Pages

19 January 2013

Pengudusan – Mustahil Dilakukan Secara Manusia! (Roma 7) – Bagian 2/2


Untuk dapat  memahami bagian akhir ini secara lebih baik, bacalah terlebih dahulu bagian 1di sini



Oleh : Bob Deffinbaugh, Th.M


Pelaku Kejahatan Sebenarnya Disingkapkan
(Roma 7:13-25)


Jika Hukum bukan penjahat sesungguhnya dari kisah ini, lalu apa? Pada ayat 13-25, Paulus sedang mengejar pelaku kejahatan sebenarnya dan menyingkapkannya. Dalam proses untuk menempatkan  tanggung jawab  atas tindakan jahat pada tempatnya, Paulus juga melanjutkan untuk  mempertahankan Hukum sebagai yang kudus dan baik. Ayat 13 membangkitkan sejumlah  pertanyaan dasar dalam bentuk yang sedikit berbeda. "Jika demikian, adakah yang baik itu menjadi kematian bagiku?”Esensi pertanyaan ini adalah: Baiklah, jadi Hukum secara instrinsik bukanlah hal jahat. Namun demikian Hukum bertanggungjawab pada kematian, begitu kan? Rangkuman jawaban Paulus : bahwa  pemanfaat  Hukum oleh dosa adalah  sungguh-sungguh dan benar-benar  baik  untuk  lebih  menunjukan   kematian   merupakan  bukti kejahatan dosa  yang semakin kuat.


Ketika saya mengajar sekolah di  sebuah penjara  negara Washington, saya  bertemu dengan seorang tahanan yang mengatakan kepada saya bahwa dia yakin bahwa mempelajari psikologi akan memberikan manfaat  baginya, bahkan dalam tindak kejahatan. Faktanya anak muda ini mempersiapkan dirinya   untuk merancang sebuah layanan konsultasi dalam hal kejahatan. Dia mempelajari semua  hal semaksimalnya selama berada didalam penjara sehingga dia dapat membangun sebuah bisnis  yang dapat mendisain perampokan-perampokan bank dan  hal yang disukai  pelaku kejahatan yang tidak terlalu mahir. Dan untuk jasa-jasanya, dia  tentu saja akan mengenakan biaya.  Kita tentu sekarang tidak akan berkata bahwa pendidikan adalah pelaku kejahatan sesungguhnya, tetapi sebaliknya bahwa orang ini menyalahgunakan apa yang pada dasarnya baik, yang menunjukan kepadanya   apa yang menjadi bandit sesungguhnya.



Energi Atom pada dasarnya baik, dan dapat digunakan untuk meyelamatkan banyak jiwa manusia dan memiliki banyak sekali manfaat.  Tetapi ketika energi  Atom disalahgunakan untuk menghancurkan kehidupan dengan cara lebih cepat dan efektif daripada yang pernah diimpikan, hal ini memberitahukan kepada kita kebobrokan yang ada didalam diri manusia, bukan mengenai apapun yang jahat dari energi atom. Seks itu kudus dan baik dalam  hal   tujuan-tujuan untuk apa seks diciptakan oleh Tuhan. Manusia telah menyalahgunakan dan  telah menyimpangkanya, dan hal ini menyingkapkan kepada kita kejahatan manusia.

Sehingga  Hukum itu kudus, benar dan baik, dan penyalahgunaanya hanya membuktikan  kejahatan dosa yang begitu hebatnya.



Ketika kita mempercakapkan hal pengudusan, atau  kerja kebenaran Tuhan didalam kehidupan Kristen, akar masalah bukan Hukum itu sendiri, tetapi hal yang membuat  Hukum itu lemah, daging kita. Problem pengudusan kita tidak ditemukan dalam Hukum, tetapi didalam diri manusia itu sendiri. Ayat 13-25  menyingkapkannya bagi kita (1) Kondisi orang Kristen (2)Konflik didalam diri orang Kristen; dan (3)kesimpulan-kesimpulan argumentasi Paulus. Mari kita lihat hal-hal ini secara lebih dekat.





