Pages

20 July 2018

Kisah-Kisah Perjalanan Yesus Kristus Menurut Injil (1)


Oleh: Martin Simamora

Yesus Di Kota Nain: Seorang Nabi Besar Telah Muncul Di Tengah-Tengah Kita


Yesus Di Kota Nain
Hari itu, Ia ada memasuki kota Nain. Itu adalah sebuah hari sebagaimana hari-hari biasanya bagi Yesus untuk menjalankan apa yang menjadi misinya sebagaimana telah dikumandangkannya sendiri dihadapan jemaat Tuhan di Nazaret, di rumah ibadat: “Roh Tuhan ada pada-Ku, oleh sebab Ia telah mengurapi Aku, untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang miskin; dan Ia telah mengutus Aku untuk memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan, dan penglihatan bagi orang-orang buta, untuk membebaskan orang-orang yang tertindas, untuk memberitakan tahun rahmat Tuhan telah datang." (Lukas 4:18-19). Diikuti banyak orang yang begitu takjub dengan pengharapan yang mereka sendiri belum dapat memastikannya, Yesus tetap menjadi magnet yang begitu besar dalam pengaruh dan kuasa. Yesus menjadi figur yang begitu penting untuk diikuti agar dapat dilihat apakah yang dikatakan dan dilakukannya dan kali ini  kota Nain menjadi salah satu tempat yang begitu penting untuk menyatakan siapakah Yesus dan apakah klaimnya yang berbunyi seperti ini di Nazaret: "Pada hari ini genaplah nas ini sewaktu kamu mendengarnya." (Lukas 4:21) adalah benar?

Inilah yang  Yesus lakukan di kota Nain sebagaimana injil Lukas mencatatkannya bagi kita:

Lukas 7:11-16Kemudian Yesus pergi ke suatu kota yang bernama Nain. Murid-murid-Nya pergi bersama-sama dengan Dia, dan juga orang banyak menyertai-Nya berbondong-bondong. Setelah Ia dekat pintu gerbang kota, ada orang mati diusung ke luar, anak laki-laki, anak tunggal ibunya yang sudah janda, dan banyak orang dari kota itu menyertai janda itu. Dan ketika Tuhan melihat janda itu, tergeraklah hati-Nya oleh belas kasihan, lalu Ia berkata kepadanya: "Jangan menangis!" Sambil menghampiri usungan itu Ia menyentuhnya, dan sedang para pengusung berhenti, Ia berkata: "Hai anak muda, Aku berkata kepadamu, bangkitlah!" Maka bangunlah orang itu dan duduk dan mulai berkata-kata, dan Yesus menyerahkannya kepada ibunya. Semua orang itu ketakutan dan mereka memuliakan Allah, sambil berkata: "Seorang nabi besar telah muncul di tengah-tengah kita," dan "Allah telah melawat umat-Nya."

Di kota Nain ada orang mati, bukan peristiwa yang mencengangkan karena kematian pasti menghampiri setiap manusia. Tak ada manusia yang tak mengenali satu takdir kesudahannya di muka bumi ini yaitu tak ada satupun manusia yang akan kekal hidupnya. Tak hanya dahulu, bahkan hingga era nuklir dan penjelajahan angkasa luar kini, pun manusia mengakui tak ada satu teknologi apapun yang sanggup menghadang hari kematian seorang manusia. Tetapi di kota Nain, apa yang mencengangkan adalah adanya seorang manusia yang begitu saja berkata kepada kematian yang telah menguasai seorang manusia dari kehidupannya di muka bumi ini sebagai yang berkuasa atas kematian itu sendiri. Perhatikanlah ucapannya ini: Hai anak muda, Aku berkata kepadamu, bangkitlah!

Kematian bukanlah argumen yang dapat dipatahkan oleh argumen. Kematian, sebaliknya adalah sebuah kebinasaan badaniah dari kehidupannya di muka bumi ini yang mengecualikan dirinya dari peradaban manusia-manusia yang masih hidup dalam sebuah cara yang begitu membusukannya. Coba bandingkan dengan hal ini untuk memahaminya: “Tuhan, ia sudah berbau, sebab sudah empat hari ia mati” (Yohanes 11:39). Tetapi bagaimana mungkin Yesus terhadap kematian berkata Hai anak muda, Aku berkata kepadamu, bangkitlah! Di tengah-tengah tangisan kedukaan seorang ibu terhadap anaknya?


Kematian bukan sekedar kesedihan karena duka mendalam ditinggal pergi ke tempat yang bahkan tak mungkin untuk dikunjungi oleh kedua belah pihak, tetapi karena kematian itu sendiri telah  dimengerti dan dipahami sebagai sebuah kuasa yang tak dapat diatasi oleh manusia dalam cara yang bagaimanapun juga. Tetapi Yesus datang menghancurkan belenggu takdir yang dikekangkan maut atas setiap manusia dalam sebuah cara sebagai Yang Hidup bertitah atau bersabda kepada maut agar melepaskannya berdasarkan kehendak Yesus sendiri: Hai anak muda, Aku berkata kepadamu, bangkitlah! Bisakah anda melihat bahwa tidak ada argumentasi sama sekali antara Yesus dengan maut selain Ia memanggil anak muda itu untuk keluar dari pemerintahan kematian: Hai anak muda, Aku berkata kepadamu, bangkitlah!  Bagaimana mungkin orang mati dibangkitkan dalam cara bersabda demikian?

Ini telah menjadi peristiwa yang penuh makna mulia bagi orang banyak. Dari dalam hati mereka, dengan melihat peristiwa tersebut segera meluncur dari dalam jiwa mereka sebuah pengakuan yang berbunyi: "Seorang nabi besar telah muncul di tengah-tengah kita," dan "Allah telah melawat umat-Nya."

Di kota Nain, Yesus secara tak langsung menyatakan kepada orang banyak melalui pekerjaan ajaibnya bahwa Ia adalah nabi besar yang kedatangannya berada dalam penantian kudus yang menyatakan bahwa Allah telah melawat umat-Nya.

Di kota Nain, Yesus secara langsung menyatakan kepada orang banyak melalu pekerjaan ajaibnya bahwa Ia secara ilahi dan kudus telah menggenapi apa yang telah dikatakannya di Nazaret: "Pada hari ini genaplah nas ini sewaktu kamu mendengarnya." (Lukas 4:21).

