Pages

01 November 2012

Yesus Menenangkan Badai


Marine Insight

Oleh : Carl Gobelman M.Div


Penenangan badai oleh  Yesus dalam sebuah kisah yang ditemukan di semua injil synoptik, dan merupakan kisah yang paling disalahapahami secara universal oleh banyak orang Kristen. Hampir pada semua khotbah  yang saya dengarkan pada kisah ini  dari pelayanan  Yesus di bumi berubah menjadi   khotbah “Yesus dapat menenangkan badai-badai kehidupanmu.”  Kisah Yesus menenangkan badai berubah menjadi sebuah metafora : laut menggambarkan kehidupan seseorang, badai menggambarkan kesulitan-kesulitan yang datang dalam kehidupanmu, dan Yesus dihadirkan sebagai  sosok yang dapat menghardik kesulitan-kesulitanmu dan  menenangkan dirimu dan memberikan kepadamu ‘damai yang melampaui pengertian.’ Aplikasinya kemudian adalah sebuah nasehat untuk memilki iman yang lebih lagi. Hanya jika kita memiliki iman yang lebih lagi kepada  Yesus, maka badai-badai dalam hidupmu {sambil menyebutkan sebuah  masalah yang menjadi situasi yang dialami secara pribadi} akan ditenangkan {atau sesuatu yang  sewarna dengan ini}.


Selagi penerapan-penerapan ini dijalankan, maka hal ini bukanlah  hal yang mengerikan atau kesesatan, tetapi  penerapan   semacam ini  membuat kisah  tersebut  kehilangan  poin  yang terkandung dalam nas firman tersebut  sepenuhnya! 



Ini adalah  sebuah kisah nyata  tentang sebuah badai yang sungguh-sungguh terjadi yang benar-benar dihardik oleh Yesus. Memperlakukan kisah ini sebagai sebuah metafora bagi masalah-masalah dalam kehidupan kita  berarti meremehkan kisah ini ( pada titik mengabaikan konteks penebusan historis) dan   memperlakukan teks kitab suci secara keliru. Permasalahan dengan pemetaforaan kisah Yesus menenangkan  badai yaitu membuat kisah tersebut menjadi terlampau pribadi. Anda berangkali bertanya, “ Tidakah aplikasi-aplikasi seharusnya menjadi personal?” Ya, hingga batas tertentu. Seseorang  bisa membuat aplikasi ini dalam studi Alkitab pribadi, tetapi sebagai sebuah sermon yang dikhotbahkan, tujuannya adalah mengajarkan nas firman tersebut, dan saya tidak berpikir bahwa Yesus didalam benaknya “menenangkan badai-badai kehidupanmu” ketika dia menghardik angin dan  ombak!



Mari kita lihat konteks  kisah ini. Kisah ini meliputi  setumpuk kisah-kisah lainnya dimana Yesus melakukan banyak mujizat. Dalam Matius 8:1-4 Yesus mentahirkan seorang Kusta. Dalam Matius 8:5-13, Yesus menyembuhkan anak seorang prajurit Roma . Dalam Matius 8:14-17, Yesus tak hanya menyembuhkan ibu mertua Petrus, tetapi  Yesus juga menyembuhkan penyakit-penyakit yang diidap orang banyak. Dalam Matius 8:28-34, Yesus mengusir  setan legion dari Gadara. Kemudian didalam  bagian nas  firman Tuhan kita (Matius 8:23-27), Yesus menenangkan badai.  Apakah tujuan Matius dengan menempatkan semua kisah ini secara berurutan? Baiklah, apakah tujuan Matius dalam menuliskan injilnya? Matius ingin mendemonstrasikan kepada  pembacanya  yaitu orang-orang Yahudi bahwa Yesus adalah Mesias orang Yahudi  yang telah lama ditunggu-tunggu dan pewaris takhta Raja Daud. Yesus adalah Raja! Khotbah di bukit merupakan manifesto dari Raja , jika kamu mau. Mujizat-mujizat  pada Matius 8   dimulai dengan mendemonstrasikan kuasa Raja tersebut.