Kondisi  Orang Kristen[ Tiga macam analisa  pada bagian ini diadaptasi dari sebuah eksposisi yang sangat baik dari Roma 5-8 oleh John R. W. Stott, Men Made New (Downers Grove: InterVarsity Press, 1966), hal. 75-76.] Problem orang Kristen adalah: didalam dirinya dia memiliki dua natur, masing-masing menarik dirinya  dalam  arah yang berbeda. Natur dosa, Paulus menyebutnya ‘manusia lama’ (Roma 6:6) atau ‘daging’ (Roma 7:14,18). Natur ini  sangat bertentangan dengan manusia baru, ciptaan baru didalam Kristus ( 2Korintus 5:17), dan Roh Tuhan (Galatia 5:17). Walaupun ‘diri yang lama’ secara kedudukannya telah dimatikan didalam Kristus, pada prakteknya ‘diri yang lama’ ini masih sangat hidup dan sehat keadaannya didalam diri orang kudus, mendesaknya untuk melanjutkan dosa.  Orang Kristen normal  mengalami secara progresif pengesampingan  karakteristik-karakteristik ‘dirinya yang lama’ dan mengenakan kualitas-kualitas manusia baru didalam Kristus (Kolose 3:10 dan seterusnya). Tantangan dari surat-surat Perjanjian Baru adalah untuk menjadi  siapakah kita sekarang ini, dan untuk menyingkirkan siapakah kita dahulu.



Konflik Orang Kristen.  Akibat dilema orang Kristen adalah: bahwa dia mendapatkan dirinya tersiksa dalam arah-arah yang saling berlawanan. Untuk setiap keputusan ada dua pilihan yang saling berlawanan, dua hasrat. Orang Kristen  adalah sebuah medan perang maya  dimana dua kekuatan yang saling berlawanan yang  menuntut sebuah perjuangan hidup dan mati. Manusia rohani atau ciptaan baru berhasrat untuk melayani Tuhan, tetapi mendapatkan dirinya difrustrasikan oleh fakta bahwa daging,manusia lama, masih mendominasi dan  diresapi oleh dosa. Apa yang dia hasratkan untuk dilakukan, dia tidak dapat melakukannya. Apa yang  Paulus  pandang tak layak sebagai orang Kristen, dia lakukan juga.




Banyak yang berupaya untuk menghindari  hal yang sangat nyata ini dengan bersikukuh bahwa ayat-ayat ini yang menggambarkan konflik besar  yang terjadi didalam rasul Paulus menggambarkan sebuah perjuangan didalam diri rasul tersebut sebelum pertobatannya. Mari saya sebutkan beberapa fakta yang tidak memberikan ruang sama sekali untuk pandangan seperti itu.



(1)Konteksnya adalah orang yang dikuduskan bukan keselamatan. Apa tujuan  dari  sebuah penjelasan perjuangan-perjuangan Paulus sebelum pertobatannya    dapat berperan dalam  konteks  hidup diluar kebenaran sebagai seorang Kristen? Konteks ini menuntut  bahwa perjuangan Paulus menjadi  orang-orang  kudus, berupaya untuk menjalani kehidupan yang  takut akan Tuhan.



(2) Ada sebuah konflik. Konflik dan penderitaan   atas tindakan melakukan dosa bukan  hal yang dialami oleh orang-orang  yang tidak percaya-bukan Kristen. Paulus setuju dengan  Hukum, dia berhasrat untuk melakukan apa yang baik dan berkenan pada Tuhan. Ini bukanlah hasrat yang dimiliki oleh orang yang tidak percaya. Paulus membenci kejahatan yang dia lakukan. Dapatkah hal ini (konflik semacam ini)  menjadi  hal yang terjadi  pada mereka yang tidak diselamatkan? Satu-satunya penjelasan yang masuk akal untuk perjuangan ini adalah bahwa Paulus telah  berjuang sebagai seorang Kristen.



(3) Perubahan  dalam  kalimat  mendukung perjuangan Paulus sebagai seorang Kristen. Ketika Paulus telah mengatakan  cara kedatangan Hukum yang membangkitkan dosa seperti sebuah raksasa yang sedang tidur dalam ayat 7-11, dalam  kalimat-kalimat ini , kata kerjanya berbentuk masa lampau. Tetapi  didalam penggambaran perjuangannya melawan dosa, semua kalimatnya berbentuk sekarang “…bahwa hukum Taurat adalah rohani, tetapi aku bersifat daging …” (the Law is spiritual, but I am of the flesh) Roma 7:14. Satu-satunya alasan  untuk sebuah perubahan   dalam kalimat adalah untuk membuatnya gamblang bahwa Paulus kini sedang berbicara tentang perjungannya dalam hal pengudusan.