Di kota Nain, bangsa Yahudi menautkan nabi besar dengan perbuatan ajaib yang bahkan berkuasa atas maut. Di kota Nain, bangsa Yahudi menautkan nabi besar yang berkuasa atas maut adalah Allah sendiri sedang melawat umat-Nya untuk melepaskan mereka dari belenggu kematian.


Seorang Nabi Besar Telah Muncul Di Tengah-Tengah Kita
Nubuat purba di dalam Kitab Musa berkata begini: Seorang nabi dari tengah-tengahmu, dari antara saudara-saudaramu, sama seperti aku, akan dibangkitkan bagimu oleh TUHAN, Allahmu; dialah yang harus kamu dengarkan (Ulangan 18:15), yang telah menjadi semacam misteri bukan saja teramat besar, tetapi teramat mulia untuk dinantikan penggenapannya. Kalau kita mau mundur ke belakang pada titik permulaan setelah kelahiran Yesus, terkait penantian ini, pun menjadi catatan penting dalam injil:

Lukas 22:22-24 Dan ketika genap waktu pentahiran, menurut hukum Taurat Musa, mereka membawa Dia ke Yerusalem untuk menyerahkan-Nya kepada Tuhan, seperti ada tertulis dalam hukum Tuhan: "Semua anak laki-laki sulung harus dikuduskan bagi Allah", dan untuk mempersembahkan korban menurut apa yang difirmankan dalam hukum Tuhan, yaitu sepasang burung tekukur atau dua ekor anak burung merpati.

Bayi Yesus genap berumur 8 hari (Lukas 2:21) pun harus tunduk kepada ketentuan pentahiran berdasarkan hukum Taurat Musa (Lukas 2:21).

Jika demikian, apakah dengan demikian berarti Yesus pun adalah manusia berdosa menurut ketentuan hukum Taurat Musa? Apakah  Nabi Besar itu pada dasarnya juga manusia berdosa sama seperti kita? Apakah mungkin bagi manusia yang pada hakekatnya berdosa dapat berkata kepada seorang yang telah mati untuk bangkit?

Menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut, injil memberikan sejumlah catatan yang teramat fundamental karena akan menjelaskan hakekat kemanusiaan Yesus terhadap dosa. Perhatikanlah ini:

Kesaksian Simeon yang saleh dan benar di Yerusalem
Lukas 2:25-35 Adalah di Yerusalem seorang bernama Simeon. Ia seorang yang benar dan saleh yang menantikan penghiburan bagi Israel. Roh Kudus ada di atasnya, dan kepadanya telah dinyatakan oleh Roh Kudus, bahwa ia tidak akan mati sebelum ia melihat Mesias, yaitu Dia yang diurapi Tuhan. Ia datang ke Bait Allah oleh Roh Kudus. Ketika Yesus, Anak itu, dibawa masuk oleh orang tua-Nya untuk melakukan kepada-Nya apa yang ditentukan hukum Taurat, ia menyambut Anak itu dan menatang-Nya sambil memuji Allah, katanya: Sekarang, Tuhan, biarkanlah hamba-Mu ini pergi dalam damai sejahtera, sesuai dengan firman-Mu, sebab mataku telah melihat keselamatan yang dari pada-Mu, yang telah Engkau sediakan di hadapan segala bangsa, yaitu terang yang menjadi penyataan bagi bangsa-bangsa lain dan menjadi kemuliaan bagi umat-Mu, Israel." Dan bapa serta ibu-Nya amat heran akan segala apa yang dikatakan tentang Dia. Lalu Simeon memberkati mereka dan berkata kepada Maria, ibu Anak itu: "Sesungguhnya Anak ini ditentukan untuk menjatuhkan atau membangkitkan banyak orang di Israel dan untuk menjadi suatu tanda yang menimbulkan perbantahan --dan suatu pedang akan menembus jiwamu sendiri--,supaya menjadi nyata pikiran hati banyak orang."


Kesaksian nabi perempuan Hana anak Fanuel dari suku Asyer di Yerusalem
Lukas 2:36-38 Lagipula di situ ada Hana, seorang nabi perempuan, anak Fanuel dari suku Asyer. Ia sudah sangat lanjut umurnya. Sesudah kawin ia hidup tujuh tahun lamanya bersama suaminya, dan sekarang ia janda dan berumur delapan puluh empat tahun. Ia tidak pernah meninggalkan Bait Allah dan siang malam beribadah dengan berpuasa dan berdoa. Dan pada ketika itu juga datanglah ia ke situ dan mengucap syukur kepada Allah dan berbicara tentang Anak itu kepada semua orang yang menantikan kelepasan untuk Yerusalem.

Saya akan mengajukan tabel yang akan membantu kita untuk memahami hakekat kemanusiaan Yesus

Siapakah Yesus menurut



Simeon
Nabi perempuan Hana
►Ia keselamatan dari Allah
Mataku telah melihat keselamatan yang dari pada-Mu
►Ia adalah yang dinantikan semua orang yang menantikan kelepasan untuk Yerusalem
►Ia Keselamatan yang disediakan Allah di hadapan bangsa-bangsa

►Terang yang menjadi pernyataan bagi bangsa-bangsa lain

►Kemuliaan bagi umat Tuhan, Israel


Memperhatikan tabel tersebut maka menjadi jelas bahwa memang benar kalau pemenuhan ketentuan hukum Taurat tersebut bukan sama sekali menjelaskan bahwa Yesus pada hakikatnya juga adalah manusia berdosa, bahkan dibuktikan dengan pemenuhan ketentuan hukum Taurat Musa. Terkait hal ini, maka sangat penting dan mutlak untuk memperhatikan penjelasan Yesus terkait relasi dirinya terhadap hukum Taurat yang bukan sekedar bahwa dirinya tak dapat dipisahkan dari hukum Taurat, tetapi Ia datang untuk menggenapinya hingga kesudahannya. Perhatikan pernyataan Yesus ini:
Janganlah kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk meniadakan hukum Taurat atau kitab para nabi. Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya. Karena Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya selama belum lenyap langit dan bumi ini, satu iota atau satu titikpun tidak akan ditiadakan dari hukum Taurat, sebelum semuanya terjadi. Karena itu siapa yang meniadakan salah satu perintah hukum Taurat sekalipun yang paling kecil, dan mengajarkannya demikian kepada orang lain, ia akan menduduki tempat yang paling rendah di dalam Kerajaan Sorga; tetapi siapa yang melakukan dan mengajarkan segala perintah-perintah hukum Taurat, ia akan menduduki tempat yang tinggi di dalam Kerajaan Sorga. (Matius 5:17-19)

Sehingga memang Yesus memiliki dasar yang teramat fundamental di hadapan siapapun untuk berkata sebagaimana pada Matius 5:17-19 sebab sejak usia 8 hari, ia sendiri sudah mulai melakukan perjalanan penggenapan sebagaimana yang sedang dimaksudkannya tersebut.

