Pages

21 May 2012

Menangani Stress : Ketika Tekanan Menghimpit Jiwaku!

Ekonomi, pengangguran, terorisme, politik, keuangan, kerusakan moral, penyakit-penyakit berat, anak yang nakal, pernikahan yang bermasalah--bagi kebanyakan kita, membayangkan salah satu  dari tekanan-tekanan ini akan membuat perut kita berkontraksi. Kita menjadi gelisah dan dan tegang. Jiwa kita tidak lagi  tenang seperti air yang tenang, sebaliknya menjadi berisik  bagaikan bayi yang merengek. Dengan kata lain, kita stres.

Budaya kita secara konsisten menggunakan istilah stres untuk menggambarkan tekanan mental dan emosional yang kita alami karena penderitaan-penderitaan hidup. Alkitab memiliki istilah yang lebih tepat dalam menangkap esensi konsep stres termasuk kegelisahan, ketakutan, amarah dan rasa bersalah didalam masyarakat.


Ketika kita mulai memahami stres dari perspektif  biblikal, resolusinya menjadi jelas. Stres tidak identik dengan tekanan-tekanan hidup. Dan juga bukan tekanan-tekanan hidup yang menyebabkan stres. Stres adalah ketegangan mental dan emosional yang dihasilkan dari respon terhadap tekanan yang tak selaras dengan alkitab.


Bayangkan Paulus dan Silas, secara tak adil dipukuli dan  dijebloskan kedalam penjara di Filipi tanpa sebuah  pemeriksaan yang adil, menyanyikan puji-pujian di tengah malam (Kisah Para Rasul 16). Tidakkah mereka mengalami tekanan yang ekstrim? Ya! Apakah mereka mengalami stres? Nampaknya tidak. Kondisi mereka yang tanpa perlu mengatasi stres membawa keselamatan mereka yang menahan mereka.

Selanjutnya, menuliskan kepada orang-orang di Filipi dari penjara yang lain lagi, Paulus mengingatkan mereka tentang "selalu bersukacita" dan "damai yang melampaui pengertian" (Kisah Para Rasul 4:4-9). Paulus nampaknya mewujudkan dirinya sebagai orang percaya yang dewasa sebagaimana digambarkan Yesaya 26:3,"Engkau menjagainya dalam damai yang sempurna, yang pikirannya tertaut pada-Mu, karena dia percaya kepadamu." Pola-pola pikir tergambar didalam dua ayat ini,adalah anti tesis stres.

Hidup yang bebas dari stress dimulai dengan percaya kepada Tuhan ditengah-tengah tekanan.

Tetapi mengapa kita menghadapi tekanan didalam hidup ini? Kejadian 3 memberikan jawaban. Setelah kejatuhan Adam, Tuhan mengutuk tanah yang daripadanya Adam telah diambil dan atasnya Adam harus menaklukannya. Penaklukan Adam menjadi dipenuhi dengan tekanan dan kesengsaraan. Mengapa? Melengkapi konsekuensi-konsekuensi yang layak atas pemberontakannya, Tuhan bermaksud agar kekerasan dalam hidup mendorong umat manusia untuk kembali kepada ketergantungan terhadap diri-Nya.

Sehingga tujuan utama kita dalam menangani tekanan-tekanan hidup adalah untuk belajar bagaimana bergantung kepada Tuhan dan menyenangkannya--tak sekedar untuk menyingkirkan stres. Sebagaimana kita belajar untuk bergantung pada Tuhan, jiwa kita akan sangat damai seperti anak yang disapih bersandar pada ibunya (Mazmur 131). Manfaat lainya adalah bahwa orang-orang yang tidak percaya akan takjub pada damai Tuhan didalam diri orang-orang percaya, yang melampaui pemahaman mereka, dan mereka mungkin  meminta untuk belajar lebih lanjut.
10 Pengingat Untuk Menolong Orang-Orang Percaya Menenangkan Kegelisahannya, Jiwa-Jiwa Yang Stress

1. Percaya bahwa kedaulatan Tuhan dalam kendali atas semua tekanan-tekanan dalam hidupmu,  tekanan-tekanan itu digunakan Tuhan  untuk tujuan-tujuannya yang baik, untuk mengubahmu kedalam keserupaan Kristus (Kejadian 50:20; Roma 8:28-29).

2. Kenali bahwa rasa bersalah adalah sebuah penyebab stres besar dalam hidup. Tekanan-tekanan tertentu muncul sebagai akibat konsekuensi-konsekuensi perbuatan kita sendiri (Galatia 6:7-8). Hutang yang tak bertanggungjawab adalah sebuah contoh yang jelas. Akuilah dosa apapun  yang diketahui. Mulai bertumbuh didalam Kristus, singkirkan perbuatan-perbuatan dan perilaku-perilaku yang tidak saleh yang dapat membawa kepada situasi-situasi yang mendatangkan stres (Amsal 28:13)

3. Berdoalah dengan permohonan-permohonan yang spesifik dan berterimakasih kepada Tuhan atas tujuan-tujuan baiknya didalam berbagai pencobaan (Filip 4:6-7).

4. Bertobat atas segala upaya diri sendiri untuk mengubah situasi-situasi yang  tidak didalam kendalimu. Kerap orang-orang percaya--terjebak didalam kesombongan--berupaya melakukan berbagai upaya yang hanya dapat dilakukan Tuhan (seperti menjamin bahwa anak-anak kita berubah menjadi baik, menghindari kehilangan pekerjaan, memperbaiki ekonomi, dan menobatkan pasangan yang belum percaya). Jelas, saat kita berupaya mengendalikan hal-hal yang hanya Tuhan dapat melakukannya, kita akan menjadi stres (Mazmur 131).

5. Upayakanlah melakukan kebaikan kepada yang jahat ketika tekanan muncul dari perbuatan dosa orang lain (Roma 12:18)

6. Berdoa bahwa Tuhan akan menolong anda untuk mengendalikan pikiranmu sehingga tidak menjadi khawatir, takut, atau putus asa (Matius 6:25-34). Peliharalah pikiran yang saleh yang digambarkan Paulus dalam Filipi 4:8-9.

7. Bekerja sebaik mungkin untuk memecahkan masalah yang ada didalam penguasaanmu hari ini (Matius 6:34; Efesus 4:26-27). Tuhan telah memberikan setiap kita tantangan-tantangan yang cukup untuk hari ini. Kita harus memberikan kepedulian dan perhatian yang tepat terhadap isu-isu hari ini sementara kita merencanakan secara bijak masa depan (Amsal 6:6-8).

8. Carilah kebijaksanaan, nasihat-nasihat yang biblikal pada area-area yang merupakan stres terbesarmu. Mulailah dengan isu yang paling berdampak (Amsal 27:9).

9. Carilah pejelasan umum untuk membantu anda merespon berdasarkan Alkitab terhadap tekanan-tekanan hidup (Amsal 13:20; Ibrani 10:24-25).

10.Upayakanlah membangun aktifitas rutin yang menolong dirimu ; diet, latihan, dan istirahat yang cukup ( 1 Timotius 4:8)

By :
Brent Aucoin serves as the pastor of seminary and college ministries at Faith Baptist Church in Lafayette, Indiana. While earning his PhD at Baptist Bible Seminary, Brent spends his remaining time working as an instructor at Faith Biblical Counseling Ministries (FBCM).

Diterjemahkan oleh :
Martin Simamora

answersingenesis.org

No comments:

Post a Comment