Pages

02 November 2012

Kedaulatan dan Kesetiaan Tuhan


Saling Mengenal Satu
sama lain
[Sumber :Getting to know your spouse]
Mengenal Tuhan yang sepenuhnya berdaulat atas seluruh kehidupan hanya dapat memberikan kelegaan dan damai jika kita juga mengerti   totalitas natur-Nya—keseluruhan atributnya dan bagaimana atribut-atribut itu bekerja secara bersama-sama untuk menyatakan  siapakah Dia dan  apa maknanya dalam  hal-hal praktis. Pernikahan dan persahabatan seperti apakah yang anda miliki jika anda hanya mengetahui satu hal  saja tentang pasangan anda? Jika semua yang anda ketahui tentang suamimu adalah dia seorang atletik, maka hal ini tidak akan berdampak banyak pada sebuah perkawinan, bukan? Tidak, anda harus juga tahu hal lain  tentang   sifat-sifat  karakternya.




Jika  semua hal yang kita tahu tentang Tuhan adalah bahwa Dia mengasihi kita dan memiliki sebuah rencana yang luar biasa bagi kehidupan kita, bagaimana bisa kita dapat menjadi pasti  bahwa kasihnya akan berlangsung  langgeng kecuali kita  juga mengetahui Dia  tidak terbatas dan  bahwa janji-janji-Nya tidak dapat dibatalkan ( Roma 11:29)? Bagaimana kita dapat menjadi pasti bahwa rencananya sungguh-sungguh sebuah hal yang luar biasa  saat ini kecuali kita tahu akan kebaikan dan kemurahan-Nya? Bagaimana kita mengetahui bahwa rencananya akan menjadi   kenyataan kecuali kita tahu bahwa Dia adalah setia dan cukup berkuasa untuk mejadikan rencananya menjadi kenyataan? Bagaimana kita bagkan mengetahui keselamatan kita aman kecuali kita memahami anugerah-Nya, rakhmat dan kehendak ilahi-Nya?

Sehingga dampak kedaulatan ilahi pada kehidupan kita   ditentukan,  sebagian oleh  pengertian kita akan atribut-atribut Tuhan  lainnya. Salah satu atribut Tuhan, yaitu kesetiannya, memiliki  sebuah dampak yang besar sekali pada bagaimana kita  mempersepsikan kedaulatan-Nya terkait dampaknya pada kita, Alkitab  dipenuhi dengan jaminan kesetiaan Tuhan ( Mazmur 100:5, 119:90, 138:8; Yesaya 25:1; 2 Timotius 2:13; 1 Korintus 10:13; Ibranis 10:23). Hal yang penting untuk mengetahui apa yang dikatakan Alkitab tentang kesetiaan Tuhan untuk menggenapi janji-janji-Nya  tetapi merupakan hal lainnya lagi untuk bertindak atas janji-janji itu dan hidup berdasarkan pengetahuan tersebut.

Ketika suamiku berkata dia akan  ada di rumah pada pukul enam tepat, saya menyiapkan  makan malam untuk jam enam karena saya tahu dia pasti melakukan apa yang dia  katakan akan dia lakukan. Jika dia tidak tiba di rumah pada pukul enam tepat, saya tidak akan mengacungkan kedua tanganku dan berkata, “ Sampai disini! Ini berakhir! Saya tidak dapat percaya padanya!Dia tidak mengasihiku lagi! Dan saya pastinya tidak serta merta berkesimpulan bahwa suamiku tidak setia. Saya tahu saya dapat mempercayainya dan saya tahu dia mencintaiku dan saya tahu dia setia. Hanya saja ada sesuatu  terkait situasi yang saya tidak tahu— berangkali dia mengalami  penundaan, dia  mampir  toko, dia kehilangan jamnya, apapun itu. Tetapi saya tidak akan  menyimpulkan sesuatu yang salah tentang dia, motif-motifnya, kasihnya, dan kepeduliannya bagiku atau kesetiaannya dan  kepatutan untuk dapat dipercaya. Mengapa? Karena  35 tahun  pernikahan,   aku telah bersama-sama dengannya cukup lama untuk sungguh-sungguh mengetahui dirinya. Aku  telah melihatnya dalam tindakannya.

Tetapi ketika Tuhan berkata Dia  mengerjakan segala hal bersama-sama untuk mendatangkan kebaikan  (Roma 8:28), bahkan kanker, pengangguran, penolakan dan sakit hati, apakah kita percaya kepada Dia? Ketika Dia berkata tidak ada  kesusahan yang melampaui kemampuanmu untuk menanggungnya dan Dia akan menyediakan sebuah  jalan keluar ( 1 Korintus 10:13), apakah kita percaya dengan perkataan-Nya? Semuanya ini  bersumber dari  ini – apakah kita cukup  mengenal Dia untuk mempercayai-Nya?


Yesus berkata kepada Petrus dalam Yohanes 13:7 “Jawab Yesus kepadanya: "Apa yang Kuperbuat, engkau tidak tahu sekarang, tetapi engkau akan mengertinya kelak." Dapatkah kita  memiliki cukup keyakinan kepada Tuhan untuk menantikan Dia? Kita dapat melakukannya bila kita mengenal Dia cukup baik untuk  percaya Dia setia. Tetapi kita tidak dapat percaya pada Dia demikian baik dalam waktu satu jam per minggu di   gereja atau jika kita hanya meluangkan waktu hanya beberapa menit dalam satu hari bersama dengan Dia, walaupun klaim-klaim baru-baru ini dari sebuah buku berjudul 7 Minutes with God : Daily Devotions  for a Deeper Relationship [ 7 Menit Bersama Tuhan : Devosi  Harian untuk Sebuah Hubungan yang Lebih Dalam]. Bayangkan, mengatakan kepada suamimu, “Sayang, kita harus  mengupayakan untuk memperdalam hubungan kita,  untuk itu  aku akan meluangkan 7 menit bersamamu setiap hari.” Akankah hal semacam ini membawa pengertian yang lebih dalam terhadap pasanganmu? Tentu saja tidak.  Lalu bagaimana,  mungkinkah kita dapat berharap sebuah pengetahuan tentang Tuhan yang lebih intim jika kita tidak meluangkan waktu bersama dengan Dia—waktu untuk berbicara kepada Dia dalam doa dan waktu untuk mendengarkan Dia melalui Firman-Nya?

Jika  yang anda miliki sepenuhnya hanya tujuh menit untuk Tuhan per hari, anda akan membenci hal tersebut di surga. Surga adalah sebuah kekekalan bersama Tuhan. Jadi marilah kita  berupaya untuk mengetahui secara intim dan  sepenuhnya dengan meminum Firman-Nya secara mendalam dan membiarkan Firman memenuhi pikiran dan hati kita. Dan pengetahuan yang pasti  serta  dapat diandalkan  tentang kedaulatan-Nya, kesetiaan-Nya dan semua atribut-atribut-Nya yang lain akan memberikan  kepada kita damai yang melampaui  semua pengertian ( Filipi 4:7).



Divine Sovereignty  and The Faithfulness of God | diterjemahkan oleh : Martin Simamora

No comments:

Post a Comment