Seorang nabi besar telah muncul di tengah-tengah kita, dengan demikian, bukan  sekedar nabi sebagaimana nabi-nabi lainnya karena nabi besar di sini terkait erat dengan setidak-tidaknya 2 aspek:

Pertama: Aspek bangsa Israel: bahwa Yesus adalah kemuliaan bagi bangsa Israel
Kedua: Aspek bangsa-bangsa lain: bahwa Yesus adalah terang dan keselamatan bagi bangsa-bangsa lain di muka bumi ini

Secara total keseluruhan, maka Yesus nabi besar yang telah muncul di tengah-tengah kita adalah: keselamatan dari Allah dan keselamatan yang disediakan Allah di hadapan bangsa-bangsa.

Itu sebabnya pentahiran dengan kurban yang dilakukan orang tua Yesus bagi anak mereka tidak serta merta membuktikan bahwa Yesus pada kemanusiaannya juga turut berada dalam pengaruh pemerintahan dosa di muka bumi ini. Bahwa sebagaimana semua manusia berada dalam dosa, maka Yesus pun demikian sebagai konsekuensi alamiah ia telah menjadi manusia sama seperti manusia lainnya.


Seorang Nabi Besar  Seperti Musa Berhadapan dengan Kematian


Jika seorang nabi besar harus dapat membuktikan kenabiannya berdasarkan kuasa terhadap kematian, apakah pentingnya dan signifikansinya terhadap seorang yang dapat menggenapi Ulangan 18:15?

Setiap upaya untuk menjawab ini maka siapapun harus berhadapan dengan satu aspek yang begitu eksklusif dan hanya ada pada diri Musa karena nubuat ini secara kuat menautkan dengan diri Musa. Bisakah anda melihatnya di sini:

Seorang nabi dari tengah-tengahmu, dari antara saudara-saudaramu, sama seperti aku, akan dibangkitkan bagimu oleh TUHAN, Allahmu; dialah yang harus kamu dengarkan.- Ulangan 18:15

Seperti Musa? Apa yang menarik di Kota Nain adalah pernyataan seperti ini "Seorang nabi besar telah muncul di tengah-tengah kita," dan "Allah telah melawat umat-Nya", terjadi setelah Yesus berkata Hai anak muda, Aku berkata kepadamu, bangkitlah! Dan setelahnya, inilah yang terjadi: Maka bangunlah orang itu dan duduk dan mulai berkata-kata, dan Yesus menyerahkannya kepada ibunya (Lukas 7:15).

Pada Musa, adakah satu peristiwa yang sangat signifikan dan terkait dengan kematian? Jika ada, bagaimanakah hal itu terjadi? Jawabannya ada! Bagaimana hal itu terjadi, maka kita mutlak memperhatikan pada Kitab Musa sendiri:

Bilangan 21:4-9 Setelah mereka berangkat dari gunung Hor, berjalan ke arah Laut Teberau untuk mengelilingi tanah Edom, maka bangsa itu tidak dapat lagi menahan hati di tengah jalan. Lalu mereka berkata-kata melawan Allah dan Musa: "Mengapa kamu memimpin kami keluar dari Mesir? Supaya kami mati di padang gurun ini? Sebab di sini tidak ada roti dan tidak ada air, dan akan makanan hambar ini kami telah muak." Lalu TUHAN menyuruh ular-ular tedung ke antara bangsa itu, yang memagut mereka, sehingga banyak dari orang Israel yang mati. Kemudian datanglah bangsa itu mendapatkan Musa dan berkata: "Kami telah berdosa, sebab kami berkata-kata melawan TUHAN dan engkau; berdoalah kepada TUHAN, supaya dijauhkan-Nya ular-ular ini dari pada kami." Lalu Musa berdoa untuk bangsa itu. Maka berfirmanlah TUHAN kepada Musa: "Buatlah ular tedung dan taruhlah itu pada sebuah tiang; maka setiap orang yang terpagut, jika ia melihatnya, akan tetap hidup." Lalu Musa membuat ular tembaga dan menaruhnya pada sebuah tiang; maka jika seseorang dipagut ular, dan ia memandang kepada ular tembaga itu, tetaplah ia hidup.

Jadi memang pada Musa ada satu peristiwa  yang sangat signifikan dan terkait dengan kematian sebagaimana tercatat dalam Kitab Musa. Pada poin inilah kita menemukan salah satu aspek yang menunjukan mengapa profetik nabi besar atau mesias yang akan datang itu mengemuka dalam pemikiran banyak orang yang menyaksikan Yesus menaklukan kuasa kematian atas seorang yang telah meninggal dunia.Sekarang yang penting adalah bagaimana hal itu terjadi pada Musa yang akan saya sajikan dalam tabel yang akan mendampingkannya dengan Yesus berdasarkan peristiwa di kota Nain tadi. Mari kita memperhatikan tabel berikut ini:

Bagaimana Kematian ditaklukan oleh



Nabi Musa
Nabi Besar Seperti Musa: Yesus
►Tuhan berfirman kepada Musa
►Nabi Besar Yesus bersabda kepada yang telah mati: "Hai anak muda, Aku berkata kepadamu, bangkitlah!"
►Musa mentaati firman Tuhan: Buatlah ular tedung dan taruhlah itu pada sebuah tiang
►Yang mati mendengarkan sabda Yesus dan bangkit seketika berdasarkan sabda yaitu instruksinya:
Maka bangunlah orang itu dan duduk dan mulai berkata-kata, dan Yesus menyerahkannya kepada ibunya- Lukas 7:15
►Tuhan yang melakukan penyelamatan atau pembebasan dari Maut:
maka setiap orang yang terpagut, jika ia melihatnya, akan tetap hidup  