(4) Pengalaman  kita sebagai seorang Kristen bertalian dengan pengalaman Paulus. Saya tidak mengenal seorang Kristen yang tidak menemukan identifikasi yang nyata dengan rasul  Paulus dalam perjuangan yang dia gambarkan. Pengalaman kita sebagai orang Kristen  adalah berupaya untuk hidup secara saleh, kita hidup sangat persis dengan apa yang Paulus gambarkan dalam ayat-ayat ini.



Beberapa orang berupaya mengajukan penjelasan lain untuk menghindarkan penerimaan bahwa Paulus sebagai seorang Kristen yang telah dewasa dapat mengalami perjuangan rohani semacam ini melawan dosa. Mereka mengakui bahwa Paulus adalah seorang Kristen disini, tetapi seorang Kristen duniawi. Paulus disini adalah dirinya pada awal-awal sebagai seorang Kristen. Mereka akan mengatakan bahwa setiap orang Kristen harus  melalui Roma 7 agar mencapai kemenangan  pada Roma 8. Saya dapat menyetujui bahwa sebelum kemenangan  ada  perjuangan, tetapi saya harus selalu katakan  bahwa perjuangan semacam ini tidak akan pernah berakhir dalam kehidupan ini, dan bahwa kemenangan-kemenangan (atas pergumulan ini-red) yang telah dimenangkan  masih jauh dari pasti atau selesai. Saya  dapat bersepakat dengan Stott ketika dia menyatakan :



…Ini adalah konflik seorang manusia Kristen, yang mengenal kehendak Tuhan, mengasihi kehendak Tuhan, menginginkannya, mendambakannya, tetapi yang mendapatkan bahwa tetap tidak dapat dilakukan oleh dirinya sendiri. Keseluruhan dirinya (pikirannya dan kehendaknya) diarahkan pada kehendak Tuhan dan Hukum Tuhan. Dia rindu untuk melakukan yang baik. Dia  membenci perbuatan jahat—dia membencinya dengan  kebencian yang kudus. Dan jika dia melakukan dosa, perbuatan itu berlawanan dengan pikirannya, kehendaknya, kesetujuannya; perbuatan dosa itu melawan seluruh tujuan hidupnya. Disinilah terletak konflik  orang Kristen.



Sahabatku, anda dan saya tidak akan pernah keluar dari Roma 7 dalam kehidupan ini. Berharap penuh, manusia lama akan secara  progresif ditaklukan, tetapi manusia lama tidak akan dilenyapkan hingga kita meninggalkan tabernakel duniawi ini. Saya menduga hampir semua kita telah  mengetahui hal semacam ini terjadi pada diri kita sendiri, dan masih berlangsung. Itu sebabnya mengapa Paulus menyimpulkan dengan sebuah kata kemenangan, dikombinasikan dengan sebuah deskripsi perjuangan yang terus menerus dalam ayat 25:” Syukur kepada Allah! oleh Yesus Kristus, Tuhan kita.  Jadi dengan akal budiku aku melayani hukum Allah, tetapi dengan tubuh insaniku aku melayani hukum dosa.



Janji pada Roma 8:1 bukan mengatakan bahwa tidak ada lagi dosa, tetapi tidak ada lagi penghukuman. Tidak akan ada hal yang menggembirakan daripada  lenyapnya dosa sama sekali dalam hidup ini, tetapi tidak ada orang yang lebih diyakinkan bahwa hal semacam itu tidak terjadi, dan menurut firman Tuhan, hal semacam ini tidak akan terjadi. Tidak ada penghukuman, itulah  sebuah janji yang dapat kita bawa dalam hidup ini!


Kesimpulan-Kesimpulan


Ada dua kesimpulan utama yang Paulus ungkapkan pada Roma 7


(1)Hukum itu kudus, benar, dan baik
. Hukum itu baik karena Hukum itu menyingkapkan kebenaran Tuhan dan keberdosaan manusia. Hukum itu mendorong kita kepada Kristus. Hukum itu juga baik, karena akun dalam manusia rohaniku setuju dengan Hukum itu dan ingin   mematuhinya.



