Pages

29 October 2012

Apakah Anda Sungguh-Sungguh Mengenal Kasih-Nya yang Tak Bersyarat?


Colorado wildfires force 11,000 from their homes
[telegraph.co.uk]

Aku sedang duduk di meja  makan di ruang makanku, paru-paruku terbakar didalam dadaku. Ini bukan semacam  terbakar dalam artian metafora super  rohani. Paru-paruku memang terasa seperti memiliki batu bara yang membara didalamnya. Selama empat hari area utara Colorado dimana saya tinggal telah tertutupi sebuah selimut asap- asap kebakaran. Ini tidak baik bagi siapapun untuk menghirupnya, tetapi ketika anda seorang pengidap Asma seperti aku,  situasi semacam ini sungguh-sungguh menjadi masalah. Bahkan dalam  cobaan-cobaan semacam ini  dan lain-lainnya, Bapa surgawiku mengajarkan aku tentang kasih-Nya kepadaku yang tak tergoncangkan, tak bersyarat dan  yang sangat menggairahkan.


Lagian, Siapakah yang Benar-Benar Membutuhkan Oksigen?
Ketika aku tidak  dapat bernafas karena  masalah-masalah asma, beberapa system syarat terkait emosi, yang menghubungkan tubuh dengan otak mulai  menjadi  gelisah, keadaan ini  seolah otak berkata , “Hei, kita tidak mendapatkan cukup oksigen disini, apa yang  terjadi dibawah sana, paru-paru?”

“Kami  memberikan semua yang kami dapatkan, Kapten,” jawab paru-paru, dengan jengkel, “ tetapi asap ini mendatangkan malapetaka [ada system-sistem kita.”

“Baiklah, kita harus melakukan sesuatu.  Kita butuh lebih banyak oksigen!”Otak khawatir, dan aku mulai meninggikan  kedua  bahuku sedikit lagi setiap kali tarikan nafas, dan kedua mataku berangkali mulai melebar secara mikroskopik setiap kali berupaya memenuhi kedua paru-paruku.

Ditengah-tengah semua ini, anak-anakku adalah anak-anak yang sehat-sehat, dan isteriku ada di luar kota.  Saya menjaga rumah tangga dengan cukup baik. Anak- anak selalu menjadi agak  gampang marah ketika  hal-hal rutin mereka  berubah. Karena beberapa  hal  ketika ayah dan bukannya  ibu yang  membuatkan sarapan, dalam  benak anak-anakku hal ini disebabkan oleh semakin meningkatnya kesibukan dan terkadang  disebabkan  oleh  ketersinggungan. Dalam hal ini saya  berupaya mengatasinya, tetapi ketika anda menambahkan  emosi kepanikan dalam  latar belakang pemikiranmu;  naluri  prima untuk bertahan hidup mendorong  untuk “melakukan sesuatu”,  aku   sedang berjuang. Dan tetap; Bapa berkata, “Katakan kepada mereka tentang kasihku, kasih-Ku yang tak bersyarat.”

Kasih  Tak Bersyarat—Satu-satunya jenis Kasih yang Dikenal Bapa
Saya telah menuliskan artikel lainya mengenai Kasih Bapa, tetapi Tuhan selalu membawaku kembali ke pokok ini. Ini pastilah hal yang penting ;). Bahkan orang yang telah  percaya selama berdekade-dekade dapat memiliki sebuah pandangan   tentang kasih  Tuhan yang tidak dia sadari menjadi kasih yang bersyarat. Mereka merasa perlu untuk melakukan sesuatu, tetapi Alkitab  mengatakan bahwa cara demikian terlampau terlambat :

“…Karena semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah,…(Roma 3:23)


Roma 6:23 sedikit lebih  blak-blakan mengenai apa makna telah kehilangan kemuliaan Allah. Dikatakan bahwa upah dosa adalah maut, dan jika kita menautkan kedua ayat ini bersama-sama dalam Alkitab terjemahan Jonathan Fashbaugh dikatakan, “ Kita semua telah berdosa, telah kehilangan kesempurnaan Tuhan, dan kita pasti orang-orang  yang segera mati dan tidak dapat diselamatkan, KECUALI…”


Kecuali Yesus Telah Datang
Yohanes 3:16  berkata bahwa Tuhan telah  mengirimkan Yesus ke dunia sehingga kita tidak menjadi  mati yang mana kita layak untuk mati. Hampir semua kita berangkali tahu bahwa Yesus telah  datang ke dunia dan  mati bagi dosa-dosa kita. Jika ini merupakan sebuah konsep yang agak tidak lazim, tinggalkan atau abaikan saja  halaman ini.

