Pages

15 January 2013

Propaganda Melawan Kebenaran Melalui “Alkitab” Berusia “1500” Tahun

Sudah ada begitu banyak  temuan di Turki belakangan ini terkait sebuah  “Alkitab” yang diyakini ditulis dalam bahasa Aram, 1500 tahun lampau. Media muslim, demikian juga berbagai kanal media barat, dengan cepat menerkam berita ini, mengklaim Alkitab ini berisikan ayat-ayat yang dikaitkan dengan  Yesus Kristus, dimana Kristus memprediksikan kedatangan Muhammad. Tidak ada kanal media yang telah mempublikasikan sebuah faksimili yang bersikan ayat-ayat ini.
“Alkitab” ini ditulis pada media kulit dengan huruf-huruf emas. Gambar  ini adalah sampul depan yang memperlihatkan inskripsi-inskripsi dalam bahasa Aramik dan   gambar sebuah salib.


Bagi siapapun penutur asli  bahasa Assyria modern (juga dikenal neo Aramik), dan bahasa inilah yang menjadi bahasa umum Assyria saat ini, inskripsi ini dengan mudah dapat dibaca. Pada bagian paling bawah dari inskripsi tersebut, bagian yang paling jelas terlihat dari foto-foto yang dipublikasikan, berbunyi sebagai  berikut:


Transliterasi: b-shimmit maran paish kteewa aha ktawa al idateh d-rabbaneh d-dera illaya b-ninweh b'sheeta d-alpa w-khamshamma d-maran


Terjemahan: Dalam nama Tuhan Kita, buku ini dituliskan pada  tangan-tangan para rahib dari biara tinggi Niniweh, pada tahun ke  1.500 dalam tahun Tuhan kita.


Niniweh merupakan ibu kota kuno Assyria dan terletak di utara Irak masa kini, dekat Mosul.

View Larger Map


Ada kesalahan-kesalahan ejaan yang dapat segera diketahui


Kata pertama,b’shimmit maran (dalam nama Tuhan kita), dieja secara keliru dengan sebuah ‘t’ yang semestinya sebuah ‘d’. Dalam bahasa Assyria ‘d’ adalah genitif , dan ‘d’ memprefikskan kata yang mengikutinya. Kata itu seharusnya dibaca b-shimma d-maran, bukan b-shimmit maran (perhatikan, kata terakhir dari kalimat  tersebut dieja secara tepat d-maran (dari Tuhan kita”))


Kata pertama juga mengandung kesalahan pengejaan. Ejaan yang tepat untuk “nama” dalam bahasa Assyrian adalah ashma, dengan  ‘a’ pada awal tidak dibunyikan. Oleh karena itu, ketika diejakan dengan tepat,”dalam nama Tuhan kita” semestinya ditulis sebagai b-ashma d-maran.


Kata idateh salah dalam pengejaannya, kata itu semestinya diakhiri dengan sebuah ‘a’, idata. Juga frasa al idateh ( pada tangan-tangan) tidak benar, frasa itu semestinya dibaca b-idata (oleh tangan-tangan).


Kalimat pada bagian paling bawah  menggunakan kata ktawa (buku) untuk merujuk pada buku tersebut, tetapi dalam bahasa  Assyria Alkitab tidak pernah dirujuk sebagai sebuah “buku”. Orang mengatakannya awreta (Perjanjian Lama), khdatta (Perjanjian Baru), atau ktwa qaddeesha ( buku suci). Berdasarkan hal ini, karena tidak ada satupun yang  pernah melihat bagian dalam “Alkitab” ini, kita tidak dapat memastikan jika ini  adalah sebuah alkitab pada faktanya.



Paling penting, Alkitab ini dituliskan dalam bahasa Assyria Moderen, yang  telah distandardisasi pada tahun 1840an. Alkitab pertama dalam bahasa Assyria Moderen diproduksi tahun 1848. Jika buku ini dituliskan pada tahun 1.500 M maka buku ini semestinya dituliskan dalam bahasa Assyria Klasik.



Sangat tidak mungkin bagi  para rahib untuk membuat kesalahan-kesalahan pada hal yang mendasar. Buku ini tetap dilihat sebagai sebuah buku palsu atau bahkan jenis buku apakah ini.


Inskripsi pada bagian paling bawah juga berbunyi bahwa buku ini dituliskan pada tahun 1.500M. Jika buku ini memang mengandung ayat-ayat yang memprediksikan kedatangan Muhammad,maka ini bukanlah sebuah  pencapaian  yang  hebat untuk memprediksikan  sesuatu  870 tahun setelah  fakta, karena Muhammad mendirikan Islam pada 630 M.


