuk memproklamasikan pemerintahan Allah didalam diri manusia.


Setiap November di  Inggris, ketika periode baru parlemen secara resmi mulai, monarki yang berkuasa membacakan sebuah pidato yang  menggambarkan kebijakan-kebijakan yang akan dijalankan  oleh  pemerintahannya  selama tahun  berjalan kedepan. “State Opening Parliament  itu dikumandangkan dalam  kemegahan dan seremoni. Pada intinya, inilah poin dimana ratu melukiskan bagaimana dia akan memerintah kerajaannya melalui parlemennya untuk tahun berikutnya : Pidato Ratu adalah sebuah pernyataan komitmen, mendeklarasikan programnya.


State Opening Parliament - guardian.co.uk

Sangat jauh berbeda, tidak ada kemegahan atau seremoni dalam Khotbah di Bukit. Tetapi ada sebuah pernyataan pemerintahan di sini—dalam khotbah agung ini, Raja menggambarkan bagaimana  kerajaan-Nya akan diidentifikasi dan bagaimana pemerintahan Tuhan akan dijalankan dalam kehidupan rakyat yang diperintah-Nya. Ini, dengan kata lain,  inagurasi atau peresmian kerajaan-Nya: Raja  mengemukakan rencana-Nya, program yang mana kerajaan-Nya   dikenali dan pemerintahan-Nya dijalankan.



Dua tema berulang dalam Matius berlari disepanjang pidato sang Raja. Dalam Matius 5:17, Yesus berkata, “Aku tidak datang untuk melenyapkan (Hukum Taurat dan Kitab Para Nabi)”; dan dalam Matius 5;22,28,32,34, dan 44, Dia menggunakan anak kalimat :” Tetapi Aku  berkata kepadamu.”



Keparalelan tema-tema ini membantu kita untuk memahami apakah yang Yesus sedang  lakukan selama Khotbah di Bukit. Pada satu sisi, Dia sedang mengawetkan, melanjutkan, dan memenuhi apa yang Tuhan sebelumnya telah singkapkan dalam Perjanjian Lama. Fungsi Yesus bukan untuk  “melenyapkan” baik Hukum Taurat dan Kitab Para Nabi. Yesus mengakui diri-Nya sebagai  sedang berdiri dalam sebuah arus pewahyuan,  pengajaran-pengajaran-nya yang  semacam ini adalah sebuah keping dari apa yang telah dideklarasikan Perjanjian Lama. Ini adalah Raja yang sama yang akan memerintah umatnya sekarang seperti halnya dahulu, dan dia membawa para pendengarnya untuk kembali kepada prinsip-prinsip fundamental moralitas yang Tuhan telah singkapkan kepada Musa.



Itu tidak berarti bahwa semuanya  harus berlanjut  sebagaimana sebelumnya. Oleh penggenapan-Nya atas Perjanjian Lama, beberapa aspek dalam  legislasi Perjanjian Lama  telah diberlakukan sebagai usang. Korban-korban dan upacara-upacara misalnya, yang dikaitkan dengan  pembebasan dan penebusan  sudah tidak lagi dilakukan-selesai, tepatnya karena Yesus datang untuk menggenapi hal-hal tersebut dan  untuk  melayani dalam kebenaran yang sempurna.



Pada sisi lainnya, mengekstrasikan makna sejati dari hukum Perjanjian  Lama berarti sebuah pemutusan dengan pengajaran  rabinik yang telah diterima pada masa itu. Sehingga kala Yesus berkata, “ Tetapi aku berkata kepadamu,” Dia tidak sedang  memancangkan diri-Nya sendiri berlawanan dengan  Musa tetapi melawan mereka yang memiliki interpretasi-interpretasi hukum yang mengubah kovenan Anugerah Tuhan  menjadi sebuah kovenan perbuatan-perbuatan. Bagi kebanyakan orang, kebenaran adalah sebuah soal mematuhi semua aturan-aturan; Yesus  sebenarnya sedang mengajar kita bahwa aturan-aturan mensyaratkan kita untuk pergi lebih dalam daripada  prakter agama dangkal seperti yang diutarakan oleh para rabi.