►Tuhan melakukan penyelamatan sebagaimana sabda-Nya yang dikerjakan oleh Musa: Lalu Musa membuat ular tembaga dan menaruhnya pada sebuah tiang; maka jika seseorang dipagut ular, dan ia memandang kepada ular tembaga itu, tetaplah ia hidup

Selain melihat adanya satu relasi yang begitu eksklusif pada apa yang dilakukan oleh nabi Musa terhadap kematian, sekaligus kita dapat melihat  bahwa Yesus bukan saja menggenapi ulangan 18:15 tetapi Ia adalah Dia sendiri yang berdaulat atas kematian itu sendiri. Mengenai hal ini, Yesus sendiri telah menyatakannya dalam sebuah cara yang sangat tajam dan tegas. Perhatikan pernyataan Yesus berikut ini:

Yohanes 3:14-15 Dan sama seperti Musa meninggikan ular di padang gurun, demikian juga Anak Manusia harus ditinggikan, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya beroleh hidup yang kekal.

Bandingkan dengan:
Yohanes 8:28 Maka kata Yesus: "Apabila kamu telah meninggikan Anak Manusia, barulah kamu tahu, bahwa Akulah Dia, dan bahwa Aku tidak berbuat apa-apa dari diri-Ku sendiri, tetapi Aku berbicara tentang hal-hal, sebagaimana diajarkan Bapa kepada-Ku.


Yohanes 12:32-33 dan Aku, apabila Aku ditinggikan dari bumi, Aku akan menarik semua orang datang kepada-Ku." Ini dikatakan-Nya untuk menyatakan bagaimana caranya Ia akan mati.

Nabi besar seperti Musa di sini, dengan demikian adalah Dia yang pada dirinya sendiri memiliki kuasa dan otoritas penuh yang tak dapat dibantah oleh kematian itu sendiri.

Tetapi di dalam hal tersebut, isu terbesar bagi manusia itu bukan pada kematian itu sendiri tetapi kepada apa yang dapat diatasi oleh manusia dibalik kematian itu sendiri. Tepat sebagaimana Musa yang begitu bergantung pada tindakan Allah untuk meluputkan manusia dari kematian akibat dosa, maka pun segenap manusia tak ada satu pun yang mungkin meluputkan dirinya dari kematian akibat dosa. Perbuatan dosa memang mungkin dapat ditutupi dengan sebuah perubahan karakter dari jahat menjadi baik sehingga seseorang dapat membangun sebuah karakter yang berbudi luhur, bahkan lebih tinggi lagi, memang seorang manusia dapat memasuki kehidupan religiusitas yang teramat mulia sehingga begitu nyata kekudusan pada dirinya dan begitu dirasakan kesalehannya bagi banyak umat manusia. Itu sendiri adalah kebenaran manusia yang saya dan anda harus akui dan renungkan selama di dunia ini, jika benar ingin membangun sebuah kemanusiaan yang bermartabat sebagai sesama kita. Namun, pun setiap kita harus merenungkan, bahwa sementara perubahan dari gelap menjadi terang pada perilaku dan moralitas manusia memiliki kuasa untuk membawa perubahan signifikan pada kehidupan sosial dengan sesama manusia, itu sendiri tidak berkuasa untuk melemahkan hingga memadamkan sama sekali akibat dosa itu sendiri yaitu maut. Kitab ulangan 21:4-9 jika kita membacanya secara jujur telah menunjukan bahwa akibat yang dilahirkan oleh dosa itu hanya dapat tertanggulangi oleh kasih karunia Allah saja yang pada Nabi Musa wujudnya adalah: Lalu Musa membuat ular tembaga dan menaruhnya pada sebuah tiang; maka jika seseorang dipagut ular, dan ia memandang kepada ular tembaga itu, tetaplah ia hidup. Itu sebabnya penting bagi siapapun juga untuk memahami pernyataan orang benar dan saleh bernama Simeon yang berkata mengenai bayi Yesus bahwa Ia adalah:

► Keselamatan dari Allah
► Keselamatan yang disediakan Allah di hadapan bangsa-bangsa
► Terang yang menjadi pernyataan bagi bangsa-bangsa lain
► Kemuliaan bagi umat Tuhan, Israel

Dapatkah anda membayangkan seorang yang dicatat dalam injil sebagai orang benar dan saleh berkata dalam tuntunan Roh Kudus (Lukas 2:25) berkata bahwa keselamatan dari Allah, bukan dari kesalehan dirinya? Pikirkanlah seksama dalam doa dan pergumulanmu bahwa Simeon sekalipun benar, saleh dan Roh Kudus ada di atasnya berkata bahwa Yesus adalah keselamatan yang disediakan Allah di hadapan bangsa-bangsa. Lebih jauh lagi, renungkanlah pernyataan Simeon yang menyatakan bahwa Yesus adalah kemuliaan bagi umat Tuhan, Israel, sementara seharusnya ia sendiri dapat berkata bahwa kemuliaan dirinya adalah kebenaran dan kesalehannya.

Simeon sendiri terkait Yesus dan keselamatan yang terletak pada diri Yesus sendiri pun menyatakan bahwa kebenaran ini akan menimbulkan banyak perbantahan yang begitu keras, sebab akan ada penentangan terkait kebenaran keselamatan adalah dari Allah, bukan dari nilai-nilai kebenaran diri manusia yang tak berkuasa untuk menaklukan kematian, tepat seperti yang telah ditunjukan nabi Musa sendiri dalam Kitab Bilangan. Mari kita memperhatikan nubuat Simeon berikut ini:

Lukas 2:34-35 "Sesungguhnya Anak ini ditentukan untuk menjatuhkan atau membangkitkan banyak orang di Israel dan untuk menjadi suatu tanda yang menimbulkan perbantahan -dan suatu pedang akan menembus jiwamu sendiri--,supaya menjadi nyata pikiran hati banyak orang."

