Pages

22 October 2012

Siapa sih yang memegang kendali disini? (3 Selesai) : Sebuah tinjauan terhadap kedaulatan Tuhan


Cruise ship in storm, Antarctica
Photographer:MITSUAKI IWAGO/ MINDEN PICTURES/National Geographic Stock

Yesaya 43:1-3

"Janganlah takut, sebab Aku telah menebus engkau, Aku telah memanggil engkau dengan namamu, engkau ini kepunyaan-Ku.
Apabila engkau menyeberang melalui air, Aku akan menyertai engkau, atau melalui sungai-sungai, engkau tidak akan dihanyutkan; apabila engkau berjalan melalui api, engkau tidak akan dihanguskan, dan nyala api tidak akan membakar engkau.Sebab Akulah TUHAN, Allahmu, Yang Mahakudus, Allah Israel, Juruselamatmu
Kedaulatan Tuhan adalah salah satu terminologi  doktrinal yang terdengar tinggi sehingga banyak teolog yang mendiskusikannya panjang lebar. Jadi  bagaimana jika Tuhan berdaulat? Lebih jauh lagi, bagaimana jika  Dia tidak berdaulat? Apa perbedaan yang akan dihasilkan? Pada sebuah acara retreat wanita beberapa waktu lalu, saya meminta kepada para wanita untuk menuliskan dari urutan bawah ke atas 1-2 hal yang paling mereka takuti dalam hidup. Hasil-hasilnya telah dapat diperkirakan (  jika anda tidak  memasukan juga ketakutan muntah di  toilet perkemahan)—meninggalnya seseorang yang dikasihi tanpa mengenal Kristus, penyakit-penyakit  kritis, kehancuran ekonomi.

Namun demikian Alkitab secara konsisten mengatakan kepada kita “
jangan takut.” Bagaimana kita tanpa takut di saat-saat terburuk yang dapat  terjadi pada kita atau mereka yang kita kasihi? Dapatkah kita bahkan tanpa rasa takut didalam dunia ini? Sebagai orang-orang Kristen, pertanyaan yang kita gumuli adalah  siapa atau apa yang menentukan hal-hal  ini terjadi? Siapa atau apa yang menyebabkan apapun itu untuk terjadi didalam hidup kita? Jika kita tidak   mengetahui, maka kita akan menghadapi masa depan yang mengerikan karena takut akan apa yang tidak diketahui adalah  penghasil stress terbesar dalam hidup ini.


Bagian sebelumnya : Apakah Tuhan Berdaulat atau apa?

Hanya ada sejumlah kemungkinan-kemungkinan tertentu sehubungan siapa atau apa yang mengendalikan berbagai  peristiwa dalam kehidupan kita. Apa sajakah itu? Tuhan, kita, orang lain, kekuatan-kekuatan setan,  kemungkinan yang ditakdirkan /berlangsung acak.  Mari mulai dengan kemungkinan sebagai permulaan. Kemungkinan atau peluang tidak dapat menyebabkan apapun karena kemungkinan bukanlah sebuah kekuatan. Ketika kita melemparkan koin, kita mengatakan ada sebuah “kemungkinan 50/50” yang akan memunculkan   kepala  koin.

