Pages

30 April 2013

BUAH-BUAH KEJATUHAN (Bagian 1)



Oleh : Bob Deffinbaugh

Untuk  memiliki pengertian yang lebih baik atas artikel ini, sangat dianjurkan untuk membaca terlebih dahulu : Kejatuhan Manusia




Pengantar

Ketika kita berdosa, kita kerap  melakukannya dengan  pengharapan yang sia-sia bahwa kita akan memiliki  kenikmatan dalam jumlah yang maksimal dan penghukuman yang minimum. Akan tetapi, hal yang  seperti ini jarang  terjadi.


Saya suatu kali pernah mendengarkan kisah seorang pria dan isterinya yang  memutuskan untuk pergi ke bioskop drive-in. Mereka    berpikir bahwa harganya terlalu mahal dan  merencanakan untuk menyampaikan keberatan kepada manajemen  bioskop. Ketika  mereka  sudah tidak jauh dari bioskop tersebut, sang suami masuk kedalam bagasi mobil. Kesepakatannya memang demikian bahwa isterinya akan mengeluarkan suaminya  setelah sang isteri sudah masuk kedalam teater.


Semuanya meleset,  setidaknya rencana itu berhasil sejauh mendapatkan tiket masuk. Tetapi  ketika si isteri  menghampiri bagasi mobil untuk mengeluarkan sang suami, dia  menyadari bahwa kunci bagasi ada di  dompet sang suami. Dal keputus asaan dia harus memanggil manajer bioskop, polis, dan  tim penyelamat. Mereka tidak menonton  filem serta juga tidak bisa membuka bagasi. Seperti inilah jalan dosa. Perjalanannya pendek dan harganya mahal.


Pada pandangan pertama,  mengambil buah terlarang dan memakannya terlihat seperti hal yang sepele, semata sebuah perbuatan yang kurang baik saja. Tetapi Kejadian bab tiga membuat hal ini  jelas bahwa ini adalah  sebuah soal yang tidak main-main/gawat. Manusia harus memilih untuk percaya kepada Setan daripada Tuhan. Adam dan Hawa telah menyimpulkan bahwa Tuhan terlampau keras dan kejam. Mereka telah memutuskan untuk mencari jalan sendiri untuk pemenuhan diri sendiri yang berlawanan dengan  kehambaan.

Ular telah memberikan saran, memang benar, si  ular menyampaikan pernyataan yang  lancang, bahwa tidak ada efek-efek yang sangat berbahaya akan dialami dalam ketidakpatuhan terhadap Tuhan, tetapi hanya akan mengalami sebuah tingkatan eksistensi   yang lebih tinggi. Tetapi dalam bab ke 4 Kitab Kejadian kita dengan  cepat melihat bahwa janji-janji Setan sangat menyolok  bohong. Berikut ini adalah upah-upah dosa yang nyata, mulai menampakan wujudnya.




Buah Kejatuhan dalam Kehidupan Kain
(Kejadian 4:1-15)

Persatuan seksual Adam dan Hawa telah melahirkan anak pertama, seorang  anak laki-laki  yang dinamai Hawa : Kain. Nama ini berangkali dipahami sebagai sebuah permainan kata-kata. Kata ini terdengar  serupa dengan kata Ibrani Qanah yang berarti “untuk mendapatkan” atau “untuk memperoleh”. Dalam bahasa setempat saat ini  berangkali akan dinami ‘sudah didapatkan’[bandingkan dengan H. C. Leupold, Exposition of Genesis (Grand Rapids: Baker-Book House, 1942), I, hal. 189.]



Signifikansi nama  tersebut adalah : bahwa nama itu merefleksikan iman Hawa, karena dia telah berkata, “Aku telah mendapat(Qaniti, dari Qanah)seorang anak laki-laki dengan pertolongan TUHAN”[Kejadian 4:1)



Sementara ada sejumlah diskusi diantara para ahli Alkitab terkait makna tepat dari pernyataan ini[Secara literal Hawa mengatakan, “Saya telah mendapatkan seorang putera.” Apakah Hawa percaya bhawa dia telah melahirkan Juru selamat?Ini mungkin, tentu saja. Berangkali lebih seperti Hawa telah  mengetahui  bahwa Tuhan telah memampukannya untuk melahirkan seorang anak, seorang anak  yang melaluinya kelepasannya akan datang segera], Hawa telah mengakui aktifitas Tuhan dalam mengaruniakan anaknya.  Saya percaya bahwa Hawa telah memahami nubuat Kejadian 3:15 bahwa salah satu keturunannya akan  membawa penebusan baginya. Berangkali dia memandang pada Kain sebagai penebusnya. Jika demikian maka dia telah ditakdirkan untuk kekecewaan.



