Pages

20 October 2012

Benarkah Alkitab-Roma 1 Mendukung Homoseksualitas?


ehow.com

Roma 1: 21
Sebab sekalipun mereka mengenal Allah, mereka tidak memuliakan Dia sebagai Allah atau mengucap syukur kepada-Nya. Sebaliknya pikiran mereka menjadi sia-sia dan hati mereka yang bodoh menjadi gelap.
Ada banyak budaya masa kini yang tidak mengakui Alkitab sebagai otoritas bagi  moral apapun, khususnya untuk hal homoseksualitas. Hal ini tidaklah mengherankan bahwa ateis dan skeptis  berada pada posisi ini; sebagai contoh misalkan almarhum Christopher Hitchens pernah menyatakan, “ Apa yang saya pedulikan adalah apa yang dikatakan oleh teks-teks  abad perunggu mengenai homoseksualitas?” Sebagaimana yang dikemukakan oleh apologet  William  Lane  Craig dalam pengamatannya, “salah satu cara terbaik untuk mempertahankan legitimasi gaya hidup homoseksualitas adalah dengan menjadi seorang ateis.”

Namun demikian ada sejumlah pelaku homoseksual dan aktivis  yang bukan ateis dan berpendapat bahwa Alkitab  melegitimasi perilaku homoseksual secara umum. Argumen utama mereka adalah : bahwa Alkitab telah  disalahapahami dan disalahmengerti  terkait soal homoseksualitas.

Mari kita berterus terang: jika mereka  benar dan  Firman Tuhan nyata-nyata tidak  mengecam perilaku homoseksualitas, maka seluruh  kekhawatiran dan upaya yang berlangsung didalam  gereja dan masyarakat  dapat lenyap dalam sekejab. Tetapi pertanyaan senilai $64.000 adalah, apakah mereka  benar?


Ada enam  nas   utama kitab suci yang mereferensikan homoseksualitas: Kejadian 19:4-9; Imamat 18:22, 20:13; Roma 1:24-27; 1 Korintus 6:9-10; dan 1 Timotius 1:9-10. Dari semua ayat-ayat ini, saya pribadi melihat nas pada Roma lebih dapat diperdebatkan dibandingkan ayat-ayat lainnya, kecuali pada kisah Sodom dan Gomorah dalam Kejadian  yang dapat  menjadi diskusi yang mengangat.
Apakah nas Paulus dalam Roma 1 (khususnya Roma 1:18-32) mengecam homoseksualitas atau tidak? Mari kita amati pada argumen-argumen kunci kelompok pro homoseksual yang mengatakan bahwa Roma 1 tidak mengecam homoseksualitas dan kemudian melakukan exegesis ayat-ayat tersebut untuk melihat apakah posisi-posisi tersebut  benar.

Argumen primer yang menentang bahwa Roma 1 mengecam homoseksualitas.


Hampir semuanya menyatakan dukungan  positif pada teologi homoseksual  dimana Paulus mengecam sejumlah perilaku homoseksual dalam Roma 1. Sangat jelas bahwa dengan sebuah pembacaan pada nas tersebut  memperlihatkan  semacam kecaman terhadap perilaku  tersebut.

Inilah yang menjadi acuan bagi pro homoseksualitas   untuk menyokong dengan mengatakan bahwa Paulus hanya mengecam jenis-jenis kegiatan homoseksualitas tertentu. Tiga pernyataan paling umum adalah sebagai berikut :

Argumen #1- Paulus mengecam perbuatan-perbuatan homoseksualitas dalam kaitan dengan penyembahan berhala

Dukungan terhadap homoseksualitas ini beranjak dari ayat 23 dan ayat 25 pada Roma 1 yang konteknya menyatakan  bahwa hal tersebut dilakukan  secara murni  dalam  ibadah penyembahan  berhala. Mereka berkata bahwa ayat-ayat  setelah   23 dan 25  terkait homoseksualitas harus dipahami sebagai  perbuatan yang dilakukan selama ritus-ritus cabul seksual yang kerap menyertai ibadah-ibadah penyembahan berhala ( misal pelacur yang disediakan di kuil-kuil).


Memegang posisi ini, Troy Perry menulis: “Praktek-praktek homoseksual yang dicatat dalam Roma 1:24-27 dipercaya sebagai akibat dari penyembahan berhala dan dikaitkan dengan  sejumlah  pelanggaran serius seperti dicatat Roma 1. Dengan  melihat dalam konteks yang lebih besar, maka  seharusnya menjadi jelas bahwa tindakan-tindakan semacam itu sangat berbeda dengan tindakan homoseksual yang  kasih, hubungan-hubungan lesbian dan gay yang bertanggungjawab sebagaimana terlihat dewasa ini.”