Hampir semua kanal media, baik media Muslim dan Kristen, menuliskan kisah ini dengan judul-judul yang yang  menyuarakan “Alkitab  berusia 1.500 Tahun memprediksikan kedatangan Muhammad”--tanpa  bukti sedikitpun.

Bagi pihak Muslim, implikasi-implikasi dari judul-judul utama semacam ini  adalah sebuah hal yang diinginkan, bahwa Yesus Kristus adalah seorang Nabi, seperti halnya Muhammad, dan bukan Anak Allah. Menurut  pemberitaan media Al Bawaba, menteri pariwisata dan kebudayaan Turki,  Ertugrul Gunay, bertutur ” sejalan dengan keyakinan Islami, Injil (Alkitab ini) memperlakukan Yesus sebagai manusia biasa dan bukan seorang Tuhan. Alkitab ini menolak ide-ide Tritunggal Kudus dan Penyaliban dan mengungkapkan bahwa Yesus telah memprediksi kedatangan Nabi Muhammad.”



Mengomentari pada kesalahan-kesalahan dalam Buku itu, media Al Bawaba menyatakan dalam artikel lainnya:


Sebagai contoh,  buku ini mengatakan bahwa ada 9 langit dan langit ke 10 adalah firdaus sementara dalam Quran hanya ada 7 langit saja dan mengklaim bahwa Perawan Maria  telah melahirkan Yesus tanpa sedikitpun rasa sakit semenatar kisah Quran mengatakan bahwa Maria melahirkan dengan rasa sakit.

Menurut   injil ini, Yesus berkata kepada imam-imam Yahudi bahwa  dia bukan Mesias dan bahwa Mesias  itu adalah Muhammad. Ini berarti sebuah penyangkalan eksistensi Mesias, yang  faktanya adalah Yesus Kristus, dan membuat Yesus dan Muhammad terlihat seperti mereka adalah satu  orang dan orang yang sama.

Buku ini juga mengandung informasi  yang lemah dalam kredibilitas historis seperti kehadiran 3 pasukan, masing-masing terdiri dari 200.000 serdadu,  sementara di Palestina keseluruhan  populasi 2.000 tahun lampau  bahkan tidak mencapai 200.000. Sebagai tambahan, Palestian kala itu dijajah oleh  bangsa Roma dan mustahil bahwa Palestina diperbolehkan untuk memiliki pasukan apapun atau pasukan-pasukannya sendiri.


Kalimat terakhir pda bab 217 berkata bahwa 100 pon (pound)  batu-batu telah ditempatkan diatas tubuh Kristus. Ini mengkonfirmasii bahwa injil ini dituliskan dalam waktu belakangan ini karena pertama untuk penggunaan pon (pound) sebagai  satuan unit berat berasal dari Ottoman dalam eksperimen-eksperimen mereka dengan Italia dan Spanyol dan satuan pon tidak pernah dikenal selama era Yesus.

Bab 20 juga menyatakan bahwa kota-kota  Yerusalem dan Nazaret adalah kota-kota Pelabuhan.
Artikel  ini juga diakhiri dengan “Menurut banyak studi, injil ini dikaitkan dengan St.Barnabas yang ditulis oleh seorang Yahudi  Eropa pada abad pertengahan yang sangat mengenal Quran dan Injil-Injil. Dia lantas memadukan fakta-fakta dari  Quran dan Injil-Injil dan maksud-maksudnya  hingga kini tetap tidak diketahui.”

Tetapi walaupun demikian ketersedian informasi  atas “Alkitab” ini, hampir semua kanal media, Muslim, Liberal dan organisasi-organisasi sekular telah  menggambarkan temuan ini sebagai sesuatu yang membahayakan Kekristenan, mengabaikan banyak problem dalam buku ini dan menyajikannya sebagai fakta yang benar. Faktanya, dalam semangat mereka untuk mendukung narasi anti Kristen, mereka telah menahan atau menyembunyikan informasi yang mempertanyakan keotentikan buku tersebut. Bagi organisasi-organisasi ini dan individu-individu, merupakan alat lainnya dalam arsenal mereka untuk menyerang fondasi-fondasi doktrin Kristen.

Assyrian International News Agency -Peter BetBasoo  Ashur Giwargis |  Martin Simamora

No comments:

Post a Comment