Meskipun Hawa bisa jadi telah keliru dalam pengharapan-pengharapannya untuk sebuah kemenangan yang cepat atas si ular dengan  kelahiran anak pertamanya, Hawa benar dalam menantikan  pelepasannya melalui benihnya. Hawa, karena itu, benar secara umum tetapi keliru dalam hal khusus.
Optimisme Hawa  terlihat menyusut saat melahirkan putera keduanya, Habel. Nama ini  bermakna ‘kesombongan,’  ‘nafas,’ atau ‘menguap.’ Berangkali Hawa telah  belajar kali ini bahwa konsekuensi-konsekuensi dosa tidak dengan cepat berlalui darinya. Hidup akan melibatkan  upaya keras dan sebuah upaya baik yang terlihat sebagai upaya sia-sia. Kain adalah simbol pengharapan Hawa; Habel adalah simbol keputusasaannya.



Habel adalah seorang penjaga kawanan ternak, sementara Kain adalah seorang pengolah tanah (petani). Tidak ada bagian manapun dimana Musa mengisyaratkan bahwa salah satu pekerjaan ini  lebih rendah terhadap pekerjaan lainnya. Tidak juga disebutkan dalam kisah ini hal  para leluhur pada  acara-acara televisi dimana  mereka  telah menipiskan tema menjadi pertarungan antara para petani  yang kotor dan para peternak.



Problem  Kain tidak ditemukan pada sarana-sarana kehidupannya, tetapi didalam dirinya sendiri.


(3) Setelah beberapa waktu lamanya, maka Kain mempersembahkan sebagian dari hasil tanah itu kepada TUHAN sebagai korban persembahan;(4) Habel juga mempersembahkan korban persembahan dari anak sulung kambing dombanya, yakni lemak-lemaknya; maka TUHAN mengindahkan Habel dan korban persembahannya itu,(5) tetapi Kain dan korban persembahannya tidak diindahkan-Nya… (Kejadian 4:3-5a)  



Orang-Orang Israel yang pertama kali membaca kata-kata Musa ini akan  mengalami sedikit kesulitan dalam menangkap problem pada kurban Kain. Mereka telah menerima hal ini sebagai bagian dari  Lima Kitab Musa. Dengan demikian,mereka memahami bahwa manusia tidak dapat mendekati Tuhan tanpa penumpahan darah korban. Meskipun tidak ada korban-korban penumpahan darah[“Persembahan disini adalah sebuah minha,dimana dalam dunia manusia adalah sebuah hadiah penghormatan  atau kepatuhan dan sebagai sebuah hal  ritual, dapat dipersembahkan baik sebagai persembahan-persembahan hewan atau  lebih sering disampaikan dalam bentuk  biji-bijian (missal  I Sam 2:l7; Lukas 2:1).” Derek Kidner, Genesis: An Introduction and Commentary (Chicago: InterVarsity Press, 1967), hal. 75.], manusia hanya dapat  memiliki akses  menuju Tuhan melalui sebuah  penumpahan darah. Persembahan Kain tidak memenuhi ketentuan-ketentuan Tuhan dalam Hukum Taurat.


“Tetapi Kain tidak memiliki pewahyuan semacam ini!” Seseorang berangkali keberatan. Sangat benar. Tetapi  kemudian kita semua harus mengakui bahwa tidak satupun dari kita mengetahui pewahyuan apa yang telah dia miliki. Spekulasi apapun pada subyek ini pastilah  dugaan belaka.



