Pages

30 October 2010

ELOHIM atau YHWH?

Dalam beberapa waktu belakangan ini, ada kelompok yang menentang penggunaan kata Elohim dan hanya menerima nama YHWH sebagai panggilan yang benar kepada Allah. Kelompok tersebut mencoba meyakinkan pendengarnya dengan berbagai macam cara, baik melalui berbagai ceramah dan seminar, maupun dengan memproduksi VCD. Bagaimana sesungguhnya? Apakah kelompok tersebut dapat dibenarkan?

Jika kita mengamati Perjanjian Lama, khususnya kitab Pentateuch (Lima kitab Musa), maka kita akan menemukan bahwa ada tiga nama yang independen digunakan untuk Allah.

Nama pertama yang ditemukan di dalam text adalah Elohim (atau ‘El, ‘Eloah). Ini adalah nama umum untuk “Allah” atau “ilah”, (ilah-ilah). Nama ini ditemukan sebanyak 812 kali di dalam Pentateuch (contoh: Kej.1:1) dan 2600 kali di Perjanjian Lama (Ringgren: TDOT, 2570). Kata ini juga ditemukan dalam kitab Musa sebanyak 250 kali, yang mengacu kepada allah-allah orang kafir (Kel. 20:3; 23:13; 32:1; Ul.4:7, 28; 5:7).

Nama kedua adalah YHWH. Nama ini disebut dengan Tetragrammaton, the “four letter”. Ini adalah nama personal/pribadi yang diperkenalkan Allah kepada Musa, yaitu ketika Musa bertanya tentang siapa nama Allah (Kel. 3:12-15).

Nama ini paling sering ditemukan dalam Alkitab bahasa Ibrani (MT). Nama YHWH terdapat 1828 dalam Kitab Musa (contoh: Kej.2: 4) dan 6828 kali di dalam Perjanjian Lama. Menurut catatan-catatan kuno, nama YHWH ditemukan paling awal pada batu Moab (abad 9 SM), Kuntillet ‘Ajrud (abad 8 SM), Khirbet el-Qom (abad 8 SM), Khirbet Beit (abad 6 SM). (See Miller, The Religion of Ancient Israel). Nama personal YHWH ini dianggap merupakan milik orang Ibrani, karena sebelum Musa, tidak ada istilah/nama ini ditemukan di luar Israel. Ditemukan di Mesir pada abad 14 dari text Amenophis III. Tidak diketahui secara jelas dari mana sumbernya, walau dikaitkan dengan Sinai dan Midian, sehingga diduga muncul dari daerah Selatan (contoh: Kel.3:6).

Menarik untuk diamati bahwa ketika orang atau kelompok tertentu mempertentangkan antara nama YHWH dan ELOHIM, kedua nama ini muncul secara bersamaan di dalam Kitab Musa. Sebagai contoh yang sangat jelas, di dalam kitab Keluaran kita membaca bahwa ketika Allah memperkenalkan diri kepada Musa, kedua nama ini muncul secara sekaligus: Va yomer Elohim el Moseh Ehyeh asher Ehyeh (Kel. 3:14). Selanjutnya, di dalam Kel. 20:2 kita membaca: “Akulah YHWH ELOHIM...” Pada ayat 3 tertulis: “Lo yehieh lekha Elohim aterim al fani”.


Kita telah melihat dua nama yang digunakan untuk Allah, yaitu YHWH dan ELOHIM.
Nama ketiga yang digunakan untuk Allah adalah ADONAI (bentuk jamak: My Lords). Nama ini digunakan untuk mencegah penyebutan nama YHWH, di mana bangsa Israel sangat ketakutan menyebut nama tersebut secara sembarangan. Hal itu sesuai dengan Hukum Taurat ke-3 untuk tidak menyebut nama Allah dengan sia-sia. Nama ini ditemukan sebanyak 457 kali: 18 kali dalam Pentateuch (Kej. 15:2) dan 439 dalam Perjanjian Lama.

Jadi, semangat untuk menghindari penyebutan nama YHWH tersebut di atas berbeda dengan semangat yang dikembangkan kelompok tertentu di Indonesia, di mana mereka malah terus menerus memakai nama itu, sehingga terkesan menyebutnya secara sembarangan atau sia-sia.

Penting untuk kita perhatikan bahwa di dalam LXX (Septuaginta), yaitu PL berbahasa Yunani, kata “ADONAI” diterjemahkan dengan KURIOS. Nama KURIOS inilah yang diberikan kepada Yesus di PB. Rasul Paulus menegaskan bahwa tidak ada seorang pun yang dapat mengaku “Yesus adalah Tuhan (KURIOS)” selain oleh Roh Kudus (1Kor.12:3).