Ini bukan soal agar menjadi manusia-manusia provokatif secara negatif dalam kehidupan bermasyarakat tetapi bagaimana Yesus akan menimbulkan begitu banyak perbantahan yang didalamnya mengandung penghakiman atas hal-hal yang begitu tersembunyi dalam pikiran hati banyak orang. Coba pertimbangkan pernyataan-pernyataan Yesus berikut ini:

Yohanes 3:18-19 Barangsiapa percaya kepada-Nya, ia tidak akan dihukum; barangsiapa tidak percaya, ia telah berada di bawah hukuman, sebab ia tidak percaya dalam nama Anak Tunggal Allah. Dan inilah hukuman itu: Terang telah datang ke dalam dunia, tetapi manusia lebih menyukai kegelapan dari pada terang, sebab perbuatan-perbuatan mereka jahat.

Yohanes 5:39-40 Kamu menyelidiki Kitab-kitab Suci, sebab kamu menyangka bahwa oleh-Nya kamu mempunyai hidup yang kekal, tetapi walaupun Kitab-kitab Suci itu memberi kesaksian tentang Aku, namun kamu tidak mau datang kepada-Ku untuk memperoleh hidup itu.

Lukas 4:20-28 Kemudian Ia menutup kitab itu, memberikannya kembali kepada pejabat, lalu duduk; dan mata semua orang dalam rumah ibadat itu tertuju kepada-Nya. Lalu Ia memulai mengajar mereka, kata-Nya: "Pada hari ini genaplah nas ini sewaktu kamu mendengarnya." Dan semua orang itu membenarkan Dia dan mereka heran akan kata-kata yang indah yang diucapkan-Nya, lalu kata mereka: "Bukankah Ia ini anak Yusuf?" Maka berkatalah Ia kepada mereka: "Tentu kamu akan mengatakan pepatah ini kepada-Ku: Hai tabib, sembuhkanlah diri-Mu sendiri. Perbuatlah di sini juga, di tempat asal-Mu ini, segala yang kami dengar yang telah terjadi di Kapernaum!" Dan kata-Nya lagi: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya tidak ada nabi yang dihargai di tempat asalnya. Dan Aku berkata kepadamu, dan kata-Ku ini benar: Pada zaman Elia terdapat banyak perempuan janda di Israel ketika langit tertutup selama tiga tahun dan enam bulan dan ketika bahaya kelaparan yang hebat menimpa seluruh negeri. Tetapi Elia diutus bukan kepada salah seorang dari mereka, melainkan kepada seorang perempuan janda di Sarfat, di tanah Sidon. Dan pada zaman nabi Elisa banyak orang kusta di Israel dan tidak ada seorangpun dari mereka yang ditahirkan, selain dari pada Naaman, orang Siria itu." Mendengar itu sangat marahlah semua orang yang di rumah ibadat itu.

Nabi Besar Yesus sebagaimana disaksikan sejak mula oleh Simeon memang akan mengalami perbantahan-perbantahan keras terhadap diri dan kebenaran dirnya sendiri yang juga dinyatakan oleh Yesus sendiri. Apakah pusat perbantahan itu adalah tepat bagaimana manusia tidak dapat mentahirkan dirinya sendiri di hadapan Allah selain Allah sendiri melakukannya. Bahwa tidak ada satu kebaikan dan kemuliaan moral diri manusia yang terelgius sekalipun dapat mendatangkan pentahiran atas dirinya. Hal ini diungkapkan Yesus dalam pernyataan ini: Dan pada zaman nabi Elisa banyak orang kusta di Israel dan tidak ada seorangpun dari mereka yang ditahirkan, selain dari pada Naaman, orang Siria itu. Dan inilah pernyataan penutup  Yesus yang mendatangkan murka besar orang terhadap Yesus: Mendengar itu sangat marahlah semua orang yang di rumah ibadat itu. Kegaduhan hebat terjadi dalam rumah ibadat.

Seorang nabi menutup kitab bukan sekedar menutu buku, tetapi menutup dalam sebuah makna Ia adalah penggenap segala janji akan apakah yang akan dilakukan Allah. Bahwa Ia ada datang ke dalam dunia untuk menggenapi setiap janji Allah secara sempurna. Ia menutup kitab tersebut agar kini semua mata manusia memandang dirinya bukan sekedar sebagai penggenap tetapi sebagai kitab terbuka bagi segenap manusia agar setiap yang mendengar dan percaya kepadanya akan hidup. Memiliki kehidupan dari Allah berarti menerima pemberian dari Allah yang seperti ini: Ia telah mengurapi Aku, untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang miskin; dan Ia telah mengutus Aku untuk memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan, dan penglihatan bagi orang-orang buta, untuk membebaskan orang-orang yang tertindas, untuk memberitakan tahun rahmat Tuhan telah datang yang memang tak akan dimiliki berdasarkan kebenaran dan kesalehan. Dalam hal ini, seharusnya kita mampu memahami pernyataan orang saleh dan benar Simeon yang berkata keselamatan datang dari Tuhan, bukan dari dirinya sendiri. Kita pun harus mengerti bahwa menjadi orang saleh dan benar merupakan hal yang bukan saja penting tetapi sangat mulia dalam kitab suci. Kebenaran pada Yesus ini, bukan untuk membuat kita merivalitaskan nilai kesalehan seorang manusia Kristen terhadap non Kristen dalam sebuah kontestasi yang berpusat pada keagungan kebaikan atau kemuliaan karakter seorang manusia yang mengenal Tuhan atau tidak. Yesus Sang Mesias sendiri tak pernah meletakannya dalam sebuah kontestasi semacam itu, sebaliknya ia sedang menunjukan betapa keselamatan bukan terletak pada sebuah pengejaran-pengejaran karakter mulia. Pengejaran-pengejaran karakter mulia dikejar bukan karena manusia seharusnya menjadi baik tetapi dikejar karena manusia itu pertama-tama memiliki pengenal akan Tuhan secara benar. Ini tepat sebagaimana yang ditunjukan Yesus kala mengecam kebaikan dan kemuliaan para pemuka agama di Israel:

Matius 23:1-3 Maka berkatalah Yesus kepada orang banyak dan kepada murid-murid-Nya, kata-Nya: Ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi telah menduduki kursi Musa. Sebab itu turutilah dan lakukanlah segala sesuatu yang mereka ajarkan kepadamu, tetapi janganlah kamu turuti perbuatan-perbuatan mereka, karena mereka mengajarkannya tetapi tidak melakukannya.

