Pages

20 July 2012

Gereja Waspadalah (4) : PARA PENYESAT Mengajarkan Agar Melakukan Ini & Jangan Melakukan Ini AGAR MENDAPAT PERKENANAN DIHADAPAN TUHAN!

Peringatan dan Kecaman Guru-Guru Palsu
(1:13-16)

Peringatan bagi Mereka (1:13-14)

1:13 Kesaksian itu benar. Karena itu tegorlah mereka dengan tegas supaya mereka menjadi sehat dalam iman, 1:14 dan tidak lagi mengindahkan dongeng-dongeng Yahudi dan hukum-hukum manusia yang berpaling dari kebenaran.

“Kesaksian ini benar” mendeklarasikan bahwa nubuatan yang dikemukakan oleh Epimenides telah tergenapi didalam tindak-tanduk dan perilaku para guru-guru palsu ini. Perhatikan keterkaitan antara tudingan tajam yang dikemukakan Paulus terhadap orang-orang ini yang  mempromosikan kebohongan-kebohongan spiritual, pemberontakan-pemberontakan, omongan-omongan kosong, dan berbagai tipu muslihat (ayat 10), dan  tiga bagian yang dikemukakan oleh nabi orang Kreta : pembohong-pembohong, binatang-binatang buas, dan pelahap-pelahap malas (ayat 11).

Bacalah terlebih dahulu bagian-bagian sebelumnya :


” Karena itu,”  dalam hal ini, terkait dengan siapakah mereka ini sesungguhnya,”tegorlah mereka dengan tegas” adalah kata kerja “elencho” yang digunakan dalam ayat 9 “mengoreksi,  mereka yang berkata menentangnya.” Penekanan dalam kata ini adalah : bahwa sebuah pengungkapkan atas tuduhan-tuduhan dan  diharapkan dapat meyakinkan. Tetapi karena tabiat pengajaran palsu yang tidak main-main dan  karakter  guru-guru palsu yang rendah, ini harus ditegur secara “tegas.” Kata “tegas” berasal dari kata "apotomos", sebuah kata keterangan yang bermakna “secara mendadak, sangat tegas,” dan karena itu, dilakukan “secara tajam, secara ketat atau  secara keras” (bandingkan dengan 2 Korintus 13:10). Kata ini berasal dari sebuah kata kerja yang bermakna “untuk memotong,” yang bersifat disarankan/anjuran. Namun karena tujuannya adalah supaya mereka menjadi sehat dan utuh didalam iman, maka makna yang mengemuka disini adalah dilakukan“secara keras.”71 Peringatan tidak disampaikan secara ringan dan langkah-langkah  yang keras diambil untuk menanggulangi masalah  guru-guru palsu atau mereka yang telah terpengaruhi oleh pengajaran mereka dengan tujuan  untuk memotong pengaruh mereka.

Pada umumnya kata “mereka” dalam hal ini dipandang sebagai sebuah rujukan langsung untuk guru-guru palsu. Mereka dapat dengan mudah dikenali  kapanpun dengan sifat mereka yang berupaya mendapatkan pendengar didalam gereja, tetapi nampaknya jelas bahwa tindakan yang dituntut juga termasuk gereja-gereja yang anggota-anggotanya diketahui menerima semua klaim yang dikemukakan oleh guru-guru palsu.  Rujukan utama terhadap anggota-anggota gereja yang dalam bahaya nampak jelas bila  mencermati pada tindakan-tindakan yang dilakukan.72

“dan tidak lagi mengindahkan dongeng-dongeng Yahudi dan hukum-hukum manusia yang berpaling dari kebenaran” bagian ini menunjukan pada dua bagian tujuan, tetapi tujuan yang kedua juga menggambarkan sesuatu yang  berhubungan dengan natur dan sumber pengajaran palsu.

Tujuan pertama (ayat 13) adalah : supaya mereka menjadi sehat dalam iman. “ Iman” merujuk pada   tubuh kebenaran apostolik atau tubuh kebenaran yang disingkapkan/diwahyukan yang sekarang kita temukan selengkapnya didalam Alkitab. “Supaya mereka menjadi sehat” adalah kata kerja yang sama digunakan pada Ayat 9, “Pengajaran yang sehat atau benar/utuh.” Kata ini digunakan dalam Titus 2:1-2.  Bentuk kalimat pada kata kerja ini adalah “continues present” atau “masih berlangsung hingga kini” yang memperlihatkan pada  perlunya kesehatan rohani secara konstan. “Sehat” pada dasarnya merujuk pada  apa yang  bersesuaian dengan   Firman  yang telah disingkapkan  oleh Tuhan atau iman yang berasal dari Tuhan, bebas dari kontaminasi racun kepercayaan-kepercayan dunia ini dan  guru-guru palsu. “ Sehingga menjadi sehat dalam iman” (Titus 2:2) bermakna memegang doktrin apostolik yang telah diterima sebagai normatif dan mengikat.”73 Kesehatan rohani selalu lumpuh manakala setiap orang mengupayakan memberi makanan pada jiwa mereka dengan doktrin yang tidak sehat dan terjangkiti penyakit, tidak memperhatikan sumbernya. Menjadi benar didalam iman adalah tujuan yang primer dan  menjadi benar dalam iman menjadi akar bagi  kehidupan-kehidupan yang diubahkan dan saleh/takut akan Tuhan.