Saya sudah menyebutkannya  sebelumnya dalam blog blogging God’s Word, tetapi mujizat-mujizat Yesus bukan hanya merupakan trik-trik tanpa arah sekedar untuk mempesona kerumunan orang banyak. Mujizat Yesus terutama merupakan  demonstrasi dari dia yang   bernama Anak Allah. Mujizat-mujizat tersebut mendemonstrasikan klaim-klaim-Nya sebagai Mesias. Namun mujizat-mujizat itu juga berperan sebagai sebuah tujuan penebusan. Menyembuhkan yang sakit,  memulihkan penglihatan yang buta, membuat yang lumpuh berjalan, mengusir setan-setan dan membangkitkan orang mati  kesemuanya merupakan penebusan pada  dasarnya. Penyakit, kebutaan, kematian, bencana-bencana alam, dan lain-lain, kesemuanya ini merupakan  efek-efek kejatuhan ciptaan. Dosa manusia tidak hanya berdampak pada natur kemanusiaannya, tetapi juga pada  ciptaannya secara  langsung. Semua hal  buruk yang pernah terjadi didalam dunia dapat dilacak kembali hingga ke dosa (bukan dosa-dosa aktual tetapi dosa secara umum). Dalam surat Paulus kepada orang-orang Roma, dia menuliskan , “Sebab kita tahu, bahwa sampai sekarang segala makhluk sama-sama mengeluh dan sama-sama merasa sakit bersalin” (Roma 8:22).  Badai-badai, tsunami-tsunami, gempa-gempa bumi, tornado-tornado, dan lain-lain,  kesemuanya merupakan efek-efek dosa pada ciptaan.

Ketika Yesus melakukan mujizat-mujizat ini, Dia  memulihkan efek-efek dosa dan kerusakan di dunia. Yesus dating menyampaikan injil Kerajaan, dan itu berarti bahwa  Kerajaan Allah sedang menginvasi dunia ini dan  mengklaim kembali teritorinya. Ini  merupakan pendahuluan atau perintisan  pewujudan Kerajaan ketika Yesus kembali lagi ke duni ini dala kemuliaan. Pada waktu itu, semua yang terkena dampak kejatuhan akan disingkirkan; tidak akan ada lagi kematian, tidak ada lagi dosa, tidak ada lagi kesedihan dan tidak ada lagi kesakitan. Jika kita kehilangan poin  ini, kita kehilangan keseluruhan tujuan bagian tersebut dan pada dasarnya mengalihkan  Kekristenan menjadi sebuah  agama “ Datanglah kepada Yesus untuk  Perbaikan Kehidupan.”

Mengapa kita tidak mendengarkan hal ini dikhotbahkan didalam   gereja saat ini? Ada banyak alas an, tetapi saya pikir yang paling  lazim atau umum adalah : kita menghendaki agar Kekristenan menjadi relevan .  Jika orang tidak dapat  membawa pulang sesuatu yang kongkrit atau nyata, “apakah maknanya ini bagiku,” pesan dari khotbah, maka kita takut  jemaat akan  berbondong-bondong meninggalkan gereja. Dengan konsekuensi terkesan tidak peduli dengan perasaan/kebutuhan personal, jika  orang pergi meninggalkan gereja karena mereka tidak mendapatkan sesuatu yang personal, hadiah yang dibawa pulang,  sensasi tiap minggu “beginilah  nas firman Tuhan ini diterapkan kepada ANDA,’ maka biarkanlah mereka pergi. Kita  dating  ke gereja setiap minggu untuk memuji dan menyembah Pencipta dan Juru Selamat kita dan untuk mendengarkan Dia berbicara kepada kita melalui firman-Nya. Khotbah bukalah  “ perkataan penyemangat” mingguan kita, tetapi Tuhan berbicara  kepada kita melalui firman-Nya yang dieksposisi atau dijelaskan secara penuh oleh pelayan terpilih. Aplikasi apapun  kepada kita  harus membawa pujian yang lebih besar kepada Tuhan dan Anak-Nya.

Hal penting yang harus dipertimbangkan :  Lalu apakah maknanya bagi kita bahwa Yesus telah menenangkan badai? Itu bermakna bahwa suatu hari segera  Yesus akan kembali untuk menyelesaikan apa yang telah Dia mulai. Dia akan sepenuhnya membalikan semua efek-efek dosa dan akan mencapai kemenangan puncak atas seluruh musuh-musuh-Nya.  Kerajaan Tuhan akan sepenuhnya TERWUJUD dan kita, subyek-subyek-Nya, kelak suatu  hari akan dibuat sepenuhnya siap bagi kerajaan tersebut—tidak dapat dimusnahkan dan tidak dapat dirusak! Lebih lanjut, dunia dimana kita tinggal akan diperbarui dan  taman asli yang telah hilang di Eden akan dipulihkan dalam kerajaan tersebut. Sekarang bukankah ini sebuah  penerapan yang lebih baik daripada Yesus akan  menangani  sejumlah hal yang bersifat sesaat, masalah pribadi jika saya telah memiliki cukup iman?


Soli Deo  Gloria!
Kemuliaan Hanya Bagi  Tuhan!

Jesus Calms the Storm | diterjemahkan oleh : Martin Simamora

No comments:

Post a Comment