Bagaimana mungkin  Yesus berkata turutilah dan lakukanlah segala sesuatu yang mereka ajarkan tetapi janganlah kamu turiti perbuatan-perbuatan mereka: mengajarkannya tetapi tidak melakukannya. Ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi tersebut dengan demikian memiliki pengajaran kitab suci yang lurus tak mengandung kekeliruan, tetapi celakanya tak memiliki kehidupan dari Allah untuk juga memiliki praktik yang lurus atau tak bercela. Anda mengerti maksud saya? Ini bukan rivalitas perbuatan baik atau kemuliaan karakter antara seorang Kristen dan non Kristen dan kemudian menjadi disahihkan untuk dikatakan berdasarkan pada faktanya maka belum tentu seorang Kristen pasti masuk surga dibandingkan dengan yang non Kristen. Kita memang harus menyesalkan realitas yang demikian tetapi dalam hal tersebut sekalipun bukan sama sekali dasar untuk menciptakan pengajaran bahwa yang non Kristen selama ia tidak memusuhi atau membenci Kristen dan apalagi berkarakter jauh lebih baik dari orang Kristen maka ia berpontensi tidak dihukum dalam penghakiman akhir berdasarkan kesalehan dirinya. Kita harus mewaspadai bahwa sementara ada menilai kekristenan menghakimi sebelum waktunya, namun disaat yang sama melakukan penghakiman terhadap pengajaran kekristenan yang berbasiskan pada kebenaran diri Yesus Kristus sendiri. Baiklah, sekarang kita melihat apakah problem pada orang-orang yang dinilai masyarakat saleh namun pada mata Yesus keluar peringatan yang keras: tetapi janganlah kamu turutu perbuatan-perbuatan mereka:

Matius 23:5-16 dst Semua pekerjaan yang mereka lakukan hanya dimaksud supaya dilihat orang; mereka memakai tali sembahyang yang lebar dan jumbai yang panjang; mereka suka duduk di tempat terhormat dalam perjamuan dan di tempat terdepan di rumah ibadat; mereka suka menerima penghormatan di pasar dan suka dipanggil Rabi. Tetapi kamu, janganlah kamu disebut Rabi; karena hanya satu Rabimu dan kamu semua adalah saudara. Dan janganlah kamu menyebut siapapun bapa di bumi ini, karena hanya satu Bapamu, yaitu Dia yang di sorga. Janganlah pula kamu disebut pemimpin, karena hanya satu Pemimpinmu, yaitu Mesias. Barangsiapa terbesar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu. Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, karena kamu menutup pintu-pintu Kerajaan Sorga di depan orang. Sebab kamu sendiri tidak masuk dan kamu merintangi mereka yang berusaha untuk masuk. (Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, sebab kamu menelan rumah janda-janda sedang kamu mengelabui mata orang dengan doa yang panjang-panjang. Sebab itu kamu pasti akan menerima hukuman yang lebih berat.) Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, sebab kamu mengarungi lautan dan menjelajah daratan, untuk mentobatkan satu orang saja menjadi penganut agamamu dan sesudah ia bertobat, kamu menjadikan dia orang neraka, yang dua kali lebih jahat dari pada kamu sendiri. Celakalah kamu, hai pemimpin-pemimpin buta, yang berkata: Bersumpah demi Bait Suci, sumpah itu tidak sah; tetapi bersumpah demi emas Bait Suci, sumpah itu mengikat. Hai kamu orang-orang bodoh dan orang-orang buta, apakah yang lebih penting, emas atau Bait Suci yang menguduskan emas itu? Dst

Hanya Yesus yang sanggup menghakimi kebenaran pada karakter dan moralitas mereka hingga pada kedalaman yang tak dapat dilakukan oleh manusia manapun. Ketika Yesus berkata hai kamu orang-orang munafik maka itu adalah penghakiman atas perbuatan-perbuatan baik dan kemuliaan moralitas yang terbukti nyata dalam keseharian mereka, tetapi Yesus menemukan di kedalaman jiwa mereka sebagai tak memiliki kemuliaan sedikitpun selain sebagai munafik. Jika anda membaca lengkap, bisakah anda menghitung ada berapa kali Yesus mengatakan  munafik terhadap kebaikan dan kemuliaan para pemuka agama tersebut?

Jika anda membawa perbuatan baik atau kemuliaan karakter manusia sebagai sebuah rivalitas yang berbunyi bahwa ada banyak non Kristen yang memiliki kebaikan yang lebih luhur daripada kita sementara mereka tak mengenal Yesus loh, maka ini sungguh menyedihkan menemukan fakta seperti ini. Membuktikan bahwa si pengkhotbah sendiri bahkan tak mengakui keselamatan datang dari Tuhan, tetapi terletak dan ditentukan oleh dan pada dirinya sendiri. Tetapi sejauh ini sementara mereka mampu beretorika untuk mengusung bahwa ada keselamatan tanpa Yesus dan di luar kebenaran Kekristenan berdasarkan injil Yesus, pun mereka tak juga menunjukan bagaimana perbuatan baik dan moralitas mulia dapat memukul mundur kuasa maut, tanpa Yesus dan tanpa penumpahan darah Yesus pada salib itu. Selain  harus mengeluarkan sejumlah pra-asumsi seperti: memang ada keselamatan di luar Kristen dan tanpa Tuhan karena cukup dengan memiliki perbuatan-perbuatan baik saja.


Yesus Sang Nabi Besar yang Bahkan Masuk Ke Dalam Kematian Untuk Menaklukan Pemerintahan Maut
Sementara kita telah melihat apa yang menjadi kesamaan antara Yesus terhadap Musa dan juga melihat apa yang membedakan Musa terhadap Yesus, ada satu hal yang tak terpotret secara terang dalam nubuat Kitab Bilangan tersebut, selain bayang-bayang bahwa dia yang seperti Musa itu adalah dia yang berkuasa atas maut.