Di dalam konteks penulisan ayat tersebut, yang dianggap Tuhan atau KURIOS atau penguasa dan pemilik hidup mereka adalah Kaisar. Jadi pengakuan adanya KURIOS yang lain di luar Kaisar, sungguh sangat berbahaya. Namun demikian, kutipan “Yesus adalah Tuhan” tersebut di atas merupakan kredo (pengakuan iman) Gereja mula-mula. Salah satu kredo terpendek, namun sangat penting dan mendasar!

Selanjutnya, sebagaimana telah disinggung sebelumnya, kita perlu menggaris bawahi agar tidak mempertentangkan penggunaan nama YHWH dan ELOHIM, di mana kita dapat menemukan kombinasi kedua nama tersebut, yaitu YHWH ELOHIM: Kej. 2: 4b-3:24; Kej. 21:1b-5, 6, 8-21Kel. 3: 14; Kel. 20:2. (Elijah sendiri berarti YHWH adalah Allahku (Eli = my God).

Kita juga menemukan kombinasi kedua nama tersebut ketika Allah melarang umatNya beribadah kepada allah lain: “Jangan ada padamu Allah lain di hadapanKu” (Kel. 20:3) “Lo Yehieh ekha ELOHIM aterim al fani. Kel. 34:6, Allah Israel menyebut namaNya: “YHWH YHWH ‘el rachum vechannun” (Tuhan, Tuhan adalah Allah rahmani dan murah hati).

Apakah teori sumber dapat dibenarkan?

Sejak abad 18, dua nama Allah “Elohim” dan YHWH menjadi topik utama diskusi, khususnya di dalam kehadirannya di kitab Musa. Beberapa bagian menulis dengan YHWH (Kej. 2:4b-4:24), sedangkan sebagian lain menggunakan kata Elohim (Kej. 1:1 dan 20:1b-17). Karena itu diduga adanya sedikitnya dua sumber penulis nama tersebut. Sumber J: Jahwist. E (Elohist), P (Priest).

Masalah dari teori sumber ini adalah bahwa sumber J, E dan P juga menyebut Elohim. Kej.1 (P) hanya menggunakan Elohim. Tetapi Kej.2:4b- 3:24 nama gabungan YHWH Elohim. Pada Kej. 21:1 muncul kedua nama: 21:1a (YHWH) dan Elohim (1b-5) (P) dan ayat 6, 8-21 (E). Ayat 7 yang tidak ada nama Allah atau YHWH adalah (J).

Jika dokumen J dan E adalah sumber independen, maka kita akan mengharapkan adanya penggunaan nama YHWH atau Elohim secara menyolok. Kenyataannya tidak demikian, malah yang ditemukan adalah penggabungan dua nama. Yang menarik adalah pada Kej.21, kelihatannya nama YHWH disamakan dengan Elohim. Nama YHWH muncul pada ayat 1, tapi selanjutnya nama Elohim yang digunakan.

Lalu bagaimana menjelaskan kenyataan tersebut? Para theolog Perjanjian Lama mencoba memberikan berbagai pemikiran yang mungkin terjadi. Misalnya, U. Cassutto mencoba menjelaskan bahwa penggunaan kedua nama YHWH dan Elohim mengandung makna theologis. Menurutnya, nama YHWH adalah nama pribadi (personal). Nama ini digunakan jika bicara mengenai konsep bangsa Isarel tentang Allah, atau ketika dikaitkan dengan pekerjaan Allah dalam sejarah Israel. Sedangkan nama Elohim adalah nama generik (generic name), mengacu kepada karakter tertentu dari Allah, mengandung ide abstrak, juga mengacu kepada Allah yang transenden, mahakuasa dan universal (umum), serta dikaitkan dengan penciptaan. YHWH dianggap nama yang menunjukkan relasi, keintiman dengan Allah.

Apakah pandangan tersebut dapat diterima? Dalam beberapa kasus, memang hal itu berlaku, tapi di dalam bagian-bagian  lain, hal itu tidak dapat diterapkan. Di pihak lain, Segal mengatakan bahwa penggantian nama adalah demi variasi, karena penulis memang tidak membedakannya. Jika Segal benar, maka bagaimana menjelaskan bahwa ada pemakaian salah satu nama secara terus menerus, bukan bergantian? Membingungkan memang. Kelihatannya, para ahli PL belum tiba kepada kesepakatan. Tapi yang jelas, teori hipotesa dokumen (teori sumber) tidak cukup menjelaskan nama yang berbeda itu. Karena itu, harap teori itu jangan dimutlakkan.


Gambar  ilustrasi disisipkan oleh Martin Simamora dan diambil dari :  The Hebrew Tetragrammaton - www.abovetopsecret.com


Salam hangat,
Pdt. Mangapul Sagala,Th.D (Doctor of theology), Trinity Theological College/SEAGST
(www.mangapulsagala.com).

No comments:

Post a Comment