Yohanes 3:16 juga berkata bahwa Tuhan mengirim Yesus karena Tuhan mengasihi kita, tetapi tunggu sebentar—persisnya kapankah Yesus mengasihi kita? Berangkali Tuhan mengasihi kita  saat di Taman Eden sebelum Adam dan Hawa berdosa. Berangkali Tuhan mengasihi kita  dahulu, sebelum kita  penuh dengan dosa, tetapi berangkali sekarang ini karena kita telah banyak berbuat macam-macam dosa. Berangkali karena kita gampang marah, dan tersinggung pada anak-anak ketimbang  mengasihinya, Tuhan sekarang  memiliki  perasaan yang berbeda terhadap kita! Puji syukur, hal itu tidak benar.


“Sebab tidak mudah seorang mau mati untuk orang yang benar--tetapi mungkin untuk orang yang baik ada orang yang berani mati--. Akan tetapi Allah menunjukkan kasih-Nya kepada kita, oleh karena Kristus telah mati untuk kita, ketika kita masih berdosa” (Roma 5:7-8).

Roma 5:7 dituliskan secara spesifik bagi anda jika anda seorang yang  performer. Pada dasarnya dikatakan, “Lihatlah, andaikatapun anda sempurna, hal tersebut tidak  menjamin  seseorang mau mati untuk menyelamatkan nyawa anda.” Dalam keteraturan  alam, hal ini sangat masuk akal. Ini soal yang terkuatlah yang dapat bertahan hidup, benar bukan? Tetapi anda tidak sempurna. Roma 3:23 mendeklarasikan kita semua orang-orang berdosa, tetapi Tuhan memperlihatkan kasihnya menjadi tanpa syarat dengan membiarkan Kristus mati dalam sebuah kematian yang mengerikan pada sebuah salib bagi kita semua ketika kita dahulu masih orang-orang berdosa.


Kasih Tak Bersyarat Dahulu, Sekarang, Dan Selamanya
Ketika anda mendengar orang  membicarakan “kabar baik,” mereka sedang membicarakan bagian  akhir Roma 6, ayat 23.

“Sebab upah dosa ialah maut; tetapi karunia Allah ialah hidup yang kekal dalam Kristus Yesus, Tuhan kita” (Roma 6:23).

Anda berangkali telah menjadi seorang Kristen, tetapi saya  hendak mendorong anda untuk memeriksa kembali  ayat ini dan  minta kepada Tuhan untuk memperlihatkan kepada anda jika anda belum benar-benar memahami dengan hatimu makna karunia hidup kekal melalui Yesus, dan bahwa Tuhan telah memberikan kepada kita karuni ini manakala kita sangat tidak layak untuk menerimanya. Tidak ada apapun yang dapat kita lakukan untuk menjadi  layak menerimanya.


Kasih Dengan Atau Tanpa Oksigen
Jadi, selagi duduk disini dengan paru-paruku yang terbakar dan otakku masih berkuat dengan pilihan-pilihan, ketika anakku yang berusia dua tahun   naik ke lantai tas dan berkata , “Saya pup. Itu menjijikan ayah,”  aku tidak menjadi jengkel dan  membelalakan kedua mataku. Aku tersenyum dan berkata, “mari kita ganti popoknya.” Aku akan melakukan apapun bagi  semua anak laki-lakiku, dan tidak  ada yang telah mereka  lakukan  atau pernah mereka lakukan akan mengubahnya, dan aku tidak akan pernah membiarkan  ketakcukupan oksisgen sedikitpun menghentikanku juga. Mereka akan merasa dikasih!


Awan-awan telah bergulung dan nampaknya akan hujan. Saya memilih untuk percaya bahwa  Allah Bapa telah mengirimkan hujan-hujan ini untuk memdamkan kebakaran-kebakaran sehingga aku dengan segera dapat bernafas secara bebas kembali, tetapi jikapun angin-angin badai melecutkan api menjadi lebih besar, asap lautan api menyesakan. Aku akan tetap tersenyum dalam damai  yang berasal dari kebaikan Tuhan dan kasihnya yang tak bersyarat. Ayahku mengasihiku tak peduli apapun.

Do You Really Know His Unconditional Love? By Jonathan Fashbaugh, Given Life Ministries | diterjemahkan oleh : Martin Simamora

No comments:

Post a Comment