Apa yang tak terpotret secara sempurna itu telah dinyatakan oleh Yesus, bahwa Ia bukan saja berkuasa atas maut tetapi juga berkuasa untuk memberikan kemerdekaan bagi setiap manusia yang selama ini dalam perhambaan maut. Mari Kita memperhatikan pernyataan Yesus berikut ini:

Yohanes 12:23-24 Tetapi Yesus menjawab mereka, kata-Nya: "Telah tiba saatnya Anak Manusia dimuliakan. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya jikalau biji gandum tidak jatuh ke dalam tanah dan mati, ia tetap satu biji saja; tetapi jika ia mati, ia akan menghasilkan banyak buah.

Yohanes 12:27 Sekarang jiwa-Ku terharu dan apakah yang akan Kukatakan? Bapa, selamatkanlah Aku dari saat ini? Tidak, sebab untuk itulah Aku datang ke dalam saat ini.

Yohanes 12:32-33 dan Aku, apabila Aku ditinggikan dari bumi, Aku akan menarik semua orang datang kepada-Ku." Ini dikatakan-Nya untuk menyatakan bagaimana caranya Ia akan mati.

Musa tidak masuk ke dalam kematian itu sendiri, dan pada waktu Yesus membangkitkan orang mati di kota Nain, pun itu hanya menunjukan bahwa ia berkuasa atas pemerintahan maut, namun belum sama sekali membawanya masuk ke dalam penggenapan: sesungguhnya jikalau biji gandum tidak jatuh ke dalam tanah dan mati, ia tetap satu biji saja, tetapi jikalau ia mati, ia akan menghasilkan banyak buah. Ini adalah kuasa Sang Nabi Besar atas maut pada saat ia masuk kedalam maut itu sendiri dan di dalamnya ia merebut kuk perhambaan maut yang selama ini menyelimuti bumi, sehingga berlakulah janji Bapa yang sejak semula diucapkan Yesus kepada Nikodemus:

Yohanes 3:16 Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.

Kita harus  mengerti bahwa ini seolah-olah hal yang siapapun dapat mengejarnya..kan tinggal percaya saja dan selesai. Kasih karunia ini berbunyi dalam kontekstual yang dwinatur: sementara orang percaya itu hidup di dunia namun memiliki persekutuan dengan kehidupan Bapa: supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal. Tidak binasa di sini dengan demikian bukan sekedar tidak berada dalam  cengkraman maut dan lalu hiduplah sebagaimana maumu. Tidak begitu, tetapi beroleh hidup yang kekal. Hidup yang kekal hanya terjadi jika orang tersebut berada dalam persekutuan dengan Anak Allah, Roh Kudus dan Bapa selama di dunia ini. Coba perhatikan ini:

Yohanes 17:3 Inilah hidup yang kekal itu, yaitu bahwa mereka mengenal Engkau, satu-satunya Allah yang benar, dan mengenal Yesus Kristus yang telah Engkau utus.


Yohanes 17:6-8 Aku telah menyatakan nama-Mu kepada semua orang, yang Engkau berikan kepada-Ku dari dunia. Mereka itu milik-Mu dan Engkau telah memberikan mereka kepada-Ku dan mereka telah menuruti firman-Mu. Sekarang mereka tahu, bahwa semua yang Engkau berikan kepada-Ku itu berasal dari pada-Mu. Sebab segala firman yang Engkau sampaikan kepada-Ku telah Kusampaikan kepada mereka dan mereka telah menerimanya. Mereka tahu benar-benar, bahwa Aku datang dari pada-Mu, dan mereka percaya, bahwa Engkaulah yang telah mengutus Aku.


Yohanes 17:14  Aku telah memberikan firman-Mu kepada mereka dan dunia membenci mereka, karena mereka bukan dari dunia, sama seperti Aku bukan dari dunia.

Yohanes 17:16 Mereka bukan dari dunia, sama seperti Aku bukan dari dunia.


Yohanes 17:18-19 Sama seperti Engkau telah mengutus Aku ke dalam dunia, demikian pula Aku telah mengutus mereka ke dalam dunia; dan Aku menguduskan diri-Ku bagi mereka, supaya merekapun dikuduskan dalam kebenaran.


Yohanes 17:21 supaya mereka semua menjadi satu, sama seperti Engkau, ya Bapa, di dalam Aku dan Aku di dalam Engkau, agar mereka juga di dalam Kita, supaya dunia percaya, bahwa Engkaulah yang telah mengutus Aku.


Yohanes 17:23 Aku di dalam mereka dan Engkau di dalam Aku supaya mereka sempurna menjadi satu, agar dunia tahu, bahwa Engkau yang telah mengutus Aku dan bahwa Engkau mengasihi mereka, sama seperti Engkau mengasihi Aku.


Aku di dalam mereka, ini adalah doa yang jauh mendahului  hari kematiannya dan sekaligus wujud otentik bagaimana hari kematiannya adalah hari Anak Manusia dimuliakan. Kita harus mengerti bahwa tujuan Yesus ke dalam dunia ini bukan sekedar menjadi manusia yang begitu kudus dan berkuasa atas kematian dalam konteks kesejarahan yang temperal dalam durasi kehadiran dan kehidupannya saja saat di dunia, tetapi tujuan Yesus ke dalam dunia bersifat kekal sejak ia menyatakan dalam doanya Aku di dalam mereka dalam bingkai Bapa telah mengutus Aku dan Bapa mengasihi mereka, sama seperti Bapa mengasihi Yesus. Ini adalah relasi kekal antara Anak-tebusan tebusan Kristus, dan Bapa. Sehingga, karena itulah, hidup kekal di sini bukan semata hidup bebas dari maut hanya karena percaya, tetapi dalam bebas maut, setiap orang percaya itu memiliki kehidupan dari Bapa, yaitu:

►Memiliki pengenalan yang bersifat ilahi: mengenal Engkau, satu-satunya Allah yang benar, dan mengenal Yesus Kristus yang telah Engkau utus
►Menerima segala firman yang diucapkan Yesus dan menjadi percaya
►Sehingga dunia tidak lagi selaras dengan mereka sebab kini mereka bukan lagi berasal atau tidak lagi selaras dengan dunia ini
►Mereka menjadi sama tepat seperti adanya Yesus: Mereka bukan dari dunia, sama seperti Aku bukan dari dunia
►Setiap orang memiliki kehidupan kekal memiliki dan mengemban misi dari Yesus: Sama seperti Engkau telah mengutus Aku ke dalam dunia, demikian pula Aku telah mengutus mereka ke dalam dunia
Memiliki persekutuan dengan Anak, Bapa dan Roh Kudus selama di dunia ini untuk bekerja bagi-Nya: agar mereka juga di dalam Kita, supaya dunia percaya, bahwa Engkaulah yang telah mengutus Aku, yaitu mewartakan Yesus Kristus yaitu Dia yang telah diutus Bapa.