Argumen #2- Paulus mengecam perbuatan-perbuatan homoseksual dengan anak-anak

Argumen kedua mengatakan bahwa Paulus sedang membicarakan topik hubungan seks homoseksual antara pria dewasa dengan anak laki-laki. Perilaku semacam ini tidak umum  pada masa abad pertama, dan demikian juga dengan  para pendukung homoseksual menyatakan bahwa inilah perilaku yang sedang dibicarakan  Paulus.

Argumen #3- Paulus mengecam homoseksual yang “tidak alami”

Interpretasi lainnya dari para pendukung  homoseksual adalah : bahwa  Paulus sedang mengecam tindakan-tindakan homoseksual yang  “tidak alami” sebagai homoseksual. Sebagai contoh, John Boswell   mengatakan: “Pribadi-pribadi yang dikecam Paulus secara tindakan nyata bukan homoseksual: apa yang dia rendahkan adalah tindakan-tindakan homoseksual yang dilakukan oleh mereka yang nampaknya adalah pribadi-pribadi yang heteroseksual. Keseluruhan poin  Roma 1 pada kenyataannya adalah untuk menstigmasasi pribadi-pribadi yang telah  menolak panggilan mereka, menjauh dari jalan sebenarnya yang dahulunyamerupakan jalan hidup  mereka.”

Sementara   ada argumen-argumen pro homoseksual yang  mengemukakan penolakan pada Paulus yang sedang  mengecam  praktek  homoseksual secara keseluruhan  sebagaimana dalam Roma 1, tiga argumen diatas nampaknya menjadi yang paling luas beredar secara luas.



Kembali Pertanyaannya adalah : apakah argument-argumen pendukung homoseksual diatas benar?


Sebuah pemerikasaan singkat pada Roma 1


Paulus menuliskan suratnya kepada orang-orang Roma hampir pasti dari Korintus ( bandingkan dengan Roma 16:1; Kengkrea adalah kota pelabuhan di Korintus), sebuah kota yang dikenal luas karena praktek-praktek dosa seksualnya.  Pada  bab 1, setelah membuat sejumlah  kata pengantar dalam ayat 1-17, rasul Paulus kembali kepada perhatiannya terhadap berbagai konsekuensi yang  datang dari penolakan terhadap Tuhan dan kebenaran-Nya dari ayat 18 dan seterusnya pada bab 3.


Pada ayat 19, Paulus mengatakan setiap orang sejak lahir/secara alami mengenal adanya  Pencipta, dan kemudian  pada ayat 20, dia mengemukakan sebuah  pembelaan  kosmologik yang tersamar dan pembelaan teologia untuk menegaskan keberadaan Tuhan dengan mengatakan bahwa sidik jari  Ilahi Tuhan ada di semua ciptaan sehingga tidak seorangpun dapat berkata bahwa mereka tidak menyadari adanya Pencipta; semunya “tanpa dapat berdalih” (ayat 20). Pernyataan Paulus disini menggaungkan  Mazmur 19:1-2 yang  berkata :” Langit menceritakan kemuliaan Allah, dan cakrawala memberitakan pekerjaan tangan-Nya. hari meneruskan berita itu kepada hari, dan malam menyampaikan pengetahuan itu kepada malam.”


Sayangnya, kata Paulus, manusia telah menolak kebenaran Tuhan, dan pada ayat 21-23, rasul Paulus menggambarkan bagaimana umat manusia telah “menggantikan” (ayat 23) apa yang pada dasarnya telah diberikan untuk memuliakan kebenaran Tuhan dengan  yang tidak alami dan  ibadah palsu terhadap berhala-berhala. Hubungan antara daftar-daftar berhala yang Paulus berikan pada ayat 23 dan kelas-kelas penciptaan yang digambarkan dalam Kejadian 1:20-25  jelas sekali bukan merupakan sebuah kebetulan. Demikian juga bukanlah kebetulan adanya hubungan yang  nyata antara penggunakan kata  “gambar” yang digunakan Paulus dan “bentuk” (atau “keserupaan”) dan  pernyataan yang dikenal baik daam Kejadian :” "Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita..” (Kejadian 1:26).


