Pages

12 November 2012

[Kesaksian Daniel B. Wallace] Perjalanan Iman dari Kognitif Menuju Sepenuh Jiwa dan Pikiran (Bagian III Selesai)

Bagian 1:Namun hal ini tidak menghalangi kerja akademisku.  Imanku telah menjadi sebuah iman yang kognitif (pada tatar intelejensia—red)—sebuah kekristenan yang berasal dari  leher ke atas. Sejauh saya dapat mengontrol teks, saya telah berbahagia. Saya menjalani kehidupan dalam  realita yang tidak utuh bahwa artikulasi teologia  hanya menjadi valid manakala hal itu didasarkan pada eksegesis yang baik dan tidak ada hal lainnya lagi. Seperti pepatah kodok didalam  air yang mendidih secara perlahan-lahan dalam pot, saya tidak merasakan bahwa saya sedang berada  dalam perjalanan  menuju penghancuran diri sendiri.

Bagian 2 :Pada saat yang sama, problem pada banyak non Kharismatik adalah walau mereka  mengklaim  bahwa Tuhan dapat menyembuhkan, mereka berlaku seolah dia tidak akan menyembuhkan. Kita kerap tidak percaya akan kemampuan Tuhan—kita tidak sungguh-sungguh yakin bahwa Tuhan dapat menyembuhkan.



(8) Banyak broker-broker kekuasaan dalam evangelikalisme, semenjak pergantian abad, merupakan  orang-orang berkulit putih, para pria yang obsesif kompulsif
.  Semenjak era para Princetonian/para teolog   keluaran Princeton Theological Seminary ( Hodge, Warfiel, Machen, dan lainnya) , Evangelikalisme non kharismatik Amerika telah didominasi oleh  akal sehat Skotlandia,  pasca pencerahan, otak kiri ( logik, analitik, dan obyektif) , orang-orang kulit putih. Situasi ini mengungkapkan bahwa kita menyembunyikan  sebagian citra Tuhan, menyembunyikan sebagian kesaksian Roh, dan oleh karena itu kita tidak sejalan dengan sejarah Kekristenan [ Terkait hal ini, lihat  Vern Poythress, “Modern Spiritual Gifts As Analogous To Apostolic Gifts: Affirming Extraordinary Works Of The Spirit Within Cessationist Theology,” Journal of the Evangelical Theological Society 39 (1996) 72-102, dimana dia membenarkan adanya  mujizat-muizat dikalangan  “cessationist.” Bagian argumentasinya yang patut dicatat” bahwa para penganut pandangan cessationist  pada abad ke-19 merasakan kehadiran Tuhan dan telah melihat perbuatan-perbuatan Tuhan berlangsung yang tidak sesering pada para   cessationist  masa kini) . Implikasi-implikasi dengan demografik semacam ini  bermacam-macam. Tiga diantaranya adalah sebagai berikut.



  • Komunitas evangelikal kulit putih harus mendengarkan dan belajar dari komunitas evangelikal kulit hitam. Saya  mendapatkan  sebagai  yang mengesankan  hati bahwa pengalaman Tuhan dalam komunitas Kristen  kulit hitam non kharismatik lebih daripada pengalaman Tuhan pada komunitas  kulit putih yang Kristen  dengan pandangan cessationist. Sebuah pengalaman Tuhan yang sepenuhnya nyata berlangsung dalam konteks komunitas tersebut. Dan komunitas tersebut bersifat heterogen. Jika, sebagaimana  kerap dikatakan, pukul  11 pagi Minggu merupakan waktu yang paling  disintegrasi (masyarakatnya)  di Amerika Serikat,  maka sesuatu yang sangat salah sedang berlangsung didalam gereja.


  • Roh Kudus tidak hanya bekerja di Otak Kiri. Dia juga bekerja di otak kanan: Dia memantikkan imajinasi kita, menyebabkan kita bersukacita, tertawa, bernyanyi, dan mencipta. Beberapa orang Kristen terlibat dan sepenuhnya berkomitmen dengan seni-seni saat ini. Dimanakah para  penulis Himne? Dimanakah para penulis novel? Para pelukis? Dramawan?  Seorang editor berpengaruh sebuah majalah Kristen  mengatakan kepada saya beberapa tahun lalu bahwa dia hanya mengenal satu penulis   cerita fiksi Kristen yang luar biasa. Apa yang dikerjakan seminari-seminari untuk  mendorong mereka yang unggul otak kanannya? Apa yang dilakukan gereja untuk memacu mereka?[Saya berbahagia memberitahukan bahwa Dr. Reg Grant merupakan salah satu dari artis-artis Kristen yang sedikit itu, mengajar di sebuah seminari. Dia menawarkan dua mata kuliah  menulis kreatif, dan saat ini memimpin sebuah  sebuah program   seni-seni media  baru  di Dallas Seminary. Lihat juga artikeInya yang menarik mengenai Roh Kudus dan Seni-Seni dalam buku ini)


  • Kita para pria telah gagal mendengarkan  para wanita yang ada diantara kita—dan  kegagalan ini berhubungan dengan ketidakmendengaran kita pada suara Roh Kudus. Jika Imago Dei adalah baik pria dan wanita, dengan  mendiamkan kontribusi   yang bernilai dari para wanita, kita sangat merusak gambar Tuhan itu  dengan disaksikan  dunia.

