Pages

31 October 2018

Dari Debu Kembali Ke Debu



Kematian Dalam Pandangan Biblikal
Oleh: Wayne Jackson
Christian Courier
 

A intense haboob/dust storm hits parts of Arizona on July 9, 2018 (Photo: Mike Olbinski)
Pengantar
Ketika penulis Mazmur berseru nyaring “Hatiku gelisah, kengerian maut telah menimpa aku. Aku dirundung takut dan gentar, perasaan seram meliputi aku” (Mazmur 55:4-5), ia mengekspresikan apa yang menjadi emosi berkecamuk pada begitu banyak orang yang sedang menghadapi momen-momen atau detik-detik kematian.

Bildad, sahabat Ayub, mengkarakteristikan kematian sebagai “raja kedahsyatan (atau terror-teror)” (Ayub 18:14). Dan penulis Surat Ibrani membicarakan mereka “yang seumur hidupnya berada dalam perhambaan oleh karena takutnya kepada maut” (Ibrani 2:15).

Walau hanya segelintir dari kita yang  mencapai sebuah kedewasaan iman sehingga memiliki ketenangan jiwa sebagaimana Paulus, sehingga mampu bersama-sama dengan Paulus berkata bahwa kita ingin pergi (mati, maksudnya, baca Filipi 1:22-23),namun secara pasti pencerahan kebenaran Perjanjian Baru menolong kita untuk menghadapi misteri-misteri kematian dengan roh-roh yang lebih tenang.

Apakah pandangan biblikal mengenai kematian?


Tidur Kematian
Kematian adalah sebuah tidur. Perjanjian Lama berkata mereka “yang telah tidur di dalam debu tanah, (Daniel 12:2)”, sementara Perjanjian Baru berkata mereka “yang telah meninggal (Yun. bermakna: tidur) dalam Yesus” (1Tesalonika 4:14; KJV For if we believe that Jesus died and rose again, even so them also which sleep in Jesus will God bring with him.).

Terminologi “tidur” digunakan dalam Kitab Suci untuk menggambarkan keadaan tubuh jasmani dalam kematian.

Sehingga, sebagaimana Daniel 12:2 telah menyatakannya, hanya tubuh jasmani manusia yang tidur dalam kematian. Di sini jelas bahwa:
▬Tubuh jasmani manusia ditempatkan dalam debu bumi ini adalah tidur
▬Tetapi itu tubuh jasmani yang ditempatkan dalam bumi
▬Sehingga, adalah tubuh jasmaninya yang tidur dalam kematian, tidak rohnya.

Dalam Perjanjian Baru kata “tidur” adalah kata Yunani “koimaomai”, yang berasal dari keimai yang secara literal berarti “berbaring”. Orang-orang Yunani menggunakan kata koimeterion untuk sebuah tempat dimana para pelancong orang-orang asing dapat berhenti dan tidur (misal sebuah penginapan). Dari kata tersebut berasal istilah “cemetery” atau kubur, sebuah tempat dimana tubuh-tubuh jasmani yang telah meninggal dibaringkan tidur.

Sejumlah pakar memberikan pendapat bahwa penggunaan “tidur” untuk kematian menyampaikan gagasan ini:
Sebagaimana orang yang sedang tidur tidak berhenti eksis sementara tubuhnya sedang tidur, demikian juga orang yang telah meninggal tetap eksis walaupun ia tidak hadir pada wilayah dimana mereka yang masih hidup dapat berkomunikasi dengannya, dan juga, sebagaimana tidur diketahui sebagai temporer, demikian juga dengan kematian tubuh jasmani akan didapatkan sebagai  temporer” (Vine & Hogg 1997,95)

Juga, kematian adalah sebuah kondisi beristirahat dari kesukaran bekerja keras dan kecemasan dunia ini. Di sana,” orang fasik berhenti menimbulkan huru-hara, di sanalah mereka yang kehabisan tenaga mendapat istirahat” (Ayub 3:17; bandingkan dengan Wahyu 4:13).


Kembali ke Debu
Alkitab juga begitu realistik membicarakan pembusukan tubuh jasmani. Ketika Adam dan Hawa berdosa, mereka dicegah dari pohon kehidupan dan karena itu mengalami kefanaan jasmaniah (Kejadian 3:22; Roma 5:12). Itulah sebabnya, bagian atau takdir manusia adalah kembali ke debu tanah (Kejadian 3:19; Pengkhotbah 12:7)

Paulus membicarakan rumah jasmaniah  tubuh tabernakel kita dihancurkan oleh kematian: Karena kami tahu, bahwa jika kemah tempat kediaman kita di bumi ini dibongkar (2Korintus 5:1).Terminologi Yunani untuk dibongkar adalah kataluo, makna literalnya untuk “ditinggalkan”, sebuah ekspresi tajam untuk pembusukan daging pada tubuh manusia.

Adalah menyedihkan bahwa beberapa pihak menolak untuk mengakui kepastian  yang pasti dialami tubuh, menghabiskan uang dalam jumlah sangat besar dalam upaya untuk mengawetkan tubuh yang telah meninggal dunia dalam harapan untuk dihidupkan kembali. Walaupun klaim-klaim  melawan kepastian pembusukan tubuh manusia yang meninggal, keabadian tubuh jasmani tidak akan pernah dicapai oleh profesi medikal.


Perjalanan Sentimental
Kematian adalah sebuah perjalanan. Kematian terjadi ketika roh meninggalkan tubuh: seperti tubuh tanpa roh adalah mati (Yakobus 2:26). Ketika Dorka meninggal, janda-janda Kristen berdiri dekat tubuhnya dan memperlihatkan pakaian-pakaian yang telah ia buat ”selagi ia masih bersama dengan mereka” (Kisah Para Rasul 9:39). Tubuhnya ada di sana, tetapi “ia” (yaitu rohnya atau kepribadiannya) telah pergi!