Karena  penolakan ini, Paulus berkata ada 2 penghukuman  luas yang diletakan oleh Tuhan. Tiga kali dalam Roma 1 (ayat 24,26,28). Paulus  mengatakan Tuhan “telah menyerahkan mereka “ kepada dosa, dan tiga  kali (ayat 23,25,26) dia berkata  kesudahan akhirnya adalah  orang “menggantikan”  hal yang  baik dengan sesuatu yang berdosa, yang  merupakan wujud atau bentuk penghukuman bagi mereka.



Sebagai bantahan cepat: kita kerap kali berpikir bhawa ketika kita berdosa dan tidak   terjadi apapun ( tidak ada kilat menyambar, dan seterusnya.) maka Tuhan tidak peduli  atau juga tidak memperhatikannya. Akan tetapi Roma 1 mengatakan kepada kita bahwa tahap pertama murka Tuhan   sebenarnya bukan mendisiplinkan atau mengoreksi orang tersebut, tetapi lebih kepada  meninggalkan individu tersebut, menyerahkan mereka kepada dosa mereka. Murkanya yang awal dan akibat-akibat  penghukuman, sebagaimana dikatakan Paulus,  pada diri  mereka  “menerima dalam diri mereka balasan yang setimpal untuk kesesatan mereka” (Roma 1:27).


Pada ayat 24, Paulus mulai menyebutkan penghakiman pertama : sebuah dosa seksual adalah sebuah konsekuensi dari  pemberontakan tersebut sebagaimana digambarkan diawal:  ” Karena itu Allah menyerahkan mereka kepada keinginan hati mereka akan kecemaran, sehingga mereka saling mencemarkan tubuh mereka.” Membaca teks ini tidak dapat  salah—Tuhan telah menyerahkan  orang kepada nafsu seksual (kata “kecemaran” berasal dari kata “akatharsia” dalam bahasa Yunani, yang secara harafiah berarti  amoralitas; sebuah kondisi moral yang rusak, sebuah kondisi yang membuat tubuh mereka menjadi  “dipermalukan.”


Kerusakan  moral dan memalukan yang seperti apa? Paulus secara eksplisit mengatakan kepada kita : “Karena itu Allah menyerahkan mereka kepada hawa nafsu yang memalukan, sebab isteri-isteri mereka menggantikan persetubuhan yang wajar dengan yang tak wajar. Demikian juga suami-suami meninggalkan persetubuhan yang wajar dengan isteri mereka dan menyala-nyala dalam berahi mereka seorang terhadap yang lain, sehingga mereka melakukan kemesuman, laki-laki dengan laki-laki, dan karena itu mereka menerima dalam diri mereka balasan yang setimpal untuk kesesatan mereka” (Roma 1:26-27).


Tidak ada kesalahan Paulus disini; referensinya   jelas  terhadap praktek lesbianisme  dan homoseksualitas pria.


Penghukuman  kedua   merupakan salah satu akibat dari orang yang tidak menerima Tuhan dan kebenaran-Nya—sebuah pikiran yang rusak : “Dan karena mereka tidak merasa perlu untuk mengakui Allah, maka Allah menyerahkan mereka kepada pikiran-pikiran yang terkutuk, sehingga mereka melakukan apa yang tidak pantas: penuh dengan rupa-rupa kelaliman, kejahatan, keserakahan dan kebusukan, penuh dengan dengki, pembunuhan, perselisihan, tipu muslihat dan kefasikan. Mereka adalah pengumpat, pemfitnah, pembenci Allah, kurang ajar, congkak, sombong, pandai dalam kejahatan, tidak taat kepada orang tua,        tidak  berakal, tidak setia, tidak penyayang, tidak mengenal belas kasihan” (Roma 1:28-31).


Secara ringkas,  Roma 1:18-31 berurusan dengan  fakta bahwa Tuhan  pada hakikatnya telah  membuat Diri-Nya sendiri dikenali manusia, tetapi Dia telah ditolak dan menggantikannya dengan obyek-obyek penyembahan lain. Karena hal ini, Tuhan telah mengirimkan  dua penghukuman : satu adalah perilaku homoseksual dan yang lainnya adalah  pikiran amoral, setiap penghukuman mendemonstrasikan  murka-Nya  dalam wujud  “meninggalkan” manusia akibat  pemberontakan manusia.
Ini merupakan pandangan sepintas pada kondisi  dunia masa kini yang membenarkan penghakiman-penghakiman ini berlanjut hingga hari ini.