Tetapi kemungkinan tidak dapat menyebabkan koin   berakhir dengan sisi kepala koin. Kekuatan yang mengakibatkan koin berputar saat dilemparkan menentukan berapa kali koin itu berputar-putar di udara. Hal ini  merupakan kombinasi bobot koin dan  tingginya koin melambung di udara,  menentukan  dengan sisi mana koin itu akan mendarat. Kemungkinan atau peluang  tidak menyebabkan apapun karena kemungkinan tidak menentukan apapun yang akan terjadi dan tidak memiliki  kuasa untuk membuat apapun menjadi terwujud.
Baiklah, bagaimana dengan kita? Bukankah kita menentukan apa yang sedang terjadi didalam kehidupan kita? Bukankah kita memiliki kehendak bebas untuk membuat pilihan-pilihan dan menentukan jalan hidup kita sendiri? Kebebasan dianggap  oleh banyak orang sebagai kebajikan tertinggi, terutama di dunia barat. Tetapi ketika badai  menghantam kehidupan, ketika orang yang dikasihi meninggal, ketika penyakit  yang tak tersembuhkan menyerang, ketika kecelakaan menimpa  dan membuat kita  dengan segera dibawa ke rumah sakit, ketika banyak pekerjaan lepas dari genggaman dan tagihan-tagihan mulai menumpuk, ketika  teman-teman menolak dan melukai kita, dimanakan kebebasan kita kemudian? Apakah kita sungguh-sungguh ingin berpaling kepada “kebebasan” untuk   menjadi tenang?



Jika kita berpikir secara rasional mengenai  hal ini, kita tidak terbebas dari sakit-penyakit, kesakitan, duka cita dan kematian. Jadi apakah kita sungguh-sungguh bebas pada akhirnya? Apakah kita sungguh-sungguh mengendalikan kehidupan kita dan jalan-jalan hidup kita? Lebih penting lagi, apakah kita sungguh-sungguh menginginkannya? Saya berikan scenario ini  kepada anda : anda memiliki dua pilihan. Entah anda  dapat mengendalikan kehidupan anda atas orang yang berdosa, tak dapat ditebak, tak dapat diandalkan  yang kebijaksanaannya terbatas, yang kerap membuat keputusan-keputusan buruk, dan yang keputusan-keputusannya kerap dipengaruhi emosi.

ATAU anda menyerahkan kendali kehidupanmu  kepada seorang pribadi yang sepenuhnya bijaksana, sepenuhnya berkuasa,  murah hati, berbelas kasih, mengasihi , yang tak memiliki maksud apapun kecuali yang baik  kepada anda. Manakah yang akan anda pilih? Anda pasti gila bila memilih yang pertama. Tetapi  ketika kita mendesak untuk mengendalikan kehidupan-kehidupan kita sendiri, dan bergantung pada kehendak “bebas” kita sebagai kuasa tertinggi dalam  kehidupan, maka inilah yang sebenarnya sedang kita lakukan. Apakah hal ini melegakan anda?
Apakah kita sungguh-sungguh ingin berpaling pada kehendak bebas kita sebagai kelegaan kita dalam  waktu-waktu yang sulit? Kita menyukai  ide kehendak bebas ketika  hal itu adalah  kehendak bebas kita , tetapi ketika menyangkut kehendak bebas orang lain yang akan akan menghempaskan kehendak bebas-kehendak bebas kita, hal ini  sangat tidak menarik. Tetapi itulah  apa  yang anda dapatkan ketika anda  memandang kehendak bebas sebagai yang berdaulat. Jika kehendakmu  bebas, maka demikian juga kehendak saya dan demikian juga dengan kehendak bosmu yang sewenang-wenang, anak   perempuan yang kasar didalam kelasmu dan  penjahat dengan sebuah  senjatanya, dan Osama Bin Laden, dan setiap mahkluk jahat lainnya di dunia ini.

Sehingga kebebasan kita tidaklah benar-benar bebas sama sekali karena kehendak bebas kita  bergantung pada belas kasih  mereka  yang memiliki kekuasaan atau kedudukan yang  membuat kehendak bebas mereka “lebih bebas” daripada kehendak bebas yang kita miliki. Dan hal ini berarti kehidupan kita berada di tangan mereka, bukan di tangan kita sendiri. Jadi kemanakah kebebasan membawa kita? Apakah pemikiran semacam ini membuat kita kuat  dan tanpa takut? Tidak dalam duniaku. Dan tidak, saya menduga, dalam duniamu juga.

SELESAI


Who’s in charge here anyway?  A look at the sovereignty of God. By Dolores Kimball | diterjemahkan oleh : Martin Simamora

No comments:

Post a Comment