Paulus menyatakan kematian sebagai sebuah perjalanan: Aku didesak dari dua pihak: aku ingin pergi dan diam bersama-sama dengan Kristus--itu memang jauh lebih baik (Filipi 1:23). Menariknya, rasul ini menggunakan terminologi analuo (melepaskan). Pada kematian, walau tubuh “ditinggalkan”, roh manusia “dilepaskan pergi’. Ketika Lazarus telah meninggal, rohnya “telah dibawa pergi oleh malaikat-malaikat kepada  pangkuan Abraham” (Lukas 16:22).

Ayat-ayat ini sedang menghancurkan teori-teori materialistik yang menyatakan bahwa manusia adalah sepenuhnya makhluk jasmaniah. Kata lainnya yang menarik menyingkapkan kematian sebagai sebuah perjalanan dalam terminologi eksodus. Pada gunung transfigurasi, Tuhan telah berkata apa yang menahannya “lenyap” (Yun. Eksodus, Lukas 9:31), dan Petrus menginginkan saudaranya untuk mengingat kata-katanya setelah “kepergiannya” (Yun. Eksodus, 2 Petrus 1:15)

Ini adalah kata yang sama digunakan pada kepergian orang-orang Israel dari Mesir (bandingkan dengan Ibrani 11:22, dan judul Kitab  Exodus dalam Septuaginta). Sebagaimana orang-orang Ibrani tetap memiliki kesadaran sementara melintas dari Mesir menuju padang gurun Sinai, demikian juga, kita akan terus memiliki kesadaran ketika kita pergi meninggalkan kawasan-kawasan dunia ini menuju ke kawasan roh-roh tanpa tubuh jasmani.


Reuni Sangat Membahagiakan
Kematian adalah sebuah reuni dengan orang-orang benar terkasih. Ada tertulis bahwa patriakh Abraham, “ia meninggal. Ia mati pada waktu telah putih rambutnya, tua dan suntuk umur, maka ia dikumpulkan kepada kaum leluhurnya” (Kejadian 25:8).

Ini tidak dapat merujuk pada pemakaman tubuh Abraham pada sebuah pemakaman besar khusus. Abraham dimakamkan dekat Mamre di Palestina. Namun para leluhurnya telah dimakamkan ratusan mil jauhnya di tanah-tanah yang jauh!

Istilah “telah dikumpulkan pada kaumnya,” dan “pergi kepada bapa-bapanya” (Hakim-Hakim 2:10), secara konstan membedakan dari dikuburkan bersama dengan dan merujuk pada reuni dengan yang dikasihi di Sheol, kawasan bagi roh-roh mati (Keil & Delitzsch 1980,263).

Ketika Yesus berkata bahwa banyak yang akan duduk bersama dengan Abraham, Ishak, dan Yakub dalam kerajaan Sorga (Matius 8:11), Yesus secara pasti hendak menyatakan sebuah reuni diantara tiga orang tersebut.



Bertatap Muka Dengan Kristus
Bagi mereka yang mati dalam Kristus, kematian adalah bersatu dengan Tuhan. Yesus telah memberitahukan pencuri yang sedang sekarat maut, “Hari ini engkau akan bersama dengan aku di Firdaus” (Lukas 23:43). Dan sebagaimana tadi telah dipelajari, Paulus merindukan untuk pergi agar menjadi “bersama dengan Kristus” (Filipi 1:23).

Dalam sebuah nas yang berlimpah dengan penghiburan, rasul Paulus mengafirmasikan bahwa “menjadi tidak lagi ada dalam tubuh” (yaitu mati) adalah, pada kenyataannya,”menjadi  berada di rumah bersama  Tuhan” (2 Korintus 5:8).

“bahwa di kematian ada jalan masuk segera ke dalam persekutuan yang lebih dekat dengan Kristus”-Alford Plummer

Ya, di kematian roh ”kembali kepada Allah yang telah memberikannya” (Pengkhotbah 12:7)

Diterjemahkan dan diedit oleh: Martin Simamora

Soli Deo Gloria
Solus Christus

Rujukan:
Keil, C.F. & Delitzsch, F. 1980. The Pentateuch. Vol. I. Grand Rapids: Eerdmans.
Plummer, Alford. 1925. International Critical Commentary, II Corinthians. Edinburgh: T. & T. Clark.Robertson, A.T. 1931. Word Pictures. Vol. IV. Nashville: Broadman.
Vine, W.E. & Hogg, C.F. 1997. Expository Commentary on 1 & 2 Thessalonians. Nashville: Nelson.
  

Ayat-Ayat Referensi
Maz 55:4-5; Ayub 18:14; Ibrani 2:15; Filipi 1:23; 1 Tesalonika 4:14; Daniel 12:2; Ayub 3:17; Wahyu 14:13; Kejadian 3:22; Roma 5:12; Kejadian 3:19; Pengkhotbah 12:7; 2 Korintus 5:1; Yakobus 2:26; Kisah Para Rasul 9:39; Lukas 16:22; Lukas 9:31; 2 Petrus 1:15; Ibrani 11:22; Kejadian 25:8; Hakim Hakim 2:10; Matius 8:11; Lukas 23:43; 2 Korintus 5:8; Mazmur 116:3; Matius 22:13, 25:46; Markus 9:48; Lukas 16:24; 2 Tesalonika 1:9; Wahyu 20:10; Ibrani 5:8-9; Yohanes 8:24; Lukas 13:3; Roma 6:3-4; 1 Petrus 2:2


No comments:

Post a Comment