(2)Hukum itu tidak pernah dapat menguduskan orang Kristen karena kelemahan daging. Hukum   itu tidak dapat dan tidak melakukan penaklukan  atas natur keberdosaan kita; Hukum itu menstimulasi natur keberdosaan kita. Satu-satunya  obat bagi daging adalah kematian, dan kematian ini telah dilakukan di kayu salib. Kuasa untuk  menjalani kehidupan Kristen tidak ditemukan didalam diri sendiri, tetapi didalam Roh Kudus yang berasal dari Tuhan. Inilah yang menjadi berita Roma 8.


Aplikasi


(1) Kita Harus  memiliki pemahaman bahwa pengudusan, seperti halnya pembenaran, adalah pekerjaan Tuhan. Kebutuhan terbesar orang  berdosa adalah menyadari kerusakannya yang telak dan fakta bahwa dia terhilang tanpa pengharapan. Pembenaran adalah pekerjaan Tuhan untuk kepentingan manusia, yang telah diterima dengan iman, tanpa upaya-upaya apapun. Kebutuhan terbesar orang kudus adlaah bahwa dia sepenuhnya tidak berdaya menjalani kehidupan yang menyenangkan Tuhan dalam kekuatan daging.  Dia kemudian harus menyadari bahwa didalam Kristus, dia telah mati dan telah dibangkitkan kepada hidup yang baru, dan bahwa Tuhan membuat hal ini mungkin melalui karya Roh Kudus.


(2)Kita  harus menyadari bahwa jalan menuju kuasa rohani adalah melalui ketidakberdayaan diri. Sebagaimana dikatakan Stott, masalah besar manusia adalah memiliki pandangan yang begitu tinggi akan dirinya sendiri. Dan walaupun demikian, begitu banyak orang pada hari ini yang tertarik kepada orang-orang Kristen yang  menjalani kehidupan Kristen dengan kekuatannya sendiri. Penekanan di hampir semua kebangunan rohani, dan hampir semua  permohonan-permohonan yang dicanangkan ulang adalah penekanan pada diri sendiri. Pengudusan  dihadirkan sebagai hasil yang pasti mengikuti sejumlah langkah sederhana. Itu bukan, dalam perkiraanku, pengajaran yang berasal dari Firman Tuhan. Kehidupan Kristen adalah sebuah kehidupan perjuangan yang terus menerus, akan kemenangan-kemenangan dan kekalahan-kekalahan, dan kemenangan Kristen hanya dating ketikan kita secara total tidak mengandalkan/mempercayai  diri sendiri, dan bergantung pada pemeliharaan Tuhan. Betapa seringnya kita  melempar kerja pintu depan pembenaran, dan mengundang mereka di pintu belakang pengudusan.



(3)Kita harus mendapatkan dari Roma 7 sebuah pemahaman biblikal  atas Hukum ini.  Hukum itu tidak jahat, tetapi baik. Hukum itu memiliki sejumlah fungsi-fungsi. Hukum itu tidak pernah diberikan untuk menyelamatkan atau untuk menguduskan, tetapi sebaliknya diberikan untuk menyingkapkan dosa kita dan untuk menuntun kita kepada Kristus. Hal ini  masih berlaku hingga hari ini dan sebuah standard kebenaran sebagaimana  Hukum itu pada era Perjanjian Lama. Hukum itu menyingkapkan kepada kita kebenaran dan kekudusan Tuhan (Ibrani 12:18, 29;  Ulangan 28:58). Pada Perjanjian Baru,  baik motif untuk menjalankan Hukum, dan metoda untuk menjalankannya sudah sangat berubah. Motif untuk menjalankan Hukum itu bukan agar diselamatkan dan dikuduskan, tetapi agar dapat mendatangkan hormat dan mulia kepada Tuhan yang kita layani. Metoda untuk menjalankan Hukum itu tidak berasal dari upaya-upaya diri manusia, tetapi  kemampuan itu disediakan  oleh kuasa Roh Kudus. Merdeka dari Hukum sebagai  tuan tidak berarti Hukum itu jahat; hal ini pada dasarnya bermakna bahwa Hukum tidak berdaya karena kelemahan daging. Hukum itu mendorong kita kepada Kristus, dan Kristus membebaskan kita dari dosa.


Selesai


Sanctification-Humanly Impossible! (Roma 7) | diterjemahkan dan diedit oleh :Martin Simamora





No comments:

Post a Comment