Memeriksa argumen-argumen pro homoseksual


Sekarang mari meninjau kembali tiga argumen  yang mengatakan bahwa Paulus tidak mengecam perilaku homeseksual yang  memiliki hubungan mengasihi dan alami dalam Roma 1. Kita dapat dengan cepat menyingkirkan argumen hubungan homoseksual dewasa dengan anak-anak sebab Paulus tidak ada menyebutkan anak-anak sama sekali, tetapi sebaliknya secara spesifik berkata :” laki-laki dengan laki-laki” (ayat 27).


Argumen pertama dan argumen  ketiga dapat diperiksa secara bersama-sama karena keduanya dalam beberapa hal bercampur satu sama lain. Sementara itu  menginterpretasikan kitab suci dengan  sebuah kunci latar belakang sejarah adalah sebuah hal bernilai untuk dikaitkan, dalam hal ini para penginterpretasi pro homoseksual sedang menciptakan keterkaitan-keterkaitan antara teks dan sejarah yang tidak memiliki bukti yang menopang teks Paulus. Memang benar, pelacur yang disediakan kuil dan pelacur homoseksual jelas ada pada abad pertama, tetapi tidak ada  bukti tekstual eksplisit dalam  Roma 1 yang mengindikasikan Paulus sedang merujuk pada hal   tersebut. Paulus pada dasarnya menyatakan  homoseksualitas sebagai perendahan, sebuah penghukuman Tuhan, dan tidak menambahkan  hal lain apapun.


Lebih lanjut, argumen  yang menautkan homoseksual dan penyembahan berhala juga tidak  berkesinambungan akibat fakta bahwa pendapat ini  dapat melibatkan argumen  yang  diperluas  pada ayat 28-31.  Dengan kata lain, jika konteks ini yang dipegang, dan  perilaku homoseksual adalah hal yang bermoral diluar penyembahan berhala, maka semua dosa yang  lain yang ada  dalam daftar yang mengakibatkan pikiran yang bejat (ayat 28) juga  harus diperlakukan  benar dan baik diluar dari penyembahan berhala. Ini sulit untuk  melihat siapapun dapat mendukung posisi semacam ini.


Argumen hubungan seks homoseksual dilakukan dalam kaitan dengan penyembahan berhala dan atau pelacur yang disediakan  di kuil  jelas-jelas merupakan eisegesis ( membaca  teks dalam kerangka dugaan-dugaan atau agenda pribadi),  seperti juga halnya dengan  ide yang menyatakan  Paulus  sedang menyatakan homoseksual yang “tidak alami”  vs homoseksual yang “alami.” Mengapa berpikir pernyataan ini benar?



Mari pertama-pertama ajukan pertanyaan : mengapa Paulus secara spesifik menyebut homoseksualitas  versus semua dosa-dosa yang lain yang dilakukan pada saat itu? Alasan mengapa dia melakukannya adalah karena hal ini melanjutkan pendapatnya sejak semua yang dimulai pada ayat 19. Paulus  sedang berkata bahwa dalam cara yang sama orang secara alami mengenal Tuhan oleh insting, dengan penciptaan insting itu sendiri  mendemonstrasikan keberadaan Tuhan melalui apa yang Dia ciptakan, orang secara alami dan secara naluri mengenal praktek seksual yang benar  oleh karena bagaimana tubuh manusia itu sendiri diciptakan.


Dengan kata lain, argumen  Paulus adalah : ketika orang meninggalkan Tuhan dan jalan-jalan-Nya dan menggantikannya dengan  penyembahan yang tidak alami (  yang dapat mencakup tuhan-tuhan yang baru, termasuk penyimpangan-penyimpangan   terhadap Tuhan yang benar), Tuhan dapat menyerahkan mereka kepada berbagai nafsu  dalam hati mereka dan praktek homoseksual yang  tidak alami. Sebagaimana penciptaan yang “jelas-jelas nyata” membuat orang  tidak percaya “tidak dapat berdalih”  (ayat 20), juga sangat  “jelas” (Yunani : phaneros, berarti “jelas”, ayat 19) dari cara Tuhan menciptakan  tubuh-tubuh manusia bagaimana seks secara alami dilakukan. Pria melengkapi wanita dan seterusnya dan ini benar secara anatomi,  fisiologi, dan psikologi.