Dengan mengatakan hal ini, saya harus menunjukan bahwa tidak perlu bagi Musa untuk memberitahukan kepada kita. Orang-orang sezamannya memiliki dasar  yang lebih dari cukup untuk menangkap signifikansi  penumpahan darah, karena  preskripsi Hukum yang  sangat teliti  terkait korban-korban dan ibadah-ibadah orang Kristen di zaman kita kini  memberikan keuntungan dalam memandang  masalah ini jauh lebih jernih dalam terang salib, dan dari pewujudan bahwa Yesus adalah “Anak Domba Allah yang telah  menanggung dosa dunia’ (Yohanes 1:29)



Meskipun kita tidak mengetahui apa yang Tuhan telah wahyukan kepada Adam atau kepada anak-anaknya, kita telah dipastikan bahwa mereka telah tahu apa yang harus mereka  lakukan. Ini jelas   terlihat dari kata-kata Tuhan kepada Kain:



(6) Firman TUHAN kepada Kain: "Mengapa hatimu panas dan mukamu muram?(7) Apakah mukamu tidak akan berseri, jika engkau berbuat baik? Tetapi jika engkau tidak berbuat baik, dosa sudah mengintip di depan pintu; ia sangat menggoda engkau, tetapi engkau harus berkuasa atasnya."( Kejadian 4:6-7)

Pertanyaan Tuhan secara jelas menyiratkan bahwa  kemarahan Kain tidak memiliki dasar.  Meskipun kita tidak mengetahui hal-hal spesifik apa terkait “melakukan hal baik” yang diperlu dilakukan, Kain telah melakukannya. Problem Kain  bukan pada salah satu instruksi yang tidak dijalankan, tetapi pada  pembangkangan dan pemberontakan melawan Tuhan.


Kain, seperti kebanyakan orang pada hari ini, ingin datang  pada Tuhan, tetapi dia ingin melakukannya dengan caranya sendiri. Ini mungkin bisa dilakukan di  kios Hamburger. Mereka akan membolehkanmu melakukannya dengan “caramu” seperti iklan komersial mengkampenyakannya, tetapi Tuhan tidak akan membiarkan kita. Seperti seorang temanku berkata,”Kamu dapat  pergi ke surga dengan cara Tuhan, atau kamu dapat pergi ke neraka dengan  cara apapun yang kamu maui.”



Perhatikan bahwa Kain bukan orang yang tidak religius. Dia percaya kepada Tuhan, dan dia menginginkan persetujuan Tuhan. Tetapi dia ingin datang kepada Tuhan dalam cara-caranya, bukan pada cara-cara Tuhan. Neraka seperti saya katakana sebelumnya, akan dihuni oleh orang religius.


Kain tidak ingin mendekati Tuhan melalui penumpahan darah. Kain lebih cenderung untuk  menawarkan buah   hasil upayanya. Kain memiliki sebuah  kemampuan bertani yang luar biasa, tangan yang berlumur darah tidak membuatnya tertarik. Manusia hari ini sedikit berbeda. Banyak orang  seperti setan-setan (bandingkan dengan Yakobus 2:19), percaya kepada Tuhan, dan yang mengakui Yesus sebagai Anak Allah. Tetapi mereka menolak  untuk tunduk kepada Dia sebagai Tuan. Mereka menolak korban-Nya dan  kematiannya yang menggantikan kita  pada Salib sebagai pembayaran atas dosa-dosa mereka. Mereka ingin datang kepada Tuhan dengan cara-cara mereka. Berita injil sangat jelas : tidak ada pendekatan kepada Tuhan kecuali melalui apa yang telah Kristus raih melalui kematian di Salib.


(6) Kata Yesus kepadanya: "Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku.(Yohanes 14:6)



(12) Dan keselamatan tidak ada di dalam siapapun juga selain di dalam Dia, sebab di bawah kolong langit ini tidak ada nama lain yang diberikan kepada manusia yang olehnya kita dapat diselamatkan."(Kisah Para Rasul 4:12)



(22) Dan hampir segala sesuatu disucikan menurut hukum Taurat dengan darah, dan tanpa penumpahan darah tidak ada pengampunan.(Ibrani 9:22)



(19) melainkan dengan darah yang mahal, yaitu darah Kristus yang sama seperti darah anak domba yang tak bernoda dan tak bercacat. ( 1 Petrus 1:19; bandingkan dengan Lukas  22:20; Kisah Para Rasul 20:28; Roma 3:25; 5:9; Efesus 1:7)


Betapa  besar kemurahan Tuhan mencari Kain dan dengan lemah lembut  menanyakan dia mengenai  kemarahan yang penuh dengan dosa. Betapa jelas  pesan restorasi dan peringatan terkait bahaya yang telah dia hadapi. Tetapi  nasihat  Tuhan telah ditolaknya.


Bersambung ke Bagian II


The Fruits of The Fall (Genesis 4:1-26) | diterjemahkan dan diedit oleh : Martin Simamora

No comments:

Post a Comment