Pages

01 June 2013

IMAN dan KEPASTIAN

Oleh : Dr. Joel  Beeke


Seorang pria dan wanita berdiri saling bergandeng tangan di pantai. Untuk sesaat, satu-satunya suara adalah deburan ombak. Ketika si pria bertanya, “apakah yang paling kamu takuti?” Si wanita menjawab : “Aku ingin menikah denganmu lebih dari apapun di muka bumi ini. Tetapi aku selalu berpikir bahwa kamu akan berubah pikiran dan meninggalkanku seperti… “ Matanya menatap ke tanah. “ Persis seperti ayahmu meninggalkan ibumu?” tanya si pria  dengan lembut.  Dengan ragu, si wanita menganggukan kepalanya.

“Tidakah kamu mempercayaiku?” Tanya si pria.

“Oh ya,” ujar si wanita. “ Kamu adalah pria yang paling dapat dipercaya yang pernah saya jumpai.” Si wanita diam sesaat, kemudian dia berkata, “ tetapi  aku takut  kalau kamu akan menyadari bahwa aku bukanlah apa yang sesungguhnya kau inginkan.”


Sang pria menggengam erat kedua tangannya sambil  berkata : ”Aku telah mengenal engkau semenjak kita masih kanak-kanak. Aku mengenal kesalahan-kesalahanmu. Tetapi aku mencintaimu. Aku memilihmu, dan tidak ada lagi yang lain yang aku inginkan.”


“Aku sungguh percaya kepadamu,” ujar si wanita, “Aku hanya harus belajar  untuk mempercayaimu lebih lagi.”


Orang-orang Kristen mungkin mendapatkan diri mereka dalam sebuah posisi  yang serupa dengan  Tuhan mereka. Sebagai orang-orang percaya, kita percaya kepada Tuhan dan mengetahui bahwa Dia layak dipercaya. Tetapi keraguan, kesalahan, dan ketakutan dapat  melumat habis kepastian kita bahwa kita adalah  milik-Nya dan selalu memang demikian. Kita  kadang-kadang dapat takut kalau-kalau kita mungkin ditinggalkan.


Kepastian keselamatan amat sangat pribadi dan  secara mendalam doktrinal. Kepastian keselamatan ada di jantung debat Reformasi. Gereja Roma Katolik mengatakan bahwa seorang Kristen tidak dapat memiliki kepastian tanpa pertama-tama memiliki sebUah pewahyuan ekstraordinari langsung dari Tuhan. Para Reformator seperti John Calvin  telah mengatakan bahwa kepastian adalah hak lahir dari setiap orang percaya, walaupun hal itu dapat dialami dalam   kadar  yang bervariasi.



Kita pertama-tama harus memahami hubungan antara iman dan kepastiaan. Kepastian  muncul dari esensi iman, seperti halnya  apel-apel yang secara alami tumbuh pada pohon-pohon apel. Kepastian adalah buih iman. Esensi iman adalah percaya. Iman mengenggam kovenan Tuhan dan mendapatkan Dia adalah cukup. Seperti Mazmur 18:2a  berkata, “TUHAN adalah gunung batuku, dan bentengku, dan pembebasku; Tuhanku, kekuatanku, kepadanya  aku akan percaya” (KJV).



Karena itu, orang-orang percaya dapat berhak sepenuhnya memiliki kepastian keselamatan mereka. Daud mengaku, “TUHAN adalah gembalaku” (Mazmur 23:1). Paulus mendeklarasikan, “Itulah sebabnya aku menderita semuanya ini, tetapi aku tidak malu; karena aku tahu kepada siapa aku percaya dan aku yakin bahwa Dia berkuasa memeliharakan apa yang telah dipercayakan-Nya kepadaku hingga pada hari Tuhan” ( 2 Timotius 1:12).



Esensi kepastian adalah mengetahui bahwa aku diselamatkan—bahwa dosa-dosaku diampuni dan aku milik Tuhan—dan karena itu aku tahu dan mengalami komuni dengan Allah tritunggal. Dalam Efesus 3:11-12, Paulus menuliskan tujuan kekal Tuhan “dalam Kristus Yesus Tuhan kita: Di dalam Dia kita beroleh keberanian dan jalan masuk kepada Allah dengan penuh kepercayaan oleh iman kita kepada-Nya.”  Paulus menggambarkan akses ini dalam istilah-istilah Trinitarian: “karena oleh Dia kita kedua pihak dalam satu Roh beroleh jalan masuk kepada Bapa” (Efesus 2:18).



Setiap pribadi dalam Trinitas dilibatkan dalam kepastian iman. Bapa, Anak, dan  Roh Kudus menuntun kita untuk mendatangi  Tuhan dengan keberanian sebagai “Abba, Bapa” kita yang penyayang dan mulia (Roma 8:15; lihat  juga Mazmur 103:13; Galatia 4:6).  Kita memiliki keberanian ini  terhadap Tuhan melalui karya Kristus  mati di kayu salib dan menarik kita mendekat pada Tuhan dalam damai ( Efesus 2:13-14). Roh Kudus memampukan kita untuk mengalami suka cita dan damai mengetahui bahwa kita adalah anak-anak Tuhan ( Roma 8:16; Galatia 5:22). Kala kita percaya kepada Kristus, Tuhan pengharapan memenuhi kita dengan suka cita dan damai oleh kuasa Roh Kudus ( Roma 15:12-13).