MARAH - twinfactory.org



Yesus mengilustrasikan hal ini dengan merujuk pada enam isu praktis. Isu pertama berkaitan dengan makna larangan membunuh ( 5:21-26). Bunyi perintahnya jelas :”Kamu tidak boleh membunuh.” Orang-orang Farisi dan ahli taurat memahami hal ini dalam pemahaman yang  paling sempit ,  mempercayai bahwa jika mereka tidak pernah  menumpahkan darah orang tidak bersalah,mereka telah menjalankan hukum ini, Tetapi Yesus berkata bahwa perintah ini menjangkau hingga “membunuh secara emosi,”  dalam sebuah pengertian kebencian dan murka terhadap seseorang.  Murka atau marah  itu sendiri adalah sebuah pelanggaran atas manusia yang telah diciptakan dalam citra Tuhan ( Mat 5:23-24).



Pengadilan manusia dan hakim-hakim dunia dapat mengukur pada tindakan-tindakan eksternal kita—mereka dapat menilai bukti atas apa yang telah kita lakukan dan perbuat. Tetapi Yesus menggalinya lebih dalam daripada ini—Dia mengingatkan para pendengar-Nya bahwa standard-standard Tuhan  ukurannya melampaui moralitas eksternal menjangkau hingga apa  yang dipikirkan dan dimaksudkan dalam hati kita ( Ibrani 4:12). Jika kita sedang marah, kita sedang mengambil  resiko tidak sedang menjadi subyek  penghakiman  manusia tetapi menjadi subyek penghakiman Tuhan. Kemarahan harus diselesaikan bila kita berkemauan  untuk menyenangkan Tuhan; lebih baik kita menyinggung perasaan saudara kita karena mengupayakan rekonsiliasi daripada menyinggung perasaan Tuhan dengan tetap membiarkan kemurkaan menguasai diri kita. Kita bisa jadi tidak pernah membunuh siapapun, Yesus mengingatkan kita, tetapi murka  yang tidak dicegah adalah sebuah  pelanggaran atas perintah Tuhan yang keenam dan dapat membawa kita kepada konsekuensi dosa yang serius -neraka.



Fitnah - workplaceboundaries.com

Hidup kerajaan dibawah kedaulatan  Yesus bermakna menjalankan kehidupan dihadapan wajah Tuhan, hati kita terungkap isinya kepada matanya yang maha  melihat seperti sebuah buku terbuka dihadapan-Nya. Itulah  hal yang selalaui Tuhan inginkan dari umat-Nya: bahwa mereka akan berlaku adil, mencintai kebaikan, dan berjalan dalam kerendahan hati bersama dengan Tuhan (Mikha 6:8).



Inilah yang  menjadi  hal penting dalam beribadah, bukan ibadah yang didasarkan pada keselarasan eksternal terhadap huruf Taurat, tetapi  orang yang selaras dengan hukum Taurat adalah sebuah hati yang  berhati-hati untuk tidak  melawan Tuhan. Itulah etika  Perjanjian Baru: kita harus menyingkirkan apa yang duniawi dalam diri kita—“kemarahan, murka, kedengkian, fitnah,” karena kamu “telah mengenakan manusia baru, yang  sedang diperbarui dalam pengetahuan yang seturut dengan  citra kreatornya (Kolose 3:5-10). Standard kehidupan yang Yesus  syaratkan bagi kita  hanya sebuah  standard yang Yesus sendiri hidupi dan jalani.



Murder and Anger, Tabletalk – Ligonier Ministry and R.C Sproul | diterjemahkan-diedit oleh : Martin Simamora
  

No comments:

Post a Comment