Tujuan Kedua (ayat 14) menunjukan pada apa yang  mendasar  untuk menjadi sehat atau benar dalam iman, (1) menolak untuk memperhatikan mitos-mitos Yahudi dan (2) perintah-perintah yang berasal dari manusia.   "Menolak untuk memberikan perhatian” dituliskan dalam bentuk kalimat “persent tense” atau “tindakan yang masih berlangsung sekarang” yang memerintahkan agar hal ini menjadi sebuah pola yang terus  berlangsung selagi kita hidup.

“Dongeng-dongeng Yahudi”
merupakan legenda-legenda  atau kisah-kisah fiksi  yang ditambahkan kedalam sejarah Perjanjian Lama—kisah-kisah tentang Adam, Musa dan Elia dan orang-orang kudus lainnya dalam Perjanjian Lama menjadi cirri pada para guru-guru palsu di Efesus dan Kreta. Banyak dari kisah-kisah semacam ini ditemukan dalam apokrifa dan tulisan-tulisan Yudaisme  pseudepigraphical/ palsu yang dikatakan  berkaitan dengan karakter-karakter dalam Alkitab . Untuk perbandingan parallel : 1 Timotius 1:4; 4:7 dan 2 Timotius 4:4.

”Hukum-hukum/peraturan-peraturan manusia yang berpaling dari kebenaran” merujuk pada beragam peraturan asketik dan legalistik yang diupayakan orang untuk ditambahkan kepada Injil anugerah dan kemerdekaan kita didalam Kristus. Tetapi marilah kita mengingat, peraturan-peraturan legalistik ini berasal dari manusia adalah hampa/tak berkuasa untuk berurusan dengan dosa dan kedagingan manusia (bandingkan dengan Kolose 2:16-23).”Perintah-perintah ini merupakan bukti pelaksanaan ritual Gnostik Yahudi yang diupayakan oleh guru-guru palsu agar mengikat orang-orang Kristen (bandingkan dengan 1 Timotius 4:3-6).74

Tetapi lebih tepatnya lagi , apakah perintah-perintah yang berasal dari manusia itu? Dalam beberapa kasus, perintah-perintah atau aturan-aturan itu adalah  peraturan-peraturan didalam Perjanjian Lama yang tidak lagi berlaku bagi Kristen dengan datangnya Kristus, seperti penyunatan atau melaksanakan Paskah dalam Perjanjian Lama. Pada kasus-kasus lain, perintah-perintah itu   sekarang dipraktekan dalam Perjanjian Baru seperti baptisan atau Perjamuan Tuhan, tetapi dihadirkan sebagai sarana-sarana keselamatan atau pengudusan ketimbang sebagai gambaran-gambaran dan kesaksian-kesaksian pada karya Kristus dan sebagai sebuah akibat anugerahnya yang bekerja didalam hati orang percaya. Tetapi peraturan-peraturan itu dapat juga termasuk sebuah kumpulan pengajaran-pengajaran  yang harus dilakukan dan tidak boleh dilakukan agar memperoleh keberkenanan Tuhan—hal-hal yang tidak dikemukakan dalam Kitab Suci. Ada banyak Kelompok –kelompok memiliki  daftar-daftar  tentang apa-apa saja yang  boleh dan tidak boleh dilakukan—khususnya yang tidak boleh—9 hal yang  jahat atau selusin hal kotor yang diberlakukan secara amat ketat untuk dihindarkan,hal-hal yang harus dilakukan secara tepat, legalistik yang membunuh sukacita.

Perlu dicatat juga bahwa rasul Paulus mengaitkan fakta perintah-perintah yang menolak kebenaran. “Yang menolak kebenaran” adalah sebuah kata "attributive participle" yang menggambarkan sekelompok orang yang menolak kebenaran anugerah dan kemerdekaan Kristen, berupaya memaksa peraturan-peraturan dan ketentuan-ketentuan pada orang lain baik agar mendapatkan keselamatan  atau pengudusan atau keduanya.

“Menolak” sebuah istilah yang sangat tajam dan tepat, berasal dari kata apostrepho,”mengalihkan dari” atau “membuat seseorang berbalik dari,” dan sehingga “menolak,  menolak untuk mematuhi.” Lebih lanjut kata ini ada di tengah-tengah suara yang menekankan keterlibatan personal subyek atau partisipasi dalam tindakan. Sehingga terminologi ini membawa ide “membuat seseorang berbalik dari kebenaran” yang tentu saja dalam hal ini  kebenaran akan anugerah. Anugerah adalah berita yang sulit bagi manusia sebagai yang dapat diterima secara keseluruhan, namun khususnya bagi orang yang berpikiran religius dalam terminologi karya keselamatan dan pengudusan.75.

Bersambung  ke Bagian 5

Study By: J. Hampton Keathley, III | Martin Simamora



No comments:

Post a Comment