Mereka yang mengusung sebuah teologi yang pro homoseksual adalah  benar  dalam hal bahwa Paulus sedang membuat sebuah argumen  akan apa yang natural dan apa yang tidak natural, tetapi mereka salah terkait hal yang paling pokok dari argumen itu sendiri. Itu adalah  hal pokok dimana Paulus sedang argumentasikan bahwa sebagaimana Tuhan telah menciptakan manusia dalam sebuah cara yang natural (misal :“Apa yang dapat mereka ketahui tentang Allah nyata bagi mereka, sebab Allah telah menyatakannya kepada mereka “, ayat 19) untuk mengenal dan mengakui Dia sebagai Pencipta versus tuhan-tuhan palsu manapun, Dia telah menciptakan manusia untuk sejak awal mengenal dan mengakui seks alami (heteroseksual) sebagai yang benar dan bukan homoseksualitas. Sebagaimana juga   penyembahan berhala berlawanan dengan apa yang Tuhan kehendaki ketika Dia menciptakan manusia, demikian juga halnya pada homoseksualitas berlawanan terhadap yang natural dimana yang tidak alami itu tidak menggambarkan apa yang Tuhan kehendaki ketika Dia menciptakan  pria-pria dan wanita-wanita dengan tubuh-tubuh jasmani yang memiliki sebuah cara “alami” berinteraksi satu sama lain dan sebuah hasrat “alami” terhadap lawan jenis.

Kesimpulan


Pada akhirnya, tiga argumen primer yang digunakan oleh para pendukung homoseksual untuk mengatakan  Paulus hanya  menentang tipe-tipe perilaku homoseksual tertentu saja dan bukan perilaku homoseksual secara keseluruhan  menjadi gugur ketika dianalisa dengan teks- teks sebenarnya dalam Roma 1.
Menjadi penting dalam hal ini  untuk mengatakan sesuatu kepada mereka yang  berharap untuk mendapat dukungan atas  gaya hidup homoseksual melalui teks-teks semacam Roma bab 1:   Tidak dapat  terjadi.


Tidak  tersedia serangkaian argumen  dari kata-kata yang begitu pasti dalam bahasa  aslinya tidak bermakna seperti apa yang mereka maksudkan dalam terjemahan-terjemahan kita, akan pernah membuat teks tersebut bersesuaian dengan gaya hidup  tertentu yang hendak anda inginkan mendapatkan persetujuan dari kitab suci. Inilah kebenaran Roma 1 dan setiap nas firman Tuhan lainnya yang menyebutkan homoseksualitas.



Saya tahu ini membuat anda marah dan ada tidak akan bersepakat denganku pada analisa saya atas teks Roma 1 dan berangkali untuk hampir semua yang  telah saya katakana sejauh ini. Tetapi saya berharap apa yang dapat kita sepakati  atas hal ini adalah bahwa kebenaran  tentang topik  ini adalah hal penting, dan ini sangat penting.



Jika  perilaku homoseksual adalah sebuah dosa di mata Tuhan, dan anda percaya bahwa itu bukan dosa, apa yang anda yakini  tidak menjadi soal pada akhirnya. Paulus membuat hal ini jelas dalam suratnya yang lain : ” Atau tidak tahukah kamu, bahwa orang-orang yang tidak adil tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah? Janganlah sesat! Orang cabul, penyembah berhala, orang berzinah, banci, orang pemburit, pencuri, orang kikir, pemabuk, pemfitnah dan penipu tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah” ( 1 Korintus 6:9-10).


Dari semuanya yang  merupakan hal  penting  adalah  kebenaran Tuhan dan kebenaran  mengenai konsekuensi-konsekuensi  perilaku homoseksual. Percayalah kepada saya ketika saya berkata, saya sungguh-sungguh tidak ingin anda untuk mengalami akhir yang demikian. Sebaliknya,  saya ingin sebagaimana Paulus menyelesaikan pemaparannya dalam surat Korintus Pertama menjadi nyata padamu :” Dan beberapa orang di antara kamu demikianlah dahulu. Tetapi kamu telah memberi dirimu disucikan, kamu telah dikuduskan, kamu telah dibenarkan dalam nama Tuhan Yesus Kristus dan dalam Roh Allah kita” (I Korintus 6:11).


Menjadi harapan  dan doa saya bahwa anda mempertimbangkan apa yang telah saya sajikan, carilah Tuhan dalam doa, dan minta kepada Dia untuk menyingkapkan kebenaran-Nya bagi anda.


DoeRomans 1 Condemn Homosexuality? By Robin Schumacher | diterjemahkan oleh : Martin Simamora



 

No comments:

Post a Comment