Sekarang, saya dan anda sebenarnya sedang melihat apakah yang hendak dihasilkan oleh Sang Nabi Besar itu dalam  memasuki kematian itu sendiri? Bukankah jelas di sini terlihat begitu megah apa yang terkandung dalam percaya maka memiliki hidup kekal! Sekali lagi, perhatikan poin-poin yang saya kemukakan di atas yang merupakan doa Yesus bagi para murid termasuk bagi orang-orang yang akan menjadi percaya di masa-masa mendatang: dan bukan untuk mereka ini saja Aku berdoa, tetapi juga untuk orang-orang, yang percaya kepada-Ku oleh pemberitaan mereka- Yohanes 17:20.


Ia masuk ke  dalam kematian bukan untuk menjadi babu keselamatan bagi saya dan anda sehingga kita bisa berfoya-foya didalam keselamatan dan kehidupan kekal itu, sebagaimana ada disangkakan sejumlah pihak yang bahkan mengaku Kristen dan berani berkata telah menemukan kekrsitenan yang telah hilang, seolah-olah hanya pada dirinya saja ada kebenaran di kolong langit ini, dan karena itu datanglah kepadaku, ke gerejaku, karena gereja yang lain tak menemukan kekristenan yang telah lama hilang. Ia lupa dan terlalu pongah terhadap Roh Kudus yang akan senantiasa memastikan kekeristenan sejati tak akan pernah hilang pada gereja semesta/universal:

Yohanes 14:26 tetapi Penghibur, yaitu Roh Kudus, yang akan diutus oleh Bapa dalam nama-Ku, Dialah yang akan mengajarkan segala sesuatu kepadamu dan akan mengingatkan kamu akan semua yang telah Kukatakan kepadamu.

Ini adalah jaminan Yesus bahwa pengajaran Yesus yang sejati tak akan pernah hilang oleh karena Roh Kudus yang diutus sendiri oleh Bapa dalam nama Yesus Kristus akan memastikan bahwa kebenaran sejati tidak akan pernah lenyap dari muka bumi ini.

Sang Nabi Besar dengan demikian dalam sama seperti Musa juga menunjukan bahwa Ia lebih besar daripada Musa, sebab Sang Nabi Besar Seperti Musa itu masuk ke dalam kematian itu sendiri untuk membebaskan manusia dari perhambaan maut sehingga masuk dalam perseukutan Bapa, Anak dan Roh Kudus untuk memberitakan Yesus. Sang Nabi Besar memang lebih besar daripada Musa, sebagaimana Surat Ibrani menyatakan kebenaran tersebut:

Ibrani 3:3-6 Sebab Ia dipandang layak mendapat kemuliaan lebih besar dari pada Musa, sama seperti ahli bangunan lebih dihormati dari pada rumah yang dibangunnya. Sebab setiap rumah dibangun oleh seorang ahli bangunan, tetapi ahli bangunan segala sesuatu ialah Allah. Dan Musa memang setia dalam segenap rumah Allah sebagai pelayan untuk memberi kesaksian tentang apa yang akan diberitakan kemudian, tetapi Kristus setia sebagai Anak yang mengepalai rumah-Nya; dan rumah-Nya ialah kita, jika kita sampai kepada akhirnya teguh berpegang pada kepercayaan dan pengharapan yang kita megahkan.


Mengapa Yesus  memiliki kemuliaan lebih besar dari pada Musa? Itu karena Yesus sendiri dalam melakukan pelayanan pembebasan dari perhambaan maut:

Ibrani 2:14-15… supaya oleh kematian-Nya Ia memusnahkan dia, yaitu Iblis, yang berkuasa atas maut; dan supaya dengan jalan demikian Ia membebaskan mereka yang seumur hidupnya berada dalam perhambaan oleh karena takutnya kepada maut.

bukan sekedar agar saya dan anda memiliki hidup kekal tanpa memiliki kehidupan kekal itu sendiri. Bukan dan tak pernah seperti itu, sebab dalam ia oleh kematian-Nya Ia memusnahkan Iblis yang berkuasa atas maut, Yesus sendiri adalah Anak yang mengepalai rumah-Nya; dan rumah-Nya ialah kita! Ini sendiri adalah selaras dengan apa yang menjadi misi yang dikerjakan oleh Yesus sendiri kala ia masuk ke dalam kematian itu sendiri:

Yohanes 12:23-24 Tetapi Yesus menjawab mereka, kata-Nya: "Telah tiba saatnya Anak Manusia dimuliakan. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya jikalau biji gandum tidak jatuh ke dalam tanah dan mati, ia tetap satu biji saja; tetapi jika ia mati, ia akan menghasilkan banyak buah.

Rumahnya ialah kita! Saya dan anda yang menjadi pengikut Kristus yang memperoleh keselamatan berdasarkan percaya yang dikerjakan oleh Roh Kudus ( bandingkan dengan Yohanes 16:8-9), ini berarti kita memiliki dwinatur, bahwa sementara kita masih hidup di dunia ini dan masih dimiliki oleh dunia ini, namun diri kita diperintah dan didalam pemerintahan Kristus yang telah membebaskan kita dari rejim dunia ini. Sehingga dalam kehidupan ini kita yang berada di dalam Bapa, Anak dan Roh Kudus terus bekerja untuk mewartakan Yesus Kristus beserta kebenaran-Nya bagi seluruh dunia.


Dan Aku tidak ada lagi di dalam dunia, tetapi mereka masih ada di dalam dunia, dan Aku datang kepada-Mu. Ya Bapa yang kudus, peliharalah mereka dalam nama-Mu, yaitu nama-Mu yang telah Engkau berikan kepada-Ku, supaya mereka menjadi satu sama seperti Kita- Yohanes 17:11

Soli Deo Gloria


No comments:

Post a Comment