(9)Tuntunan Roh Kudus masih dibutuhkan dalam mengenali kehendak Tuhan. Rasionalisme dalam linkungan kita membuat  pengambilan keputusan sepenuhnya  perbuatan yang kognitif. Tidak ada tempat untuk berdoa. Tidak ada ruang untuk Roh. Saya percaya ada sebuah pijakan tengah antara penyingkapan harian yang diharapkan, pada satu sisi, dan keputusan-keputusan yang sepenuhnya didasarkan pada logika dan akal sehat pada sisi lain. Saya mungkin tidak menerima  penyingkapan-penyingkapan, tetapi saya percaya bahwa  Roh Kudus kerap memandu saya dengan dorong-dorongan yang tak tergambarkan.

(10) Dalam  mencari kuasa Roh, kita tidak boleh menghindari  penderitaan-penderitaan Kristus. Ini merupakan pesan Injil menurut  Markus: Para murid tidak dapat memiliki Kristus dalam kemuliaannya tanpa Kristus dalam penderitaannya. Kerap kali ketika kita memutuskan bahwa adalah hal baik untuk mengetahui Tuhan kembali, kita  melakukakannya dengan  pengertian-pengertian kita. Sekali lagi, saya berbicara menurut  pengalaman pribadi.

Beberapa waktu lalu, salah satu siswaku meninggal karena kanker. Yang satunya lagi  akan meninggal. Saya mulai  meminta dengan sangat para siswa di seminari berdoa agar Tuhan campur tangan. Tuhan tidak menjawab doa kami sebagaimana yang kami  telah harapkan. Brendan juga meninggal.  Rasa sakitku meningkat manakala aku melihat tiga anaknya yang masih kecil berbaris didepan para pelayat saat ibadah pemakamannya.

Walaupun kematian-kematian, tragedi-tragedi, dan penderitaan terlihat menjadi  hal “ perjalanan normal” dalam  menjadi seorang Kristen, dan terlihat melimpah bagi keluarga seminari, saya telah belajar tentang penderitaan dan kejujuran dengan Tuhan. Saya mempertanyakan Tuhan—dan masih melakukanya. Terlepas dari penderitaanku—penderitaan  siswa-siswaku dan keluarga-keluarga mereka, penderitaan puteraku, penderitaan pada diriku sendiri— menjadi jujur dan bertumbuh. Saya memiliki momen-momen dimana saya meragukan kebaikan Tuhan. Namun demikian saya tidak meragukan bahwa Dia telah   mengalami penderitaan bagiku jauh lebih  hebat daripada    penderitaan yang  pernah akan saya lakukan bagi Dia. Dan  inilah satu-satunya alasan saya membiarkan Tuhan memegang tanganku melalui lembah gelap. Dalam mencari kuasa Tuhan, saya  menemukan  pribadinya. Dia tidak hanya omnipotent (maha kuasa); Dia juga Tuhan yang sepenuhnya menghibur. Dan membawa kita melalui penderitaan, bukan keluar dari penderitaan, ini merupakan salah satu sarana utama yang digunakan Roh saat ini untuk membawa kita kepada Tuhan.

(11) Akhirnya, sebuah pertanyaan: Kesaksian apakah yang dibawakan oleh Roh? Pastinya kebangkitan Kristus. Bagaimana dengan kitab suci? Sebuah  interpretasi utama berangkali? Hal-hal terkait eskatologi? Jangan terlampau cepat untuk menjawabnya. Beberapa dari pertanyaan ini memerlukan pemikiran  ulang …kenyataannya, tantanganku bagi setiap dari kita adalah ini : memeriksa  kembali  pengajaran Perjanjian Baru mengenai Roh Kudus.  Jangan mencoba menjelaskan  hal-hal sulit  pada nas-nas firman tersebut, tetapi bergulatlah dengan apakah yang dimaksud ayat-ayat tersebut. Jika Roh tidak mati pada abad pertama, lalu apa yang sedang Dia lakukan saat ini?

Sebagai penutup, kepada sahabat-sahabat kharismatikku, saya  berkata : Kita tidak harus menghindari penderitaan seolah-olah itu pastilah dari iblis, karena kita tidak dapat  menerima Kristus dalam kebangkitan  terpisah dari menerima dia dalam kematiannya. Kepada sahabat-sahabatku yang berpandangan mujizat dan tanda-tanda telah berakhir (cessationist) : Kita tidak harus mengotentikan penderitaan kita dengan menguburkan  kepala kita didalam teks, seolah itu adalah pengalaman semi gnostik  yang berasal dari Alkitab yang  entah bagaimana memecahkan   misteri teka-teki. Dan  juga kepada puteraku, saya berkata: Aku mengasihimu Andy.Dan aku sangat bersyukur untuk semua hal yang ada didalam dirimu, didalam  iman kanakmu, telah mengajarkanku tentang hidup dan tentang Tuhan.



selesai


Introduction:Who's Afraid of the Holy Spirit? The Uneasy Conscience of a Non-CharismaticEvangelical| diterjemahkan dan diedit oleh : Martn Simamora

No comments:

Post a Comment