Pages

14 June 2012

Rayuan Pornografi dan Integeritas Pernikahan Kristen, Bagian Satu (A)

Persilangan  pornografi dan pernikahan adalah satu isu yang paling problematik diantara  banyak pasangan dewasa  ini--termasuk pada pasangan suami-isteri Kristen. Wabah pornografi yang gampang menular menggambarkan salah satu tantangan moral terbesar yang dihadapi oleh gereja-gereja Kristen di era post moderen. Dengan rajutan erotisme kedalam jantung utama budaya, diselebrasi didalam budaya  hiburan, dan diiklankan sebagai sebuah komoditas, sangatlah tidak mungkin untuk meloloskan diri dari pengaruh pornografi yang diterima luas didalam budaya dan kehidupan kita.

Pada saat yang sama, masalah keberdosaan manusia pada dasarnya tidak berubah dari sejak kejatuhan hingga saat ini. Tidak ada dasar teologia untuk mengasumsikan bahwa manusia  lebih bernafsu dalam seks, lebih tak berdaya dihadapan  godaan seksual, atau lebih mudah dipengaruhi kepada hasrat seksual yang rusak daripada  generasi-generasi terdahulu manapun.

Dua hal istimewa menandai era masa kini dari era sebelumnya. Pertama, pornografi telah dipancarluaskan melalui  iklan, gambar-gambar komersial, dan kehidupan sehari-hari, yang pada beberapa dekade sebelumnya merupakah hal  ilegal. Kedua Erotisme eksplisit--lengkap dengan gambar-gambar pornografik, naratif, dan simbolisme--kini diselebrasi sebagai budaya yang baik di sejumlah sektor di masyarakat. Pornografi saat ini dilaporkan sebagai bisnis terbesar nomor tujuh di Amerika Serikat, memiliki  aikon tersendiri dan figur-figur publik. Hugh Hefner pendiri  Playboy, dipandang oleh banyak masyarakat Amerika menjadi model entreprenersip yang sukses, kesenangan seksual, dan  sebuah gaya hidup yang bebas.  Penggunaan Hugh Hefner sebagai seorang juru  bicara sebuah waralaba hamburger berbasis keluarga di California mengindikasikan sesuatu bagaimana pornografi itu sendiri telah menjadi sebuah poros  utama dalam budaya.

Kini muncul  sebagai realitas ketiga dari dua perkembangan diatas adalah meningkatnya paparan  stimulasi atau  rangsangan erotik yang menciptakan  kebutuhan yang terus-menerus meningkat sehingga timbul kebutuhan untuk  diperhatikan, membangkitkan minat seksual, dan mempertahankan minat. Sebuah perilaku aneh, paparan  terhadap  pornografi yang bersifat Hyper menyebabkan  laba atas investasi yang lebih rendah--yang hendak dikatakan disini bahwa semakin pornografi yang dilihat orang, pastilah semakin eksplist  gambar-gambar yang dilihat, agar hasratnya terpuaskan.

Sebagaimana yang akan dijelaskan postmodernist, agar  "melampaui batas/transgress," maka pornografer harus menekan garis batasnya.

No comments:

Post a Comment