Pages

28 March 2013

Penyaliban Kristus : Yesus Mati Diatas Salib


Oleh : Dr. John F. Walvoord

Yesus Mati Diatas Salib


Peristiwa-peristiwa yang menutup  kehidupan Yesus ketika dia wafat diatas salib dicatat dalam semua injil (Markus 15:33-41; Lukas 23:44-49; Yohanes 19:30-37). Matius mencatat bahwa dari jam keenam, atau siang  hari dalam hitungan Yahudi, ada kegelapan meliputi daerah itu hingga jam kesembikan,atau tiga siang. Kegelapan ini kelihatannya mulai berlangsung setelah teriakan Kristus yang ketiga di atas salib dimana Dia menempatkan ibu-Nya, Maria, dalam pemeliharaan Yohanes (Yohanes 19:26-27). Pada saat inilah kegelapan dimana Yesus telah menjadi persembahan bagi dosa dan, dalam keadaan semacam inilah, ditinggalkan oleh Bapa. Matius mencatat teriakan keempat Yesus diatas salib sebagai dikatakan diucapkan dengan suara keras :”Eli,Eli, lama sabachtani?Maksudnya. Tuhanku, Tuhanku, mengapa engkau meninggalkan aku?”(27:46). Matius mencatat dengan menggunakan bahasa Ibrani  untuk “Tuhanku,”eli, tetapi “lama sabachtani” adalah bahasa aramik, bahasa percakapan orang –orang Yahudi. Markus mengubah bahasa Ibrani eli menjadi eloi,  yang merupakan bahasa aramik. Petisi Yesus ini, tentu saja, kutipan dari Mazmur 21, walaupun injil-injil tidak menyebutkannya sebagai sebuah penggenapan.


Teriakan Yesus telah diinterpretasikan secara beragam, tetapi terlihat jelas bahwa Tuhan secara judisial telah meninggalkan Yesus diatas salib sebuah keadaan yang amat berbeda dengan Tuhan yang telah menguatkan Dia di Taman Getsemani. Disini Yesus sedang menanggung dosa-dosa seisi dunia,dan bahkan Bapa telah memalingkan wajahnya dari Yesus yang sedang menanggung kutuk dan mengidentifikasikan diri-Nya dengan dosa-dosa seisi dunia. Ketika Yesus  benar-benar  telah wafat, Yesus telah memerintahkan diri-Nya sendiri untuk kembali kedalam  tangan Bapa.


Mereka yang mendengar teriakan jelas Yesus, salah mengira  terhadap kata "eli" sebagai Elia, dan berpikir bahwa  Dia kala itu sedang memanggil Elia. Matius mencatat bahwa salah satu dari mereka membasahi bibir Yesus dengan anggur asam, untuk memampukan Dia berkata dengan suara yang lebih jelas. Akan tetapi, para penonton lainnya berkata agar dia membiarkan saja Yesus sendirian untuk melihat apakah Elia memang benar-benar datang untuk menyelamatkan Dia. Sementara mereka mengamati, menurut Matius.”Yesus, ketika Dia berteriak kembali dengan suara nyaring, 'telah menyerahkan nyawanya’ (Mat 27:50). Lukas 23:46 mencatat bahwa Yesus berkata :”Bapa, kedalam tanganmu Aku menyerahkan nyawaku.” Yohanes hanya mencatat  Yesus berkata, “telah selesai” (Yohanes 19:30). Yesus telah hidup tidak seperti manusia manapun yang pernah hidup, dan Dia telah mati sebagai manusia yang tak pernah dialami manusia lainnya manapun. Telah menyelesaikan tindakan pengorbanannya, Dia melepaskan roh-Nya dengan sebuah tindakan atas kemauan-Nya. Sebagaimana yang telah dia nyatakan sebelumnya, dalam Yohanes 10:18, dalam hal nyawa-Nya, “Tidak ada manusia mengambilnya daripadaku, tetapi Aku  menyerahkannya atas kehendak diriku sendiri. Aku punya kuasa untuk menyerahkan, dan aku memiliki kuasa untuk mengambilnya kembali.”



Pada saat kematian-Nya, sejumlah hal menakjubkan  terjadi. Sebuah gempa bumi   terjadi, tanah yang naik turun mendatangkan rasa takut pada mereka yang sedang menyaksikan. Menurut Matius 27:51, tirai tebal dan berat pemisah bait suci, yang memisahkan ruang maha suci dari tempat suci, telah terbelah dua dari atas kebawah. Sebagaimana dinyatakan dalam tafsir ilahi pada Ibrani 10:19-22  menandakan bahwa kematian Yesus telah membuka jalan bagi para pemercaya  umum/jemaat biasa untuk masuk kedalam ruang maha suci, dimana sebelumnya hanya imam besar Yahudi yang boleh masuk.



Walaupun tidak langsung diketahui oleh mereka yang  menyaksikan peristiwa kematian Kristus, Matius juga mencatat sebuah peristiwa yang tidak disebutkan di bagian manapun di Alkitab:”Dan kubur-kubur telah terbuka; dan banyak tubuh orang-orang kudus  yang mati telah bangkit, dan keluar dari kubur-kubur  mengikuti kebangkitannya, dan masuk kedalam kota suci, dan memperlihatkan diri kepada banyak orang” (Matius 27:53). Dengan pembacaan yang hati-hati atas  kisah ini, menyingkapkan, kebangkitan tubuh-tubuh orang-orang kudus, walaupun disebutkan disini, sesungguhnya terjadi setelah kebangkitan Yesus. Kejadian ini tidak dijelaskan di bagian manapun dalam Kitab suci tetapi kelihatannya menjadi sebuah penggenapan perayaan panen buah sulung sebagaimana disebutkan dalam Imamat 23:10-14. Pada peristiwa itu, sebagai simbol panuaian yang akan datang, orang  membawa   segenggam biji-bijian kepada imam. Kebangkitan orang-orang kudus ini, terjadi setelah  Yesus sendiri dibangkitkan, adalah sebuah simbol penuaian  yang akan datang ketika semua orang kudus akan dibangkitkan .



Prajurit Roma, terpesona oleh kegelapan dan  gempa bumi, walaupun dia  berangkali tidak mengetahui tirai bait suci yang telah terbelah, menurut kitab suci, dia sungguh ketakutan, mengatakan, “Sungguh Ia  ini adalah Anak Allah “(Mat 27:54). Walaupun dia telah menyaksikan banyak eksekusi, tidak pernah ada sebelumnya kejadian seperti ini.

Matius berkomentar bahwa banyak wanita yang telah mengikut Yesus Kristus menyaksikannya dari kejauhan. Diantara  mereka adalah Maria Magdalena, Maria ibu Yakobus dan  Yosef/Yusuf, dan Ibu anak-anak Zebedeus. Tidak diragukan lagi, dengan datangnya malam dan mengetahui bahwa Kristus telah wafat, mereka  pulang ke rumah dengan penuh kesedihan .
Penggalan dari  "Crucifixion of Jesus" |diterjemahkan dan diedit oleh : Martin Simamora


No comments:

Post a Comment