Akan tetapi, kepastian bukanlah otomatis. Pengakuan iman Westminster memberitahukan kepada kita bahwa  orang-orang Kristen dapat mengalami banyak konflik tanpa kepastian (18.3).  Kepastian adalah buah iman yang  menyelamatkan. Seperti halnya es yang tidak mengenal musim dapat mencegah sebuah pohon yang hidup untuk menghasilkan buah pada musimnya,jadi kepastian  mungkin diinginkan dimana ada iman sejati, dan  kepastian bahkan mungkin hilang bagi seorang percaya untuk sesaat.


Seorang anak Tuhan mungkin berjalan dalam kegelapan ( Yesaya 50:10). Pikirkanlah Daud, yang memohon, “TUHAN, janganlah menghukum aku dalam geram-Mu,…. tidak ada yang sehat pada dagingku (Maz 38:1,7). Seperti halnya Heman, orang Ezrahi yang berteriak,” Aku tertekan oleh panas murka-Mu, dan segala pecahan ombak-Mu Kautindihkan kepadaku” (Maz 88:7)



Petrus menasihati kita untuk “Karena itu, saudara-saudaraku, berusahalah sungguh-sungguh, supaya panggilan dan pilihanmu makin teguh” ( 2 Petrus 1:10). Kata-katanya menyatakan bahwa seorang Kristen dapat menemukan kepastian  bahwa Tuhan telah memilih dan memanggil dia kepada keselamatan dalam Kristus. Kepastian semacam ini  biasanya tidak dapat dipisahkan dari berjalan bersama dengan Tuhan dalam iman.


 Pengakuan Iman Westminster  mengatakan,
Jaminan sempurna iman [adalah] didasarkan atas kebenaran ilahi janji-janji keselamatan, bukti batin dari anugerah-anugerah tersebut untuk janji-janji yang dibuat, [dan] kesaksian Roh adopsi memberikan kesaksian  dengan roh kita bahwa kita adalah anak-anak Allah (18.2)

Mari kita periksa sarana-sarana dalam mencapai kepastian.


Jalan untuk mengejar kepastian adalah, pertama, berupaya mengenal Tuhan  dalam pengalaman melalui janji-janji-Nya yang  hebat dan bernilai ( 2 Petrus 1:2-4). Janji-janji Injil   bahwa Kristus diberikan secara gratis bagi kita dalam seluruh ketercukupannya, Jika anda memandang janji-janji ini sebagai “Ya” Tuhan dalam Kristus, anda akan diperkuat untuk memberikan “Amin” kepada janji-janji itu ( 2 Korintus 1:20). Antony Burgess,  menuliskan,” Percaya kepada Tuhan dan Kristus, ketika kita tidak merasakan apa-apa tetapi bersalah dan kehancuran didalam diri kita, adalah kehormatan terbesar yang dapat kita berikan kepada Tuhan.”



Kita seharusnya  mengejar pertumbuhan rohani dengan bertindak diatas janji-janji. Petrus berkata Tuhan telah memberikan kepada kita janji-janji-Nya “supaya olehnya kamu boleh mengambil bagian dalam kodrat ilahi,” yaitu, diselaraskan dengan citra Tuhan ( 2 Petrus 1:4). Bertekun sungguh-sungguh untuk meningkatkan kebajikan, pengetahuan, pengendalian, kesabaran, kesalehan, kebaikan persaudaraan, dan kedermawanan ( 2 Petrus 1:5-7) adalah  cara “supaya panggilan dan pilihanmu makin teguh” ( 2 Petrus 1:10). Kala kita  bertumbuh dalam kapasitas untuk melaksanakan perintah-perintah Tuhan,kita dapat dipastikan bahwa kita milik Dia ( 1 Yohanes 2:3). Mereka yang  terus-menerus berada dalam level-level bawah kepatuhan akan mengalami,  yang paling, level-level bawah kepastian.



Kepatuhan meningkatkan kepastian karena kepatuan adalah bukti dari sebuah iman yang  hidup dan membuktikan bahwa kita bukan orang-orang munafik ( Yakobus 2:1-4). Perbuatan-perbuatan baik tidak menyelamatkan kita ( Efesus 2:8-9), tetapi hidup kebenaran dan kasih adalah bukti kuat bagi kelahiran kembali ( 1 Yohanes 2:29; 4:7). William Ames menulis, “Dia yang  melakukan secara  benar memahami  janji kovenan tidak dapat memastikan keselamatannya kecuali dia  mengetahui dalam dirinya ada iman sejati dan pertobatan.”



Ketiga, ketika kita mengikuti pimpinan Roh Kudus untuk berjalan dengan iman dalam Kristus, kita akan mengalami kesaksian-Nya   sebagai Roh yang mengangkat kita sebagai anak ( Roma 8:14-16).



Semua tiga saran  mencapai kepastian diindentifikasikan para pemimpin/tokoh Westminster sebagai pelayanan Roh yang tidak terpisahkan. Dia menuntun kita untuk menerima janji-janji Tuhan, memperlihatkan kepada kita bukti-bukti tampak luar terkait anugerah dalam diri kita, dan bersaksi bersama dengan roh kita bahwa kita adalah anak-anak Tuhan.


Seorang wanita mungkin tumbuh  dalam mempercayai  cinta suaminya dengan berjalan karib  bersamanya sepanjang hidup dan belajar melalui pengalaman bahwa dia adalah miliknya dan suaminya adalah miliknya. Semoga Tuhan  memberkati pengantin Kristus sehingga dia, juga, berjalan lebih dekat lagi dengan Suaminya, Yesus Kristus, dan bertumbuh dalam kepastian cinta-Nya  yang tak dapat berubah kepadanya.



Faith and Assurance -  Tabletalk-Ligonier Ministries and R.C  Sproul  | diterjemahkan : Martin Simamora

No comments:

Post a Comment